Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Sinta Pratiwi

228110008

Petunjuk :

Soal Kasus 1 bagi mahasisw NPM Ganjil dan Soal Kasus 2 bagi mahasiswa
NPM Genap

Kasus 1 (Problematika Mata Uang Kripto di Indonesia)

Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum UNISI menyelenggarakan


webinar “Problematika Cryptocurrency di Indonesia”. Webinar ini diadakan pada
Sabtu (11/6) dengan menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance dan Dosen UNISI.

Dalam seminar menyampaikan bahwa belanja perusahaan IoT terus mengalami


peningkatan dan diprediksi akan mencapai angka 10 persen pada tahun 2021.
Berdasarkan data dari Google, Temasek, dan Bain, Indonesia saat ini menjadi negara
dengan ekonomi digital terbesar di ASEAN. Jumlah PDB Ekonomi Digital yang
mencapai 3,7 persen dari PDB nasional, dan diprediksi pada tahun 2025 mendatang
akan terus meningkat menjadi 9,3 persen. Hal ini juga diiringi dengan penggunaan
pembayaran uang elektronik yang semakin meningkat.

Jika melihat pada penjualan aset kripto, pemerintah tidak bisa mengatur harga yang
berlaku atas suatu aset kripto. Harga ini murni ditentukan dari penjualan dan
penawaran antar penjual dan pembeli aset kripto. Meskipun diklaim lebih unggul dari
mata uang konvensional, namun harga kripto sangat cepat berubah, sehingga
dampak dari investasinya sangat beresiko.
Ia mencontohkan pada kasus Bitcoin TERA, harga kripto sangat cepat berubah.
Seperti ketika seseorang pada saat ini membeli aset kripto dengan harga 150 ribu
rupiah, pada malam hari angkanya bisa naik sampai 1 juta rupiah. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dengan adanya perkembangan ini, terjadi juga berbagai kejahatan
digital currency.

Dengan masifnya kejahatan yang dapat ditimbulkan dari transaksi digital currency ini,
ia menyarankan kepada semua orang untuk lebih berhati-hati. Hal ini dapat dilakukan
dengan dua cara yakni know your customer (KYC) yaitu mengetahui dan mengenali
setiap customer yang akan melakukan transaksi, melalui riset atau data alternatif dan
transaction monitoring yaitu memonitoring setiap transaksi yang akan dilaksanakan.

Sementara itu, dijelaskan bahwa cryptocurrency diciptakan dengan dua tujuan, yaitu
pertama, untuk dijadikan sebagai alat pembayaran/mata uang dan kedua, untuk
dijadikan sebagai komoditas/aset digital. Beberapa regulasi di Indonesia yang
mengatur atau berkaitan dengan virtual currency terdapat dalam UU No 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang, PBI No 18/40/PBI/2016 tentang Pemrosesan Transaksi
Pembayaran, PBI No 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial,
UU No 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No 32 Tahun 1997 tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Peraturan Menteri Perdagangan No 99 Tahun
2019 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset
Kripto.

Meski demikian, menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan virtual currency
hingga saat ini belum dapat diterima sebagai alat pembayaran. Hal ini dikarenakan
virtual currency tidak memenuhi beberapa karakteristik alat pembayaran, seperti:
terdapat otoritas pengatur dan pengawas yang bersifat sentral, memiliki nilai yang
cenderung stabil, diterima secara umum (acceptability), dan terdapat lembaga
penjamin.

Perkembangan teknologi yang kredibel itu membuat hukum kesulitan untuk

mengikutinya. Hal ini menjadi tantangan bagi hukum untuk terus berkembang

menyesuaikan diri untuk mengatur segala hal yang berkembang saat ini. (EDN/ESP)

Saudara diminta :

Jelaskan kasus tersebut diatas berdasarkan aspek berikut ini :


1. Mata uang digital Bitcoin berjalan secara terdesentralisasi, sehingga tidak ada satu
pihak yang bisa mengatur baik harga maupun pernyebarannya.
2. Teknologi blockchain adalah sistem yang tidak dikelola oleh pihak ketiga seperti
bank melainkan dapat dikelola oleh semua pengguna komputer internet.
3. Potensi yang besar menyebabkan cryptocurrencyperlu diatur dan mendapat
kepastian hukum serta perhatian dari otoritas yang berwenang seperti perbankan
dan otoritas perpajakan.

KASUS 2 (RISIKO PENCUCIAN UANG DALAM BITCOIN)

Berkembangnya model serta aksesibilitas dalam dunia cyber, membuat berbagai


fenomena transaksi muncul di dalamnya. Salah satu fenomena yang menjadi topik
hangat belakangan ini adalah kemunculan bitcoin. Bitcoin adalah cryptocurrency atau
uang elektronik yang bersifat digital. Penggunaannya bersifat desentralisasi, atau
dapat digunakan tanpa otorisasi bank sentral di setiap negara. Berdasarkan hal
tersebut, secara umum akan dibahas mengenai risiko bitcoin menjadi wadah serta
fasilitas yang sangat mempermudah transaksi dengan tujuan money laundering.

Dilansir dari situs resmi bitcoin, dijelaskan beberapa keuntungan yang didapatkan oleh
penggunanya. Melalui perantara dunia cyber, maka bitcoin pun dapat digunakan
dengan teknologi peer-to-peer untuk beroperasi tanpa otoritas pusat atau bank.
Bitcoin bersifat open-source, di mana desain serta kepemilikannya dapat diakuisisi
oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Melalui berbagai properti serta
penawaran yang unik dan bersifat tidak konvensional, bitcoin memungkinkan
penggunaan menarik yang tidak dapat dicakup oleh sistem pembayaran sebelumnya.
Keberadaan bitcoin seringkali digunakan pada beberapa situs ilegal dan aksesibilitas
yang hanya bisa diakses melalui deep web hingga dark web. Kesulitan tentu muncul
pada saat dilakukannya pemeriksaan terhadap transaksi yang menggunakan bitcoin.

Bitcoin merupakan bentuk dari mata uang virtual, sebagai representasi digital dari nilai
tukar yang dapat diperdagangkan secara virtual dan berfungsi sebagai (1) media
pertukaran; dan / atau (2) satu unit akun; dan / atau (3) penyimpan nilai, tetapi tidak
memiliki status tender legal di yurisdiksi mana pun. ayaan.
Dalam konteks pencucian uang, teknologi dengan lanskap finansial seperti bitcoin
dapat memfasilitasi tindakan tersebut. Perpindahan uang ke perbankan online dan
teknologi yang memungkinkan adanya remote-desktop membuat manuver dan
transfer dana dari akun ke akun jauh lebih populer bagi para pencuci uang.
Berdasarkan hal tersebut, bitcoin menjadi salah satu sarana teknologi finansial yang
dapat berisiko terjadinya kejahatan. Kemudian, risiko pencucian uang yang dapat
dilakukan oleh para penjual maupun pembeli bitcoin, dimudahkan dengan ketiadaan
regulasi AML (Anti Money Laundering) serta prosedur KYC (Know your Customer).
Kemudahan tersebut membuat perdagangan bitcoin dapat dilakukan beberapa kali
hingga dapat ditukarkan dengan mata uang legal di suatu negara.

Di Indonesia, bitcoin sudah memiliki status resmi sebagai komoditas dan bisa
diperdagangkan di bursa berjangka. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (Bappebti) telah menerbitkan Peraturan Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi Nomor 3 Tahun 2019 tentang Komoditi yang Dapat Dijadikan
Subyek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif Lain
yang Diperdagangkan di Bursa Berjangka. Berdasarkan peraturan tersebut, uang
kripto kini menjadi produk komoditas dan dapat diperdagangkan di bursa berjangka
Indonesia.

Dengan demikian, mata uang virtual (cryptocurrency) khususnya Bitcoin telah menjadi
pisau bermata dua. Di satu sisi, telah membuatnya lebih mudah untuk melakukan
transaksi secara aman melalui internet. Namun, disisi lain dapat dieksploitasi untuk
memfasilitasi kejahatan dunia maya dan membantu para pelaku kejahatan lebih aman
mencuci hasil kejahatannya.

Saudara diminta :

Jelaskan kasus tersebut diatas berdasarkan aspek berikut ini :

1. Robot dan Artificial Intelligence (AI), bisa dikombinasikan untuk menciptakan


sebuah robot yang handal dan pintar. Perangkat keras (fisik), artificial intelligence
adalah otak yang dapat menganalisis, dan memutuskan suatu hal
2. Racing adalah suatu kegiatan yang merupakan kebalikan dari Vouching, Tracing
juga dapat digunakan auditor untuk menguji assersi managemen mengenai
penilaian (valuation) serta penyajian dan pengungkapan.
3. Cryptocurrency memiliki potensi yang besar, sehingga menyebabkan perlu diatur
dan mendapat kepastian hukum serta perhatian dari otoritas yang berwenang
seperti perbankan dan otoritas perpajakan.

ooo000ooo

JAWAB

Kasus yang telah dijelaskan di atas membawa berbagai aspek yang perlu
diperhatikan dalam konteks cryptocurrency, terutama Bitcoin, dan perannya dalam
potensi pencucian uang dan kejahatan dunia maya. Salah satu aspek penting
dalam kasus ini adalah perlunya regulasi dan perhatian dari otoritas yang
berwenang, seperti perbankan dan otoritas perpajakan.
Berikut adalah penjelasan mengenai pentingnya regulasi dan perpajakan dalam
konteks risiko pencucian uang dalam Bitcoin:
• Potensi Pencucian Uang
Cryptocurrency, termasuk Bitcoin, telah digunakan dalam beberapa kasus
pencucian uang. Keunggulan utama adalah anonimitas dan sulitnya melacak
asal-usul dana dalam transaksi cryptocurrency. Ini dapat dimanfaatkan oleh
individu atau kelompok yang ingin menyembunyikan dana yang diperoleh
secara ilegal.
• Regulasi yang Diperlukan
Untuk mengatasi risiko pencucian uang, regulasi yang ketat diperlukan.
Regulasi ini dapat mencakup prosedur KYC (Know Your Customer) yang ketat
pada platform pertukaran cryptocurrency, pelaporan transaksi mencurigakan,
dan kerjasama antara platform pertukaran dan otoritas penegak hukum untuk
mengidentifikasi dan menindak pelaku kejahatan.
• Perpajakan adalah Bagian dari Regulasi
Pajak adalah bagian penting dari regulasi dan hukum yang berlaku dalam
ekonomi. Pajak menghasilkan pendapatan yang diperlukan untuk mendukung
berbagai program dan layanan pemerintah, termasuk pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, dan lainnya. Ketika transaksi cryptocurrency seperti Bitcoin tidak
dikenakan pajak, ada potensi kehilangan pendapatan pajak yang signifikan.
• Perlindungan Konsumen
Selain pajak, regulasi juga melibatkan perlindungan konsumen. Konsumen
perlu tahu bahwa transaksi mereka dengan cryptocurrency terlindungi dan sah.
Regulasi yang baik dapat memberikan perlindungan kepada konsumen dari
skema penipuan dan penyalahgunaan oleh platform cryptocurrency yang tidak
sah.
• Penghindaran Pajak dan Legalitas
Kurangnya peraturan pajak yang jelas dan ketat dapat memberikan insentif bagi
individu atau entitas untuk menghindari pembayaran pajak atas keuntungan
yang diperoleh dari cryptocurrency. Ini bisa merugikan negara dan
menghasilkan ketidakadilan dalam sistem pajak.
Dengan demikian, meskipun tidak ada pajak yang terkait secara langsung dengan
transaksi Bitcoin, regulasi pajak yang lebih jelas dan ketat dalam cryptocurrency
menjadi penting untuk memastikan bahwa pajak yang seharusnya dibayar juga
diperoleh dan bahwa sistem pajak berfungsi dengan adil. Dalam beberapa
yurisdiksi, peraturan pajak cryptocurrency telah diperkenalkan atau sedang dalam
perjalanan untuk mengatasi masalah ini. Keberadaan regulasi yang baik adalah
langkah penting menuju penggunaan cryptocurrency yang lebih aman dan sah
dalam ekonomi global.

Bitcoin memiliki karakteristik yang membuatnya menarik bagi para pelaku kejahatan
dunia maya. Transaksi Bitcoin bersifat pseudonim, yang berarti identitas pemiliknya
tidak selalu terungkap secara jelas. Selain itu, Bitcoin dapat digunakan secara
internasional tanpa batasan geografis, membuatnya ideal untuk memindahkan
dana secara anonim. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku pencucian uang untuk
mencuci hasil kejahatannya.
Perlunya Regulasi dan Kepastian Hukum mengingat potensi risiko yang terkait
dengan Bitcoin, seperti pencucian uang dan pembiayaan terorisme, perlunya
regulasi yang memadai sangat penting. Regulasi ini harus mencakup persyaratan
KYC yang ketat, pelaporan transaksi mencurigakan, dan kewajiban bagi penyedia
layanan Bitcoin untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam investigasi
kriminal.
Otoritas perbankan dan otoritas Otoritas perpajakan perlu mengembangkan
kerangka kerja yang jelas untuk mengatur pajak yang terkait dengan
cryptocurrency. Ini termasuk aturan tentang bagaimana cryptocurrency harus
dilaporkan dalam penghitungan pajak.
Selain itu, mereka juga dapat memantau dan memeriksa penyedia layanan
cryptocurrency serta melakukan audit terhadap pertukaran dan pedagang Bitcoin
untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi AML dan pajak.
Kasus ini juga menyoroti pentingnya memberikan status hukum yang jelas bagi
Bitcoin dalam yurisdiksi tertentu. Di Indonesia, misalnya, Bitcoin telah diberikan
status resmi sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan di bursa berjangka. Ini
memberikan kepastian hukum bagi pelaku bisnis Bitcoin di negara tersebut.
Dalam rangka menghadapi potensi risiko yang terkait dengan Bitcoin, perlu adanya
kerja sama antara pemerintah, otoritas perbankan, otoritas perpajakan, dan industri
cryptocurrency untuk mengembangkan kerangka regulasi yang tepat. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa Bitcoin dapat digunakan sebagai alat transaksi
yang sah dan aman, sambil juga mencegah potensi penyalahgunaan untuk
kegiatan ilegal seperti pencucian uang dan kejahatan dunia maya.

KESIMPULAN DARI KASUS DIATAS:


Bitcoin merupakan mata uang digital yang menawarkan beberapa keuntungan bagi
penggunanya, namun juga menghadirkan risiko, khususnya dalam konteks
pencucian uang. Beberapa aspek penting Bitcoin sehubungan dengan kasus
tersebut adalah:

Cryptocurrency, termasuk Bitcoin, memiliki potensi besar dalam ekonomi digital,


namun juga membawa risiko pencucian uang yang signifikan karena sifatnya yang
anonim dan sulit dilacak.
Anonimitas dan kurangnya regulasi AML (Anti Money Laundering) serta KYC (Know
Your Customer) dalam transaksi Bitcoin memungkinkan individu atau entitas untuk
menyembunyikan asal-usul dana yang diperoleh secara ilegal.

Ketiadaan pajak yang terkait langsung dengan transaksi Bitcoin telah memunculkan
kekhawatiran akan kehilangan pendapatan pajak yang signifikan dan kurangnya
legalitas dalam sistem pajak.

Regulasi yang ketat dan kerjasama antara otoritas yang berwenang, platform
pertukaran, dan otoritas perpajakan adalah langkah penting untuk mengatasi risiko
pencucian uang dalam Bitcoin.

Regulasi yang baik juga melibatkan perlindungan konsumen, perlindungan


terhadap aktivitas ilegal, dan perlindungan terhadap investasi yang sah dalam
cryptocurrency.
Dalam kesimpulan, cryptocurrency seperti Bitcoin memiliki potensi besar, tetapi
juga membawa risiko keuangan dan keamanan yang signifikan. Oleh karena itu,
pengaturan dan regulasi yang tepat serta perhatian dari otoritas yang berwenang
sangat penting untuk memastikan bahwa cryptocurrency dapat digunakan secara
aman dan sah dalam ekonomi global.

1. Terkait dengan penggunaan Bitcoin untuk memfasilitasi money laundering,


dapat melibatkan peran teknologi, termasuk Robot dan Artificial Intelligence
(AI), dalam beberapa cara:

Analisis Transaksi: AI dapat digunakan untuk menganalisis pola transaksi


Bitcoin dan mencari tanda-tanda aktivitas mencurigakan. Ini dapat mencakup
pemantauan transaksi besar-besaran, transaksi berulang-ulang dalam waktu
singkat, atau pola transaksi yang tidak biasa. Robot atau sistem otomatis dapat
digunakan untuk melakukan pemindaian besar-besaran data transaksi Bitcoin
untuk mengidentifikasi potensi pencucian uang.
Pelacakan Identitas: Untuk menghindari deteksi, pencuci uang seringkali
menggunakan multiple wallet atau identitas palsu. AI dapat digunakan untuk
mencoba mengidentifikasi pola dalam pembuatan dan penggunaan
walletwallet ini. Robot dapat membantu dalam pelacakan dan pencocokan data
identitas yang terkait dengan wallet tersebut.
Pengawasan Exchange: Bursa cryptocurrency adalah tempat utama di mana
Bitcoin diperdagangkan. AI dapat digunakan untuk memantau aktivitas di
bursa-bursa ini, termasuk aktivitas perdagangan yang mencurigakan. Robot
dapat digunakan untuk melakukan trading otomatis dengan strategi yang
mencurigakan, dan AI dapat mendeteksinya untuk intervensi lebih lanjut.
Analisis Sentimen: AI juga dapat digunakan untuk memantau media sosial
dan forum online untuk mendeteksi percakapan atau diskusi yang
mencurigakan terkait dengan Bitcoin dan aktivitas pencucian uang. Ini dapat
membantu dalam mengidentifikasi upaya pencucian uang yang sedang
berlangsung.
Prediksi Pola: AI dapat digunakan untuk memprediksi pola transaksi dan
aktivitas pencucian uang berdasarkan data historis. Ini dapat membantu dalam
mengidentifikasi potensi kasus pencucian uang sebelum mereka mencapai
tahap lanjut.
Keamanan Jaringan: Robot yang dikendalikan oleh AI juga dapat digunakan
untuk mengamankan jaringan dan infrastruktur terkait Bitcoin dan
cryptocurrency lainnya. Mereka dapat membantu dalam mendeteksi serangan
siber yang bertujuan mengakses dana cryptocurrency atau informasi sensitif.
Namun, penting untuk diingat bahwa sementara AI dan robot dapat membantu
dalam upaya deteksi dan pencegahan pencucian uang yang melibatkan
Bitcoin, teknologi ini juga dapat dieksploitasi oleh pelaku kejahatan untuk
menghindari deteksi. Oleh karena itu, peraturan dan kerja sama internasional
sangat penting untuk mengatasi risiko pencucian uang yang terkait dengan
cryptocurrency. Selain itu, perlu upaya yang terus-menerus untuk
meningkatkan keamanan dan pengawasan dalam ekosistem cryptocurrency
untuk mengurangi potensi penyalahgunaan.
2. Vouching: Vouching adalah proses audit yang digunakan untuk menguji
kebenaran asersi yang terkait dengan transaksi atau item dalam laporan
keuangan. Dalam vouching, auditor memilih suatu item dalam laporan
keuangan (misalnya, pengeluaran atau pendapatan tertentu) dan kemudian
melacaknya kembali ke dokumen atau bukti transaksi yang mendukungnya,
seperti faktur, kontrak, atau bukti pembayaran. Tujuannya adalah untuk
memverifikasi bahwa transaksi tersebut sesuai dengan aturan dan telah
didukung oleh bukti yang memadai.

Tracing: Sebaliknya, Tracing adalah proses audit yang digunakan untuk


menguji asersi yang berbeda, yaitu bahwa semua transaksi yang relevan telah
dicatat dengan benar dalam laporan keuangan. Dalam tracing, auditor memilih
suatu bukti atau dokumen pendukung (misalnya, faktur penjualan) dan
mengikuti jejaknya ke dalam catatan akuntansi, seperti jurnal atau buku besar.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua transaksi yang seharusnya
dicatat telah dicatat dengan benar dan tidak ada yang terlewat.
Jadi, sementara vouching digunakan untuk memverifikasi kebenaran transaksi
individual, tracing digunakan untuk memastikan bahwa semua transaksi yang
relevan telah dicatat dengan benar dalam laporan keuangan. Kedua teknik ini
adalah bagian penting dari proses audit untuk memastikan keandalan dan
kredibilitas laporan keuangan perusahaan.

3. Berikut adalah beberapa alasan mengapa regulasi dan pengawasan diperlukan


dalam dunia cryptocurrency:

Perlindungan Konsumen: Regulasi dapat membantu melindungi konsumen


dari penipuan, kehilangan aset, atau risiko lain yang terkait dengan
penggunaan cryptocurrency. Misalnya, dengan mewajibkan platform
pertukaran cryptocurrency untuk menjalani prosedur Know Your Customer
(KYC) dan Anti-Money Laundering (AML), konsumen dapat lebih aman dalam
bertransaksi.
Pencegahan Pencucian Uang: Cryptocurrency sering digunakan dalam
upaya pencucian uang dan kegiatan ilegal lainnya karena sifatnya yang
pseudonim. Regulasi AML dapat membantu mengidentifikasi dan melacak
aktivitas mencurigakan, sehingga dapat mencegah dan mengatasi pencucian
uang.
Stabilitas Keuangan: Pasar cryptocurrency yang tidak diatur dapat mengalami
volatilitas yang tinggi, yang dapat berdampak negatif pada stabilitas keuangan
secara keseluruhan. Regulasi dapat membantu mengendalikan risiko dan
mencegah gejolak yang merugikan.
Pajak: Penggunaan cryptocurrency dapat berdampak pada perpajakan.
Regulasi dapat memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana
cryptocurrency harus diperlakukan dalam hal pajak, sehingga menghindari
ketidakpastian hukum.
Penghindaran Kejahatan: Dengan regulasi yang tepat, otoritas dapat
mengidentifikasi dan menghentikan penggunaan cryptocurrency dalam
kegiatan ilegal, seperti perdagangan narkoba, penculikan data, atau serangan
ransomware.
Keamanan Aset: Peraturan yang memerlukan standar keamanan tertentu
pada platform pertukaran dan dompet cryptocurrency dapat membantu
mengurangi risiko peretasan dan kehilangan aset.
Pembangunan Ekosistem: Regulasi yang jelas dan mendukung dapat
mendorong pertumbuhan ekosistem cryptocurrency dengan memperkuat
kepercayaan pelaku pasar dan investor. Ini dapat menciptakan peluang
investasi yang lebih besar dan inovasi yang lebih lanjut.
Dalam berbagai yurisdiksi, upaya telah dilakukan untuk mengatur
cryptocurrency, baik itu melalui peraturan yang eksplisit mengenai
cryptocurrency maupun dengan memasukkan cryptocurrency ke dalam
kerangka peraturan yang sudah ada. Namun, karena sifat internasional
cryptocurrency, masih ada tantangan dalam mengkoordinasikan regulasi
antarnegara.
Penting untuk dicatat bahwa sementara regulasi diperlukan, pendekatan yang
seimbang dan berkelanjutan harus diambil agar tidak menghambat inovasi
dalam ruang cryptocurrency. Regulasi harus menciptakan lingkungan yang
aman dan jelas tanpa menghalangi perkembangan teknologi yang
mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai