Sinta Pratiwi
228110008
Petunjuk :
Soal Kasus 1 bagi mahasisw NPM Ganjil dan Soal Kasus 2 bagi mahasiswa
NPM Genap
Jika melihat pada penjualan aset kripto, pemerintah tidak bisa mengatur harga yang
berlaku atas suatu aset kripto. Harga ini murni ditentukan dari penjualan dan
penawaran antar penjual dan pembeli aset kripto. Meskipun diklaim lebih unggul dari
mata uang konvensional, namun harga kripto sangat cepat berubah, sehingga
dampak dari investasinya sangat beresiko.
Ia mencontohkan pada kasus Bitcoin TERA, harga kripto sangat cepat berubah.
Seperti ketika seseorang pada saat ini membeli aset kripto dengan harga 150 ribu
rupiah, pada malam hari angkanya bisa naik sampai 1 juta rupiah. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dengan adanya perkembangan ini, terjadi juga berbagai kejahatan
digital currency.
Dengan masifnya kejahatan yang dapat ditimbulkan dari transaksi digital currency ini,
ia menyarankan kepada semua orang untuk lebih berhati-hati. Hal ini dapat dilakukan
dengan dua cara yakni know your customer (KYC) yaitu mengetahui dan mengenali
setiap customer yang akan melakukan transaksi, melalui riset atau data alternatif dan
transaction monitoring yaitu memonitoring setiap transaksi yang akan dilaksanakan.
Sementara itu, dijelaskan bahwa cryptocurrency diciptakan dengan dua tujuan, yaitu
pertama, untuk dijadikan sebagai alat pembayaran/mata uang dan kedua, untuk
dijadikan sebagai komoditas/aset digital. Beberapa regulasi di Indonesia yang
mengatur atau berkaitan dengan virtual currency terdapat dalam UU No 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang, PBI No 18/40/PBI/2016 tentang Pemrosesan Transaksi
Pembayaran, PBI No 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial,
UU No 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No 32 Tahun 1997 tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Peraturan Menteri Perdagangan No 99 Tahun
2019 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset
Kripto.
Meski demikian, menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan virtual currency
hingga saat ini belum dapat diterima sebagai alat pembayaran. Hal ini dikarenakan
virtual currency tidak memenuhi beberapa karakteristik alat pembayaran, seperti:
terdapat otoritas pengatur dan pengawas yang bersifat sentral, memiliki nilai yang
cenderung stabil, diterima secara umum (acceptability), dan terdapat lembaga
penjamin.
mengikutinya. Hal ini menjadi tantangan bagi hukum untuk terus berkembang
menyesuaikan diri untuk mengatur segala hal yang berkembang saat ini. (EDN/ESP)
Saudara diminta :
Dilansir dari situs resmi bitcoin, dijelaskan beberapa keuntungan yang didapatkan oleh
penggunanya. Melalui perantara dunia cyber, maka bitcoin pun dapat digunakan
dengan teknologi peer-to-peer untuk beroperasi tanpa otoritas pusat atau bank.
Bitcoin bersifat open-source, di mana desain serta kepemilikannya dapat diakuisisi
oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Melalui berbagai properti serta
penawaran yang unik dan bersifat tidak konvensional, bitcoin memungkinkan
penggunaan menarik yang tidak dapat dicakup oleh sistem pembayaran sebelumnya.
Keberadaan bitcoin seringkali digunakan pada beberapa situs ilegal dan aksesibilitas
yang hanya bisa diakses melalui deep web hingga dark web. Kesulitan tentu muncul
pada saat dilakukannya pemeriksaan terhadap transaksi yang menggunakan bitcoin.
Bitcoin merupakan bentuk dari mata uang virtual, sebagai representasi digital dari nilai
tukar yang dapat diperdagangkan secara virtual dan berfungsi sebagai (1) media
pertukaran; dan / atau (2) satu unit akun; dan / atau (3) penyimpan nilai, tetapi tidak
memiliki status tender legal di yurisdiksi mana pun. ayaan.
Dalam konteks pencucian uang, teknologi dengan lanskap finansial seperti bitcoin
dapat memfasilitasi tindakan tersebut. Perpindahan uang ke perbankan online dan
teknologi yang memungkinkan adanya remote-desktop membuat manuver dan
transfer dana dari akun ke akun jauh lebih populer bagi para pencuci uang.
Berdasarkan hal tersebut, bitcoin menjadi salah satu sarana teknologi finansial yang
dapat berisiko terjadinya kejahatan. Kemudian, risiko pencucian uang yang dapat
dilakukan oleh para penjual maupun pembeli bitcoin, dimudahkan dengan ketiadaan
regulasi AML (Anti Money Laundering) serta prosedur KYC (Know your Customer).
Kemudahan tersebut membuat perdagangan bitcoin dapat dilakukan beberapa kali
hingga dapat ditukarkan dengan mata uang legal di suatu negara.
Di Indonesia, bitcoin sudah memiliki status resmi sebagai komoditas dan bisa
diperdagangkan di bursa berjangka. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (Bappebti) telah menerbitkan Peraturan Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi Nomor 3 Tahun 2019 tentang Komoditi yang Dapat Dijadikan
Subyek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif Lain
yang Diperdagangkan di Bursa Berjangka. Berdasarkan peraturan tersebut, uang
kripto kini menjadi produk komoditas dan dapat diperdagangkan di bursa berjangka
Indonesia.
Dengan demikian, mata uang virtual (cryptocurrency) khususnya Bitcoin telah menjadi
pisau bermata dua. Di satu sisi, telah membuatnya lebih mudah untuk melakukan
transaksi secara aman melalui internet. Namun, disisi lain dapat dieksploitasi untuk
memfasilitasi kejahatan dunia maya dan membantu para pelaku kejahatan lebih aman
mencuci hasil kejahatannya.
Saudara diminta :
ooo000ooo
JAWAB
Kasus yang telah dijelaskan di atas membawa berbagai aspek yang perlu
diperhatikan dalam konteks cryptocurrency, terutama Bitcoin, dan perannya dalam
potensi pencucian uang dan kejahatan dunia maya. Salah satu aspek penting
dalam kasus ini adalah perlunya regulasi dan perhatian dari otoritas yang
berwenang, seperti perbankan dan otoritas perpajakan.
Berikut adalah penjelasan mengenai pentingnya regulasi dan perpajakan dalam
konteks risiko pencucian uang dalam Bitcoin:
• Potensi Pencucian Uang
Cryptocurrency, termasuk Bitcoin, telah digunakan dalam beberapa kasus
pencucian uang. Keunggulan utama adalah anonimitas dan sulitnya melacak
asal-usul dana dalam transaksi cryptocurrency. Ini dapat dimanfaatkan oleh
individu atau kelompok yang ingin menyembunyikan dana yang diperoleh
secara ilegal.
• Regulasi yang Diperlukan
Untuk mengatasi risiko pencucian uang, regulasi yang ketat diperlukan.
Regulasi ini dapat mencakup prosedur KYC (Know Your Customer) yang ketat
pada platform pertukaran cryptocurrency, pelaporan transaksi mencurigakan,
dan kerjasama antara platform pertukaran dan otoritas penegak hukum untuk
mengidentifikasi dan menindak pelaku kejahatan.
• Perpajakan adalah Bagian dari Regulasi
Pajak adalah bagian penting dari regulasi dan hukum yang berlaku dalam
ekonomi. Pajak menghasilkan pendapatan yang diperlukan untuk mendukung
berbagai program dan layanan pemerintah, termasuk pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, dan lainnya. Ketika transaksi cryptocurrency seperti Bitcoin tidak
dikenakan pajak, ada potensi kehilangan pendapatan pajak yang signifikan.
• Perlindungan Konsumen
Selain pajak, regulasi juga melibatkan perlindungan konsumen. Konsumen
perlu tahu bahwa transaksi mereka dengan cryptocurrency terlindungi dan sah.
Regulasi yang baik dapat memberikan perlindungan kepada konsumen dari
skema penipuan dan penyalahgunaan oleh platform cryptocurrency yang tidak
sah.
• Penghindaran Pajak dan Legalitas
Kurangnya peraturan pajak yang jelas dan ketat dapat memberikan insentif bagi
individu atau entitas untuk menghindari pembayaran pajak atas keuntungan
yang diperoleh dari cryptocurrency. Ini bisa merugikan negara dan
menghasilkan ketidakadilan dalam sistem pajak.
Dengan demikian, meskipun tidak ada pajak yang terkait secara langsung dengan
transaksi Bitcoin, regulasi pajak yang lebih jelas dan ketat dalam cryptocurrency
menjadi penting untuk memastikan bahwa pajak yang seharusnya dibayar juga
diperoleh dan bahwa sistem pajak berfungsi dengan adil. Dalam beberapa
yurisdiksi, peraturan pajak cryptocurrency telah diperkenalkan atau sedang dalam
perjalanan untuk mengatasi masalah ini. Keberadaan regulasi yang baik adalah
langkah penting menuju penggunaan cryptocurrency yang lebih aman dan sah
dalam ekonomi global.
Bitcoin memiliki karakteristik yang membuatnya menarik bagi para pelaku kejahatan
dunia maya. Transaksi Bitcoin bersifat pseudonim, yang berarti identitas pemiliknya
tidak selalu terungkap secara jelas. Selain itu, Bitcoin dapat digunakan secara
internasional tanpa batasan geografis, membuatnya ideal untuk memindahkan
dana secara anonim. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku pencucian uang untuk
mencuci hasil kejahatannya.
Perlunya Regulasi dan Kepastian Hukum mengingat potensi risiko yang terkait
dengan Bitcoin, seperti pencucian uang dan pembiayaan terorisme, perlunya
regulasi yang memadai sangat penting. Regulasi ini harus mencakup persyaratan
KYC yang ketat, pelaporan transaksi mencurigakan, dan kewajiban bagi penyedia
layanan Bitcoin untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam investigasi
kriminal.
Otoritas perbankan dan otoritas Otoritas perpajakan perlu mengembangkan
kerangka kerja yang jelas untuk mengatur pajak yang terkait dengan
cryptocurrency. Ini termasuk aturan tentang bagaimana cryptocurrency harus
dilaporkan dalam penghitungan pajak.
Selain itu, mereka juga dapat memantau dan memeriksa penyedia layanan
cryptocurrency serta melakukan audit terhadap pertukaran dan pedagang Bitcoin
untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi AML dan pajak.
Kasus ini juga menyoroti pentingnya memberikan status hukum yang jelas bagi
Bitcoin dalam yurisdiksi tertentu. Di Indonesia, misalnya, Bitcoin telah diberikan
status resmi sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan di bursa berjangka. Ini
memberikan kepastian hukum bagi pelaku bisnis Bitcoin di negara tersebut.
Dalam rangka menghadapi potensi risiko yang terkait dengan Bitcoin, perlu adanya
kerja sama antara pemerintah, otoritas perbankan, otoritas perpajakan, dan industri
cryptocurrency untuk mengembangkan kerangka regulasi yang tepat. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa Bitcoin dapat digunakan sebagai alat transaksi
yang sah dan aman, sambil juga mencegah potensi penyalahgunaan untuk
kegiatan ilegal seperti pencucian uang dan kejahatan dunia maya.
Ketiadaan pajak yang terkait langsung dengan transaksi Bitcoin telah memunculkan
kekhawatiran akan kehilangan pendapatan pajak yang signifikan dan kurangnya
legalitas dalam sistem pajak.
Regulasi yang ketat dan kerjasama antara otoritas yang berwenang, platform
pertukaran, dan otoritas perpajakan adalah langkah penting untuk mengatasi risiko
pencucian uang dalam Bitcoin.