Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa penulis terhadap permasalahan yang

diangkat, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut yang pertama, Bitcoin

sebagai cryptocurrency diterima dibeberapa negara seperti Amerika

Serikat, Singapura, dan Jepang. Kemudian ada pula beberapa negara yang

tidak menerima kehadiran dari Bitcoin sebagai cryptocurrency ini seperti

Cina, Maroko, serta Indonesia. Diterimanya cryptocurrency khususnya

Bitcoin ini, memberikan kemudahan dalam tiap transaksinya. Di negara-

negara yang menerima kehadiran Bitcoin, banyak menggunakannya

sebagai alat transaksi untuk membeli peralatan elektronik, membayar

makan di restoran, membayar perkuliahan, dan lain sebagainya yang

pastinya memudahkan penggunanya.

Penggunaannya yang mudah seperti penggunaan ATM pada umunya

hanya saja ini tidak memerlukan kartu ATM, hanya dengan memiliki akun

di cryptocurrency seperti Bitcoin merupakan salah satu alasan banyak

kalangan yang menggunakannya. Saat kita ingin mengirimkan sejumlah

uang ke pengguna lain, maka pengiriman dapat terjadi sangat cepat

meskipun pengiriman sejumlah uang tersebut ke luar negeri.

Aturan yang telah dibuat oleh masing-masing negara pun jelas, serta

para pihak yang berwenang memberikan peringatan terhadap para

pengguna atas risiko yang akan diperoleh dari penggunaan Bitcoin sebagai

73
alat pembayaran virtual dan penggunaanya harus untuk suatu hal yang

legal.

Sedangkan yang kedua mengenai perspektif hukum di Indonesia

terkait Bitcoin maupun cryptocurrency lainnya sebagai alat pembayaran

atau transaksi komersial ini jelas tidak diperbolehkan sesuai dengan

peraturan Undang-UndangoNo.m7mTahunn2011 tentang MatatUang yang

mana dijelaskan dalam pasaln1nangkan1napabilauMataoUang adalah uang

yangmdikeluarkanmolehimNegaraonKesatuanonRepublik Indonesianyang

selanjutnyandisebutndengannRupiah.1

Tetapi saat ini telah ditetapkan aturan mengenai aset kripto yakni

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan

Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto (Crypto

Asset), menurut penulis ini merupakan suatu langkah yang bagus karena

Peraturan Menteri Perdagangan ini dapat digunakan sebagai suatu bentuk

pengawasan, kepastian hukum, serta perlindungan hukumnya dilakukan

oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi terhadap

masyarakat pengguna cryptocurrency.

Sesuai dengan aturan yang telah dibuat oleh Menteri Perdagangan

tersebut maka Otoritas Jasa Keuangan dan juga Bank Indonesia tidak

berwenang dalam mengatur cryptocurrency karena kewenangan

pengawasan tersebut telah dilakukan oleh Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditi di bawah Menteri Perdagangan. Maka jelas jika

74
cryptocurrency termasuk Bitcoin telah diakui sebagai aset kripto bukan

sebagai alat pembayaran.

Selanjutnya, dibutuhkan regulasi yang jelas dan khusus secara

mendalam mengarah pada cryptocurrency ini, agar dapat memberikan

arahan terhadap penggunaan cryptocurrency yang saat ini telah banyak

macamnya dan sebagai perlindungan maupun pengawasan dari pihak yang

berwenang.

B. Saran

Terkait dengan permasalahan hukum yang diangkat oleh penulis,

sarannyangndapat diberikanitoleh penulistkepada pihak yang bersangkutan

yakni sebagai berikut:

1. Bagi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

hendaknya segera membuat regulasi yang lebih dalam terkait

penggunaan cryptocurrency termasuk Bitcoin agar ada kejelasan

atas penggunaannya maupun termasuk soal pajak yang mungkin

dibebankan dan hal-hal teknis lainnya.

2. Bagi masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap penggunaan

cryptocurrency, karena nilainya yang sangat fluktuatif dapat

menimbulkan kerugian pada masyarakat. Maka hendaknya para

pengguna Bitcoin tidak menyimpan banyak uang di dalamnya

karena sangat rentan terhadap rentasan para hacker, masih minim

pengawasan, serta tidak ada perlindungan hukum baik dari pihak

cryptocurrency itu sendiri serta dari pemerintah.

75

Anda mungkin juga menyukai