Anda di halaman 1dari 8

MAGISTER AKUNTANSI PASCASARJANA UNPAS

NASKAH SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Mata Kuliah : Sistem Informasi Akuntansi
Kelas : A
Waktu : 120 Menit
Dosen : Prof. Dr. H. Atang Hermawan, SE.,MSIE., Ak.,CSRS.,CSRA.,CPF., CMA.
Sifat Ujian : Buka Buku / Buka Catatan

Nama : Ratih Yuniarti NRP : 228110006

Petunjuk :

Soal Kasus 1 bagi mahasisw NPM Ganjil dan Soal Kasus 2 bagi mahasiswa NPM
Genap

Kasus 1 (Problematika Mata Uang Kripto di Indonesia)

Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum UNISI menyelenggarakan


webinar “Problematika Cryptocurrency di Indonesia”. Webinar ini diadakan pada
Sabtu (11/6) dengan menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance dan Dosen UNISI.

Dalam seminar menyampaikan bahwa belanja perusahaan IoT terus mengalami


peningkatan dan diprediksi akan mencapai angka 10 persen pada tahun 2021.
Berdasarkan data dari Google, Temasek, dan Bain, Indonesia saat ini menjadi negara
dengan ekonomi digital terbesar di ASEAN. Jumlah PDB Ekonomi Digital yang
mencapai 3,7 persen dari PDB nasional, dan diprediksi pada tahun 2025 mendatang
akan terus meningkat menjadi 9,3 persen. Hal ini juga diiringi dengan penggunaan
pembayaran uang elektronik yang semakin meningkat.

Jika melihat pada penjualan aset kripto, pemerintah tidak bisa mengatur harga yang
berlaku atas suatu aset kripto. Harga ini murni ditentukan dari penjualan dan
penawaran antar penjual dan pembeli aset kripto. Meskipun diklaim lebih unggul dari
mata uang konvensional, namun harga kripto sangat cepat berubah, sehingga
dampak dari investasinya sangat beresiko.
Ia mencontohkan pada kasus Bitcoin TERA, harga kripto sangat cepat berubah.
Seperti ketika seseorang pada saat ini membeli aset kripto dengan harga 150 ribu
rupiah, pada malam hari angkanya bisa naik sampai 1 juta rupiah. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dengan adanya perkembangan ini, terjadi juga berbagai kejahatan
digital currency.

Dengan masifnya kejahatan yang dapat ditimbulkan dari transaksi digital currency ini,
ia menyarankan kepada semua orang untuk lebih berhati-hati. Hal ini dapat dilakukan
dengan dua cara yakni know your customer (KYC) yaitu mengetahui dan mengenali
setiap customer yang akan melakukan transaksi, melalui riset atau data alternatif dan
transaction monitoring yaitu memonitoring setiap transaksi yang akan dilaksanakan.

Sementara itu, dijelaskan bahwa cryptocurrency diciptakan dengan dua tujuan, yaitu
pertama, untuk dijadikan sebagai alat pembayaran/mata uang dan kedua, untuk
dijadikan sebagai komoditas/aset digital. Beberapa regulasi di Indonesia yang
mengatur atau berkaitan dengan virtual currency terdapat dalam UU No 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang, PBI No 18/40/PBI/2016 tentang Pemrosesan Transaksi
Pembayaran, PBI No 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial,
UU No 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No 32 Tahun 1997 tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Peraturan Menteri Perdagangan No 99 Tahun
2019 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset
Kripto.

Meski demikian, menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan virtual currency
hingga saat ini belum dapat diterima sebagai alat pembayaran. Hal ini dikarenakan
virtual currency tidak memenuhi beberapa karakteristik alat pembayaran, seperti:
terdapat otoritas pengatur dan pengawas yang bersifat sentral, memiliki nilai yang
cenderung stabil, diterima secara umum (acceptability), dan terdapat lembaga
penjamin.

Perkembangan teknologi yang kredibel itu membuat hukum kesulitan untuk


mengikutinya. Hal ini menjadi tantangan bagi hukum untuk terus berkembang
menyesuaikan diri untuk mengatur segala hal yang berkembang saat ini. (EDN/ESP)

Saudara diminta :

Jelaskan kasus tersebut diatas berdasarkan aspek berikut ini :


1. Mata uang digital Bitcoin berjalan secara terdesentralisasi, sehingga tidak ada satu
pihak yang bisa mengatur baik harga maupun pernyebarannya.
2. Teknologi blockchain adalah sistem yang tidak dikelola oleh pihak ketiga seperti
bank melainkan dapat dikelola oleh semua pengguna komputer internet.
3. Potensi yang besar menyebabkan cryptocurrencyperlu diatur dan mendapat
kepastian hukum serta perhatian dari otoritas yang berwenang seperti perbankan
dan otoritas perpajakan.

KASUS 2 (RISIKO PENCUCIAN UANG DALAM BITCOIN)

Berkembangnya model serta aksesibilitas dalam dunia cyber, membuat berbagai


fenomena transaksi muncul di dalamnya. Salah satu fenomena yang menjadi topik
hangat belakangan ini adalah kemunculan bitcoin. Bitcoin adalah cryptocurrency atau
uang elektronik yang bersifat digital. Penggunaannya bersifat desentralisasi, atau
dapat digunakan tanpa otorisasi bank sentral di setiap negara. Berdasarkan hal
tersebut, secara umum akan dibahas mengenai risiko bitcoin menjadi wadah serta
fasilitas yang sangat mempermudah transaksi dengan tujuan money laundering.

Dilansir dari situs resmi bitcoin, dijelaskan beberapa keuntungan yang didapatkan oleh
penggunanya. Melalui perantara dunia cyber, maka bitcoin pun dapat digunakan
dengan teknologi peer-to-peer untuk beroperasi tanpa otoritas pusat atau bank.
Bitcoin bersifat open-source, di mana desain serta kepemilikannya dapat diakuisisi
oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Melalui berbagai properti serta
penawaran yang unik dan bersifat tidak konvensional, bitcoin memungkinkan
penggunaan menarik yang tidak dapat dicakup oleh sistem pembayaran sebelumnya.
Keberadaan bitcoin seringkali digunakan pada beberapa situs ilegal dan aksesibilitas
yang hanya bisa diakses melalui deep web hingga dark web. Kesulitan tentu muncul
pada saat dilakukannya pemeriksaan terhadap transaksi yang menggunakan bitcoin.

Bitcoin merupakan bentuk dari mata uang virtual, sebagai representasi digital dari nilai
tukar yang dapat diperdagangkan secara virtual dan berfungsi sebagai (1) media
pertukaran; dan / atau (2) satu unit akun; dan / atau (3) penyimpan nilai, tetapi tidak
memiliki status tender legal di yurisdiksi mana pun. ayaan.
Dalam konteks pencucian uang, teknologi dengan lanskap finansial seperti bitcoin
dapat memfasilitasi tindakan tersebut. Perpindahan uang ke perbankan online dan
teknologi yang memungkinkan adanya remote-desktop membuat manuver dan
transfer dana dari akun ke akun jauh lebih populer bagi para pencuci uang.
Berdasarkan hal tersebut, bitcoin menjadi salah satu sarana teknologi finansial yang
dapat berisiko terjadinya kejahatan. Kemudian, risiko pencucian uang yang dapat
dilakukan oleh para penjual maupun pembeli bitcoin, dimudahkan dengan ketiadaan
regulasi AML (Anti Money Laundering) serta prosedur KYC (Know your Customer).
Kemudahan tersebut membuat perdagangan bitcoin dapat dilakukan beberapa kali
hingga dapat ditukarkan dengan mata uang legal di suatu negara.

Di Indonesia, bitcoin sudah memiliki status resmi sebagai komoditas dan bisa
diperdagangkan di bursa berjangka. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (Bappebti) telah menerbitkan Peraturan Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi Nomor 3 Tahun 2019 tentang Komoditi yang Dapat Dijadikan
Subyek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif Lain
yang Diperdagangkan di Bursa Berjangka. Berdasarkan peraturan tersebut, uang
kripto kini menjadi produk komoditas dan dapat diperdagangkan di bursa berjangka
Indonesia.

Dengan demikian, mata uang virtual (cryptocurrency) khususnya Bitcoin telah menjadi
pisau bermata dua. Di satu sisi, telah membuatnya lebih mudah untuk melakukan
transaksi secara aman melalui internet. Namun, disisi lain dapat dieksploitasi untuk
memfasilitasi kejahatan dunia maya dan membantu para pelaku kejahatan lebih aman
mencuci hasil kejahatannya.

Saudara diminta :

Jelaskan kasus tersebut diatas berdasarkan aspek berikut ini :

1. Robot dan Artificial Intelligence (AI), bisa dikombinasikan untuk menciptakan


sebuah robot yang handal dan pintar. Perangkat keras (fisik), artificial
intelligence adalah otak yang dapat menganalisis, dan memutuskan suatu hal
2. Racing adalah suatu kegiatan yang merupakan kebalikan dari Vouching, Tracing
juga dapat digunakan auditor untuk menguji assersi
managemen mengenai penilaian (valuation) serta penyajian dan pengungkapan.
3. Cryptocurrency memiliki potensi yang besar, sehingga menyebabkan perlu diatur
dan mendapat kepastian hukum serta perhatian dari otoritas yang berwenang
seperti perbankan dan otoritas perpajakan.

ooo000ooo

JAWAB

1. Terkait dengan penggunaan Bitcoin untuk memfasilitasi money laundering,


dapat melibatkan peran teknologi, termasuk Robot dan Artificial Intelligence
(AI), dalam beberapa cara:

Analisis Transaksi: AI dapat digunakan untuk menganalisis pola transaksi


Bitcoin dan mencari tanda-tanda aktivitas mencurigakan. Ini dapat mencakup
pemantauan transaksi besar-besaran, transaksi berulang-ulang dalam waktu
singkat, atau pola transaksi yang tidak biasa. Robot atau sistem otomatis dapat
digunakan untuk melakukan pemindaian besar-besaran data transaksi Bitcoin
untuk mengidentifikasi potensi pencucian uang.
Pelacakan Identitas: Untuk menghindari deteksi, pencuci uang seringkali
menggunakan multiple wallet atau identitas palsu. AI dapat digunakan untuk
mencoba mengidentifikasi pola dalam pembuatan dan penggunaan wallet-
wallet ini. Robot dapat membantu dalam pelacakan dan pencocokan data
identitas yang terkait dengan wallet tersebut.
Pengawasan Exchange: Bursa cryptocurrency adalah tempat utama di mana
Bitcoin diperdagangkan. AI dapat digunakan untuk memantau aktivitas di
bursa-bursa ini, termasuk aktivitas perdagangan yang mencurigakan. Robot
dapat digunakan untuk melakukan trading otomatis dengan strategi yang
mencurigakan, dan AI dapat mendeteksinya untuk intervensi lebih lanjut.
Analisis Sentimen: AI juga dapat digunakan untuk memantau media sosial
dan forum online untuk mendeteksi percakapan atau diskusi yang
mencurigakan terkait dengan Bitcoin dan aktivitas pencucian uang. Ini dapat
membantu dalam mengidentifikasi upaya pencucian uang yang sedang
berlangsung.
Prediksi Pola: AI dapat digunakan untuk memprediksi pola transaksi dan
aktivitas pencucian uang berdasarkan data historis. Ini dapat membantu dalam
mengidentifikasi potensi kasus pencucian uang sebelum mereka mencapai
tahap lanjut.
Keamanan Jaringan: Robot yang dikendalikan oleh AI juga dapat digunakan
untuk mengamankan jaringan dan infrastruktur terkait Bitcoin dan
cryptocurrency lainnya. Mereka dapat membantu dalam mendeteksi serangan
siber yang bertujuan mengakses dana cryptocurrency atau informasi sensitif.
Namun, penting untuk diingat bahwa sementara AI dan robot dapat membantu
dalam upaya deteksi dan pencegahan pencucian uang yang melibatkan
Bitcoin, teknologi ini juga dapat dieksploitasi oleh pelaku kejahatan untuk
menghindari deteksi. Oleh karena itu, peraturan dan kerja sama internasional
sangat penting untuk mengatasi risiko pencucian uang yang terkait dengan
cryptocurrency. Selain itu, perlu upaya yang terus-menerus untuk
meningkatkan keamanan dan pengawasan dalam ekosistem cryptocurrency
untuk mengurangi potensi penyalahgunaan.

2. Vouching: Vouching adalah proses audit yang digunakan untuk menguji


kebenaran asersi yang terkait dengan transaksi atau item dalam laporan
keuangan. Dalam vouching, auditor memilih suatu item dalam laporan
keuangan (misalnya, pengeluaran atau pendapatan tertentu) dan kemudian
melacaknya kembali ke dokumen atau bukti transaksi yang mendukungnya,
seperti faktur, kontrak, atau bukti pembayaran. Tujuannya adalah untuk
memverifikasi bahwa transaksi tersebut sesuai dengan aturan dan telah
didukung oleh bukti yang memadai.

Tracing: Sebaliknya, Tracing adalah proses audit yang digunakan untuk


menguji asersi yang berbeda, yaitu bahwa semua transaksi yang relevan telah
dicatat dengan benar dalam laporan keuangan. Dalam tracing, auditor memilih
suatu bukti atau dokumen pendukung (misalnya, faktur penjualan) dan
mengikuti jejaknya ke dalam catatan akuntansi, seperti jurnal atau buku besar.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua transaksi yang seharusnya
dicatat telah dicatat dengan benar dan tidak ada yang terlewat.
Jadi, sementara vouching digunakan untuk memverifikasi kebenaran transaksi
individual, tracing digunakan untuk memastikan bahwa semua transaksi yang
relevan telah dicatat dengan benar dalam laporan keuangan. Kedua teknik ini
adalah bagian penting dari proses audit untuk memastikan keandalan dan
kredibilitas laporan keuangan perusahaan.

3. Berikut adalah beberapa alasan mengapa regulasi dan pengawasan diperlukan


dalam dunia cryptocurrency:

Perlindungan Konsumen: Regulasi dapat membantu melindungi konsumen


dari penipuan, kehilangan aset, atau risiko lain yang terkait dengan
penggunaan cryptocurrency. Misalnya, dengan mewajibkan platform
pertukaran cryptocurrency untuk menjalani prosedur Know Your Customer
(KYC) dan Anti-Money Laundering (AML), konsumen dapat lebih aman dalam
bertransaksi.
Pencegahan Pencucian Uang: Cryptocurrency sering digunakan dalam
upaya pencucian uang dan kegiatan ilegal lainnya karena sifatnya yang
pseudonim. Regulasi AML dapat membantu mengidentifikasi dan melacak
aktivitas mencurigakan, sehingga dapat mencegah dan mengatasi pencucian
uang.
Stabilitas Keuangan: Pasar cryptocurrency yang tidak diatur dapat mengalami
volatilitas yang tinggi, yang dapat berdampak negatif pada stabilitas keuangan
secara keseluruhan. Regulasi dapat membantu mengendalikan risiko dan
mencegah gejolak yang merugikan.
Pajak: Penggunaan cryptocurrency dapat berdampak pada perpajakan.
Regulasi dapat memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana
cryptocurrency harus diperlakukan dalam hal pajak, sehingga menghindari
ketidakpastian hukum.
Penghindaran Kejahatan: Dengan regulasi yang tepat, otoritas dapat
mengidentifikasi dan menghentikan penggunaan cryptocurrency dalam
kegiatan ilegal, seperti perdagangan narkoba, penculikan data, atau serangan
ransomware.
Keamanan Aset: Peraturan yang memerlukan standar keamanan tertentu
pada platform pertukaran dan dompet cryptocurrency dapat membantu
mengurangi risiko peretasan dan kehilangan aset.
Pembangunan Ekosistem: Regulasi yang jelas dan mendukung dapat
mendorong pertumbuhan ekosistem cryptocurrency dengan memperkuat
kepercayaan pelaku pasar dan investor. Ini dapat menciptakan peluang
investasi yang lebih besar dan inovasi yang lebih lanjut.
Dalam berbagai yurisdiksi, upaya telah dilakukan untuk mengatur
cryptocurrency, baik itu melalui peraturan yang eksplisit mengenai
cryptocurrency maupun dengan memasukkan cryptocurrency ke dalam
kerangka peraturan yang sudah ada. Namun, karena sifat internasional
cryptocurrency, masih ada tantangan dalam mengkoordinasikan regulasi
antarnegara.
Penting untuk dicatat bahwa sementara regulasi diperlukan, pendekatan yang
seimbang dan berkelanjutan harus diambil agar tidak menghambat inovasi
dalam ruang cryptocurrency. Regulasi harus menciptakan lingkungan yang
aman dan jelas tanpa menghalangi perkembangan teknologi yang
mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai