Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MINI RISET

TEKNOLOGI KEUANGAN BANK SYARIAH

Oleh:

PS G

Putri Nadiva Aprilianti (402220159)

Ratri Setyowati (402220166)

Rilya Rindi Noer Syabilla (402220170)

Rizal (402220175)

Dosen Pembimbing : Dr.Suad Fikriawan,S., M.S.Ak

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MATA UANG CRYPTO SEBAGAI
KOMODITAS (STUDI WACANA TENTANG PERDAGANGAN BITCOIN)

Putri Nadiva Aprilianti, Ratri Setyowati, Rilya Rindi, Rizal


IAIN Ponorogo, Indonesia
putrinadiva706@gmail.com
rilyarindi@icloud.com

Abstract:

Di era digital yang berkembang pesat, teknologi telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan informasi,
transaksi elektronik, dan komunikasi jarak jauh. Transaksi elektronik umumnya melibatkan mata uang digital yang
diperoleh dengan menukarkan mata uang fisik. Cryptocurrency, bentuk mata uang virtual, telah diciptakan oleh para
ahli teknologi dan digunakan secara elektronik. Cryptocurrency dapat berfungsi sebagai alat perdagangan atau
investasi, namun tidak semua orang dapat mengaksesnya karena nilainya yang tinggi. Cryptocurrency, termasuk
Bitcoin, menjadi populer meskipun dianggap memiliki risiko spekulatif yang tinggi. Beberapa orang
menggunakannya sebagai pengganti uang tunai atau non-tunai karena kemudahan dan kecepatannya. Namun, dari
perspektif hukum Islam, penggunaan Bitcoin dianggap tidak diperbolehkan karena mengandung unsur gharar dan
maysir. Meskipun diakui sebagai alat investasi online di Indonesia, beberapa ulama sepakat bahwa Bitcoin tidak
boleh digunakan dalam bisnis penukaran mata uang. Meskipun memiliki aspek positif, seperti pengendalian inflasi,
keamanan, efisiensi transaksi, dan desentralisasi, Bitcoin tetap kontroversial dalam pandangan hukum Islam.

Kata Kunci: Uang kripto, bitcoin, hukum islam, komoditas

Abstract:

In the rapidly developing digital era, technology has made it easier to collect information, electronic
transactions and long-distance communication. Electronic transactions generally involve digital currency
obtained by exchanging physical currency. Cryptocurrencies, a form of virtual currency, have been created by
technology experts and used electronically. Cryptocurrency can function as a trading or investment tool, but not
everyone can access it because of its high value. Cryptocurrencies, including Bitcoin, are becoming popular
despite their perceived high speculative risk. Some people use it as a cash or non-cash substitute because of its
convenience and speed. However, from the perspective of Islamic law, the use of Bitcoin is considered
impermissible because it contains elements of gharar and maysir. Even though it is recognized as an online
investment tool in Indonesia, several scholars agree that Bitcoin should not be used in the currency exchange
business. Despite its positive aspects, such as inflation control, security, transaction efficiency, and
decentralization, Bitcoin remains controversial in the view of Islamic law.

Keywords: Crypto money, bitcoin, Islamic law, commodities

Pendahuluan
Dalam era digital yang terus berkembang, kemajuan teknologi memberikan kemudahan
dalam pengumpulan informasi, transaksi elektronik, dan komunikasi jarak jauh. Transaksi
elektronik umumnya melibatkan mata uang digital yang diperoleh dengan menukarkan mata
uang fisik. Para ahli teknologi telah menciptakan mata uang virtual yang dikenal sebagai
cryptocurrency, digunakan secara elektronik sebagai alat perdagangan atau investasi. Namun,
tidak semua orang dapat mengakses cryptocurrency karena nilainya yang tinggi, mencapai
puluhan juta rupiah. Bitcoin, sebagai bentuk cryptocurrency, menjadi sukses berkat
popularitasnya.
Di tingkat internasional, bitcoin menjadi subjek perdebatan, beberapa negara seperti
Islandia menganggap transaksi mata uang kripto ilegal. Di Tiongkok, meskipun mata uang kripto
beredar bebas, pemerintah telah memperingatkan pelaku usaha untuk tidak menerima
pembayaran menggunakan produk tersebut. Peraturan perundang-undangan terkait mata uang
kripto di Indonesia belum diatur dalam undang-undang, dan hal ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Bank Indonesia belum melegalkan penggunaan mata uang kripto secara resmi,
berbeda dengan negara lain, sehingga jumlah pengguna di Indonesia mengalami penurunan.
Kebijakan perbankan yang belum mengakui secara legal menjadi salah satu faktor penyebab
penurunan pengguna, meskipun masih ada pengguna di Indonesia 1.

Pasar mata uang mengalami perkembangan revolusioner, didukung oleh internet dan
teknologi komunikasi yang memungkinkan perdagangan di pasar mata uang internasional.
Transaksi dan investasi menggunakan cryptocurrency masih menjadi perdebatan dalam konteks
hukum Islam. Meskipun alat trading dapat digunakan dengan mudah dan aman, cryptocurrency
kadang dianggap tidak jelas (gharar) karena bersifat tidak pasti atau tidak diketahui dalam
kondisi fisiknya.

Kajian Pustaka
Adiwarman A. Karim dan Oni Sahroni dalam buku berjudul "Aturan Ekonomi Riba,
Gharar, dan Syariah, Fiqh dan Analisa Ekonomi" mengulas tentang prinsip-prinsip menghindari
riba, bai'gharar, jual beli hutang, dan menghindari benda-benda yang tidak halal dalam
perekonomian, dengan menekankan bahwa larangan dalam bisnis syariah jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan yang diizinkan. Sepuluh larangan terpenting dalam bisnis syariah
dijelaskan dalam buku ini tidak hanya didasarkan pada dalil-dalil syariah, tetapi juga disertai
dengan alasan ekonomi 2.

Nurul Huda dan Mustofa Edwin Nasution dalam buku "Berinvestasi di Pasar Modal
Syariah" membahas bagaimana produk dan jasa ekonomi syariah dapat meningkatkan
antusiasme dan perilaku wirausaha masyarakat. Salah satu fokusnya adalah investasi syariah
yang diakui oleh pasar modal sebagai instrumen investasi sesuai prinsip syariah. Mereka
menjelaskan konsep kelembagaan terkait investasi syariah, mencakup berbagai instrumen seperti
saham, obligasi, teknologi, dan syirkah.

Muhammad Imam Sabir dalam disertasinya berjudul "Transaksi Jual Beli Bitcoin Dalam
Perspektif Hukum Islam" membahas aspek pengeluaran uang dalam kaidah umum hukum Islam,
menekankan bahwa penentuan besaran uang berkaitan dengan kepentingan. Dia juga menyoroti
bahwa pembelanjaan uang dapat memiliki dampak negatif terhadap perekonomian rakyat, seperti
hilangnya kepercayaan terhadap mata uang, kemunculan mata uang palsu, peningkatan kuantitas
dan penurunan nilai atau inflasi, serta kehilangan pendapatan tetap.

1
Muhammad Al Ikhwan Bintarto, “Cryptocurrency as a Digital Property in Indonesian Law Perspective,”
JurnalPenegakan Hukum dan Keadilan 3, no. 2 (2022): 104–13.
2
Teddy Kusuma, “Cryptocurrency dalam perdagangan berjangka komoditi di indonesia perspektif hukum Islam,”
Tsaqafah 16, no. 1 (2020): 109–26.
Cryptocurrency Dalam Hukum Islam
MUI memberikan klarifikasi mengenai Bitcoin, menyatakan bahwa karena tidak
memiliki dasar aset, harga yang tidak terkendali, dan tanpa jaminan resmi, kemungkinan besar
akan muncul spekulasi terlarang. Dari perspektif hukum Islam, ini dianggap tidak diperbolehkan
karena melibatkan unsur gharar dan maysir.

Metode Penelitian
Penelitian kualitatif bervariasi berdasarkan data dan analisis, mengutamakan eksplorasi
dan deskripsi dibandingkan analisis mendalam untuk memahami permasalahan yang diteliti
secara komprehensif. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif dan normatif
syariah, dengan menggunakan metode penelitian Islam untuk menafsirkan dan membantah, yang
bertujuan untuk menarik kesimpulan dalam kerangka hukum Islam.

Landasan Teori
Cryptocurrency, mata uang digital yang diperdagangkan secara online, dibuat dengan
memecahkan masalah matematika menggunakan kriptografi. Tidak seperti mata uang fisik, koin
kripto mengandalkan teknologi kriptografi, sehingga tahan terhadap replikasi yang mudah atau
transfer tanpa izin.

Satoshi Nakamoto memperkenalkan Bitcoin, sistem mata uang kripto yang menggunakan
jaringan peer-to-peer untuk mencegah pembelanjaan ganda. Jaringan terdesentralisasi mengatasi
tantangan pengeluaran jumlah yang sama dua kali, yang biasanya dikelola oleh server pusat.
Dalam jaringan terdistribusi, setiap unit harus melakukan tugas ini, dengan masing-masing mitra
menyimpan catatan transaksi untuk memvalidasi transaksi di masa depan dan mencegah risiko
pembelanjaan ganda.Cryptocurrency memungkinkan transaksi online dalam jaringan
terdesentralisasi di mana setiap entitas menyimpan catatan transaksi, memastikan validitas
transaksi di masa depan dan mencegah pembelanjaan ganda.

Kriptografi, yang secara historis merupakan bidang yang berfokus pada militer dengan
investasi dari negara-negara besar, berkembang melampaui kode rahasia untuk mengatasi
persaingan. Singkatnya, Bitcoin berfungsi sebagai mata uang virtual untuk transaksi online,
namun tidak memiliki status hukum untuk transaksi di Indonesia. Para ahli dengan suara bulat
tidak menyarankan Bitcoin sebagai pengganti mata uang tradisional karena lebih banyak
kerugiannya daripada manfaatnya. Meskipun demikian, Bitcoin menawarkan hal positif seperti
pengendalian inflasi, keamanan, desentralisasi, dan efisiensi transaksi.

Hasil Pembahasan
Majelis Ulama Indonesia memberikan penjelasan tentang Bitcoin (mata uang elektronik)
dengan adanya keberadaannya mata uang ini tidak ada aset yang mendasari harganya sehingga
mata uang bitcoin ini menjadi tidak terkendali, dan secara resmi tidak ada yang dapat menjamin
keberadaan mata uang bitcoin ini, sehingga akan berkemungkinan mempertaruhkan uang
dengan perkiraan asusmi tanpa melihat kondisi riil yang terjadi saat ini. Sehingga dalam pandnag
hukum islam terhadap mata uang bitcoin terdapat unsur gharar dan unsur maysir 3.

3
M. Amir Rais, “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR PADA PRAKTIK JUAL BELI KOMODITI DENGAN
MENGGUNAKAN ROBOT TRADING” (PhD Thesis, Universitas Islam Indonesia, 2023),
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/44997.
a. Unsur Gharar
Dalam pandangan islam mata uang bitcoin ini hukumnya haram karena
mengandung unsur gharar yang berarti tidak pasti, adanya ketidak pastian adalah karena
mnegandung untung-untungan karena nilai tukar menukarnya dapat mengakibatkan salah
satu pihak diuntungkan dan pihak yang lainnya dirugikan.

b. Unsur Maysir
Unsur maysir dalam penggunaan mata uang bitcoin ini bisa juga disebut dengan
judi, karena tidak ada syarat sah nya dalam komoditi per uangan majelis ulama indonesia
sehingga mata uang bitcoin ini tidak sah untuk diperjual belikan dalam pangdangan
hukum islam. Bitcoin bisa dibilang unsur maysir apabila metode yang digunakan hanya
ingin mendapatkan keuntungan, dan bitcoin menjadi boleh atau tidak maysir apabila
dilakukan dengan nbenar. Contohnya pada pasar tradisional yang menggunakan metode
perdagangan dengan teknik fundamental.

Saat ini ada banyak orang juga menggunakan kripto untuk menggantikan ata uang tunai
ataupun non tunai. Karena kripto ini merupakan mata uang yang modern atau mata uang yang
bisa digunakan dengan cepat dan snagat mudah penggunaannya. Hal ini mengakibatkan
banyanya beberapa orang yang menggantikan mata uang menjadi mata uang kripto. Mata uang
kripto itu sedniri secara penggunaan dan pemanfaatannya dilakukan dengan 3 cara yaitu melalui
pembayarannya yang mudah, dapat berinvestasi dengan jangka waktu yang panjang, dan
transaksi dengan mata uang kritp ini yang sangat mudah dan jugta praktis.

Dengan penjelasan kripto ini banyak web atau situs diindonesia yang tertarik dengan
mata uang kripto itu sedniri sehingga banyak juga perusahaan besar terutama dibidang online
yang melakukan pembayarannya melalui bitcoin atau kripto. Hal ini didiukung oleh perluasan
mata uang bitcoin yang diterima langsung didunia bisnis global sebagai alat pembayaran yang
cepat dan praktis. Setidaknya kini sudah lebih dari 100 perusahaan yang menerimanya,
Kelebihan dan kekurangan menggunakan metode pembayaran ini tentunya ada banyak namun
disisi lain bitcoin atau kripto sudah dapat pengakuan jelas bahwa mata uang ini dapat digunakan
sebagai alat tukar yang sah dibeberapa negara. Adapaun bebebrapa negara yang tidak mengakui
adanya bitcoin karena masih dalma perbaikan dan pengumpulan pajak negara sehingga melarang
kripto untuk alat tukar menukar apalagi diedarkan.

Cryptocurency sebagai komoditas


Mata uang kripto merupakan salah satu alat investasi online yang diakui oleh Indonesia
karena aset kripto memenuhi unsur komoditas sehingga tergolong salah satu bahan baku tak
berwujud berupa aset digital yang dapat diperdagangkan dalam perdagangan berjangka
komoditas. Namun, cryptocurrency masih memiliki beberapa pro dan kontra yang menjadi
perdebatan pemerintah dan ulama. Bitcoin belum bisa dijadikan komoditas dalam kontrak
derivatif syariah di Indonesia karena bitcoin masih bersifat spekulatif dan rentan terhadap
tuntutan hukum. Bitcoin secara hukum haram karena faktor eksternal, jadi sebaiknya dihindari.

Pada dasarnya Islam memperlakukan uang hanya sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditas. Oleh karena itu, motif permintaan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan
transaksional (transaksional permintaan uang), bukan spekulasi. Islam sangat menganjurkan
penggunaan uang sebagai alat tukar, seperti dalam hadis riwayat Ata bin Yasari, Abu Said dan
Abu Hurairah, dan Abu Said al-Khudzri menjelaskan bahwa Rasulullah SAW kemungkinan
besar tidak menyetujui transaksi dengan sistem barter. untuk itu disarankan menggunakan uang.
Nampaknya beliau melarang pertukaran tersebut karena termasuk riba 4.

Konsep Islam menolak spekulasi dan mengharapkan penggunaan harta yang produktif.
Dalam membayar zakat, Islam mengutamakan harta daripada bunga, serta mendorong agar uang
tidak ditimbun secara tidak produktif. Meskipun zaman Nabi menggunakan dinar dan dirham
sebagai alat tukar, Al-Qur'an dan Hadits tidak secara eksplisit mewajibkan penggunaannya
sebagai mata uang. Pemahaman QS At-Taubah menyoroti kecenderungan masyarakat modern
menimbun emas dan perak tanpa memberikannya untuk kemaslahatan Allah.

Dari penjelasan ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa emas dan perak memiliki
nilai sebagai harta simpanan dan simbol kekayaan. Keduanya berperan sebagai alat tukar,
penyimpan nilai, satuan hitung, dan standar pembayaran di masa depan. Oleh karena itu, tidak
ada keistimewaan tertentu yang mewajibkan penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang.
Nabi Muhammad memberikan kebebasan dalam memilih alat tukar karena uang merupakan
aspek ekonomi yang diatur oleh suatu negara dengan syarat yang serupa 5.

Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa bitcoin adalah mata uang
virtual yang cocok untuk transaksi online, termasuk jual beli dan perdagangan komoditas.
Meskipun tidak diakui secara resmi untuk jual beli di Indonesia, para ulama sepakat bahwa
bitcoin tidak boleh menggantikan uang karena risikonya lebih besar daripada manfaatnya. Meski
demikian, bitcoin memiliki aspek positif seperti pengendalian inflasi, keamanan, desentralisasi,
dan efisiensi transaksi.
DSN-MUI diharapkan dapat mengeluarkan fatwa mengenai unsur riba pada bitcoin dan
kebolehannya dalam transaksi online serta perdagangan berjangka. Pemerintah disarankan untuk
menciptakan mata uang virtual resmi untuk Indonesia/ASEAN yang lebih stabil daripada bitcoin,
memberikan jaminan harga yang sesuai dengan mata uang rupiah atau harga logam mulia saat
ini.

Saran
Individu yang baru akrab dengan bitcoin dan berniat menggunakannya dalam
perdagangan disarankan untuk berhati-hati, karena bitcoin tidak memiliki perlindungan terhadap
kerugian. Jika seseorang atau perusahaan memiliki jumlah besar bitcoin dan menyimpannya
dalam wallet di komputer yang terkena virus hingga rusak atau mati, menyebabkan hilangnya
seluruh data, maka bitcoin tersebut juga akan hilang dan tidak dapat dipulihkan.

4
Rimanto Rimanto, Kholid Hidayatullah, dan Sumarni Sumarni, “VALIDITAS TRANSAKSI CRYPTOCURRENCY (Studi
Tentang Akad Dalam Transaksi Syariah),” Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 12, no. 1 (t.t.): 7–15.
5
Afrizal Afrizal, Marliyah Marliyah, dan Fuadi Fuadi, “Analisis Terhadap Cryptocurrency (Perspektif Mata Uang,
Hukum, Ekonomi Dan Syariah),” E-Mabis: Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis 22, no. 2 (2021): 13–41.

Anda mungkin juga menyukai