tidak dikeluarkan oleh otoritas pusat, tidak adanya campur tangan atau
manipulasi oleh pemerintah. Awal mulanya, cryptocurrency tidak dipandang
sebagai nilai tukar yang bisa mewakili mata uang digital yang ada. Namun
karena perkembangannya yang pesat menjadikan mata uang kripto ini segera
diketahui oleh banyak orang.
Di antara golongan yang berpendapat bahwa uang kripto haram adalah Grand
Mufti Mesir Shaykh Shawki Allam, pemerintah Turki, Shaykh Haitam dari
Inggris. Sedangkan di antara yang berpendapat bahwa uang kripto pada
dasarnya dibolehkan adalah Pusat Fatwa Darul Uloom Zakariyya di Afrika
Selatan.
Dasar Hukum:
Melansir Website resmi Islamic Coin, terdapat beberapa poin yang menjadikan
sistem rantai haqq ini diterima otoritas.
Pertama, transaksi jual beli Islamic Coin harus dilakukan dengan jasa dan
barang yang sah dan zakat perlu dibayarkan. Selain itu, sistem rantai haqq ini
juga perlu dilakukan audit terakreditasi yang mampu melindungi dana
pelanggannya.
Kedua, otoritas menegaskan bahwa platform rantai haqq perlu sejalan dengan
aturan keuangan Syariah Islam yang tercatat dalam white paper atau buku
putih (buku peraturan yang disusun sebagai dasar Islamic Coin). Otoritas terkait
juga harus memastikan penerbitan mata uang "koin Islam" dan pembentukan
dana abadi sesuai dengan pendapat Syariah.
Ketiga, otoritas tidak menyatakan pendapat terkait aspek hukum kelayakan
ekonomi, tetapi pihak-pihak yang berkepentingan bertanggung jawab untuk
memverifikasi aspek-aspek tersebut.
Namun, penjelasan dari Islamic Coin bahwa aset ini dapat menjadi terkenal dan
mengalami peningkatan harga merupakan akibat dari aksi penyimpanan yang
ditujukan untuk transaksi. Penyimpanan berpotensi mengakibatkan adanya
penimbunan, sehingga harga mengalami peningkatan.
Persoalan selanjutnya adalah Islamic Coin tidak memiliki aset yang mendasari,
sehingga tidak terdapat acuan dalam menilai mata uang tersebut. Namun,
Islamic Coin membuat pembelaan bahwa mata uang yang diterbitkan
merupakan konversi dari emas, dolar, euro, dan sebagainya. Sehingga, nilai
mata uang tersebut seperti nilai aset keuangan yang digunakan untuk
membelinya.
Sebagai informasi, mata uang telah mengalami sejarah panjang. Sejarah sistem
jual beli awalnya bermula dengan menggunakan barter atau pertukaran
barang, hingga ditemukan mata uang berupa emas dan perak sebagai alat
pertukaran. Mata uang terus berevolusi menjadi penggunaan mata uang kartal
atau kertas yang memiliki dasar berupa emas. Sampai tahun 1971, Amerika
Serikat menyatakan uang dapat dicetak begitu saja tanpa dijaminkan emas.
Trading Crypto Menurut Islam Halal? Berikut Beberapa Pendapat Ahli Agama
Walaupun ada yang menyatakan bahwa cryptocurrency haram. Tidak sedikit
ahli agama yang berpendapat bahwa crypto halal asalkan masih sesuai dengan
prinsip-prinsip islam.
Beberapa ahli yang berpendapat bahwa crypto halal antara lain Mufti
Muhammad Abu Bakar dan Dr. Ziyaad Mohamed selaku Ketua Komite Syariat di
HSBC Amanah Malaysia Bhd, Maulana Jamal Ahmed dan Mufti Faraz Adam
selaku cendekiawan di Islamqa.org, serta Pusat Fatwa Darul Uloom Zakariyya di
Afrika Selatan.
Kerajaan Arab Saudi, yang menggunakan syariat Islam dan tempat awal
tumbuh kembangnya agama Islam, juga memberikan larangan pada
penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang. Sikap Bank Sentral Arab Saudi
(SAMA), seperti Bank Indonesia (BI), memperingatkan kepada masyarakat
bahwa mata uang virtual seperti Bitcoin memiliki resiko tinggi dan bisa
membawa kerugian yang sangat besar.
Pertimbangan yang diambil dalam fatwa haram itu adalah resiko penipuan
dalam transaksi tersebut. “Atas beberapa pertimbangan, di antaranya adalah
akan adanya penipuan di dalamnya, maka dihukumi haram,” Kiai Azizi
Chasbullah, selaku mushahih, Oktober 2021.