Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan cryptocurrency dari mata uang yang ada yaitu mata uang kripto ini

tidak dikeluarkan oleh otoritas pusat, tidak adanya campur tangan atau
manipulasi oleh pemerintah. Awal mulanya, cryptocurrency tidak dipandang
sebagai nilai tukar yang bisa mewakili mata uang digital yang ada. Namun
karena perkembangannya yang pesat menjadikan mata uang kripto ini segera
diketahui oleh banyak orang.

Sebagai cannel yang memahas topik seputar agama bagaimana pandangan


isalam dalam menyikapi kripto?

Cryptocurrency Menurut pendangan Islam

Terdapat perbedaan pendapat perihal hukum uang kripto atau cryptocurrency


dari perspektif hukum Islam. Ada sebagian ulama yang menghalalkan, namun
sebagian lainnya mengharamkannya.

Di antara golongan yang berpendapat bahwa uang kripto haram adalah Grand
Mufti Mesir Shaykh Shawki Allam, pemerintah Turki, Shaykh Haitam dari
Inggris. Sedangkan di antara yang berpendapat bahwa uang kripto pada
dasarnya dibolehkan adalah Pusat Fatwa Darul Uloom Zakariyya di Afrika
Selatan.

Di Indonesia sendiri, pendapat yang diambil oleh Majelis Ulama Indonesia


(MUI)?, ditetapkan dalam fatwa Komisi B Masalah Fikih Kontemporer Tim
Materi Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia Tahun 2021. Dalam fatwa
tersebut, cryptocurrency diartikan sebagai mata uang virtual atau uang virtual.

MUI mengakui bahwa terkait idzin penggunaan cryptocurrency serta hukum


penggunaannya dalam transaksi bisnis menurut syariat Islam masih terdapat
pro-kontra (khilafiyah) di kalangan pakar ekonomi dan ulama.
Adapun keterangan lengkap hasil pembahasan MUI tentang hukum
cryptocurrency adalah sebagai berikut:

Penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang hukumnya haram. Kenapa


kripto haram? Karena mengandung gharar / ketidak jelasan, dan bertentangan
dengan UUD negara. no 7 tahun 2011 dan Peraturan bank indonesia no 17
tahun 2015.
Cryptocurrency sebagai komoditi atau aset digital tidak sah diperjualbelikan
karena mengandung gharar, dan tidak memenuhi syarat sil’ah . secara syar’i,
yaitu: ada wujud fisik, memiliki nilai, diketahui jumlahnya secara pasti, hak milik
dan bisa diserahkan ke pembeli.
Cryptocurrency sebagai komoditi/aset yang memenuhi syarat sebagai sil’ah dan
memiliki underlying (aset yang mendasarinya) serta memiliki manfaat yang
jelas hukumnya sah untuk diperjualbelikan.
Sehingga, menjawab pertanyaan Anda, terdapat perbedaan mengenai halal
atau haramnya penggunaan bitcoin di kalangan para ulama dan ahli ekonomi.
Di Indonesia, MUI telah mengeluarkan fatwa yang menjelaskan bahwa :
penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang adalah haram, sedangkan
sebagai aset komoditi maka bisa jadi sah atau tidak sah diperjualbelikan
tergantung dari karakteristik cryptocurrency tersebut, apakah memenuhi syarat
syar’i atau tidak.

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan


semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan
Penyangkalan selengkapnya). Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik
terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra Justika.

Dasar Hukum:

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang;


Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 Tahun 2015 tentang
Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Haruli Dwicaksana dan Pujiyono. Akibat Hukum yang Ditimbulkan Mengenai


Cryptocurrency Sebagai Alat Pembayaran di Indonesia. Jurnal Privat Law Vol.
VIII No. 2 Juli-Desember 2020;
Mufti Muhammad Abu-Bakar. Shariah Analysis of Bitcoin, Cryptocurrency, &
Blockchain. Blossom Labs, Inc., 2018;
Robby Houben, Alexander Snyers. Cryptocurrencies and Blockchain, Legal
Context and Implications for Financial Crime, Money Laundering and Tax
Evasion. European Union, 2018;
Keputusan Fatwa Hukum Uang Kripto atau Cryptocurrency, diakses pada 12
Januari 2022, pukul 08.35 WIB.

Tapi di dalam dunia kripto makin digemparkan, dengan keberadaan pendatang


baru, berupa kripto halal yang bernama Islamic Coin (ISLM)
Kripto Halal ini menggunakan ekosistem melalui penerapan proof-of-stake
secara Syariah yang diberi istilah rantai haqq. Koin ini ditujukan untuk
memberikan kesempatan umat Muslim dunia dapat berpartisipasi dalam
ekonomi digital yang sesuai dengan syariat Islam.

Melansir Website resmi Islamic Coin, terdapat beberapa poin yang menjadikan
sistem rantai haqq ini diterima otoritas.
Pertama, transaksi jual beli Islamic Coin harus dilakukan dengan jasa dan
barang yang sah dan zakat perlu dibayarkan. Selain itu, sistem rantai haqq ini
juga perlu dilakukan audit terakreditasi yang mampu melindungi dana
pelanggannya.

Kedua, otoritas menegaskan bahwa platform rantai haqq perlu sejalan dengan
aturan keuangan Syariah Islam yang tercatat dalam white paper atau buku
putih (buku peraturan yang disusun sebagai dasar Islamic Coin). Otoritas terkait
juga harus memastikan penerbitan mata uang "koin Islam" dan pembentukan
dana abadi sesuai dengan pendapat Syariah.
Ketiga, otoritas tidak menyatakan pendapat terkait aspek hukum kelayakan
ekonomi, tetapi pihak-pihak yang berkepentingan bertanggung jawab untuk
memverifikasi aspek-aspek tersebut.

Keempat, otoritas merekomendasikan penunjukkan pihak luar yang


memverifikasi bahwa platform telah mematuhi langkah-langkah yang
terkandung dalam dokumen dan lampiran.
Berdasarkan aturan tersebut, poin ketiga dan keempat menunjukkan otoritas
tidak dapat memberikan keputusan yang tegas terkait kelayakan ekonomi dan
kepatuhan dalam verifikasi Islamic Coin. Otoritas melemparkan tanggung jawab
tersebut pada pihak pembuat koin tersebut dan pihak ketiga.

Berdasarkan hukum kripto di Indonesia sendiri, Majelis Ulama Indonesia (MUI)


menyatakan kripto tergolong haram, karena mengandung gharar
(ketidakpastian) dan dharar (merugikan). Mata uang kripto juga tidak
memenuhi syarat secara syar'i, seperti wujud fisik, memiliki nilai, diketahui
jumlahnya secara pasti, hak milik dan bisa diserahkan ke pembeli. Selain itu,
kripto tidak memiliki underlying serta manfaat yang jelas.

Apabila mengaitkan dengan alasan kripto haram di Indonesia, terdapat


beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam memandang Islamic Coin.
Ketidakpastian dari nilai kripto Islamic Coin merupakan persoalan yang belum
jelas, khususnya apabila terjadi kenaikan nilai yang signifikan akibat adanya
peningkatan permintaan.

Namun, penjelasan dari Islamic Coin bahwa aset ini dapat menjadi terkenal dan
mengalami peningkatan harga merupakan akibat dari aksi penyimpanan yang
ditujukan untuk transaksi. Penyimpanan berpotensi mengakibatkan adanya
penimbunan, sehingga harga mengalami peningkatan.

Persoalan selanjutnya adalah Islamic Coin tidak memiliki aset yang mendasari,
sehingga tidak terdapat acuan dalam menilai mata uang tersebut. Namun,
Islamic Coin membuat pembelaan bahwa mata uang yang diterbitkan
merupakan konversi dari emas, dolar, euro, dan sebagainya. Sehingga, nilai
mata uang tersebut seperti nilai aset keuangan yang digunakan untuk
membelinya.

Sebagai informasi, mata uang telah mengalami sejarah panjang. Sejarah sistem
jual beli awalnya bermula dengan menggunakan barter atau pertukaran
barang, hingga ditemukan mata uang berupa emas dan perak sebagai alat
pertukaran. Mata uang terus berevolusi menjadi penggunaan mata uang kartal
atau kertas yang memiliki dasar berupa emas. Sampai tahun 1971, Amerika
Serikat menyatakan uang dapat dicetak begitu saja tanpa dijaminkan emas.

Berdasarkan sejarah tersebut, mata uang telah mengalami perjalanan panjang


dan semakin hari 'keabu-abuan' dari mata uang fiat sendiri masih menjadi
pertanyaan. Sebagian ulama menyatakan bahwa mata uang harus berbasis
emas dan perak yang ditetapkan berdasarkan syar'i. Mata uang fiat sendiri
sudah lama lepas tidak memiliki dasar emas dan perak. Islamic Coin yang masih
belum jelas aset yang mendasarinya tentu juga akan menjadi polemik terkait
halal-haram nya. Sehingga, apakah Islamic Coin Halal? Mari menantikan
pendapat dari Majelis Ulama Indonesia.

Lalu bagaimana dengan trading criptyo

Trading crypto menurut Islam menjadi pertanyaan seluruh umat muslim di


dunia dan di Indonesia. Hal tersebut sangat layak untuk dipelajari dan dipahami
karena menyangkut dosa yang akan diterima pada setiap perbuatan umat
islam. Selain itu, nilai transaksi crypto di Indonesia terus meroket seiring
dengan kemudahan akses media digital yang menyebabkan bertambahnya
minat awam untuk mendalami crypto. Namun, pembahasan mengenai halal
atau haram aset crypto masih belum terlalu jelas dan menjadi perbincangan
hingga saat ini. Supaya lebih jelas mengenai hal tersebut, mari kita bahas pada
artikel berikut ini.

Trading Crypto Menurut Hukum Islam


Pengertian cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggunakan
teknologi blockchain. Mata uang crypto berbeda dengan uang Fiat, mata uang
crypto sifatnya terdesentralisasi dan tidak memiliki otoritas pusat. Pemerintah
pun tidak bisa memanipulasi data transaksi pada cryptocurrency.

Para ulama mengharamkan mata uang crypto karena pandangan crypto


sebagai mata uang. Hal ini dikarenakan bertentangan dengan prinsip keuangan
dalam agama Islam. Namun, ada juga yang menghalalkan penggunaan uang
crypto seperti Bitcoin.

Trading Crypto Menurut Islam Halal? Berikut Beberapa Pendapat Ahli Agama
Walaupun ada yang menyatakan bahwa cryptocurrency haram. Tidak sedikit
ahli agama yang berpendapat bahwa crypto halal asalkan masih sesuai dengan
prinsip-prinsip islam.

Beberapa ahli yang berpendapat bahwa crypto halal antara lain Mufti
Muhammad Abu Bakar dan Dr. Ziyaad Mohamed selaku Ketua Komite Syariat di
HSBC Amanah Malaysia Bhd, Maulana Jamal Ahmed dan Mufti Faraz Adam
selaku cendekiawan di Islamqa.org, serta Pusat Fatwa Darul Uloom Zakariyya di
Afrika Selatan.

Alasan mereka menyatakan halal karena Crypto merupakan aset penyimpanan


nilai yang telah mendapatkan mufakat atau kesepakatan dari banyak orang.
Selain itu, cryptocurrency dapat menjadi aset dan memiliki nilai di dalamnya,
sehingga memenuhi definisi maal. Meskipun para ulama menganggap investasi
crypto perlu dihindari, mereka tidak menilai aktivitas ini maram.

Kenapa Crypto Dianggap Haram Oleh Sebagian Ulama?


Beberapa pihak menyatakan Crypto haram, antara lain Grand Mufti Mesir
Syaikh Shawki Allam, Pemerintah Negara Turki, Sheikh Haitham Al-Haddad dari
Inggris.
Mereka berpendapat bahwa Crypto haram karena ada unsur ketidakpastian
(gharar) dan anonimitas. Kemudian, transaksi perdagangan crypto yang sangat
cepat dan mengandalkan spekulasi mirip dengan judi (maisir) yang haram
dalam Islam.

Kerajaan Arab Saudi, yang menggunakan syariat Islam dan tempat awal
tumbuh kembangnya agama Islam, juga memberikan larangan pada
penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang. Sikap Bank Sentral Arab Saudi
(SAMA), seperti Bank Indonesia (BI), memperingatkan kepada masyarakat
bahwa mata uang virtual seperti Bitcoin memiliki resiko tinggi dan bisa
membawa kerugian yang sangat besar.

Fatwa Ulama Indonesia: Crypto Halal Dengan Syarat!


Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia penggunaan uang Kripto sebagai aset
Investasi masih menjadi perdebatan serius. Meskipun Bank Indonesia sudah
jelas melarangnya sebagai alat tukar atau mata uang. Sejumlah Ulama dan
organisasi Islam pun mengeluarkan fatwa cryptocurrency halal dengan
ketentuan-ketentuan sesuai syariat Islam.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)


Pada Ijtima Ulama 9-11 November 2021 yang dilaksanakan secara rutin,
membahas mengenai hukum Cryptocurrency. Hasil tersebut menghasilkan 3
poin dalam Fatwa MUI sebagai berikut:

Cryptocurrency sebagai mata uang hukumnya haram, karena mengandung


ketidakpastian (gharar), kerugian (dharar) dan bertentangan dengan Undang-
Undang nomor 7 tahun 2011 dan Peraturan Bank Indonesia nomor 17 tahun
2015.
Aset Cryptocurrency sebagai komoditi/aset digital tidak sah diperjualbelikan
karena mengandung gharar, dharar, qimar dan tidak memenuhi syarat sil’ah
secara syar’i, yaitu: ada wujud fisik, memiliki nilai, diketahui jumlahnya secara
pasti, hak milik dan bisa diserahkan ke pembeli.
Cryptocurrency sebagai komoditi/aset yang memenuhi syarat sebagai sil’ah dan
memiliki underlying serta memiliki manfaat yang jelas hukumnya sah untuk
diperjualbelikan.
Dengan landasan pada poin pertama dan kedua, MUI telah menyatakan bahwa
crypto haram sebagai alat pembayaran dan jual-beli yang tidak memiliki wujud
fisik atau underlying. Namun, MUI menyatakan hahal pada poin ketiga jika
crypto tersebut memiliki wujud fisik atau underlying yang jelas. Poin ketiga ini
masuk dalam aturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(BAPPEBTI) dibawah naungan Kementerian Perdagangan. Underlying disini
dapat perupa suatu project atau komunitas yang kuat untuk menopang
volatilitas harga pasar suatu aset crypto.

Trading Crypto Menurut Organisasi Islam Muhammadiyah


Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, cryptocurrency sebagai alat
investasi memiliki banyak kekurangan jika dilihat dari syariat Islam. Salah
satunya karena crypto sangat beresiko dan spekulatif. Syariat menilai sifat
spekulatif dan gharar ini haram, karena mengacu kepada Firman Allah dan
hadis Nabi SAW. Di samping itu, Crypto haram karena tidak memenuhi nilai dan
tolok ukur Etika Bisnis menurut Muhammadiyah.

Negara belum mengesahkan penggunaan crypto sebagai alat tukar. Crypto


sebelumnya juga tidak memiliki otoritas resmi yang bertanggung jawab
atasnya. Terlebih lagi, tidak ada perlindungan terhadap konsumen pengguna
aset kripto. Oleh karena itu, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
menyebut terdapat kemudaratan dalam mata uang kripto. Namun, baru-baru
ini pemerintah telah meresmikan Bursa Crypto Indonesia untuk mengatasi hal-
hal tersebut. terutama untuk menjaga perlindungan konsumen dalam
menggunakan aset crypto. Dengan adanya bursa crypto ini, harapannya dapat
menjadi suatu kajian dalam menekan kemudaratan yang terjadi.

Trading Crypto Menurut PWNU Jawa Timur


Fatwa yang dikeluarkan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa
Timur mengeluarkan fatwa bahwa penggunaan cryptocurrency yang dijamin
dengan kriptografi adalah haram. fatwa ini dikeluarkan dalam diskusi atau
bahtsul masail yang digelar pada Ahad, 24 Oktober 2021.

Alasan crypto dinyatakan haram karena penggunaan crypto untuk transaksi


dinilai bakal menimbulkan sejumlah kemungkinan yang bisa menghilangkan
legalitas transaksi. Jadi, meskipun pemerintah telah mengakui crypto sebagai
komoditas, syariat belum bisa melegalkan aset ini.

Pertimbangan yang diambil dalam fatwa haram itu adalah resiko penipuan
dalam transaksi tersebut. “Atas beberapa pertimbangan, di antaranya adalah
akan adanya penipuan di dalamnya, maka dihukumi haram,” Kiai Azizi
Chasbullah, selaku mushahih, Oktober 2021.

Pendapat Islamic Law Firm (ILF)


Yenny wahid pendiri Islamic Law Firm (ILF) sekaligus Direktur Wahid Foundation
berpendapat yang berbeda mengenai aset crypto di Indonesia. Melalui Bahtsul
Masail, ILF menghasilkan pandangan yang mengatakan bahwa aset crypto
digolongkan sebagai kekayaan (mal) yang sah dipertukarkan sepanjang tidak
terjadi ketidakpastian (gharar).

Walaupun demikian, persepsi tentang ketidakpastian (gharar) masih banyak


terjadi kontroversi. Selain itu, Bahtsul Masail juga mendorong pemerintah
untuk bisa membuat regulasi yang ketat guna menghindari penyalahgunaan
dan penyimpangan transaksi crypto. Namun, pendirian bursa crypto menjadi
salah satu peluang untuk memperkuat regulasi crypto di Indonesia yang lebih
baik lagi.

Regulasi BAPPEBTI Terhadap Crypto


BAPPEBTI adalah pihak yang berwenang dalam mengawasi transaksi dan
perdagangan aset crypto dibawah naungan Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia. Regulasi Crypto sebagai aset tertulis dalam Peraturan BAPPEBTI no.5
tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto
di Bursa Berjangka.
BAPPEBTI menegaskan, suatu aset Crypto yang diperdagangkan harus
memenuhi syarat paling sedikitnya sebagai berikut:

Berbasis distributed ledger technology.


Berupa Aset Kripto utilitas (utility crypto) atau Aset Kripto beragun aset (Crypto
Backed Asset).
Nilai kapitalisasi pasar (market cap) masuk ke dalam peringkat 500 (lima ratus)
besar kapitalisasi pasar Aset Kripto (coinmarketcap) untuk Kripto Aset utilitas.
Masuk dalam transaksi bursa Aset Kripto terbesar di dunia.
Memiliki manfaat ekonomi, seperti perpajakan, menumbuhkan industri
informatika dan kompetensi tenaga ahli di bidang informatika (digital talent)
dan
Telah lolos uji penilaian risikonya, termasuk risiko pencucian uang dan
pendanaan terorisme serta proliferasi senjata pemusnah massal.
Selain itu, aset crypto juga harus melalui penilaian Analytic Hierarchy Process
(AHP), dengan mempertimbangan kurang lebih 30 faktor yang ada. Beberapa
poin dalam persyaratan AHP ini adalah memiliki informasi profil tim
pengembang (developer), rekam jejak anggota tim pengembang yang tidak
memiliki catatan kriminal. Selain itu, aset crypto harus memiliki white paper
yang konsisten serta road map bisnis yang dapat diverifikasi perkembangannya.

Kesimpulan: Trading Crypto Menurut Islam Halal atau Haram?


Crypto sebagai mata uang adalah haram menurut fatwa MUI. Menurut para
ahli, Crypto halal hukumnya dengan syarat-syarat tertentu. Begitu juga crypto
dapat menjadi haram jika sebagai aset digital yang tidak memenuhi aspek dan
melanggar syariat Islam. Namun, menurut MUI, cryptocurrency sebagai
komoditi atau aset yang memiliki sil’ah dan underlying serta memiliki manfaat
yang jelas hukumnya sah dan halal untuk diperdagangkan. Underlying ini dapat
berupa project atau komunitas yang jelas.
https://blog.triv.co.id/trading-crypto-menurut-islam-haram-jangan-salah-
paham/
https://www.cnbcindonesia.com/market/20230619132838-17-447194/geger-
kripto-halal-ini-4-landasannya
https://www.hukumonline.com/klinik/a/icryptocurrency-i--halal-atau-haram-
lt61de991351107

Anda mungkin juga menyukai