Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhamad Faruq (201904017)

Prodi/Kelas : Ekonomi Syari’ah 6A


Mata Kuliah : Investasi dan Pasar Modal Syari’ah
Dosen Pengampu : Mohamad Taqiyuddin Rahman, M.Sc. (Fin)

Resume dari Stadium General “Cryptocurrency Dalam Perspektif Syariah dan


Hubungannya dengan Investasi Syari’ah”

Secara istilah, Crypto disebut dengan Currency yang berarti alat bayar dan dalam
praktiknya, Crypto memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai:

• Alat Bayar (Cryptocurrency)


• Sebagai Aset
1. Sebagai Currency, hal ini menjelaskan bahwa Crypto menggantikan nilai Rupiah
sebagai alat bayar. Namun, hal ini tidak diperkenankan oleh otoritas karena tidak
ada alat bayar selain Rupiah dalam sirkulasi barang dan jasa di Indonesia. Kecuali,
hal tersebut sifatnya hanya sementara dalam periode tertentu dan tidak
menggantikan mata uang Rupiah, seperti:
• Kupon
• Poin
• Voucher, dll.

Dalam Islam, alat bayar yang sah dalam suatu negara adalah yang diterbitkan oleh
otoritas resmi. Maka, apabila ada alat bayar yang tidak diterbitkan oleh otoritas
resmi beredar di Indonesia, maka tidak memenuhi kriteria sebagai alat bayar yang
sah menurut syari’ah atau fatwa.

2. Sebagai Aset, Hal ini berhubungan dengan Investasi Crypto atau yang
diperdagangkan di bursa berjangka atau bursa komoditi. Menurut otoritas, hal ini
diperbolehkan dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dan diatur dalam
peraturan BAPPEBTI No.7 tentang penetapan daftar asset Crypto yang dapat
diperdagangkan di pasar fisik asset Crypto. Artinya, regulasi memperbolehkan
jual beli Crypto di pasar sekunder seperti Underlying asset saham syariah. Namun,
otoritas yang merujuk kepada DSN-MUI belum mengeluarkan fatwa yang
menegaskan boleh tidaknya melakukan jual beli Crypto dibursa komoditi.
Alasan mengapa DSN-MUI belum mengeluarkan fatwa terkait Crypto disebabkan
oleh:
• Kesesuaian Crypto yang diperdagangkan di bursa berjangka. Hal ini
dikarenakan belum jelasnya apakah Crypto memiliki saham atau
Underlying asset syariahnya. Juga, apakah Crypto yang diperjual belikan
tersebut ada tempat usahanya, apakah emitennya halal atau tidak. Karena,
dalam Islam harus memiliki kejelasan dan ketentuan yang sesuai dengan
prinsip syariah.
• Belum ada kepastian apakah Crypto yang diperjualbelikan itu merupakan
asset atau alat bayar (mata uang). Jika Crypto merupakan alat bayar, maka
harus sesuai dengan ketentuan Sharf.
• Belum ada kejelasan yang jelas terkait dengan Crypto, berbeda dengan
yang lain seperti trading forex yang sudah jelas.

Dikarenakan DSN-MUI belum memiliki kepastian terkait dengan Crypto,


maka ahli ijtihad belum bisa memutuskan. Sehingga, alangkah baiknya kita
menghindari investasi terhadap Crypto terlebih dahulu sebelum ada ketentuan
atau kejelasan hukum terkait hal tersebut. Karena, masih banyak pilihan untuk
berinvestasi selain Crypto seperti obligasi syari’ah dan usaha-usaha yang berada
di sector riil.

Anda mungkin juga menyukai