Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Rafif Irfan A

041911233232

1. Reksadana Paytren
REKSA DANA SYARIAH PAM SYARIAH SAHAM DANA FALAH ("PAM
SYARIAH SAHAM DANA FALAH") adalah Reksa Dana Syariah berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif berdasarkan Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
dan peraturan pelaksanaannya.

PAM SYARIAH SAHAM DANA FALAH bertujuan untuk memperoleh imbal hasil yang
optimal dalam jangka panjang melalui alokasi strategis mayoritas pada Efek Syariah
bersifat Ekuitas dalam Daftar Efek Syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah di
Pasar Modal untuk memperoleh nilai Maslahah. PAM SYARIAH SAHAM DANA
FALAH berpedoman pada akad Wakalah bil Ujrah sebagaimana fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (“DSN-MUI”) nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 dan
akad Mudharabah sebagaimana fatwa DSNMUI nomor 20/DSN-MUI/N/2001 tentang
pedoman pelaksanaan investasi untuk Reksa Dana Syariah.

Berdasarkan laman resmi OJK, Paytren merupakan Manajer Investasi dengan izin usaha
bernomor KEP-49/D.04/2017 Tgl 24 Okt 2017 tentang Pemberian Izin Usaha Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi Syariah kepada PT
PayTren Aset Manajemen.

Adapun produk yang dipasarkan adalah reksa dana syariah. PAM menempatkan modal
dasar Rp 25 miliar dengan modal disetor Rp 17,653 miliar.

Sejak resmi mendapatkan izin sebagai perusahaan pengelola investasi syariah, PAM
merupakan Manajer Investasi syariah pertama di Indonesia sebagai implementasi dari
rencana OJK memperluas pasar modal syariah Indonesia dengan menerbitkan POJK
mengenai Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal pada Manajer Investasi Nomor
61/POJK.04/2016 tertanggal 20 Desember 2016.

2. Analisis Likuidasi Reksadana Paytren


Likuidasi dari dua reksadana dari PT PayTren Aset Manajemen (PAM) yakni PAM
Syariah Saham Dana Falah (RDS FALAH) dan PAM Syariah Campuran Dana Daqu
(RDS DAQU) terjadi karena dana kelola kedua reksa dana tersebut berada di bawah batas
minimal yang dipersyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga untuk
memenuhi ketentuan OJK, kedua produk reksadana tersebut harus segera dilikuidasi.

Penyebab dari dana kelola yang berada di bawah batas minimal adalah dana kelolaan
PAM terus menurun. Data Bareksa menunjukkan per Februari dana dikelola sebesar
Rp1,6 miliar turun tajam dari posisi Rp11,34 miliar.

3. Cryptocurrency di BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan tidak ada fasilitas transaksi bitcoin di bursa. Hal
ini diungkapkan Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, menyusul keterangan mata uang
kripto. Bank Indonesia (BI) juga telah menegaskan bitcoin tidak bisa menjadi alat
pembayaran di Indonesia. Merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945, menyebutkan
hanya ada satu mata uang yang berlaku di Indonesia, yaitu rupiah. Sehubungan dengan
lonjakan mata uang digital, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengaku pihaknya saat ini
tengah merumuskan pembentukan Center Bank Currency. Nantinya, BI akan kerja sama
dengan bank-bank sentral lain untuk menyusun dan mengeluarkan Center Bank Currency.
Dalam kesempatan ini, juga menegaskan Bitcoin tidak boleh menjadi alat pembayaran
yang sah di Indonesia, termasuk juga mata uang lainnya selain rupiah selama belum ada
perubahan regulasi.

4. Menurut pendapat saya, keberadaan cryptocurrency seperti Bitcoin, Ethereum, XRP dll
merupakan sebuah alternatif investasi baru selain yang selama ini kita kenal. Meskipun
secara umum, tidak ada nilai intrinsik yang mendasari sebagian besar mata uang kripto.
Tidak seperti saham, misalnya. Investor tidak bisa melacak potensi pertumbuhan
perusahaan yang menjual produk dan layanan secara fisik yang memiliki saham. Mereka
juga tidak melacak nilai sumber daya alam seperti yang dilakukan komoditas tradisional.
Akan tetapi jika kita melihat pada data jangka panjang, nilai uang kripto dengan
kapitalisasi pasar terbesar yakni bitcoin terus mengalami kenaikan yang sangat luar biasa
sehingga dapat digunakan sebagai alternatif investasi dengan risiko dan tingkat
pengembalian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saham.

Anda mungkin juga menyukai