Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

Oleh :

Cinanda Ayu S 130115126

Arief Rahman F 130314207

Edo Putra Seravyan 130315341

KP-A

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS SURABAYA

2018-2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reksadana adalah salah satu bentuk investasi kolektif yang memungkinkan bagi
investor yang memiliki tujuan investasi sejenis untuk mengumpulkan dananya, agar dapat di
investasikan dalam bentuk portofolio oleh manajer investasi. Dalam bahasa Inggris reksadana
dikenal dengan sebutan “unit trust”, “mutual fund” atau “investment fund”. Reksadana
pertama kali dikenal pada tahun 1870 di Inggris. Ketika Robert Fleming ditugaskan ke Amerika
Serikat oleh pimpinan perusahaan tempat ia bekerja, ia melihat ada investasi baru yang muncul
setelah perang saudara. Ketika ia pulang ke Inggris, ia bermaksud membuka investasi baru
tersebut tetapi ia tidak punya modal yang cukup untuk membuka usahanya. Masalah ini
mendorongnya untuk mengumpulkan uang dari teman-temannya dan kemudian membentuk
The Scottish American Investment Trust pada tahun 1873. Perusahaan ini mirip dengan apa
yang sekarang dikenal sebagai reksadana tertutup ( Closed-end Fund ).
Reksadana syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh National Bank di
Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity, kapitalisasi modal US$ 150 juta. Sedangkan
di Indonesia Reksadana Syariah diperkenalkan secara luas pada tahun 1998 oleh PT Danareksa
Investment Management, di mana pada waktu itu PT Danareksa mengeluarkan produk
berprinsip syariah berjenis dana reksa campuran yang dinamakan Danareksa Syariah
Berimbang.
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 mendefinisikan
obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Merujuk pada Fatwa DSN tersebut,
dapat diketahui bahwa penerapan obligasi syariah ini menggunakan akad antara lain: akad
musyarakah, mudarabah, murabahah, salam, istisna, dan ijarah. Emiten adalah mudharib
(pengelola) sedang pemegang obligasi adalah shahibul mal (investor). Bagi emiten tidak
diperbolehkan melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Obligasi syariah atau sukuk semakin disukai karena ada upaya investor terutama Timur
Tengah untuk menarik modal yang terkumpul di lembaga perbankan barat kembali ke lembaga
kuangan islam. Dukungan solidaritas untuk aktivitas pasar modal syariah ini berdasarkan
kesamaan ideology-spirit dari negara-negara yang tergabung dalam OKI. Pasar modal syariah
pun mulai diterima secara umum dengan masuknya investor nonn muslim di pasar sukuk.
Sukuk dipandang sebagai sasaran baru yang lebih menguntungkan. Kepopuleran dari sukuk ini
juga tidak terlepas dari akses modal secara global sudah terbuka, sehingga terjadilah
manajemen likuiditas lintas batas.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki
potensi yang sangat besar bagi masuknya dana dari Timur Tengah yang memiliki likuiditas
keuangan yang tinggi. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dan proyek investasi
jangka panjang, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bagi berkembangnya
ekonomi islam secara dinamis. Melihat potensi yang begitu besar, Malaysia berharap dapat
menjadi pintu gerbang bagi aliran dana dari Timur Tengah yang menuju Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari masuknya investor Malaysia ke dunia perbankan Indonesia.
Penerbitan sukuk di Indonesia saat ini lebih didasari pada perkembangan institusi syariah
seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan reksadana syariah yang membutuhkan
alternative investasi obligasi syariah. Sukuk pemerintah diperkirakan akan berkembang dengan
mulai berlakunya UU No. 19 tahun 2008 tentang surat berharga syariah negara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip transaksi dan aplikasi reksadana syariah?


2. Perbandingan reksadana syariah dan reksadana konvensional?
3. Bagaimana prosedur melaksanakan investasi syariah?
4. Perbedaan obligasi syariah dan obligasi konvensional?
5. Perkembangan dan sukuk korporasi yang masih beredar

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui perihal obligasi syariah


2. Untuk mengetahui perbandingan obligasi/reksadana syariah dengan konvensional
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian, Sejarah dan Tujuan Berdirinya Reksadana Syariah

2.1.1 Pengertian Reksadana Syariah

Secara bahasa reksadana tersusun dari dua konsep, yakni konsep ‘reksa’ yang berarti jaga
atau pelihara dan konsep ‘dana’ yang berarti (himpunan) uang. Dengan demikian, secara
bahasa reksadana berarti kumpulan uang yang dipelihara.
Sedangkan secara istilah reksadana adalah sebuah wadah dimana masyarakat dapat
menginventasikan dananya dan oleh pengurusnya (manajer investasi) dana itu diinvestaikan ke
portofolio efek. Reksadana merupakan .jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut
serta dalam pasar modal dengan modal minimal yang relative kecil dan kemampuan
menanggung risiko yang sedikit.

2.1.2 Sejarah Reksadana Syariah

Di Indonesia reksadana muncul pada tahun 1977 seiring dengan aktifnya pasar modal,
yang kemudian dilegitimasi lagi dengan lahirnya UU No.8 tahun 1995 tentang pasar modal.
Setelah itu, investasi reksadana semakin hari semakin meningkat dan tumbuh subur, terutama
sejak tahun 1996 di mana pada tahun tersebut oleh Bapepam dicanangkan sebagai tahun
reksadana di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan itu, sebagaian masyarakat muslim Indonesia memandang
bahwa di dalam mekanisme reksadana masih ditemukan unsur-unsur yang bertentangan
dengan syariat Islam, terutama unsure riba an gharar. Untuk mengantisipasi unsu-unsur
tersebut dengan tetap umat Islam bias menginventasikan dana melalui reksadana yang mengacu
pada prinsip-prinsip syariah, yang kemudian menjelma menjadi reksadana syariah.

2.1.3 Tujuan Berdirinya


Pada dasarnya, reksadana syariah sama dengan reksadana konvensional, yang bertujuan
mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi untuk
kemudian diinvestasikan pada instrumen-instrumen di pasar modal dan pasar uang. Instrumen
itu seperti halnya saham, obligasi, deposito, sertifikat deposito, valuta asing dan surat utang
jangka pendek (commercial paper). Reksadana Syariah ini termasuk dalam kategori reksadana
terbuka (kontrak investasi kolektif).

2.1.4 Perbedaan Reksa Dana Syariah dengan Konvensional


Terdapat perbedaan yang mendasar antara reksa dana syariah dan konvensional

Reksa dana konvensional yang dikelola oleh bank merupakan reksa dana yang dapat
diinvestasikan dalam semua efek seperti surat-surat berharga (saham dan obligasi) hingga
deposito dan disesuaikan dengan batasan investasi yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Dalam investasi ini, total utang dan perusahaan yang terlibat dalam investasi
reksa dana tidaklah menjadi sebuah syarat penting. Sementara itu, untuk reksa dana syariah
pengelolaaan produknya pun harus terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Daftar ini
nantinya akan diumumkan oleh OJK berdasarkan ketentuan syariah.
Perbedaan mencolok lainnya dalam prinsip pengelolaan reksa dana ini tidak akan
berinvestasi pada perusahaan yang dianggap melarang prinsip syariah, misalnya perusahaan
judi, minuman beralkohol hingga rokok. Sementara itu, nilai utang pun sangat diperhitungkan.
Untuk reksa dana yang dikelola secara syariah, total utang harus lebih kecil dari nilai aset.
Reksa dana konvensional tidak mengenal istilah “pembersihan” pendapatan yang halal
dan tidak halal. Asalkan sudah sesuai dengan ketentuan investasi yang dibuat oleh Otoritas Jasa
Keuangan, maka manajer investasi sudah bisa menjual reksa dana konvensional. Sedangkan
untuk semua produk reksa dana dengan konsep syariah harus menempatkan proses
pembersihan, atau dalam istilahnya dikenal juga dengan Cleansing. Proses pembersihan ini
merupakan cara untuk memilah apakah sebuah perusahaan memiliki pendapatan tidak halal
dalam proses bisnisnya. Bagi reksa dana yang dikelola secara syariah ini sangat penting, karena
kategori pendapatan tidak halal ini erat dengan riba, dan dalam hukum Islam, kegiatan ini
haram hukumnya. Pendapatan tidak halal ini nantinya akan disisihkan dari jumlah investasi
dan keuntugan halal, kemudian hasilnya akan disumbangkan untuk keperluan amal.
Reksa dana konvensional sepenuhnya berada dalam pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan. Pengawasan ini nantinya disesuaikan dengan mekanisme pasar dan faktor-faktor
lainnya sesuai dengan kondisi perekonomian. Sementara itu untuk reksa dana yang dikelola
secara syariah, menempatkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang menjadi pengawas.
Dewan ini memiliki tanggung jawab untuk memastikan pengelolaan reksa dana sesuai dengan
prinsip syariah. Namun, untuk regulasi dari investasi reksa dana tetap diserahkan kepada
Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator yang menyiapkan segala macam bentuk investasi di
Indonesia.

2.1.5 Jenis Reksadana Syariah


 Reksa Dana Syariah Pasar Uang
Reksa dana yang hanya melakukan investasi pada instrumen pasar uang syariah dalam
negeri dan/atau efek syariah berpendapatan tetap yang diterbitkan dengan jangka waktu
tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan/atau sisa jatuh temponya tidak lebih dari 1 (satu)
tahun.
 Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap
Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 80% dari Nilai Aktiva Bersih
dalam bentuk efek syariah berpendapatan tetap.
 Reksa Dana Syariah Saham
Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 80% dari Nilai Aktiva Bersih
dalam bentuk efek syariah bersifat ekuitas.
 Reksa Dana Syariah Campuran
Reksa dana yang melakukan investasi pada efek syariah bersifat ekuitas, efek syariah
berpendapatan tetap, dan/atau instrumen pasar uang dalam negeri yang masing-masing
tidak melebihi 79% dari Nilai Aktiva Bersih, dimana dalam portofolio reksa dana
tersebut wajib terdapat efek syariah bersifat ekuitas dan efek syariah berpendapatan
tetap.
 Reksa Dana Syariah Terproteksi
Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 70% dari NAB dalam bentuk efek
syariah berpendapatan tetap dan paling banyak 30% dari NAB dalam bentuk saham
syariah dan/atau sukuk yang diperdagangkan di Bursa Efek luar negeri.
 Reksa Dana Syariah Indeks
Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 80% dari NAB dalam efek syariah
yang merupakan bagian dari suatu indeks syariah yang menjadi acuannya. Investasi
pada efek syariah tersebut paling sedikit 80% dari seluruh efek syariah yang ada dalam
indeks.Pembobotan atas masing-masing efek syariah dalam reksa dana syariah indeks
tersebut antara 80% sampai 120% dari pembobotan atas masing-masing efek syariah
dalam indeks yang menjadi acuan.
 Exchange Traded Fund (ETF) Syariah
Reksa Dana Syariah berbentuk KIK yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa
efek (ETF).
 Reksa Dana Syariah berbentuk KIK Penyertaan Terbatas
Reksa dana yang hanya ditawarkan kepada pemodal profesional dan dilarang
ditawarkan melalui Penawaran Umum dan/atau dilarang dimiliki oleh 50 pihak atau
lebih. Pemodal profesional merupakan pemodal yang memiliki kemampuan untuk
membeli unit penyertaan dan melakukan analisis risiko.
 Reksa Dana Syariah Berbasis Efek Syariah Luar Negeri
Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 51% dari Nilai Aktiva Bersih
Reksa Dana Syariah pada Efek Syariah Luar Negeri yang dimuat dalam Daftar Efek
Syariah yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah.

2.2 Pengertian dan Jenis Obligasi Syariah


2.2.1 Pengertian Obligasi Syariah
Obligasi syariah (Sukuk) menurut fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) adalah suatu
surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) berpendapat lain mengenai arti sukuk. Menurut organisasi tersebut,
sukuk adalah sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak
dibagikan atas suatu asset, hak manfaat, dan jasa – jasa atau kepemilikan atas proyek atau
kegiatan investasi tertentu.

2.2.2 Jenis-Jenis Obligasi Syariah


1. Sukuk Mudharabah
Obligasi syariah (sukuk) mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi
hasil pendapatan atau keuntungan antara pemilik modal dengan pengelola modal.
Beberapa alasan yang mendasari pemilihan struktur mudharabah ini, diantaranya:
a. Bentuk padanan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar dan
jangka yang relative panjang.
b. Dapat digunakan untuk padanan umum seperti pendanaan modal kerja ataupun
pendanaan capital expenditure.
c. Mudharabah merupakan percampuan keja sama antara modal dan jasa (kegiatan
usaha) sehingga membuat strukturnya memungkinkan untuk tidak memerlukan
jaminan atas asset yang spesifik. Hal ini berbeda dengan struktur yang
menggunakan dasar akad jual beli yang mensyaratkan jaminan atas asset yang
didanai.
2. Sukuk ijarah
Sukuk ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang tersebut. Pemegang sukuk ijarah akan mendapatkan
keuntungan berupa fee (sewa) dari asset yang disewakan.
Penerbitan sukuk al-ijarah dimulai dari suatu akad jual beli asset (misalnya
gedung dan tanah) oleh pemerintah atau perusahaan kepada suatu perusahaan yang
ditunjuk, misalnya PT X, untuk suatu jangka waktu tertentu dengan janji membeli
kembali setelah jangka waktu tersebut berakhir. Dalam hal ini, Bank syariah adalah
pemilik asset yang menjualnya kepada PT X sebagai SPV, untuk jangka waktu
tertentu dengan janji membeli kembali setelah jangka waktu tersebut berakhir.
3. Sukuk Musyarokah
Sukuk musyarakah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah, yaitu dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal
untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau
membiyayai kegiatan usaha. Keuntungan ataupun kerugian yang timbul ditanggung
bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing masing pihak. Sukuk
musyarakah ini merupakan sertifikat kepemilikan permanen, yang dimiliki oleh
sebuah perusahaan ataupun unit bisnis dengan pengawasan dari pihak manajemen.
4. Sukus Istisna’
Sukuk instisna’ yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
istisna’, yaitu para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiyayaan suatu
proyek atau barang. Harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang atau proyek
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan. Sebagai contoh, pembangunan
sebuah gedung yang menghabiskan dana sebesar US$ 150 Juta dan ditambah mark-
up sebesar 10%. Uang sebesar itu harus kembali tanpa adanya prinsip diferensiasi dan
diskon (coupon). Dana sejumlah ini dapat dibuat menjadi sebuah sertifikat utang yang
tidak dapat diperdagangkan yang mirip dengan zero-coupon bound dalam beberapa
fiturnya. Sebagaimana disebutkan bahwa islam melarang perdagangan utang,
sertifikat ini tidak bisa di perdagangkan.
5. Sukuk Salam
Dalam bentuk ini dana dibayarkan dimuka dan komuditas menjadi utang. Dana
juga dalam betuk sertifikat yang mempresentasikan utang. Sertifikat ini juga tidak bisa
diperdagangkan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prinsip Transaksi dan Aplikasi Reksadana Syariah

3.1.1 Prinsip Dasar Transaksi

Dari yang kita ketahui, reksadana mempunyai prinsip transaksinya, yaitu :


a. Semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkanya
b. Asas kebebasan membuat kontrak berdasarkan kesepakatan dan kewajiban
memenuhi akad,
c. Pelaksanaan transaksi haris dilakukan menurut rinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi yang didalamnya mengandung unsur riba,
gharar, maysir, dan zhulm,
d. Menjunjung Etika (Akhlak) dalam bertransaksi, Melakukan pencatatan
(dokumentasi) atau penulisan, perjanjian/akad untuk transaksi tidak tunai.

3.1.2 Aplikasi
Sesuai dengan prinsip operasional, maka pelaksanaan investasi yang dilakukan oleh
mananjemen investasi sebagai pengelola reksadana menggunakan prinsip mudharabah dan
qiradh. Di reksadana syariah ini memeiliki beberapa karakterisitk pertama, pemodal sebagai
rab Al-mal ikut menanggung resiko yang dialami manajer investasi sebagai amil, kedua,
manajer investasi sebagai amil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi kalau kerugian
tersebut bukan disebabkan karena kelalaianya. Ketiga, keuntungan dala (ribh) dibagi antara
pemodal dengan manajer investasi sesui dengan proporsi yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak. Dengan demikian, investasi yang dilakaukan manajemen investasi hanya pada
instrumen keuangan yang sesuai dengan syariat islam. Dalam ”pedoman pelaksanaan investasi
untuk reksadana syariah” yang dikeluarkan dewan pengawas syariah PT Danareksa Invesment
manajment pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa menurut sistem perekonomian Indonesia pada saat
ini dan berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal, instrumen keuangan hanya meliputi:
a. Instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen
didasarkan pada tingkat laba usaha.
b. Penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah
c. Surat hutang jangka panjang baik berupa obliasi maupun surat hutang lainnya
berdasarkan bagi hasil atau murabahah, dan
d. Surat hutang jangka pendek yang telah lazim diperdagangkan diantara lembaga
keuangan syariah, termasuk jualm beli hutang (bai’ al-dayn) dengan harga yang tidak
lebih rendah dari pokoknya.

3.2 Resiko dan Keuntungan Reksadana Syariah daripada Konvesional

Keuntungan :

 Unit penyertaan reksa dana syariah dapat dibeli paling sedikit Rp100.000,-
 Reksa dana syariah merupakan kumpulan berbagai efek, sehingga memperkecil risiko
investasi jika kinerja salah satu efek mengalami penurunan.
 Investor tidak perlu melakukan analisis yang mendalam karena dikelola oleh
MI.
 Biaya investasi di reksa dana syariah relatif rendah dan investor tidak perlu memantau
karena sudah dilakukan oleh MI.
 Imbal hasil investasi (return) sesuai dengan jangka waktu dan jenis reksa dana
syariah yang diinginkan.
 Pencairan dana investasi dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan cara menjual unit
penyertaan yang telah dimiliki.
 Investor menerima laporan kinerja reksa dana syariah secara berkala dan dapat
mengetahui hasil investasinya setiap saat.
 Produk reksa dana syariah diawasi oleh OJK dan dikelola oleh MI yang
memperoleh izin dari OJK.
 Investasi di reksa dana syariah telah mendapat fatwa dari Dewan Syariah Nasional
– Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan aspek kesyariahannya diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah.

Resiko :

 Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan yang dipengaruhi oleh turunnya harga dari
efek saham, obligasi, atau surat berharga lainnya yang masuk dalam portofolio
reksadana ini dapat diminimalisir oleh MI dengan prinsip diversifikasi yang diterapkan.
 Risiko menyangkut kesulitan yang dihadapi MI jika sebagian besar investor reksadana
melakukan redemption (penjualan kembali) atas unit-unit yang dimiliki.
 Inflasi menyebabkan menurunya total real return investasi.
 Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak bagus,
atau juga adanya mengalami default,tidak dapat membayar kewajibannya.

3.3 Prosedur Melaksanakan Investasi Obligasi Syariah

1. Membuka rekening
Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi adalah
memilih perusahaan sekuritas yang memiliki devisi fixed income yang menangani
pembelian dan penjualan obligasi. Pilih perusahaan yang pengalaman, tim yang solid
ataupun riset atau fee yang kompetitif.
2. Memahami produk obligasi
Pada tahap ini, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk-beluk informasi
yang dibutuhkan mengenai obligasi, baik mengenai investasinya sendiri, potensi resiko
yang terkandung, maupun potensi keuntungannya. Hal ini dapat diperoleh dengan
mempelajarinya secara mandiri, bertanya kepada bagian riset perusahaan sekuritas, di
mana investor membuka rekening atau melalui internet.
3. Melakukan analisis
Analisis yang dilakukan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa yang
diinginkan, yaiitu kestabilan pendapatan. Aspek-aspek yang dibutuhkan seperti kupon,
jangka waktu, nilai penerbitan, dan peringkat. Latar belakang serta profil penerbit juga
menjadi pertimbangan sndiri. Dengan informasi yang lengkap, diharapkan keputusan
yang diambil tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dianjurkan untuk
membandingkan antara obligasi sejenis.
4. Memberikan amanat beli
Setelah melalui analisis, investor memperoleh jenis oligasi yang ingin dibeli.
Tahap selanjutnya yaitu memberikan amanat pembelian kepada trender atau broker
obligasi yang telahkita pilih. Pihak trender akan melakukan pembelian obligasi sesuai
dengan jenis serta harga yang diinginkan.
5. Menyiapkan dana
Membeli obligasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Satuan pembelian
obligasi biasanya bernilai Rp 1 miliar, sehingga sulit bagi investor individu untuk dapat
ikut berinvestasi dalam obligasi.
6. Menyelesaikan pembayaran obligasi
Pembayaran dana membelian obligasi dilakukan melalui transver ke rekening
perusahaan sekuritas tersebut. Setelah pembayaran selesai, maka investor sebagai
pembeli tinggal menunggu proses settlement atau transaksi tersebut. Obligasi yang
telah dibeli akan tercantum didalam rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di
KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).
Pemindatanganan hak atas obligasi akan sangat mudah dilakukan secara
elektronik, karena saat ini fiik obligasi tidak lagi brupa sertifikat, namun sudah
scriptless (tahap warkat). Administrasi pembukuan akan dilakukan oleh bank custodian
perusahaan sekuritas. Untuk hal ini, temtunya bank bersangkutan akan memungut biaya
tertentu.

3.4 Perbedaan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional

Adapun perbendaan antara obligasi syariat dengan obligasi konvensional, dari sisi
orientasi, obligasi konvensional hanya memperhitungkan keuntungannya semata. Tidak
demikian pada obligasi syariah, disamping memperhatikan keuntungan, obligasi syariah harus
memperhatikan pula sisi halal-haram, artinya setiap investasi yang diharamkan dalam obligasi
pada produk-produk yang sesuai dgn prinsip syariah.
Obligasi konvensional, keuntungannya di dapat dari besaran bunga yang ditetapkan,
sedangkan obligasi syariah keuntungan akan diterima dari besarnya margin/fee yang ditetapkan
ataupun dengan sistem bagi hasil yang didasakan atas aset & prooduksi.
Obligasi syariah disetiap transaksinya ditetapkan berdasarkan akad. Diantaranya adalah
akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna,dan ijarah. Dana yang dihimpun
tidak dapat diinvestasikan kepasar uang & atau spekulasi di lantai bursa. Sedangkan untuk
obligasi konvensional tidak terdapat akad disetiap transaksinya.
3.5 Perkembangan sukuk korporasi dari tahun ke tahun
BAB IV

KESIMPULAN

Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi dengan ketentuan dan prinsip
syariat Islam. Baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta dengan manajer
investasi sebagai wakil, maupun antara manajer investasi sebagai wakil dengan pengguna
investasi. Pada dasarnya, reksadana syariah sama dengan reksadana konvensional, yang
bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer
investasi untuk kemudian diinvestasikan pada instrumen-instrumen di pasar modal dan pasar
uang. Dalam operasionalnya, perbedaan reksadana syariah dengan konvensional cukup
mencolok, reksa dana konvensional tidak mengenal istilah “pembersihan” pendapatan yang
halal dan tidak halal. Semua produk reksa dana dengan konsep syariah harus menempatkan
proses pembersihan, atau dalam istilahnya dikenal juga dengan Cleansing. Proses pembersihan
ini merupakan cara untuk memilah apakah sebuah perusahaan memiliki pendapatan tidak halal
dalam proses bisnisnya. Bagi reksa dana yang dikelola secara syariah ini sangat penting, karena
kategori pendapatan tidak halal ini erat dengan riba, dan dalam hukum Islam, kegiatan ini
haram hukumnya.

Adapun perbendaan antara obligasi syariat dengan obligasi konvensional, dari sisi
orientasi, obligasi konvensional hanya memperhitungkan keuntungannya semata. Tidak
demikian pada obligasi syariah, disamping memperhatikan keuntungan, obligasi syariah harus
memperhatikan pula sisi halal-haram, artinya setiap investasi yang diharamkan dalam obligasi
pada produk-produk yang sesuai dgn prinsip syariah. Obligasi syariah disetiap transaksinya
ditetapkan berdasarkan akad. Diantaranya adalah akad mudharabah, musyarakah, murabahah,
salam, istisna,dan ijarah. Dana yang dihimpun tidak dapat diinvestasikan kepasar uang & atau
spekulasi di lantai bursa. Sedangkan untuk obligasi konvensional tidak terdapat akad disetiap
transaksinya.

Daftar Pustaka

https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Syariah.aspx

https://www.kompasiana.com/zaenabnaimah/54f3599f745513982b6c7241/obligasi-syariah-
pengertian

https://www.idx.co.id/idx-syariah/indeks-saham-syariah/

https://www.researchgate.net/publication/314486432_OBLIGASI_SYARIAH_Antara_Konsep_dan_Im
plementasinya

Anda mungkin juga menyukai