Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN SUKUK INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH

Muhammad Hifni Al Istifhani


2202036086
Bahasa Indonesia

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO SEMARANG
Abstrak
Perkembangan ekonomi syariah terus berkembang, hal ini sejalan dengan salah satu
instrumennya yaitu sukuk yang disebut sebagai obligasi syariah yang juga sedang berkembang
dalam pasar modal syariah. Sukuk menjadi instrumen keuangan syariah yang berbasis non riba,
yang dapat diterbitkan oleh negara dan perusahaan. Namun, dalam perkembangannya sukuk
korporasi jauh tertinggal oleh sukuk negara, hal ini disebabkan karena emiten belum memahami
sukuk dan juga kurangnya sosialisasi mengenai sukuk. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normative yang merupakan penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti.
Sukuk telah diatur dalam Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Sukuk/Surat Berharga Syariah
Negara, perkembangan sukuk setiap tahunnya terus meningkat, namun masih ada kendala
dalam perkembangannya. Sukuk merupakan instrumen baru keuangan syariah yang mempunyai
ciri khas dan karakteristik yang berbeda dibandingkan produk lain dari ekonomi syariah.
Mengembangkan sukuk agar kompatibel dengan pasar modal modern tanpa menanggalkan
aspek kepatuhan syariah menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Keywords: hukum ekonomi syariah, sukuk, perkembangan sukuk.

A. PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi di Indonesia semakin kian pesat dalam berbagai aspek dan
sector. Konsep keuangan berbasis syariah telah diterima diberbagai kalangan dan
berkembangan dengan pesat, hal ini pun menjadi suatu alternatif yang baik bagi pasar
yang menghendaki kepatuhan syariah (syariah compliance), maupun bagi pasar
konvensional sebagai sumber keuntungan (profit source) di Indonesia.
Terdapat berbagai macam instrument keuangan syariah, salah satunya ialah sukuk.
Sukuk menjadi instrumen keuangan syariah yang berbasis non riba, banyak sukuk yang
telah diterbitkan baik oleh korporasi maupun negara. Menurut Undang- Undang Nomor
19 Tahun 2008 tentang Sukuk/Surat Berharga Syariah Negara pada Pasal 1 ayat (1),
Surat Berharga Syariah Negara didefinisikan sebagai surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap
aset Surat Berharga Syariah Negara, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang
asing.
Kontribusi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk sebagai alternative
pembiayaan dan investasi berbasis syariah, menunjukkan perkembangan yang baik,
bahkan menjadi kontributor terbesar bagi pasar modal syariah sebagai bagian dari
sektor jasa keuangan syariah Indonesia. Secara keseluruhan, perkembangan aset Pasar
Modal Syariah melalui beberapa instrumennya melebihi aset IKNB dan Perbankan
1
Syariah.
Sukuk menjadi instrumen keuangan syariah yang berbasis non riba. Dengan
berdasarkan underlying asset, sukuk dianggap menjanjikan dan diperbolehkan oleh
Syariat dari pada obligasi yang masih mengacu pada suku bunga dan diharamkan oleh
Syariat. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, sukuk menjadi
alternatif untuk menginvestasikan dananya di bisnis yang halal dan dibolehkan oleh
agama Islam.3 Sukuk dikenal sebagai obligasi syariah. Sukuk menunjukkan pemilikan
atas asset, dimana klaim di dalam sukuk tidak sebuah klaim terhadap cash tetapi
merupakan klaim pemilikan atas sekumpulan aset (a pool of assets).2
Perkembangan investasi di Indonesia membawa dampak baik bagi perkembangan
investasi Investasi syariah dengan menggunakan prinsip yang berbasis syariah. Banyak
masyarakat yang mulai melakukan investasi pasar modal, hal ini dinilai karena pasar
modal lebih menguntungkan. Semakin besarnya peran pasar modal dalam
memobilisasi dana ke sector-sektor produktif telah membuat meningkatnya minat
masyarakat untuk berinvestasi pada obligasi syariah. Hal ini diikuti dengan semakin
banyaknya perusahaan yang menerbitkan obligasi dalam konsep syariah.
Namun, pasar sukuk di Indonesia saat ini masih didominasi oleh instrument
pemerintah saja. Performa yang baik pada sukuk negara sayangnya belum diikuti oleh
industri korporasinya. Pemerintah terlihat lebih fokus dalam menerbitkan sukuk negara
dibandingkan korporasi. Padahal ketika keduanya mempunyai dukungan yang sama,
sukuk Indonesia dapat mengungguli negara-negara lain. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mendorong emiten untuk lebih banyak menerbitkan sukuk.
Direktur Pasar Modal Syariah OJK, Fadilah Kartikasasi, mengungkapkan bahwa
jumlah emiten yang menerbitkan sukuk relatif masih sedikit. Menurut Fadilah, salah
satu faktor penyebab rendahnya penerbitan sukuk korporasi adalah emiten belum
memahami sukuk. Dia mengatakan, masih banyak emiten yang menilai bahwa sukuk
tidak likuid. Selain itu, kata Fadilah, penerbitan sukuk juga dianggap lebih rumit dari sisi
persyaratan dibandingkan menerbitkan obligasi konvensional. Untuk menerbitkan sukuk,
emiten diharuskan memiliki underlying asset. Di samping itu, emiten juga wajib memiliki
tim ahli syariah (TAS).3
Permasalahan utama dalam pengembangan sukuk korporasi terletak sekurang-
kurangnya pada lima hal yaitu ketidakjelasan pajak (regulasi), minimnya pemahaman
emiten tentang obligasi syariah (sukuk), minimnya SDM profesional (pelaku pasar),
likuiditas di pasar sekunder dan kurangnya sosialisasi. Masalah lain yang saat ini
menjadi fokus pemerintah adalah literasi yang masih rendah akan produk sukuk

1
Lastuti Abubakar & Tri Handayani, Kesiapan Infrastruktur Hukum Dalam Penerbitan Sukuk
2
Nathif J. Adam And Abdulkader Thomas, Islamic Bonds, Your Guide-To Issuing, Structuring
Andinvesting In Sukuk, London: Euromoney Books, 2004
3
Https://Www.Wartaekonomi.Co.Id/Read227389/Ojk-Genjot-Emiten-Terbitkan-Sukuk-Kenapa-Ya
4
korporasi dibandingan dengan instrumen keuangan syariah lainnya.

B. LANDASAN TEORITIS
A. Teori Pasar Modal Syariah
1) Sejarah dan Pengertian Pasar Modal Syariah
Sejarah pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa
Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997.
Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang
bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara
syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut para pemodal telah disediakan saham-saham
yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah. Pada tanggal
18 April 2001, untuk pertama kalinya, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu
Fatwa Nomor 20/DNS-MUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk
Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrument investasi syariah dipasar modal terus
bertambah dengan kehadiran obligasi syariah PT. Indosat Tbk pada awal September
2002.
Berdasarkan atas Fatwa dewan syariah nasional (DSN) No: 40/DSN-MUI/ X/ 2003
tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.5
Secara umum pasar modal merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam
pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sedangkan
pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal diperusahaan yang menurut
mereka menguntungkan.6
Jadi Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang diharapkan mampu
menjalankan fungsi yang sama dengan pasar modal konvensional, namun dengan
kekhususan syariahnya yaitu mencerminkan keadilan dan pemerataan distribusi
keuntungan.
2) Instrumen Pasar Modal Syariah
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang

4
Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024, Hasil Kajian Analisis Ekonomi Syariah di
Indonesia, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
5
Abdul Aziz, Manajemen Investasi
6
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2002)
umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Adapun instrument pasar modal di
Indonesia yaitu:
1. Saham Syariah
Saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan perusahaan yang
diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha dan cara pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Penyertaan modal dalam bentuk saham yang
dilakukan pada suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dapat dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah.
2. Obligasi Syariah (Sukuk)
Obligasi syariah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegng saham syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/ margin/
fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
3. Surat Berharga Syariah Negara
Dapat disebut sukuk negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset surat berharga
Syariah Negara, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
4. Reksadana Syariah
Adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariat Islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/ rabb al-mal)
dengan manajer investasi.
5. Efek Beragun Aset Syariah
Adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA Syariah yang
portofolionya terdiri atas aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga
komersial, tagihan yang timbul pada kemudian hari, jual beli pemilikan asset fisik oleh
lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana
peningkatan investasi/ arus kas serta asset keuangan setara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
B. Tinjauan Umum Sukuk
1) Pengertian Sukuk
Sukuk adalah bukti kepemilikan suatu aset yang diterbitkan oleh negara. Produk
keuangan ini menggunakan prinsip syariah sesuai dengan fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 32/DSN MUI/IX/2002. Sukuk diterbitkan oleh pemilik obligasi syariah dan
pemilik sukuk wajib membayar pendapatan pada pemilik obligasi syariah dengan
sistem bagi hasil.
Jadi, dapat dikatakan pula bahwa sukuk adalah surat sertifikat sebagai bukti
kepemilikan aset karena telah membeli salah satu aset negara pada jangka waktu
tertentu. Banyak orang menganggap suku sama dengan obligasi. Kenyataannya,
keduanya sangat berbeda. Seperti yang diketahui bersama, pengertian sukuk adalah
bagian dari bukti kepemilikan atas aset yang dimiliki perusahaan. Sedangkan obligasi
adalah surat utang.
Kelegalan sukuk telah diakui dalam fatwa MUI dan dikendalikan oleh dewan syariah
nasional. Sehingga, keaslian dan hukum syariah sukuk dapat dipertanggung jawabkan.
Perbedaan utama antara obligasi dan sukuk adalah obligasi memperoleh keuntungan
dari bunga, sementara sukuk adalah produk investasi dengan prinsip nisbah atau bagi
hasil.
2) Jenis-Jenis Sukuk
Sukuk sebagai bentuk pendanaan dan sekaligus investasi terbagi dalam 5 akad yang
telah diaplikasikan di dunia, antara lain:
1. Sukuk Ijarah
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor: 41/DSN-MUI/III/24, obligasi syariah (sukuk) ijarah
merupakan obligasi syariah ijarah yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah di mana
pemegang obligasi syariah ijarah tersebut dapat bertindak sebagai penyewa dan dapat
pula bertindak sebagai pemberi sewa.7 Kepemilikan OSI dapat dialihkan kepada pihak
lain, selama disepakati dalam akad, Sukuk Ijarah dibedakan menjadi Ijarah Al Muntahiya
Bittamlik (Sale and Lease Back) dan Ijarah Headlease and Sublease.
2. Sukuk Mudharabah
Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen dalam meningkatkan
partisipasi publik pada kegiatan investasi. Sukuk Mudharabah ialah sukuk yang
diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah yang merupakan suatu
bentuk kerjasama dimana satu pihak menyediakan modal (shahibul mal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan akan dibagi berdasarkan
perbandingan yang disepakati sebelumnya dan kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pemilih modal.
3. Sukuk Musyarakah
Merupakan sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah yang
merupakan suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan
modal yang digunakan untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang
telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan atau kerugian akan ditanggung
bersama sesuai dengan partisipasi modal masing-masing pihak.
4. Sukuk Murabahah

7
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk..
Dalam sukuk dengan akad murabahah investor membiayai sebagian atau seluruh harga
pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya dengan emiten, dan keuntungan
investor diperoleh dari selisih harga beli dari produsen dengan harga jual kepada emiten.
5. Sukuk Istishna’
Istishna’ adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industri yang memperbolehkan
pembayaran tunai dan pengiriman dimasa depan atau pembayaran di masa depan dari
barang-barang yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk
menghasilkan fasilitas pembiayaan pembuatan atau pembangunan rumah, pabrik,
proyek, jembatan, jalan, dan jalan tol.8

C. Tujuan dan Syarat Sukuk


Tujuan, yaitu memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara, mendorong
pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah, menciptakan benchmark di
pasar keuangan Islam, diversifikasi basis investor SBN, mengembangkan alternatif
instrumen investasi, mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara, mendorong
tertib administrasi pengelolaan barang milik negara, dan memanfaatkan dana
masyarakat yang belum terjaring oleh sistem perbankan konvensional.
syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sukuk dapat diterima dan diminati oleh pasar
baik domestik maupun internasional yaitu:
1. Sukuk yang diterbitkan harus memenuhi semua ketentuan syariah, antara lain
proses penerbitannya, penggunaan dana hasil penerbitannya, maupun yang
terkait dengan underlying asset.
2. Likuiditas yaitu sukuk harus dapat dipindahtangankan dari satu pihak ke pihak
lain (transferable) dan juga dapat diperjual belikan (tradable).
3. Tingkat imbalan yang kompetitif dibandingkan instrument keuangan lainnya.
4. Transparasi, berupa kejelasan dan kemudahan akses informasi bagi investor.
5. Proses penerbitan mengikuti ketentuan yang umum berlaku dalam penerbitan
sukuk di pasar keuangan internasional.
6. Adanya dukungan infrastruktur legal dan kelembagaan yang memadai, termasuk
dukungan pasar keuangan yang efisien.

C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu proses penelitian untuk

8
https://www.ocbcnisp.com/id/Article/2021/04/15/apa-itu-sukuk
menemukan aturan hukum, prinsip hukum, dan doktrin hukum. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum dan pendekatan konseptual.
Penelitian yuridis normatif ini merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan
cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti terkait dengan ekonomi syariah, guna
memahami lebih lanjut mengenai sukuk dalam pembiayaan syariah dalam rangka
pengembangan hukum ekonomi syariah di Indonesia. Data yang diperoleh akan
dianalisis secara kualitatif untuk menarik kesimpulan deduktif. Hasil dijelaskan dalam
cara deskriptif analitis, menggunakan data kualitatif yang dikumpulkan dari hukum,
peraturan, dan jurnal dari penelitian sebelumnya.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa arab ‘Sakk’, yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan.
Maksudnya ialah, sukuk merupakan bukti kepemilikan atas asset berwujud yang
melandasi penerbitan sukuk. Berbeda dengan obligasi konvensional, penerbitan sukuk
dilandasi atas aset. Dalam standar syariah nomor 17 tahun 2019, AAOIFI (The
Accounting and Auditing Organisation of Islamic Financial Institution) dijelaskan bahwa
sukuk adalah sertifikat bernilai sama yang mewakili bagian tidak terpisahkan atas
kepemilikan aset berwujud, hak manfaat, jasa, atau kepemilikan asset proyek atau
aktifitas investasi tertentu.9
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional MUI DSN-MUI Nomor 32/DSNMUI/IX/2002
sukuk didefinisikan sebagai obligasi syariah, yaitu:
“Surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa hasil/margin fee, serta
membayar kembali dana obligasi saat jatuh tempo.”
Definisi sukuk juga dijelaskan dalam POJK18/POJK.04/2015, yakni:
“Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undividedshare),
atas aset yang mendasarinya.”Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2008 tentang
Sukuk/Surat Berharga Syariah Negara pada Pasal 1 ayat (1), yaitu:“Surat berharga
negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap aset Surat Berharga Syariah Negara, baik dalam mata uang rupiah

9
Syifa Fauziah dan Nurwahidin, Pembiayaan Infrastruktur Dengan Sukuk Negara Di Indonesia:
Prosedur Dan Struktur, JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1,
2020
maupun mata uang asing”
B. Perkembangan sukuk
Selama beberapa dekade terakhir, sukuk telah memerankan peran yang signifikan dalam
perkembangan keuangan Islam, hingga menjadi bagian dari instrumen fiskal untuk
memenuhi kebutuhan anggaran banyak negara dalam pembangunan. Sejak 2001
hingga 2016, sudah ada sekitar 29 negara yang menerbitkan sukuk di pasar global, yang
sebagian besar merupakan negara Muslim. Malaysia menjadi negara yang paling
berkontribusi besar dalam penerbitan sukuk negara di pasar global. Sekitar 55 persen
sukuk negara di pasar global diterbitkan oleh Malaysia, kemudian diikuti oleh Arab Saudi
(14 persen), UAE (9 persen) dan Indonesia (8.1 persen). Sebagai negara yang memiliki
populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, tentunya mengherankan bahwa Indonesia
masih tertinggal dalam hal ini. Dengan potensi pasar yang besar, sudah seharusnya
Indonesia dapat memanfaatkan potensinya untuk mendorong perkembangan sukuk
negara, baik di pasar domestik, maupun internasional.
Hingga akhir tahun 2017, penerbitan sukuk negara sebagai sumber pendanaan
pembangunan mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2013, penerbitan
sukuk negara di Indonesia mencapai Rp11Triliun, meningkat menjadi Rp16.7 Triliun
pada 2017. Penerbitan sukuk negara merupakan bentuk kemerdekaan keuangan negara,
karena dengan meningkatnya sumber pendanaan domestik dapat mengurangi
ketergantungan negara pada hutang luar negeri. Namun, apakah kinerja penerbitan
sukuk negara di Indonesia sudah optimal ? tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia dalam penerbitan sukuk negara ? serta, bagaimana strategi
pemerintah dalam meningkatkan kinerja sukuk Negara.
Studi oleh Nisful Laila dan Muslich Anshori (2020) telah melakukan kajian
komprehensif melalui riset untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas terkait
perkembangan sukuk negara di Indonesia. Studi tersebut telah melakukan penilaian
mengenai masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam mengembangkan sukuk
negara, serta memberikan solusi alternatif dan rancangan strategis untuk meningkatkan
kinerja sukuk negara di Indonesia ke depannya. Metode Analytical Network Process
(ANP) diadopsi dalam studi tersebut untuk melakukan penelitian mendalam terkait isu
perkembangan sukuk negara di Indonesia. Tahap awal penelitian dilakukan dengan
studi literatur, kemudian dilanjutkan dengan survei dan wawancara mendalam dengan
stakeholders terkait, termasuk akademisi, praktisi, regulator dan asosiasi. Pemilihan
responden dalam riset tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan pengalaman
pekerjaan dan pemahaman responden terkait masalah yang dikaji. Terdapat 12
responden yang terlibat dalam penelitian, yang dikelompokkan menjadi 4 grup, yaitu: (1)
regulator berasal dari Direktorat Pengelolaan Utang Negara, Kementerian Keuangan, (2)
ahli dari pihak akademisi yang memiliki rekam jejak penelitian dan pemahaman yang
baik terkait sukuk, (3) informan yang terlibat aktif dalam asosiasi keuangan Islam,
khususnya sukuk negara, (4) praktisi di bidang manajemen portofolio investasi
sukuk.10
Secara keseluruhan, hasil riset berdasarkan menggunakan model ANP, menunjukkan
mayoritas responden setuju bahwa dalam hal masalah yang dihadapi dalam
perkembangan sukuk negara di Indonesia, komitmen pemerintah menjadi prioritas
masalah yang paling penting dengan persentase hasil survei terhadap akademisi,
praktisi, regulator dan asosiasi sebesar 15.5 persen. Kemudian diikuti oleh masalah
terkait infrastruktur transaksi (10.3 persen) dan masalah dengan regulasi (9.6 persen).
Dalam konteks solusi alternatif yang diusulkan dalam penelitian tersebut, hasil model
ANP menunjukkan bahwa semua responden setuju bahwa solusi paling penting yang
harus segera direalisasikan adalah terkait meningkatkan komitmen pemerintah (12.8
persen), dan diikuti oleh meningkatkan kenyamanan transaksi (11.1 persen), serta
melakukan revisi terhadap regulasi untuk pengembangan sukuk negara yang lebih baik
ke depannya (10.9 persen).
Dari aspek strategi, hasil ANP menunjukkan bahwa semua responden setuju
mengenai prioritas strategi, yaitu membuat roadmap dan menyediakan infrastruktur
yang memadai (11.2 persen), meningkatkan pengawasan regulasi (11.1 persen) dan
optimalisasi peran pemerintah dan insentif pajak yang lebih mendukung pengembangan
sukuk negara di Indonesia (8.6 persen). Beberapa rekomendasi spesifik yang ditujukan
kepada pemerintah agar dapat meningkatkan kinerja pengembangan sukuk negara di
Indonesia, antara lain adalah (1) mendorong kepastian perpajakan melalui revisi
peraturan terkait insentif pajak untuk sukuk, minimal besarnya pajak atas sukuk sama
dengan obligasi, sehingga kedua instrumen tersebut dapat bersaing dengan adil di
pasar modal, serta (2) meningkatkan peran pemerintah dalam mendukung
pengembangan sukuk negara, bisa dengan meningkatkan pembiayaan berbasis proyek
agar dapat mengoptimalkan kontribusi sukuk negara dalam mengurangi defisit
anggaran.
C. Karakter Sukuk
Sukuk sebagai produk keuangan Islam sering disejajarkan dengan obligasi (bond)
walaupun memiliki karakteristik yang agak berbeda. Sukuk memiliki karakteristik
berbeda dibandingkan dengan obligasi karena strukturnya yang didasarkan pada aset
nyata. Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya fasilitas-fasilitas pendanaan yang
melebihi nilai yang mendasari transaksi sukuk.11
Keunggulan sukuk dibandingkan obligasi konvensional pada dasarnya terletak pada
kondisi idealisnya yang lebih menekankan pada moral dan keuntungan dengan
menghindari transaksi yang dilarang dalam yurisprudensi Islam. Adanya keunggulan
aspek moral dan profitabilitas pada Sukuk banyak membuktikan bahwa laba sukuk lebih

10
Nisful Laila
11
indah Purnamawati, Perbandingan Sukuk Dan Obligasi (Telaah Dari Perspektif Keuangan Dan
Akuntansi), Jurnal Akuntansi Universitas Jember, [S.L.], V. 11, N. 1, P. 62-71, Mar. 2015. Issn 2460-
0377
12
menguntungkan daripada obligasi konvensional.
Sukuk sebagai obligasi syariah memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Prinsip dasarnya, sukuk merupakan Surat berharga berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti kepemilikan/penyertaan terhadap aset sukuk.
 Sukuk memerlukan Underlying Asset, yakni aset yang dijadinkan sebagai objek
atau dasar transaksi dalam kaitannya dengan penerbitan sukuk.
 Dasar Hukumnya, Undang Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara
 Sifat instrumennya, Sertifikat kepemilikan/penyertaan atas suatu asset
 Investor, dapat investor Islam maupun konvensional
 Penggunaan hasi penerbitan, harus sesuai syariah
 Pihak yang terkait, Obligor, SPV (special purpose vehicle), investor, trustee
 Sukuk dapat diperdagangkan (tradeable), Sukuk mewakili pihak pemilik aktual
dari asset yang jelas, manfaat asset, atau kegiatan bisnis, dan dapat
diperdagangkan menurut harga pasar (market price).
 Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.
 Penggunaan dana penerbitan SBSN harus sesuai dengan prinsip – prinsip
syariah.
 Pendapatan merupakan bagi hasil (fee) baik berupa cicilan ijarah maupun
mudharabah sesuai dengan akan yang dipergunakan;
Karakter sukuk diatas merupakan karakter sukuk pada umumnya, namun sukuk
memiliki berbagai macam jenis yang berbeda, dan setiap jenisnya memiliki karakter
khas masing-masing. Untuk menyimpulkan karakteristik sukuk yang berbeda, kami
menyimpulkan bahwa sukuk terutama didukung oleh aset, pendapatan yang stabil,
sertifikat investasi yang dapat diperdagangkan dan kompatibel dengan syariah yang
memiliki kepemilikan manfaat parsial atas aset yang mendasarinya. Kami juga
berpendapat bahwa heterogenitas terbukti dalam karakteristik dasar beragam jenis
sukuk yang saat ini tersedia di pasar keuangan - seperti: Ijarah Sukuk, Sukuk Tertanam,
Mudarabah, Musharakah, Murabahah, Salam, Wakalah, Istisna dan Sukuk Abadi, di
antara lainnya. Masalah penting di sini adalah bahwa setiap sukuk identik dalam hal
karakter, syarat & ketentuan yang membedakan, aspek operasional dan hukum dari
masing-masing kontrak keuangan syariah.13

12
nasution Lokot Zein, Issues And Challenges For Developing Corporate Sukuk: Lessons From An
Indonesian Case Study, Rjoas, 2(74), February 2018
13
Mohammed Sawkat Hossain, Md Hamid Uddin, and Sarkar Humayun Kabir, Sukuk As A Financial
E. KESIMPULAN
Perkembangan sukuk di Indonesia terus berkembang seiring dengan
perkembangan ekonomi syariah. Sukuk dikenal sebagai obligasi syariah. Sukuk
menunjukkan pemilikan atas asset, dimana klaim di dalam sukuk tidak sebuah klaim
terhadap cash tetapi merupakan klaim pemilikan atas sekumpulan aset (a pool of
assets). Sukuk memiliki peran penting dalam industri keuangan syariah, sejalan dengan
berkembangnya investasi pasar modal menggunakan obligasi syariah atau sukuk.
Namun, terdapat beberapa kendala mengenai perkembangan sukuk, khususnya sukuk
korporasi yang tertinggal perkemvangannya dengan sukuk negara. Perkembangan
sukuk di Indonesia dilihat dari emisi maupun jumlah penerbitannya. Pengaturan umum
mengenai sukuk diatur dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara. Sukuk merupakan instrumen baru keuangan syariah yang
mempunyai ciri khas dan karakteristik yang berbeda dibandingkan produk lain dari
ekonomi syariah. Mengembangkan sukuk agar kompatibel dengan pasar modal modern
tanpa menanggalkan aspek kepatuhan syariah menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Perlu adanya edukasi dan sosialisasi publik mengenai sukuk yang merupajan
produk dari ekonomi syariah. Hal ini merupakan suatu yang fundamental mengingat
awareness publik yang masih sangat rendah terhadap produk-produk di pasar modal
syariah, termasuk sukuk. Selain itu, Perlu dibuat sebuah kebijakan yang revolusioner
dari Pemerintah Indonesia untuk mendorong seluruh elemen, dari Masyarakat hingga
Perusahaan-perusahaan swasta maupun negara untuk dapat berinvestasi terhadap
Sukuk. Perlunya pengembangan dan ketegasan mengenai pajak (regulasi) dan juga
mengenai pasar modal syariah, dan perlunya peningkatan sumber daya manusia
professional mengingat perkembangan sukuk yang semakin pesat, agar laju
perkembangannya dapat diimbangin dengan aspek-aspek pendukungnya yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, P. (2012). ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERBITAN SURAT BERHARGA

Asset: A Review, Academy of Accounting and Financial Studies Journal Volume 22, Special Issue, 2018,
SYARIAH NEGARA (SUKUK) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN
2008. Jurnal Dimensi, 1(2).
Undang Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara
Fatwa Dsn-Mui Nomor: 32/Dsn-Mui/Ix/2002.
Melis, M. (2017). Perkembangan Sukuk di Indonesia, Malaysia, Dan Dunia. Ekonomica
Sharia: Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Ekonomi Syariah, 2(2), 75-88.
Abubakar, L., & Handayani, T. (2017). Kesiapan Infrastruktur Hukum Dalam Penerbitan
Sukuk (Surat Berharga Syariah) Sebagai Instrumen Pembiayaan Dan Investasi
Untuk Mendorong Pertumbuhan Pasar Modal Syariah Indonesia. Jurnal
Jurisprudence, 7(1), 1-14.
Endri, E. (2009). Permasalahan Pengembangan Sukuk Korporasi Di Indonesia
Menggunakan Metode Analytical Network Process (Anp). Jurnal Keuangan dan
Perbankan, 13(3), 359-372.
Https://Www.Wartaekonomi.Co.Id/Read227389/Ojk-Genjot-Emiten-Terbitkan-Sukuk-
Kenapa-Ya
Https://Www.Cnbcindonesia.Com/Syariah/20190430195305-29-69830/Bi-Terbitkan-
Aturan-Baru-Soal-Sukuk,

Anda mungkin juga menyukai