permintaan pasar terhadap produk yang dapat mengatasi permasalahan likuiditas lembaga
keuangan syariah yaitu pasar modal syariah (Paltrinieri & Kutan, 2019). Besarnya potensi
pertumbuhan pasar modal syariah disebabkan oleh banyaknya industri dan calon investor di
Indonesia. Selain itu, menurunnya laju pertumbuhan ekonomi nasional pasca krisis global pada
tahun 1998 juga berdampak pada sektor pasar modal sebagai subsistem perekonomian nasional
Indonesia. Situasi tersebut mendorong regulator untuk mulai mengembangkan penerapan prinsip
syariah pada produk pasar modal sebagai instrumen alternatif kegiatan pasar modal di Indonesia
(Muhammad Irkham Firdaus & Mufti Fitiyani, 2022)
Pasar modal adalah pasar di mana berbagai instrumen keuangan jangka panjang dapat
diperdagangkan, seperti obligasi, saham, reksa dana, derivatif, dan instrumen lainnya. Pasar
modal berfungsi sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan dan lembaga lain, seperti
pemerintah, serta memfasilitasi kegiatan investasi dan jual beli. Instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1
tahun) seperti saham, obligasi, waran, HMETD, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif
seperti opsi, futures, dan lain-lain. (Muhammad Irkham Firdaus & Mufti Fitiyani, 2022).
Pasar modal syariah mencakup segala kegiatan di pasar modal yang didasarkan pada
prinsip syariah. Faktor utama yang membentuk pasar modal syariah adalah pasar modal dan
prinsip syariah yang diterapkan di dalamnya. Kegiatan yang dilakukan di pasar modal syariah
meliputi pelaku pasar, infrastruktur pasar, proses transaksi, dan uang yang dijual. Oleh karena
itu, suatu pasar modal dianggap memenuhi jika pelaku pasar, mekanisme pasar, infrastruktur
pasar, dan surat berharga yang diperdagangkan memenuhi persyaratan syariah. Permintaan pasar,
yang kemudian difasilitasi oleh peraturan pemerintah, mendorong pertumbuhan pasar modal
syariah di Indonesia. Pada awal peluncurannya, jarak waktu antara peraturan dibuat dan
diterbitkan produk investasi syariah telah ada di pasar selama cukup lama. dirilis pada tahun
1997, dan fatwa yang mendukungnya dikeluarkan pada tahun 2002. dan undang-undang
Bapepam-LK untuk pasar modal syariah dikeluarkan pada tahun 2006. (Retnoningsih et al.,
2022)
Di pasar modal syaiah, prinsip syariah merupakan dasar utama untuk terbentuknya pasar
modal syariah. Al-Qur'an, Sunnah, Hadits, Ijma, dan Qiyas adalah sumber rujukan utama
prinsip-prinsip Islam di pasar modal. Al-Qur'an merupakan pedoman utama bagi umat Islam,
karena mengandung firman Allah Sunnah dan Hadits adalah penjelasan tentang perkataan Allah
SWT. dan tindakan Rasulullah SAW, sedangkan Ijma dan Qiyas adalah contoh opini akademisi.
Sebagian besar ulama setuju dengan ijma. terhadap hal-hal yang tidak ditemukan dalam Al-
Quran, Hadits, atau Sunnah. Banyak ulama menggambarkan qiyas sebagai sesuatu yang tidak
ada. contoh, tetapi mirip dengan peristiwa di masa Rasulullah. pada tahun 2004, prinsip dasar
utama Islam di pasar modal terdiri dari larangan Riba, gharar, maysir, dan larangan barang tidak
halal (Retnoningsih et al., 2022)
Pasar modal syariah berbeda dari pasar modal konvensional dengan penerbitan saham
syariah oleh perusahaan yang bekerja berdasarkan prinsip syariah.Di pasar modal syariah, ada
beberapa pihak yang terlibat dalam aktivitasnya. Pihak-pihak yang terlibat adalah sebagai
berikut:
2. Investor adalah freezer atau penanam modal pada perusahaan yang melakukan emisi.
3. Perusahaan pengelola dana adalah perusahaan yang bergerak di bidang pasar modal dengan
mengelola modal dari pemodal.
4. Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi investor, khususnya investor kecil
dan investor yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko
investasinya.
Tujuan pasar modal menurut pandangan Islam adalah menciptakan pasar modal yang
beretika dan adil. Segala transaksi di pasar modal harus dilakukan sesuai dengan norma etika
Islam yang telah diatur dalam syariah. Pasar modal syariah merupakan pasar modal ideal yang
beretika, adil/transparan dan memiliki unsur efisiensi. Obaiduallah mengutip pandangan Baruch
Lev mengatakan bahwa “Gagasan etika dan keadilan” adalah adanya persamaan kesempatan,
dimana semua pihak di pasar modal mempunyai akses terhadap informasi yang sama dan relevan
untuk mengevaluasi aset.
1. Bebas dari paksaan, investor berhak bertransaksi dan bebas mengadakan kontrak.
2. Bebas dari salah tafsir, investor berhak memperoleh informasi yang benar sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir.
3. Hak atas informasi yang sama, semua investor mempunyai akses yang sama terhadap
serangkaian informasi tertentu.
4. Hak untuk mengolah informasi yang sama sehingga tidak ada investor yang dirugikan.
5. Bebas dari gejolak emosi, hendaknya seluruh investor terbebas dari kesalahan yang
disebabkan oleh kurangnya pengendalian diri.
Dalam melihat indikator kinerja pasar modal syariah yang dapat digunakan antara lain
untuk melihat perkembangan instrumen (produk) yang ada di pasar modal syariah, seperti (a)
saham syariah; (B) obligasi syariah; (C) instrumen sukuk. Namun pada penjelasan berikut akan
dijelaskan mengenai saham syariah sebagai berikut:
Saham Syariah
Secara teoritis, saham berfungsi sebagai ekuitas yang menunjukkan partisipasi pemegang
saham dalam perusahaan dan bukti keterlibatan mereka. Mereka juga memiliki hak untuk
menerima sebagian dari keuntungan perusahaan. Ide ini tidak bertentangan dengan prinsip Islam.
Konsep dasar Konsep ini dikenal dalam Islam sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah. Jika
dianalogikan, dampak dari gagasan ini Namun, tidak semua saham yang dikeluarkan oleh Emiten
dan bertentangan dengan prinsip Islam. Perusahaan publik ini dikenal sebagai saham syariah.
Salah satu jenis saham ini adalah saham syariah apabila diterbitkan oleh :
A. Emiten dan Perusahaan Publik yang dengan jelas menyatakan dalam piagamnya bahwa
kegiatan operasional Emiten dan Perusahaan Publik tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip Syariah.
B. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak disebutkan dalam anggaran dasarnya bahwa
kegiatan
usaha Emiten dan Perusahaan Publik tersebut tidak bertentangan dengan prinsip Syariah, namun
Kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam sebagaimana diatur dalam
peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
(haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak
moral dan merugikan;
Keuntungan berinvestasi saham syariah selain memperoleh dividen dan capital gain
diakomodir dengan prinsip syariah, aman, dan terhindar dari kerugian.riba jadi tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Investasi saham syariah di Indonesia terjaminhalaloleh
Majelis Ulama Indonesia yang dikenal dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai bagian
dari kejelasan ketidakhadiran tersebutriba,gharar, dan maysir. Saham syariah dinilai memiliki
risiko minimal karena tergolong saham berkapitalisasi besar (blue chip). Indeks saham syariah
digunakan sebagai ukuran kinerja saham syariah dan dapat digunakan investor untuk memilih
saham yang akan dibeli. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang memuat seluruh saham
syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Islamic Index (JII) yang memuat 30
saham syariah, dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70) yang memuat 30 saham syariah. 70 saham
syariah. Penetapan prinsip syariah di Indonesia melalui Fatwa Dewan Syariah Nasional yang
dikenal dengan DSN-MUI. JII 70 dipilih BEI berdasarkan kriteria likuiditas antar konstituen
yang terdaftar di ISSI selama 6 bulan terakhir, kemudian dipilih 150 saham berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1 tahun terakhir. Setelah langkah tersebut, dipilih 70
saham dari 150 saham berdasarkan rata-rata nilai transaksi harian tertinggi di pasar reguler.
Saham syariah akan direview dua kali dalam setahun sesuai dengan jadwal dari Daftar Efek
Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan. JII 70 merupakan indeks saham syariah terbaru yang
diluncurkan BEI. (Amaroh, 2020)
Daftar Pustaka
Faculty of Islamic Economic and Business, Universitas Islam negeri Datokarama Palu,
Indonesia, & Malkan, M. (2022). The Effect of Financial Literacy and Knowledge of Capital
Market on Intention to Invest on Islamic Stock Exchange. International Journal of Current
Science Research and Review, 05(02). https://doi.org/10.47191/ijcsrr/V5-i2-09
Hamimi, S., & Ginting, Y. R. F. (2019). The Development Of Islamic Capital Markets In
Indonesia. 1.
Muhammad Irkham Firdaus & Mufti Fitiyani. (2022). Shariah Perspective on Investing in
Islamic Capital Market: A Qualitative Study. Journal of Islamic Economic and Business
Research, 2(1). https://doi.org/10.18196/jiebr.v2i1.45
Retnoningsih, S., Naufa, A. M., & Astuti, W. B. (2022). The Covid-19, Policy, and Islamic
Capital Market in Indonesia. Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, 10(1), 31.
https://doi.org/10.21043/equilibrium.v10i1.13542