Anda di halaman 1dari 18

PASAR MODAL SYARIAH

KARAKTERISTIK DAN STRATEGI PERKEMBANGAN NYA DI INDONESIA

Nur Saebah 1808204084


Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
E-mail: saebah47@gmail.com

Abstrak
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan
swasta. Untuk go public, perusahaan perlu melakukan penyiapan internal dan penyiapan
dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta
memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan OJK. Risiko daya beli (purchasing power risk),
risiko bisnis (business risk), risiko tingkat bunga, risiko pasar (market risk), risiko likuiditas
(liquidity risk). Strategi pengembangan pasar modal syariah dikembangkan dalam bentuk
roadmap pasar modal syariah. Strategi pengembangan pasar modal syariah sudah pernah
dirancang dalam master plan pasar modal Indonesia 2005-2009 yang didalamnya terdapat
dua strategi utama pengembangan pasar modal berbasis syariah yaitu: Penyusunan kerangka
hukum yang memfasilitasi pengembangan pasar modal berbasis syarih dan mendorong
pengembangannya dan mendorong pengembangan serta penciptaan produk-produk pasar
modal berbasis syariah. Kemudian diterbitkan pula master plan pasar modal 2010-2014 yang
focus pada: Pengembangan kerangka regulasi yang mendukung pengembangan pasar modal
syariah, pengembangan produk pasar modal syariah, pengupayaan kesetaraan produk pasar
modal syariah dengan produk pasar modal konvensional, pengembangan sumber daya
manusia dibidang pasar modal syariah.

Kata Kunci: Pasar Modal, Investasi, Bursa Efek

LATAR BELAKANG
Pasar modal merupakan salah satu alternative sumber pendanaan bagi perusahaan
sekaligus sebagai sarana investasi bagi para pemodal. Implementasi dari hal tersebut bayar
adalah perusahaan dapat memperoleh pendanaan melalui penerbitan efek yang bersifat
ekuitas atau surat utang. Pada sisi lain, pemodal juga dapat melakukan investasi di pasar
modal dengan membeli efek-efek tersebut.1
Pasar modal dikenal juga dengan nama bursa efek. Bursa efek menurut pasal 1 ayat
(4) UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal adalah pihak yang mneyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak –
pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Bursa Efek Indonesia
meluncurkan Indeks Saham Indonesia (ISSI) berdasarkan Fatwa DSN MUI No. 80/DSN-
MUI/III/2011tentang penerapan prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan efek bersifat
ekuitas di pasar regular bursa efek. Indeks ini mencerminkan pergerakan saham-saham yang
masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam dan LK.2
Pasar modal sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha pada umumnya.
Manfaat pasar modal bagi investor adalah memberikan kesempatan atau hak kepada
masyarakat untuk memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik
dimasa depan, dan merupakan alternative investasi yang memberikan potensi keuntungan
dengan resiko yang bisa diperhitungkan. Sedangkan manfaat pasar modal bagi dunia usaha
adalah mimbina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta memberikan akses kontrol sosial
bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya, mendorong pemanfaatan manajemen
professional dalam pengelolaan perusahaan, wahana untuk melakukan investasi dalam jangka
pendek (likuiditas) maupun jangka panjang (growt), dan merupakan sumber pembiyaan
jangka panjang bagi perusahaan.3
Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Dalam fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua
kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana (emiten). Dalam fungsi keuangan, pasar memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh keuntungan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik
investasi yang dipilih.

1
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 85.
2
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2016), 99-100.
3
Sri Isnawaty Pakaya, Resiko Investasi di Pasar Modal.
Terdapat dua tujuan investor dalam berinvestasi di pasar modal, yaitu deviden dan
keuntungan modal (capital gain). Keduanya harus lebih besar atau paling tidak sama dengan
tingkat pendapatan yang diharapkan modal menunjukkan nilai yang sebenarnya, dibutuhkan
suatu kondisi pasar modal yang efisien.4 Berdasarkan penjelasan di atas, makalah ini akan
menjawab beberapa permasalahan, yaitu pertama, apa pengertian pasar modal syariah?
Kedua, bagaimana proses penawaran umum di BEI? Ketiga, apa saja risiko berinvestasi di
pasar syariah ?Keempat, bagaimana strategi pengembangan pasar modal syariah ?

LITERATUR REVIEW
Penulisan mengenai Pasar Modal Syariah bukanlah suatu hal yang baru. Berikut
beberapa karya yang terdokumentasikan terkait permasalahan yang dikaji mengenai pasar
modal syariah, yaitu pertama, Suad Husnan, dalam buku “Teori dan Penerapan”.
Menurutnya pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta.
Kedua, Martono, dalam buku “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Menurutnya
pasar modal (capital market) merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan produk.
Ketiga, Khaerul Umam, dalam buku ”Pasar Modal Syariah”. Menurutnya pasar modal
mempunyai peran dan manfaat penting dalam perekonomian suatu negara karena
menciptakan fasilitas bagi keperluan industri atau investor dalam memenuhi permintaan dan
penawaran modal.
Keempat, Nurul Huda5, dalam buku “Lembaga Keuangan Islam”. Menurutnya pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dana perdagangan efek
yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Kelima, Andri Soemitra, dalam buku “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”.
Menurutnya pasar modal yang memenuhi ketentuan syariah di Indonesia didesain paralel
dengan pasar modal konvensional dengan dilengkapi lembaga supervisi syariah. Dalam
paradigma integrasi produk syariah di pasar modal nasional, regulator pasar modal nasional,
regulator pasar modal Indonesia bekerja sama dengan DSN MUI.

4
Faiza Muklis, Perkembangan dan Tantangan Pasar Modal Indonesia, al Masraf, Vol.I, No.1
(2016): 65.

5
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam(Jakarta: Kencana, 2010), 220.
Dari kelima topik pembahasan yang telah dipaparkan di atas, ternyata belum ada
tinjauan secara komprehensif, spesifik dan komparatif tentang pasar modal syariah. Disinilah
letak perbedaan studi ini dengan sumber-sumber yang telah dipaparkan sebelumnya.

METODE PENELITIAN
Metode penulisan ini menggunakan jenis penulisan kepustakaan (penelitian
perpustakaan), dengan meninjau beberapa referensi sebagai data sumbernya adalah buku-
buku yang membahas tentang Pasar Modal Syariah. Pemikiran penting dalam penulisan ini
yakni untuk kegiatan investasi, penghubung antara para investor dan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrument keuangan jangka panjang.
Metode yang dipakai oleh penulis dalam menyusun karya ilmiah ini adalah kualitatif
yang bertujuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan pasar modal syariah dengan
memanfaatkan rujukan-rujukan yang ada.

KONSEP DASAR

Definisi Pasar Modal


Pasar modal dalam arti sempit adalah suaatu tempat dalam pengertian fisik yang
terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yangdisebut bursa efek. Bursa efek (stock
exchange) adalah suatu sistem yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.6
Syariah
Kosa kata syariah dalam bahasa Arab memiliki arti jalan yang ditempuh atau garis
yang seharusnya dilalui. Dari sisi terminologi, syariah bermakna pokok-pokok aturan hukum
yang digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi dan dilalui oleh seorang muslim dalam
menjalani segala aktivitas hidupnya (ibadah) di dunia.7
Investasi
Investasi didefinisikan sebagai saham penukaran uang dengan bentuk-bentuk
kekayaan lain seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama
periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan.8
6
Faiza Muklis, Perkembangan dan Tantangan Pasar Modal Indonesia, al Masraf, Vol.I, No.1
(2016): 66.
7
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 16.
8
Ahmad Dahlan Malik, Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat
Berinvestasi di Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi UISI, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam, Vol.3, No.1 (2017), 66.
PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Pasar Modal Syariah

A. Pengertian, Fungsi, dan Karakteristik Pasar Modal Syariah

Definisi pasar modal sesuai dengan undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Secara terminologi pasar modal syariah
dapat dartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah bukanlah sistem yang terpisah dari sistem
pasar modal secara keseluruhan.9

Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan
(atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan
swasta.10
Salah satu transaksi pada pasar modal adalah transaksi sukuk. Istilah sukuk berasal dari
bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari ‘sakk’ yang berarti dokumen atau sertifikat.
Secara istilah didefiniskan sebagai surat berharga yang berisi kontak (akad) pembiayaan yang
berdasarkan prinsip syariah.11 Berdasarkan Peraturan Nomor IX A.13 tahun 2009 mengenai
penerbitan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak tertentu. Tujuan sukuk antara lain sebagai sumber pembiayaan
negara, pengembangan keuangan syariah, alternative instrument investasi, dana
memanfaatkan dana masyarakat yang belum terjaring oleh konvensional.12

9
Ahmad Dahlan Malik “Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat di Pasar
Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi UISI”, Jurnal Ekonomi dan Bisinis Islam, Vol.3,
No.1 (Juli, 2017), 69-69.
10
Anggraini Eka Pratiwi,dkk, “Analisis Investasi portopolio Saham Pasar Modal syariah Dengan
Model Makowitz dan Model Indeks Tunggal”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.17, No.1
(Desember, 2014), 2.
11
Ami Latifah, “Pengaruh Sektor Perbankan Syariah dan Pasar Modal Syariah terhadap Terhadap
Financial Deepening di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol.7, No.2 (September, 2016), 114.
12
Devi Dwi Kurniawati, “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) dan Dampak Bagi
Pasar Modal Syariah”.
Pasar modal suatu negara memiliki fungsi berikut ini:
1. Sebagai sarana penambah modal
Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham ke pasar modal.
Saham-saham ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaan-perusahaan lain,
lembaga atau oleh pemerintah.
2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan
Setelah jangka waktu tertentu, saham-saham yang dibeli akan memberikan deviden
(bagian dari keuntungan perusahaan). Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar
modal dapat dianggap sebagai sarana pemerataanpendapatan.
3. Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi
Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka produktivitas
perusahaan akan meeningkat.
4. Sebagai sarana penciptaan tenaga kerja
Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul danberkembangnya industri lain yang
berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.
5. Sebagian sarana peningkatan pendapatan negara
Setiap deviden yang dibaagikan kepada para pemegang saham akan dikenakan pajak
oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini akan meningkatkan
pendapataan negara.
6. Sebagai indikator perekonomian negara
Aktivitas dan volume penjualan/pembelian di pasar modal yang semakin meningkat
(padat) mejadi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai perusahaan berjalan dengan baik.
Begitu juga sebaliknya.
Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam fungsi
ekonomi , pasar modal menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua kepentingan, yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh keuntungan (return), sedangkan perubahan (issuer) dapat memanfaatkaan dana
tersebut untuk kepentingan investasi tanpa menunggu tersedianya dana operasional
perusahaan. Dalam fungsi keuangan, pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan
memperoleh keuntungan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang
di pilih.13

13
Faiza Muklis, Perkembangan dan Tantangan Pasar Modal Indonesia, al Masraf, Vol.I, No.1
(2016): 65.
Pasar modal mampu menjadi tolak ukur kemajuan perekonomian suaru negara. Pasar
modal memungkinkan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kesempatan
bagi perusahaan untuk dapat memanfaatkan dana langsung dari masyarakat tanpa harus
menunggu tersedianya dana operasi perusahaan.14

B. Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia


Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada
abad ke-19. Menurut buku Effectengidds yang keluarganya oleh Verreninging
Effectenhanbeurs pada tahun 1939. Jual beli efek berlangsung sejak 1880. Pada tahun 1912,
Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Setelah mengadakan
Persiapan akhirnya berdiri secara resmi paar modal di Indonesia yang terletak di Batavia
(Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Verreninging voor den Effectenhandel
(bursa efek) dan langsung memulai perdagangan. Efek yang diperdagangkan ada saat itu
adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta obligasi pemerintah
Hindia Belanda.15Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat sebagai berikut:
 14 Desember 1912: Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
pemerintah Hindia Belanda.
 1914-1918: Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
 1925-1942: Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan bursa efek di
Semarang dan Surabaya.
 Awal tahun 1939: Karena isu politik (Perang Dunia II) bursa efek di Semarang dan
Surabaya ditutup.
 1942-1952: Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.
 1952: Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952,
yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman WIradinata) dan Menteri
Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusuma). Instrument yang diperdagangkan:
Obligasi pemerintah RI (1950).
 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin tidak aktif.
 1956-1977: Perdagangan di bursa efek vakum.
 10 Agustus 1977: Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto

14
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2016), 104.
15
Faiza Muklis, Perkembangan dan Tantangan Pasar Modal Indonesia, al Masraf, Vol.I, No.1
(2016): 69.
 1977-1987: Perdagangan di Bursa efek sangat lesu.
 1987: Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia.
 1988-1990: Paket degeregulasi di bidang perbankan dan pasar modal diluncurkan.
 2 Juni 1988: Bursa parallel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola dengan
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer.
 Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain
yang positif yang baik bagi pertumbuhan pasar modal.
 16 Juni 1989: Bursa efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
 13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ; BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal.
 22 Mei 1995: Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
komputer JATS.
 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
 1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
 3 Juli 1997 lahir Danareksa Syariah oleh PT Danareksa Investment Management.
 2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di
pasar modal Indonesia.
 3 Juli 2000: Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index yang bertujuan untuk memandu
investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.
 2002: BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
 14 Maret 2003: Pasar modal syariah diresmikan oleh Menteri Keuangan Boediono
didampingi ketua BAPEPAM Herwidayatmo, wakil dari MUI, wakil dari DSN pada
direksi, direksi perusahaan efek, pengurus organisasi pelaku, dan asosiasi profesi di
pasar modal.
 2007: Penggabungan BEJ dan BES berdasarkan kesepakatan RUPSLB pada tanggal
30 Oktober 2007 yang kemudian dituangkan dalam Akta Penggabungan dan berganti
nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang resmi beroperasi sejak tanggal 1
November 2007.
 2011: Dibentuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yaitu Indeks yang
mencerminkan pergerakan saham-saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah
(DES) yang dikeluarkan oleh BAPEPAM dan LK (OJK).
 2013: Pasar modal syariah beralih pengawasan ke Otoritas Jasa Keuangan.
C. Struktur Pasar Modal Syariah di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Bursa efek Lembaga kliring dan penjamin Lembaga penyimpanan


(LKP) dan penyelesaian (LKP)
Perusahaan Lembaga Profesi Emiten Pemodal
Efek Penunjang Penunjang  Perusahaa  Domest
 Menjamin  Biro  Akuntan n public ik
emisi administras  Konsultasi  Reksadana  Asing
 Perantara i efek hukum
pedagang  Bank  Penilai
efek custodian  Notaries
 Manajer  Wali
investasi amanat
 Penasihat
investasi
 Pemeringk
at efek

D. Proses Penawaran Umum di BEI


Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham
perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public.
Untuk go public, perusahaan perlu melakukan penyiapan internal dan penyiapan
dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta
memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan OJK.
Penawaran umum atau sering pula disebut go public adalah kegiatan penawaran saham
atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual
saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal
dan Peraturan Pelaksanaannya.16
Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
 Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi
melalui para agen penjual yang ditunjuk.
 Penjataan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah
efek yang tersedia.
 Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai didagangkan di bursa.
E. Indeks Harga Saham dan Obligasi
1. Indeks Harga saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham.
Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki fungsi:
1) Sebagai indicator tren saham.
2) Sebagai indicator tingkat keuntungan.
3) Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu fortofolio.
4) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.

Indeks berfungsi sebagai indicator tren pasar artinya pergerakan indeks


menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Pasar
yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif ditunjukkan dengan indeks harga
saham yang mengalami kenaikan dan kondisi inilah yang diinginkan. Keadaan stabil
ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap. Sedangkan pasar yang lesu ditunjukkan
dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, antara lain Indeks Individual,
Indeks Harga Saham Sektoral, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock
Price Index), Indeks LQ 45, Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, Indeks
KOMPAS 100, dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). ISSI merupakan keseluruhan
daftar efek syariah yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
Indeks syariah yang lebih khusus dari ISSI adalah Jakarta Islamic Index (JII). JII
merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasikan investasi syariat dalam Islam
atau indeks yang berdasarkan syariah Islam. Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah
adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
2. Indeks Obligasi Pemerintah

16
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2016), 118.
Indeks obligasi pemerintah pertama kali diluncurkan pada tanggal 1 Juli 2004, sebagi
wujud pelayanan kepada masyarakat pasar modal dalam memperoleh data sehubungan dengan
informasi perdagangan obligasi pemerintah.
Indeks obligasi memberikan nilai lebih, antara lain :
 Sebagai barometer dalam melihat perubahan yang terjadi di pasar obligasi.
 Sebagai alat analisa teknikal untuk pasar obligasi pemerintah.
 Benchmark dalam mengukur kinerja portofolio obligasi.
 Analisa pengembangan instrument obligasi pemerintah.
F. Instrumen Pasar Modal Syariah di Indonesia
Instrument pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang
umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrans, opsi
atau setiap derivative dari efek atau setiap instrument yang ditetapkan oleh BAPEPAM LK
sebagai efek.
Instrumen atau produk yang diperdagangkan di pasar modal disebut dengan efek. Efek
adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, untuk penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek,
dan setiap derivative dari efek.
Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sector riil atau transaksi yang
mendasari (underlying transaction). Untuk itu penciptaan investasi syariah dalam pasar modal
adalah dari sekuritasi aset/proyek (asset securitization) yang merupakan bukti penyertaan,
sekuritasi uang (debt securititasion) yang merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt
securititasion) atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau
mrupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal (equity securititasion),
merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar
modal syariah dalam bentuk saham.
Adapun instrumen pasar modal yang sesuai syariah dalam pasar perdana adalah
muqaradah/mudharabah funds, saham biasa common stock), muqaradah/mudharabah bonds.
Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka prinsip dasar
pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transasaksi riil, tidak boleh
menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau
hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal
(shohibul maal), tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi
dari waktu.17
Pada era Otoritas Jasa Keuangan penerapan prinsip-prinsip syariah di pasar modal diatur
dalam sejumlah Peraturan OJK antara lain:
1. PJOK Nomor 15/POJK.04/2015 tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.
2. PJOK Nomor 16/POJK.04/2015 tentang Ahli Syariah Pasar Modal.
3. POJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang Penertiban dan Persyaratan Efek Syariah
berupa Saham oleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik Syariah.
4. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penertiban dan Persyaratan Sukuk.
5. POJK Nomor 19/POJK.04/2015 tentang Penertiban dan Persyaratan Reksadana
Syariah.
6. POJK Nomor 20/POJK.04/2015 tentang Penertiban dan Persyaratan Efek Beragun
Aset Syariah dalam Peraturan Nomor IX.A.13.

Efek-efek syariah mencakup saham syariah, sukuk (obligais syariah), reksadana


syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) syariah, dan waran syariah.
1. Saham
Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu
perusahaan terbatas. Menurut buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia, saham
adalah sertifiat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham
memiliki hak klaim atas pengahasilan dan aktiva perusahaan.
Karakteristik yuridis pemegang saham antara lain:
a. Limited risk, berarti pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang
disetorkannya ke dalam perusahaan.
b. Ultimate control, berarti pemegang sahamlah yang (secara kolektif) menetapkan
tujuan dan arah perusahaan.
c. Residual claim, menunjukkan posisi para pemegang saham sebagai orang terakhir
yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk deviden) dan sisa
aset dalam likuidasi, yaitu setelah hak-hak para kreditur terpenuhi.

Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark)
untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah.
17
Robiatul Auliyah, “Analisa Karakteristik Perusahaan Industri dan Ekonomi Makro Terhadap
Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta”(Padang, 2006),4.
Keuntungan yang diperoleh dari memegang saham antara lain:
a. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba yang
dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham.
b. Right yang merupakan hak untuk emmesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh
emiten.
c. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar
modal.
2. Obligasi (Bond)
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana
(dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Jadi, surat obligasi adalah selembar
kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli utang perusahaan yang
menerbitkan obligasi.
Berkaitan dengan perdagangan obligasi, dikenal istilah-istilah berikut:
1. Face value atau nilai pari, menunjukkan besarnya nilai obligasi yang dikeluarkan.
2. Jatuh tempo, merupakan tanggal ditetapkannya emiten obligasi untuk membayar
kembali uang yang telah dikeluarkan investor pada saat mmbeli obligasi.
3. Bunga atau kupon, merupakan pendapatan (yield) yang diperoleh pemegang
obligasi, yang periode waktu pembayarannya dapat berbeda-beda.
Risiko obligasi
Kesulitan untuk menentukan penghasilan obligasi adalah memperkirakan perkembangan
suku bunga. Apabila suku bunga bank menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang
obligasi akan menderita kerugian karena harga obligasi turun.18
3. Reksadana (Mutual Funds)

Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,


khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka. reksadana dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, tetapi hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu,
reksadana juga diharapkan meningkatkan peran pemodal local untuk berinvestasi di pasar
modal Indonesia.

Manfaat yang diperoleh pemodal jika melaakukan investasi dalam reksadana, antara
lain sebagai berikut:
18
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), 47.
a. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besaar dapat melakukan diversifikasi
investasi dalam efek, sehingga dapat memperkecil risiko.
b. Reksadana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal.
c. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada reksadana , yaitu dana tersebut dikelola
oleh manajer investasi professional, pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau
kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.
4. Efek Beragun Aset Syariah
Efek beragun syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA
Syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh
lembaga keuangan, efek bersifaat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan
investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
5. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue)
Fatwa DSN MUI Nomor 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) memastkan bahwa kehalalan investasi di pasar modal tidak hanya berhenti
pada instrumen efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya. Produk
turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan criteria DSN adalah produk right
(HMETD).
Mekanisme right bersifat opsional di mana right merupakan hak untuk membeli saham
pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Right ini diberikan kepada pemegang
saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang dikeluarkan
perusahaan pada saat second offering.berbeda dengan warrant masa perdagangan right sangat
singkat, berikisar antara 1-2 minggu saja.
6. Warrant Syariah
Fatwa DSN MUI Nomor 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Warrant Syariah pada tanggal 6
Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal tidak hanya berhenti pada
instrument efek yang bernama saham saja, tetapi juga ada produk derivatifnya. Produk turunan
saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan kriteriaDSN adalah juga Warrant. Brdasarkan
fatwa pengalihan saham dengan imbalan (warrant), seorang pemegang saham dibolehkan
untuk mengalihkan kepentingan sahamnya kepada orang lain dengan mendapatkan imbalan.
Mekanisme warrant bersifat opsional di mana warrant merupakan hak untuk membeli sebuah
saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yag telah ditetapkan pula.
G. Mekanisme Berinvestasi di Pasar Modal Syariah
Penilaian suatu efek dapat dipengaruhi oleh kondisi kinerja keuangan perusahaan
penerbitnya. Dalam melakukan analisis memilih efek, ada beberapa teknik yang dilakukan.
Untuk memilih saham dilakukan dua pendekatan, yaitu pendekatan fundamental dan teknikal.
Pendekatan fundamental merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi harga saham,
antara lain penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan deviden, RUPS, manajemen dan
sebagainya. Sedangkan analisis teknikal adalah analisis saham yang dilakukan dengan
memprediksi harga saham di masa depan dengan melihat perkembangan harga saham dari
waktu ke waktu baik dilakukan manual maupun lewat bantuan program computer. Kedua
teknis analisis dapat memengaruhi investor membeli atau menjual efek yang mereka miliki.
Bagi para investor, penanaman modal di pasar modal dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Transaksi di Pasar Perdana
Bagi investor yang ingin membeli saham di pasar perdana haruslah
menggunakan pertimbangan yang bersumber dari kondisi perusahaan yang
mengeluarkan efek tersebut menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang bersumber
dari kondisi perusahaan yang mengeluarkan efek tersebut melalui propektus yang
memberikan informasi dari catatan keuangan historis sampai proyeksi laba dan deviden
yang akan dibayarkan untuk tahun berjalan.
2. Transaksi di Pasar Sekunder
Mekanisme perdagangan efek di bursa efek hanya dapat dilakukan oleh anggota
bursa efek. Keanggotaan bursa efek dapat diberikan kepada perorangan atau badan
hukum. Syarat keanggotaan bursa efek umumnya menyangkut pemodalan da
kemampuan sebagai anggota bursa efek. Perdagangan efek di bursa efek dilakukan
melalui perantara pedagang efek dan pedagang efek dari pedagang efek yang
merupakan anggota bursa efek.19

H. Risiko berinvestasi di pasar modal Syariah


Memprediksi risiko dalam investasi merupakan hal yang cukup complex. Resiko
investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan dengan
terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Menurut Hartono dan Harjito bahwa resiko-resiko
yang mungkin dihadapi investor tersebut antara lain:
1. Risiko daya beli(purchasing power risk)

19
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2016), 147.
Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai
riil pendapatan akan lebih kecil.
2. Risiko bisnis (business risk)
Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunnya kemampuan perusahaan memperoleh
laba, sehingga pada gilirannya mengurangi pula kemampuan perusahaan membayar
bunga dan deviden.
3. Risiko tingkat bunga
Naiknya tingkat bunga biasanya akan menekan harga surat-surat berharga, biasanya
harga surat berharga akan turun.
4. Risiko pasar (market risk)
Apabila pasar bergairah (bulish) pada umumnya harga saham akan mengalami
kenaikan, tetapi bila pasar lesu (bearish) maka harga cenderung turun.
5. Risiko likuiditas (liquidity risk)
Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
Risiko tidak bisa dihindari, dan pada umumnya risiko muncul dari tiga kemungkinan.
a. Besarnya investasi
Suatu investasi yang lebih besar baik dibanding investasi kecil terutama dari unsur
kegagalannya. Apabila proyek dengan investasi besar gagalmaka kegagalannya bisa
mengakibatkan perusahaan menjadi bangkrut, sedang investasi kecil mempunyai
mempunyai risiko yang kecil, artinya tidak terlalu banyak mengganggu operasional
perusahaan secara keseluruhan.
b. Penanaman kembali dari Cashflow
Apakah perusahaan akan menerima proyek investasi dengan 24% selama 2 tahun atau
yang mendatangkan keuntungan 20% selama 4 tahun ?. jawabannya adalah seberapa
besar kemungkinan hasil dari penanaman kembali proyek pertama tersebut besar, maka
proyek dengan hasil 20% lebih diutamakan.
c. Penyimpanan dari Cashflow
Seperti diuraikan di atas bahwa cashflow perusahaan didapat dari penerimaan
keuntungan di masa yang akan datang. Cashflow tersebut untuk masing-masing proyek
investasi tidak sama, ada variasinya besar ada yang variasinya keci. Bila variasi
penerimaannya besar maka resikonya juga besar, demikian sebaliknya bila variasinya
kecil, risiko yang di hadapi juga kecil.20
20
Sri Isnawaty Pakaya, Resiko Investasi di Pasar Modal.
I. Strategi Pengembangan Pasar Modal Syariah
Strategi pengembangan pasar modal syariah dikembangkan dalam bentuk roadmap pasar
modal syariah. Strategi pengembangan pasar modal syariah sudah pernah dirancang dalam
master plan pasar modal Indonesia 2005-2009 yang didalamnya terdapat dua strategi utama
pengembangan pasar modal berbasis syariah yaitu:
1. Penyusunan kerangka hukum yang memfasilitasi pengembangan pasar modal berbasis
syarih dan mendorong pengembangannya.
2. Mendorong pengembangan serta penciptaan produk-produk pasar modal berbasis
syariah.

Kemudian diterbitkan pula master plan pasar modal 2010-2014 yang focus pada:
1. Pengembangan kerangka regulasi yang mendukung pengembangan pasar modal syariah.
2. Pengembangan produk pasar modal syariah.
3. Pengupayaan kesetaraan produk pasar modal syariah dengan produk pasar modal
konvensional.
4. Pengembangan sumber daya manusia dibidang pasar modal syariah.

KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diambil empat kesimpulan, yaitu pertama, Pasar
modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri,
baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Kedua,
Untuk go public, perusahaan perlu melakukan penyiapan internal dan penyiapan dokumentasi
sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta memenuhi semua
persyaratan yang ditetapkan OJK. Ketiga, Risiko daya beli (purchasing power risk), risiko
bisnis (business risk), risiko tingkat bunga, risiko pasar (market risk), risiko likuiditas
(liquidity risk). Keempat, Strategi pengembangan pasar modal syariah dikembangkan dalam
bentuk roadmap pasar modal syariah. Strategi pengembangan pasar modal syariah sudah
pernah dirancang dalam master plan pasar modal Indonesia 2005-2009 yang didalamnya
terdapat dua strategi utama pengembangan pasar modal berbasis syariah yaitu: Penyusunan
kerangka hukum yang memfasilitasi pengembangan pasar modal berbasis syarih dan
mendorong pengembangannya dan mendorong pengembangan serta penciptaan produk-produk
pasar modal berbasis syariah. Kemudian diterbitkan pula master plan pasar modal 2010-2014
yang focus pada: Pengembangan kerangka regulasi yang mendukung pengembangan pasar
modal syariah, pengembangan produk pasar modal syariah, pengupayaan kesetaraan produk
pasar modal syariah dengan produk pasar modal konvensional, pengembangan sumber daya
manusia dibidang pasar modal syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Auliyah, Robiatul, “Analisa Karakteristik Perusahaan Industri dan Ekonomi Makro
Terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta”(Padang, 2006).
Dahlan Malik, Ahmad, Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat
Berinvestasi di Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi UISI, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.3, No.1 (2017).
Dwi Kurniawati, Devi, “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) dan Dampak Bagi
Pasar Modal Syariah”.
Eka Pratiwi, Anggraini,dkk, “Analisis Investasi portopolio Saham Pasar Modal syariah Dengan
Model Makowit dan Model Indeks Tunggal”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.17,
No.1 (Desember, 2014).
Huda, Nurul, Lembaga Keuangan Islam(Jakarta: Kencana, 2010).
Husnan, Suad, Teori dan Penerapan (Yogyakarta: BPFE, 1996).
Isnawaty Pakaya, Sri, Resiko Investasi di Pasar Modal.
Latifah, Ami, “Pengaruh Sektor Perbankan Syariah dan Pasar Modal Syariah terhadap
Terhadap Financial Deepening di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol.7, No.2
(September, 2016), 114.
Muklis, Faiza, Perkembangan dan Tantangan Pasar Modal Indonesia, al Masraf, Vol.I, No.1
(2016).
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2016).

Anda mungkin juga menyukai