Abstraksi
A. Pendahuluan
Saat ini perkembangan sektor keuangan mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan. Di antara indikator perkembangan tersebut adalah meningkatnya
kebutuhan terhadap berbagai fasilitas instrumen-instrumen keuangan
(Financial Instruments) baik melalui perbankan maupun lembaga keuangan non
bank. Selain itu, pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan syariah telah
menjadi alternatif bagi para investor dan pelaku ekonomi yang menuntut
institusi dan instrumen keuangan (Islamic Financial Institution) yang
memenuhi ketentuan syariah (Syariah Compliance). Salah satu lembaga
keuangan yang cukup strategis dalam lintas sistem keuangan hari ini adalah
Pasar Modal yang menawarkan berbagai instrumen investasi keuangan. Di
samping instrumen-instrumen keuangan konvensional, saat ini juga sudah
ditawarkan sejumlah instrumen keuangan pasar modal yang memenuhi
ketentuan syariah (Islamic Financial Instruments). Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pemodal yang ingin berinvestasi berdasarkan kepada
prinsip-prinsip syariah tersebut. Sejumlah bursa efek dunia telah menyusun
indeks yang secara khusus terdiri dari komponen saham-saham yang tergolong
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Perkembangan
instrumen syariah pada pasar modal di Indonesia sudah terjadi sejak tahun
1997, diawali dengan lahirnya Reksa Dana Syariah yang diprakarsai Dana
Reksa, selanjutnya, PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT. Dana
Reksa Invesment Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII)
yang mencakup sekitar 30 jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan
usahanya memenuhi ketentuan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan investasi saham?
2. Bagaimana pandangan islam mengenai investasi saham?
C. Penelitian Terdahulu
1. Konsep Perencanaan Investasi pada Saham Syariah di Era Milenial oleh
Ajeng Sonial Manahara dan Faridatun Nila (2019) Mahasisawa Universitas
Airlangga Surabaya
Dalam penelitian ini membahas tentang dunia investasi, dikenal ada 2
macam analisis sekuritas yang dapat dipakai investor dalam pembuatan
keputusan investasi. Analisis tersebut diantaranya Analisis Fundamental
(analisis ekonomi dan pasar modal, analisis industry, analisis perusahaan)
dan analisis teknikal (the dow theory, moving average, dan relative
strengh). Dalam memilih prospek usaha yang menjanjikan, calon investor
harus dapat melihat berbagai perusahaan atau industri yang nantinya akan
dipilih untuk menanam modal. Untuk memahami persoalan industri pada
berbagai kondisi tersebut maka ini memiliki hubungan erat dengan konsep
PLC (Product Life Cycle) atau yang biasa disebut dengan konsep daur
hidup produk. Terdapat penilaian yang dilakukan oleh seorang investor
lama maupun calon investor dalam melihat kondisi saham yang baik.
Penilaian saham tersebut dilakukan melalui analisis rasio, di antaranya: (a)
Rasio keuntungan yang diharapkan dari saham; (b) Rasio menghitung nilai
buku per lembar saham; (c) Zero growth model dan signaling theory , (d)
Rasio gordon gwoth model.
D. Kajian Pustaka
a. Investasi syariah adalah suatu penanaman modal yang dilakukan
masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam dan hukum Islam. 2 Menurut Sula (2004), investasi
keuangan menurut syariah dapat berkaitan dengan kegiatan perdagangan
atau kegiatan usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang
berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun
investasi keuangan menurut syariah harus terkait secara langsung dengan
suatu aset atau kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan manfaat,
karena hanya atas manfaat tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Menurut
Huda dan Nasution (2007), investasi merupakan salah satu ajaran dari
konsep Islam yang memenuhi proses tadrij (gradasi) dan trichotomy
pengetahuan (pengetahuan instrumen, pengetahuan intelektual dan
pengetahuan spiritual). Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep
investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena
menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah
ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap
muslim.
b. Landasan Hukum Investasi Syariah
Dalam hukum Islam, kegiatan berinvestasi dikategorikan sebagai kegiatan
ekonomi yang termasuk dalam kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan
yang mengatur hubungan antar manusia. Sementara itu menurut kaidah
Fikih, hukum asal kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yang berarti
semua kegiatan dalam hubungan antar manusia adalah mubah (boleh)
kecuali yang memang jelas ada larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu
kegiatan muamalah yang baru muncul dan belum dikenal sebelumnya
dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diperbolehkan
kecuali yang memang terdapat implikasi dari Al Qur’an dan Hadist yang
melarangnya secara implisit maupun eksplisit.
Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak ditemukan adanya
terminologi investasi maupun pasar modal, akan tetapi sebagai suatu
kegiatan ekonomi, kegiatan tersebut dapat diketegorikan sebagai kegiatan
jual beli (al Bay). Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSNMUI),sampai dengan tahun 2004 ,telah diterbitkan
sebanyak 6 (enam) yang berkaitan dengan industri pasar modal. Adapun ke
enam fatwa dimaksud adalah:
1. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham.
2. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
Untuk Reksadana Syariah.
3. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
4. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
5. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal.
6. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
c. Prinsip-prinsip Dasar Investasi Syariah Menurut Sula (2004), investasi bagi
umat Islam berarti menanamkan sejumlah dana pada sektor tertentu (sektor
keuangan ataupun sektor riil) pada periode waktu tertentu untuk
mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Keuntungan dalam pandangan
Islam memiliki aspek yang holistic.
1) Aspek material atau finansial, artinya suatu bentuk investasi
hendaknya menghasilkan manfaat finansial yang kompetitif
dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.
2) Aspek kehalalan, artinya suatu bentuk investasi harus terhindar dari
bidang maupun prosedur yang syubhat dan/atau haram. Suatu
bentuk investasi yang tidak halal hanya akan membawa pelakunya
kepada kesesatan serta sikap dan perilaku yang destruktif secara
individu maupun sosial.
3) Aspek sosial dan lingkungan, artinya suatu bentuk investasi
hendaknya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat banyak
dan lingkungan sekitar, baik untuk generasi saat ini maupun yang
akan datang.
4) Aspek pengharapan kepada ridha Allah, artinya suatu bentuk
investasi tertentu itu dipilih adalah dalam rangka mencapai ridha
Allah. Kesadaran adanya kehidupan yang abadi, menjadi panduan
bagi ketiga aspek di atas.