Anda di halaman 1dari 20

INVESTASI SAHAM DALAM SYARIAH

Abdur Rahman Nafi (931326618)

Dimas Nur wahyu Nugroho (931321118)

Adinda Chofifah Oktaviani (931331718)

Fadila Dewi Megayati (931336818)

Abstraksi

Langkah-langkah dalam berinvestasi sangat diperlukan sebagai bahan acuan


awal bagi calon investor dan investor pemula sebelum mereka memutuskan untuk
berinvestasi. Seiring berjalannya waktu, di saat teknologi dan berbagai instrumen
pengembangan ekonomi saling bersinergi dalam percepatan pembangunan, di jaman
milenial ini, banyak industri perusahaan yang membidik investor-investor dari
masyarakat kalangan muda untuk dijadikan sumber modal perusahaannya melalui
pasar modal.Pasar modal dengan instrumen investasi syariah adalah kegiatan di pasar
modal yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal dan merupakan
bagian dari industri pasar modal Indonesia. prinsip syariah di pasar modal berdasarkan
ketetapan al-Qur’an dan Hadits yang mengatur ibadah dan aktivitas manusia dalam
urusan muamalah yang kemudian diatur dalam fiqh. Saham syariah merupakan surat
berharga yang mempresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan
(Sutedi, 2011: 4). Beberapa hal seperti pengetahuan tentang investasi akan ilmu-ilmu
yang terkait butuh diperdalam agar kegiatan investasi yang kita kerjakan bernilai
ibadah, mendapatkan kepuasan batin serta keberkahan di dunia dan akhirat (Sakinah,
2014). Investasi memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang yaitu return dan risk.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi literatur dengan sumber
data yaitu data sekunder yang diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu, dan
sumber referensi lainnya.Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh para calon
investor. Terutama investor dari kalangan masyarakat milenial terkait dengan
perencanaan dan manajemen investasi pada saham syariah (Mardhiah, 2015). Hal ini
menuntut para investor untuk mengetahui batasan-batasan dan aturan investasi dalam
Islam, baik dari sisi proses, tujuan, objek dan dampak investasinya (Pardiansyah,
2017). Penilaian saham tersebut dilakukan melalui analisis rasio. Menurut Kasmir
(2013: 115) rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar yang usahanya di atas biaya investasi.

A. Pendahuluan
Saat ini perkembangan sektor keuangan mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan. Di antara indikator perkembangan tersebut adalah meningkatnya
kebutuhan terhadap berbagai fasilitas instrumen-instrumen keuangan
(Financial Instruments) baik melalui perbankan maupun lembaga keuangan non
bank. Selain itu, pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan syariah telah
menjadi alternatif bagi para investor dan pelaku ekonomi yang menuntut
institusi dan instrumen keuangan (Islamic Financial Institution) yang
memenuhi ketentuan syariah (Syariah Compliance). Salah satu lembaga
keuangan yang cukup strategis dalam lintas sistem keuangan hari ini adalah
Pasar Modal yang menawarkan berbagai instrumen investasi keuangan. Di
samping instrumen-instrumen keuangan konvensional, saat ini juga sudah
ditawarkan sejumlah instrumen keuangan pasar modal yang memenuhi
ketentuan syariah (Islamic Financial Instruments). Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pemodal yang ingin berinvestasi berdasarkan kepada
prinsip-prinsip syariah tersebut. Sejumlah bursa efek dunia telah menyusun
indeks yang secara khusus terdiri dari komponen saham-saham yang tergolong
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Perkembangan
instrumen syariah pada pasar modal di Indonesia sudah terjadi sejak tahun
1997, diawali dengan lahirnya Reksa Dana Syariah yang diprakarsai Dana
Reksa, selanjutnya, PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT. Dana
Reksa Invesment Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII)
yang mencakup sekitar 30 jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan
usahanya memenuhi ketentuan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan investasi saham?
2. Bagaimana pandangan islam mengenai investasi saham?
C. Penelitian Terdahulu
1. Konsep Perencanaan Investasi pada Saham Syariah di Era Milenial oleh
Ajeng Sonial Manahara dan Faridatun Nila (2019) Mahasisawa Universitas
Airlangga Surabaya
Dalam penelitian ini membahas tentang dunia investasi, dikenal ada 2
macam analisis sekuritas yang dapat dipakai investor dalam pembuatan
keputusan investasi. Analisis tersebut diantaranya Analisis Fundamental
(analisis ekonomi dan pasar modal, analisis industry, analisis perusahaan)
dan analisis teknikal (the dow theory, moving average, dan relative
strengh). Dalam memilih prospek usaha yang menjanjikan, calon investor
harus dapat melihat berbagai perusahaan atau industri yang nantinya akan
dipilih untuk menanam modal. Untuk memahami persoalan industri pada
berbagai kondisi tersebut maka ini memiliki hubungan erat dengan konsep
PLC (Product Life Cycle) atau yang biasa disebut dengan konsep daur
hidup produk. Terdapat penilaian yang dilakukan oleh seorang investor
lama maupun calon investor dalam melihat kondisi saham yang baik.
Penilaian saham tersebut dilakukan melalui analisis rasio, di antaranya: (a)
Rasio keuntungan yang diharapkan dari saham; (b) Rasio menghitung nilai
buku per lembar saham; (c) Zero growth model dan signaling theory , (d)
Rasio gordon gwoth model.
D. Kajian Pustaka
a. Investasi syariah adalah suatu penanaman modal yang dilakukan
masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam dan hukum Islam. 2 Menurut Sula (2004), investasi
keuangan menurut syariah dapat berkaitan dengan kegiatan perdagangan
atau kegiatan usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang
berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun
investasi keuangan menurut syariah harus terkait secara langsung dengan
suatu aset atau kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan manfaat,
karena hanya atas manfaat tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Menurut
Huda dan Nasution (2007), investasi merupakan salah satu ajaran dari
konsep Islam yang memenuhi proses tadrij (gradasi) dan trichotomy
pengetahuan (pengetahuan instrumen, pengetahuan intelektual dan
pengetahuan spiritual). Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep
investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena
menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah
ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap
muslim.
b. Landasan Hukum Investasi Syariah
Dalam hukum Islam, kegiatan berinvestasi dikategorikan sebagai kegiatan
ekonomi yang termasuk dalam kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan
yang mengatur hubungan antar manusia. Sementara itu menurut kaidah
Fikih, hukum asal kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yang berarti
semua kegiatan dalam hubungan antar manusia adalah mubah (boleh)
kecuali yang memang jelas ada larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu
kegiatan muamalah yang baru muncul dan belum dikenal sebelumnya
dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diperbolehkan
kecuali yang memang terdapat implikasi dari Al Qur’an dan Hadist yang
melarangnya secara implisit maupun eksplisit.
Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak ditemukan adanya
terminologi investasi maupun pasar modal, akan tetapi sebagai suatu
kegiatan ekonomi, kegiatan tersebut dapat diketegorikan sebagai kegiatan
jual beli (al Bay). Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSNMUI),sampai dengan tahun 2004 ,telah diterbitkan
sebanyak 6 (enam) yang berkaitan dengan industri pasar modal. Adapun ke
enam fatwa dimaksud adalah:
1. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham.
2. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
Untuk Reksadana Syariah.
3. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
4. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
5. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal.
6. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
c. Prinsip-prinsip Dasar Investasi Syariah Menurut Sula (2004), investasi bagi
umat Islam berarti menanamkan sejumlah dana pada sektor tertentu (sektor
keuangan ataupun sektor riil) pada periode waktu tertentu untuk
mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Keuntungan dalam pandangan
Islam memiliki aspek yang holistic.
1) Aspek material atau finansial, artinya suatu bentuk investasi
hendaknya menghasilkan manfaat finansial yang kompetitif
dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.
2) Aspek kehalalan, artinya suatu bentuk investasi harus terhindar dari
bidang maupun prosedur yang syubhat dan/atau haram. Suatu
bentuk investasi yang tidak halal hanya akan membawa pelakunya
kepada kesesatan serta sikap dan perilaku yang destruktif secara
individu maupun sosial.
3) Aspek sosial dan lingkungan, artinya suatu bentuk investasi
hendaknya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat banyak
dan lingkungan sekitar, baik untuk generasi saat ini maupun yang
akan datang.
4) Aspek pengharapan kepada ridha Allah, artinya suatu bentuk
investasi tertentu itu dipilih adalah dalam rangka mencapai ridha
Allah. Kesadaran adanya kehidupan yang abadi, menjadi panduan
bagi ketiga aspek di atas.

Sedangkan menurut Pontjowinoto (2003) dalam Huda dan


Nasution (2007), beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah
sebagai berikut:

a) Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat


dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi
yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.
b) Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan di
mana fungsinya adalah sebagai alat pertukaran nilai yang
menggambarkan daya beli suatu barang atau harta. Sedangkan
manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas
pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut.
c) Setiap transaksi harus transparan tidak menimbulkan kerugian
atau unsur penipuan di salah satu pihak baik secara sengaja
maupun tidak sengaja.
d) Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak
menimbulkan risiko yang besar atau melebihi kemampuan
menanggung risiko.
e) Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus
bersedia menanggung risiko.
f) Manajemen yang diterapkan adalah manajemen islami yang
tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi
manusia serta menjaga lestarinya lingkungan hidup.
d. Jenis-jenis Investasi Syariah
a) Deposito syariah Produk investasi Deposito Syariah adalah salah
satu instrument yang dimiliki oleh bank Syariah di mana kamu
menaruh sejumlah uang di bank Syariah dalam bentuk deposito
yang tidak bisa diambil dalam beberapa waktu tertentu. Landasan
hukum produk deposito Syariah dikeluarkan oleh DSN MUI pada
fatwa No: 03/DSN-MUI/XII/2000 tentang Deposito.
b) Reksadana Syariah Secara sederhana, reksadana Syariah adalah
bentuk penyertaan modal yang dikelola oleh manajer investasi
untuk kemudian disalurkan kepada perusahaan yang dalam
prosesnya sesuai dengan ketentuan Syariah. Produk reksadana
Syariah ini dilandasi pada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
MUI No:20/DSNMUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Menurut fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) No. 20/DSNMUI/IV/2001, pengertian reksa dana
syariah (Islamic investment funds) adalah reksa dana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal dengan manajer investasi
(wakil pemodal), maupun antara manajer investasi dengan
pengguna investasi.
c) Saham Syariah Saham merupakan salah satu sekuritas di antara
sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang
tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan
diterima oleh investor di masa datang. Hal ini sejalan dengan
investasi menurut Sharpe dalam Hamzah (2008) bahwa investasi
merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk
mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. Saham syariah
merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki
karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan
ruang lingkup kegiatan usaha. Sebagian saham syariah dimasukkan
dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII), yang merupakan
indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia yang
merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
(Auliyah & Hamzah, 2006). Saham syariah juga memiliki tingkat
return dan risiko yang sama seperti saham konvensional.
Berdasarkan definisi OJK, Saham Syariah adalah efek atau surat
berharga yang memiliki konsep penyertaan modal dengan hak bagi
hasil usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. Produk
saham Syariah ini didasarkan pada fatwa DSN MUI No:40/DSN-
MUI/X/2003 tentang Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal. Kehadiran fatwa tersebut berdasarkan atas pertimbangan
yang merujuk pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 275 dan Surat
An-Nisa ayat 29.
d) Obligasi Syariah Bentuk investasi syariah selanjutnya adalah
Obligasi Syariah. Meski tidak berbeda dibandingkan obligasi
konvensional yang merupakan surat utang dalam jangka panjang,
obligasi syariah hanya diterbitkan sesuai dengan prinsip syariah. Di
Indonesia, obligasi syariah sering juga disebut dengan nama sukuk.
e. Pengertian Investasi Saham Syariah
Investasi adalah komitmen atas dasar sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang. Dalam ekonomi Islam, investasi dipengaruhi
oleh meningkatnya keuntungan yang diharapkan dan tingkat zakat atas dana
yang tidak produktif. Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari
ekonomi syariah. Dalam pandangan Islam, setiap harta ada zakatnya. Jika
harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya.
Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap muslim untuk
menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Investasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu
investasi di pasar modal dalam bentuk saham. Saham merupakan surat
berharga yang merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu
perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan
pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah,
seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan
seperti bir, dan lain-lain. Pemilikan saham suatu perusahaan dalam Islam
dikenal dengan al- musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Kriteria saham-saham yang masuk dalam index syariah berdasarkan
fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20 adalah emiten yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti :
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
2) Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
3) Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
4) Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria diatas, kriteria emiten dilihat dari rasio keuangannya
yang termasuk dalam investasi Islami berdasarkan fatwa DSN adalah
sebagai berikut :
1) Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari
utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
2) Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%.
Dalam syariah Islam, barang haram dengan halal tidak dapat
dicampuradukkan. Bila dalam suatu akad keuangan yang halal terdapat
bagian yang diragukan kehalalannya, maka dilakukan pemurnian atas
hasil usaha tersebut. Maka perusahaan harus transparan jika memang
menerima jasa bunga atau pendapatan non halal lainnya.
3) Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah piutang
dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
Daftar Efek Syariah (DES) adalah kumpulan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal, yang
ditetapkan oleh Bapepam dan lembaga keuangan atau pihak lain yang
diakui oleh Bapepam dan lembaga keuangan. Daftar Efek Syariah (DES)
tersebut merupakan panduan investasi bagi reksadana syariah dalam
menempatkan dana kelolanya serta juga dapat dipergunakan oleh investor
yang mempunyai keinginan untuk berinvestasi pada portofolio efek syariah.
Saham syariah dapat dikatakan sebagai saham yang diperdagangkan
di dalam pasar modal syariah. Pada dasarnya saham syariah sama dengan
saham dalam pasar modal konvensional. Hanya saja bedanya saham yang
diperdagangkan dalam pasar modal syariah harus datang dari emiten yang
memenuhi kriteria-kriteria syariah (Syariah Compliance). Dengan
demikian, kalau saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan
penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Maka dalam prinsip syariah,
penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak
melanggar prinsipprinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,
memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan lain-lain.
f. Proses dalam Kegiatan Investasi Saham Syariah
Suatu perusahaan terdaftar di Daftar Efek Syariah jika sudah melewati
beberapa tahap penyaringan dengan ketentuan-ketentuan yang berdasarkan
pada prinsip syariah, diantaranya :
1. Proses Screening berdasarkan Kriteria Kegiatan Usaha Yakni
perusahaan yang tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan
dengan prinsip syariah, yaitu :
a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi;
b. Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau
jasa;
c. Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu;
d. Bank berbasis bunga;
e. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
f. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan
atau judi (maysir);
g. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan barang atau jasa haram (haram li zatihi), barang atau
jasa haram bukan karena zatnya (haram ligairihi) yang ditetapkan
oleh DSN-MUI; dan atau barang atau jasa yang merusak moral dan
sifat mudrat;
h. Melakukan transaksi yang mengandung suap (risywah).
2. Proses Screening berdasarkan Kriteria Rasio Keuangan
a. Rasio total utang ribawi (berbasis bunga) dibandingkan dengan
total aset tidak lebih dari 45%;
b. Kontribusi pendapatan non halal dibandingkan dengan
pendapatannya, tidak lebih dari 10%.
Tujuan dari investasi, khususnya investasi di pasar modal
tentunya ingin mendapatkan keuntungan berupa deviden maupun
return. Maka para investor perlu melakukan analisis untuk memprediksi
harga saham di masa yang akan datang. Harga saham di pasar modal
ditentukan oleh kekuatan mekanisme pasar berdasarkan kinerja
perusahaan atau merupakan cerminan keputusan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Dalam menganalisis saham dapat menggunakan
konsep analisis fundamental keuangan. Analisis fundamental keuangan
itu adalah suatu analisa yang dilakukan dan ditujukan pada aspek-aspek
yang fundamental di suatu perusahaan yang terjun ke pasar modal atau
dapat juga dikatakan suatu analisa yang mempelajari hubungan antara
harga saham dengan kondisi perusahaan, dengan melihat para indikator
ekonomi terutama yang berkaitan pada penampilan perusahaan seperti
volume penjualan, kekayaan dan keuntungan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal (Investasi Saham Syariah)
a. Supply sekuritas. Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang
bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.
b. Demand sekuritas. Faktor ini berarti bahwa harus ada anggota
masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk
digunakan membeli sekuritas yang ditawarkan.
c. Kondisi politik dan ekonomi. Faktor ini akan mempengaruhi
Supply dan Demand atas sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan
membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya
mempengaruhi Supply dan Demand sekuritas.
d. Masalah hukum dan peraturan. Peraturan yang melindungi pemodal
dari investasi yang tidak benar mutlak diperlukan, karena pembeli
sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang
disediakan oleh perusahaan yang menerbitkan sekuritas.
e. Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal. Lembaga-
lembaga seperti BAPEPAM, bursa efek, akuntan publik,
underwriter, wali amanat, notaris, konsultan hukum, lembaga
clearing dan lain-lain, perlu bekerja dengan proporsional dan bisa
diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek bisa
berlangsung dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi literatur
dengan sumber data yaitu data sekunder yang diperoleh dari penelitian-
penelitian terdahulu, dan sumber referensi lainnya. Studi literatur adalah
cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang
berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian yang
didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan
pustaka.Penelitian ini mencoba menjelaskan konsep perencanaan investasi
pada saham syariah di era milenial sebagai studi kasus dalam penelitian ini.
Studi kasus yang digali adalah entitas tunggal atau fenomena dari masa
tertentu dan aktivitas (bisa berupa program, kejadian, proses, institusi atau
kelompok sosial), serta mengumpulkan detail informasi dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama kasus itu terjadi
(Abdullah dan Saebani, 2014: 71).
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiono, 2008: 402). Data sekunder ini merupakan data
yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku,
penelitian-penelitian sebelunya dan berbagai sumber bacaan yang berkaitan
dengan konsep perencanaan investasi pada saham syariah
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi teori (Theory Triangulation). Data atau
informasi dari satu pihak diperiksa kebenarannya dengan cara memperoleh
informasi dari sumber lain (Abdullah dan Saebani, 2014: 73). Tujuannya
adalah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh
dari berbagai referensi dan literatur agar ada jaminan tingkat
kepercayaannya. Manfaat triangulasi teori adalah meningkatkan
kepercayaan penelitian, menciptakan caracara inovatif memahami
fenomena, mengungkap temuan unik, menantang atau mengintegrasikan
teori dan memberi pemahaman yang lebih jelas tentang
masalah.Penggunaan beragam teori dapat membantu memberikan
pemahaman yang lebih baik saat memahami datayang bersumber dari
literatur maupun referensi-referensi yang ada untuk dijadikan sebagai acuan
dalam memberikan deskripsi terhadap konsep perencanaan investasi pada
saham syariah di era milenial, berdasarkan beberapa tahap di antaranya:
1. Mencari dan mendaftarkan semua variabel yang perlu diteliti yang
bersumber dari informasi yang mengandung data statistik, artikel-
artikel, dan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam
pembahasan terkait dengan konsep perencanaan investasi pada
saham syariah di era milenial,
2. Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian
mereview dan menyusun bahan pustaka sesuai dengan urutan
kepentingan dan relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti,
3. Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat,
diatur, dan ditulis kembali,
4. Terakhir proses penulisan penelitian dari bahan-bahan yang telah
terkumpul dijadikan satu dalam sebuah konsep penelitian.
F. Pembahasan
a. Pelaksanaan investasi saham
Dalam melakukan investasi saham untuk memperoleh hasil maksimal,
harus dilihat berbagai segi baik perkembangan ekonomi maupun politik
dalam dan luar negeri. Terdapat beberapa cara untuk memperoleh hasil
yang maksimal seperti membeli saham di pasar primer dan dijual di pasar
sekunder. Artinya, saham dibeli sebagai sindikat penjamin dan menjualnya
melalui para pialang kepada masyarakat. Dengan cara itu, diperoleh
keuntungan yang cukup besar melalui negosiasi dengan perusahaan yang
akan meluncurkan saham IPO hingga 35%. Untuk itu, diperlukan dana yang
besar. Bila dana tidak memadai, dapat membeli saham di pasar sekunder
dengan jumlah pembelian minimal 1 lot atau 500 lembar saham. Untuk
membeli, harus diketahui kapan akan dibeli dan dijual.
Oleh karena itu, perlu menggunakan data terdahulu untuk mendapatkan
nilai pembelian yang paling menguntungkan (paling rendah) dengan
melihat kondisi pertumbuhan ekonomi yang diprediksi akan mengalami
pertumbuhan dan kenaikan harga yang cukup memuaskan sesuai dengan
margin yang diharapkan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, harus
bermain di sektor yang perkembangan berita maupun rumornya dapat
menjanjikan hasil yang maksimal.
Pada pelaksanaan perdagangan saham, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan. Hal itu berkaitan dengan pemilihan pialang yang terpercaya
dan kuat, margin yang diharapkan, antisipasi kemungkinan hal terburuk
yang akan terjadi, dan faktor psikologis
Untuk meyikapi berbagai dampak psikologis perdagangan, kerugian
yang terjadi dapat dibatasi. Caranya mencari saham yang dapat memberi
capital gain. Jika harga saham turun, yang harus dilakukan menjual saham
itu di saat yang tepat. Ganti saham tersebut dengan saham lain yang
diperkirakan akan memberikan keuntungan. Dalam melakukan transaksi,
para pelaku pasar harus menganalisis rasio risiko dan tingkat pengembalian
untuk menentukan keuntungan dan kerugian yang akan terjadi. Hal ini akan
melatih kedisiplinan mereka. Untuk itu, perlu ditentukan waktu
perdagangan yang tepat untuk memaksimalkan laba dan meminimalkan
rugi.
Dalam bertransaksi, perlu disadari modal yang tersedia untuk
menenmpatkan porsi yang sesuai jumlah modal yang ada. Untuk itu,
terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk perhitungan komposisi
investasi. Investasi sebaiknya memakai dana yang telah disisihkan. Bila
terjadi kerugian atau penurunan harga, tidak akan mempengaruhi kebutuhan
sehari-hari. Dengan menajemen dana, dapat dihindari pengorbanan tidak
terduga akibat kebutuhan mendadak.
b. Pandangan Islam dalam Investasi Saham
Para ahli fikih kontemporer sepakat, bahwa haram hukumnya
memperdagangkan saham di pasar modal dari perusahaan yang bergerak di
bidang usaha yang haram. Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang
produksi minuman keras, bisnis dan apa saja yang terkait dengan jasa
keuangan konvensional seperti bank dan asuransi, industri hiburan, seperti
kasino, perjudian, prostitusi, media porno dan sebagainya.
Dalil yang mengharamkan jual-beli saham perusahaan seperti ini adalah
semua dalil yang mengharamkan segala aktivitas tersebut. Namun, jika
saham yang diperdagangkan di pasar modal itu adalah dari perusahaan yang
bergerak di bidang usaha halal (misalnya di bidang transportasi,
telekomunikasi, produksi tekstil, dan sebagainya) ada beberapa fukaha
mengatakan, menanam saham dalam perusahaan seperti ini adalah boleh
secara syar’. Dalil yang menunjukkan kebolehannya adalah semua dalil
yang menunjukkan bolehnya aktivitas tersebut. Namun demikian, ada
fukaha yang tetap mengharamkan jual-beli saham walau dari perusahaan
yang bidang usahanya halal. Mereka ini, misalnya, Taqiyuddin an-Nabhani,
Yusuf asSabatin dan Ali as-Salus. Ketiganya sama-sama menyoroti bentuk
badan usaha (PT) yang sesungguhnya tidak Islami. Jadi, sebelum melihat
bidang usaha perusahaannya, seharusnya yang dilihat lebih dulu adalah
bentuk badan usahanya, apakah ia memenuhi syarat sebagai perusahaan
islami (syirkah islâmiyah) atau tidak.

Dikarenakan belum adanya nash atau teks Al-qur’an maupun al-Hadis


yang menghukumi secara jelas dan pasti tentang eksistensi saham, maka
para ulama dan fuqaha kontemporer berusaha menemukan rumusan
kesimpulan hukum tersendiri atau berijtihad untuk saham. Dalam hal ini,
para fuqaha kontemporer berselisih pendapat dalam memberikan penetapan
hukum saham, khususnya pada aspek jual belinya. Ada sebagian mereka
yang membolehkan transaksi jual beli saham, tetapi ada juga yang
melarangnya. Para fuqaha yang tidak membolehkan transaksi jual beli
saham memberikan argumentasi sebagai berikut:

a. Saham dipahami sebagaimana layaknya obligasi, dimana saham juga


merupakan utang perusahaan terhadap para investor yang harus
dikembalikan, maka dari itu memperjualbelikannya juga sama
hukumnya dengan jual beli utang yang dilarang hukum syara’.
b. Banyaknya praktik jual beli najasy di bursa efek
c. Para investor pembeli saham keluar dan masuk tanpa diketahui oleh
seluruh pemegang saham.
d. Harga saham yang diberlakukan ditentukan senilai dengan ketentuan
perusahaan, yaitu pada saat penerbitan dan tidak mencerminkan modal
awal pada waktu pendirian.
e. Harta atau modal perusahaan penerbit saham tercampur dan
mengandung unsur haram, sehingga menjadi haram semuanya.
f. Transaksi jual beli saham dianggap batal secara hukum, karena dalam
transaksi tersebut, tidak mengimplementasikan prinsip pertukaran
(Sharf), jual beli saham adalah pertukaran uang dan barang, maka
prinsip saling menyerahkan dan persamaan nilai harus diaplikasikan.
Dikatakan kedua prinsip tersebut tidak terpenuhi dalam transaksi jual
beli saham.
g. Adanya unsur ketidaktahuan dalam jual beli saham, dikarenakan
pembeli tidak mengetahui secara persis spesifikasi barang yang akan
dibeli yang terrefleksikan dalam lembaran saham. Sedangkan salah satu
syarat sahnya jual beli adalah diketahuinya barang.
h. Nilai saham pada setiap tahunnya tidak bisa ditetapkan pada satu harga
tertentu, harga saham selalu berubah-ubah mengikuti kondisi pasar
bursa saham, untuk itu saham tidak dapat dikatakan sebagai
pembayaran nilai pada saat pendirian perusahaan.

Berbeda dengan pendapat pertama, maka para fuqaha yang


membolehkan jual beli saham berpendapat bahwa saham sesuai dengan
terminologi yang melekat padanya, maka saham yang dimiliki oleh
seseorang, menunjukkan sebuah bukti kepemilikan atas perusahaan
tertentu yang berbentuk aset, sehingga saham merupakan cerminan
kepemilikan atas aset tertentu. Logika tersebut dijadikan dasar
pemikiran bahwa saham dapat diperjualbelikan sebagaimana layaknya
barang. Para ulama kontemporer yang merekomendasikan tentang
saham adalah Abu Zahrah, Abdurrahman Hasan dan Abdul Wahab
Khalaf. Aturan dan norma jual beli saham tetap mengacu kepada
pedoman jual beli barang pada umumnya, yaitu terpenuhinya rukun,
syarat, aspek an taradhin, serta terhindar dari unsur maisir, gharar, riba,
haram, dzulm, dan najasy
G. Kesimpulan
Dalam melakukan investasi khusunya ada dua hal investasi yang
berbasis ekonomi syariah dan ekonomi konvensional. Investasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya yaitu investasi di pasar modal dalam
bentuk saham. Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan
penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah,
penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, memproduksi
barang yang diharamkan seperti bir, dan lain-lain. Pemilikan saham suatu
perusahaan dalam Islam dikenal dengan al- musyarakah, yaitu akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Kriteria saham-saham yang masuk dalam index syariah berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20 adalah emiten yang kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan syariah seperti :
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
2) Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
3) Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
4) Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Tujuan dari investasi, khususnya investasi di pasar modal tentunya ingin


mendapatkan keuntungan berupa deviden maupun return. Maka para investor
perlu melakukan analisis untuk memprediksi harga saham di masa yang akan
datang. Harga saham di pasar modal ditentukan oleh kekuatan mekanisme pasar
berdasarkan kinerja perusahaan atau merupakan cerminan keputusan
manajemen dalam mengelola perusahaan. Dalam menganalisis saham dapat
menggunakan konsep analisis fundamental keuangan. Analisis fundamental
keuangan itu adalah suatu analisa yang dilakukan dan ditujukan pada aspek-
aspek yang fundamental di suatu perusahaan yang terjun ke pasar modal atau
dapat juga dikatakan suatu analisa yang mempelajari hubungan antara harga
saham dengan kondisi perusahaan, dengan melihat para indikator ekonomi
terutama yang berkaitan pada penampilan perusahaan seperti volume
penjualan, kekayaan dan keuntungan. Para ahli fikih kontemporer sepakat,
bahwa haram hukumnya memperdagangkan saham di pasar modal dari
perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang haram. Misalnya, perusahaan
yang bergerak di bidang produksi minuman keras, bisnis dan apa saja yang
terkait dengan jasa keuangan konvensional seperti bank dan asuransi, industri
hiburan, seperti kasino, perjudian, prostitusi, media porno dan sebagainya. para
fuqaha yang membolehkan jual beli saham berpendapat bahwa saham sesuai
dengan terminologi yang melekat padanya, maka saham yang dimiliki oleh
seseorang, menunjukkan sebuah bukti kepemilikan atas perusahaan tertentu
yang berbentuk aset, sehingga saham merupakan cerminan kepemilikan atas
aset tertentu. Logika tersebut dijadikan dasar pemikiran bahwa saham dapat
diperjualbelikan sebagaimana layaknya barang. Para ulama kontemporer yang
merekomendasikan tentang saham adalah Abu Zahrah, Abdurrahman Hasan
dan Abdul Wahab Khalaf. Aturan dan norma jual beli saham tetap mengacu
kepada pedoman jual beli barang pada umumnya, yaitu terpenuhinya rukun,
syarat, aspek an taradhin, serta terhindar dari unsur maisir, gharar, riba, haram,
dzulm, dan najasy
H. Daftar Pustaka
Tandelilin, Eduardus, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, hlm. 3.
Nur Diana, Ilfi, Hadits-hadits Ekonomi, Edisi 1, (Malang: UIN-Malang Press,
2008), hlm. 12.
Yuliana, Indah, Investasi Produk Keuangan Syariah, hlm. 39. 81-85
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta
Timur: Zikrul Hakim Anggota IKPI, 2008), hlm. 142. 32
Suharto dan Fadlilah Qudsi, Portofolio dan Investasi dan Bursa Efek
Pendekatan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: YKPN, 2009), hlm. 266.
Rahmatika, Vina Coryaina, “Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan dan
Ekonomi Makro terhadap Risiko Investasi Saham Syariah”, Skripsi
(Yogyakarta: Jurusan Keuangan Islam Fakultas Syariah dan Hukum, UIN
Sunan kalijaga, 2013), hlm.31-32.34
Suryanto, Strategi Investasi di Bursa Saham
Febriyanti, Tati, Investasi Konvensional vs Syariah, Program Pascasarjana UI,
Universitas Indonesia, 2009, hlm. 13-14.
Farid, Muhammad, Mekanisme dan perkembangan Reksadana Syariah,
Iqtishoduna Vol. 4, No. 1, 2014, hlm. 2-3.

Anda mungkin juga menyukai