Anda di halaman 1dari 5

Pasar Modal Syariah

Pasarmodalsecaraumummerupakansuatutempatbertemunyaparapenjualdanpembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal
merupakan perusahaan untuk menjual efek - efek di pasar modal yang disebut emiten,
sedangkan pembeli disebut investor. Pasar modal Syari’ah secara sederhana dapat diartikan
sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip Syari’ah dalam kegiatan transaksi
ekonomi dan terlepas dari hal - hal yang dilarang seperti: riba, perjudian,spekulasi.

PasarmodalSyari’ahadalahpasarmodalyangseluruhmekanismekegiatannyaterutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkannya telah sesuai dengan prinsip - prinsip
Syari’ah.SedangkanefekSyari’ahadalahefekyangdimaksudkandalamperaturanperundang-
undangandibidangPasarModalyangakad,pengelolaanperusahaan,maupuncarapenerbitnya
memenuhi prinsip - prinsip Syari’ah yang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapannya
dilakukan oleh DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) dalam bentuk
fatwa. Jadi yang dimaksud dengan Pasar Modal Syariah adalah Pasar Modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek, berdasarkan prinsipsyariah.1

Aktifitas pasar modal sudah dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Efek yang
diperdagangkan pada waktu itu adalah saham dan obligasi perusahaan milik Belanda,
serta obligasi milik pemerintah Hindia Belanda. Aktivitas ini berhenti setelah perang
dunia kedua. Memasuki era kemerdekaan bursa efek diaktifkan kembali dengan
diterbitkannya obligasi pemerintah RI tahun 1950. Pengaktifan ini didukung dengan UU
Darurat tentang Bursa N0. 13 tahun 1951, yang kemudian ditetapkan dengan UU No. 15
tahun 1952. Kemudian untuk meningkatkan aktivitas pasar modal, pemerintah membentuk
Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) yang untuk kemudian menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Dan untuk merangsang perusahaan melakukan emisi, pemerintah
memberikan keringanan atas pajak perseroan sebesar 10%-20% selama 5 tahun, sejak
perusahaan yang bersangkutan go public.Selain itu, bagi investorWNI yang membelisaham

1
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 40/DSNMUI/X/2003 Tentang Pasar Modal Syari’ah
melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital gain, pajak atas bunga,
dividen, royalty, dan pajak atas nilai saham atau bukti penyertaan modal.2

Adapun pasar modal Syari’ah pada awalnya direncanakan peresmiannya pada awal
November 2002. Namun karena Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Dewan
Syari’ah Nasional (DSN) merasa belum siap -karena banyaknya kendala yang belum
dituntaskan-, maka rencana peresmian bergeser mundur menjadi tanggal 14 Maret 2003.
Peresmian pasar modal Syari’ah pada saat itu diresmikan oleh Menkeu Boediono,
didampingi oleh Ketua Bapepam Herwidayatmo, wakil dari MUI, wakil dari DSN pada
direksi SRO, direksi perusahaan efek, pengurus organisasi pelaku dan asosiasi profesi di
pasar modalIndonesia.

AdapunperbedaanumumantarapasarmodalkonvensionaldenganpasarmodalSyari’ah
dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya. Sedangkan perbedaan nilai
indeks saham Syari’ah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham
emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar Syari’ah. Secara umum, konsep pasar
modal Syari’ah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda. Meskipun dalam
konsep pasar modal Syari’ah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal
dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria Syari’ah dan terbebas
dari unsur ribawi. Hal lainnya yang meliputi pasar modal Syari’ah adalah transaksi saham
dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktikspekulasi.

Langkah awal perkembangan pasar modal Syari’ah di Indonesia dimulai dengan


diterbitkannya Reksadana Syari’ah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya
obligasi Syari’ah pada akhir 2002, kemudian diikuti pula dengan hadirnya Jakarta Islamic
Index (JII) pada Juli 2000.3Walaupun disebutkan di atas bahwa konsep pasar modal Syari’ah
dan konvensional tidak jauh berbeda, akan tetapi prinsip-prinsip dasar yang meliputi pasar
modal Syari’ah tentunya berbeda dengan pasar modal konvensional. Hal ini terbukti dengan
adanya saham Syari’ah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII), obligasi Syari’ah,
reksa dana Syari’ah dan lain sebagainya. Banyak kalangan yang meragukan manfaat
diluncurkannya pasar modal Syari’ah, karena ada yang beberapa
kalanganyangmencemaskannantinyaakanadadikotomidenganpasarmodalyangsudahada.

2
Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilusi(Yogyakarta: Penerbit
Ekonisia, UII, 2004), 186.
3
Tim Studi Investasi Syariah, Studi Tentang Investasi, (Departemen Keuangan Republik Indonesia:
Badan Pengawas Pasar Modal, 2004)
Menanggapi keraguan dari beberapa kalangan tersebut, Badan Pengawas Pasar Modal
menjamin tidak adanya tumpang tindih kebijakan yang mengatur, justru dengan
diluncurkannya pasar modal Syari’ah ini akan membuka ceruk baru di lantaibursa.4

Keberadaan pasar modal Syari’ah justru akan bisa mengakomodir kebutuhan umat
Islam di Indonesia, yang ingin melakukan investasi untuk produk-produk pasar modal
Syari’ah yang sesuai dengan prinsip dasar Islam. Begitu juga dengan adanya perkembangan
yangsignifikandalamindustriperbangkanSyari’ahdiIndonesiayangjugamembawadampak yang
positif pada perkembangan investasiSyari’ah.

Adapun fungsi pasar modal syariah adalah: Pertama, memungkinkan bagi masyarakat
untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagiannya (dari
keuntungan dan resikonya); Kedua, memungkinkan para penjual saham, untuk menjual
sahamnya guna mendapatkan likuiditas; Ketiga, memungkinkan perusahaan meningkatkan
modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini roduksinya; Keempat,
memisahkan kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham (seperti
yang berlaku pada pasar modal konvensional); Kelima, memungkinkan investasi yang
ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis, sebagaimana tercermin pada hargasaham5

Menurut Mokhtar Muhammad Metwally karakteristik pasar modal syariah adalah:

1. Semua saham harus diperjual belikan pada bursaefek.


2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat diperjualbelikan
melaluipialang.
3. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di bursa
efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) kentungan
dan kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek,
dengan jarak tidak lebih dari tiga bulan sekali.
4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap tiap perusahaan
dengan interval tidak lebih dari tiga bulansekali.
5. Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST.
6. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST.
7. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibatdalam
bursa efek itu mengikuti standarakuntansisyariah.

4
Mustafa Edwin Nasution dkk, Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), 303.
5
MM Metwally, Teori dan Praktek Ekonomi Islam(Jakarta: Bangkit Daya Insani, 1995), 177.
8. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu
priodeperdagangan setelah menentukanHST.
9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode
perdagangandengan hargaHST.6

Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Efek adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap
derivatif dari Efek.

Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek
Syariah. Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan
peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip - prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai
dengan saat ini, Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham
Syariah, Sukuk dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.

6
Awaluddin, 2016. “Pasar Modal Syariah : Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Vol. 1 NO. 2.2016
DAFTAR PUSTAKA

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 40/DSNMUI/X/2003 Tentang Pasar Modal Syari’ah
Sudarsono, Heri. 2008 . Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta:
Ekonisia
Tim Studi Investasi Syariah, Studi Tentang Investasi, (Departemen Keuangan Republik Indonesia:
Badan Pengawas Pasar Modal, 2004)
Mustafa Edwin Nasution dkk, Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), 303.
MM Metwally, Teori dan Praktek Ekonomi Islam(Jakarta: Bangkit Daya Insani, 1995), 177.
Awaluddin, 2016. “Pasar Modal Syariah : Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Vol. 1 NO. 2.2016

Anda mungkin juga menyukai