Disusun oleh
Noor Alviansyah
Dosen Pengampu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak
industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagaimedia untuk menyerap investasi
dan untuk memperkuat posisi keuangan. Bahkan,perekonomian modern tidak akan mungkin maju dan
berkembang tanpa pasar modal.Secara umum pasar modal syariah dan pasar modal konvensional tidaklah
jauh berbeda,hanya saja pasar modal syariah sangat mengedepankan prinsip syariah. Pasar
modalsyariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam yang inginmelakukan
investasi di produk-produk atau instrument pasar modal sesuai syariah Islam.Dengan semakin beragamnya
instrument-instrumen di pasar modal syariah, diharapkanmasyarakat akan memilih alternatif investasi
yang sesuai dengan keinginannya yangmemberikan keuntungan baginya.Untuk mengembangkan pasar
modal syariah di Indonesia, harus adaperkembangan instrument-instrumen pasar modal yang dikuatkan
dengan fatwa DSN-MUI serta perkembangan kelembagaan dan struktur pasar modal itu sendiri yang selalu
dipantau oleh Bapepam-LK. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan kerangka hukumuntuk memfasilitasi
pengembangan pasar modal syariah serta mendorong pengembangan instrumennya.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti
saham, sertifikat saham dan obligasi. Pasar modal memberikan jasanya yaitu
menjebatani hubungan antara pemilik modal dala hal ini disebut sebagai investor
dengan pinjaman dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang
go public). Para modal meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi
portofolio sehingga akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan.
4. Mencegah praktik yang dilarang di bursa (kolusi, pembentukan harga yang tidak wajar,
insider trading, dan sebagainya).
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial.
secara historis pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar
modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda tepatnya pada tahun
1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada
sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada periode 1956 - 1977 kegiatan pasar modal
mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
pasar modal tidak dapat berjalan dengan seharusnya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada 10 Agustus
1977. Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta
berjalan dibawah Badan Pelaksana Pasar Modal (sebelum berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal, BAPEPAM). Maka, setiap 10 Agustus diperingati sebagai
hari ulang tahun pasar modal Indonesia. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga
ditandai dengan PT Semen Cibinong yang go public sebagai emiten pertama.
Beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan
berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah
OJK mengawasi fasilitator perdagangan pasar modal yaitu lembaga-lembaga SRO (Self
Regulatory Organization) yang terdiri dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjamin Efek
Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). BEI menjadi tempat transaksi
efek, baik saham, obligasi dan instrumen pasar modal lainnya, dengan menggunakan sistem
otomatisasi perdagangan. Investor bertransaksi efek melalui jasa perusahaan efek yang
menjadi anggota BEI. Setelah bertransaksi di BEI, efek yang diperdagangkan diselesaikan
atau dipindahbukukan secara otomatisasi oleh KPEI dan KSEI. Saham-saham, obligasi, dan
efek lainnya tidak berbentuk fisik melainkan berupa data elektronik yang tersimpan di KSEI
yang merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di pasar modal. Investor bisa
memantau data efek miliknya yang ada di sistem penyimpanan KSEI, menggunakan SID yang
dimiliki investor. SID (Single Investor Identification) adalah nomor identitas tunggal investor
yang diperoleh setelah investor membuka rekening efek di perusahaan sekuritas. Keamanan
data efek investor bisa diawasi langsung oleh masing-masing investor menggunakan fasilitas
AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) yang difasilitasi KSEI. Dana milik investor yang
digunakan untuk bertransaksi efek tersimpan di rekening dana nasabah (RDN) yang terpisah
dengan rekening perusahaan efek. Sehingga apabila terjadi sesuatu pada perusahaan efek
tempat investor menjadi nasabah, dana investor akan tetap aman. Yang terpenting perlu
diingat investor dan terutama calon investor, bertransaksilah melalui lembaga keuangan
yang mendapatkan izin dan diawasi OJK. Informasi mengenai lembaga keuangan yang ada
dalam pengawasan OJK bisa dilihat di website OJK dan informasi lainnya yang dipublikasi
OJK.
Efek yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan
setiap derivatif dari Efek.
Jenis Efek yang lain adalah Sukuk, yang merupakan Efek Syariah, yakni akad dan cara
penerbitannya sesuai dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Pada umumnya, Emiten
melakukan penawaran Efek melalui Pasar Modal untuk saham, obligasi, dan sukuk.
Lembaga Penunjang adalah institusi penunjang yang turut serta mendukung pengoperasian
Pasar Modal dan bertugas dan berfungsi melakukan pelayanan kepada pegawai dan
masyarakat umum. Lembaga Penunjang ini terdiri dari Bank Kustodian, Biro Administrasi
Efek, Wali Amanat, dan Pemeringkat Efek.
Bank Kustodian adalah bank yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan
untuk bertindak sebagai pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang
berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain,
menyelesaikan transaksi Efek, serta mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Biro Administrasi Efek adalah perseroan yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha
berdasarkan kontrak dengan Emiten untuk pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak
yang berkaitan dengan Efek sebagai Biro Administrasi Efek dan telah mendapat izin dari
Otoritas Jasa Keuangan
Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek bersifat utang atau
sukuk untuk melakukan penuntutan baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang
berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang atau sukuk tersebut tanpa
surat kuasa khusus.
Profesi Penunjang adalah pihak-pihak yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan,
yang persyaratan dan tata cara pendaftarannya ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Profesi Penunjang ini terdiri dari Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai,
Notaris, dan Profesi Lainnya.
Konsultan Hukum adalah ahli hukum yang memberikan pendapat hukum kepada pihak
lain dalam bentuk konsultasi, dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Penilai adalah pihak yang memberikan penilaian atas aset perusahaan dan terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan.
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan.
Profesi Lain adalah pihak jasa profesi lain yang dapat memberikan pendapat atau
penilaian sesuai dengan perkembangan pasar modal di masa mendatang dan terdaftar
di Otoritas Jasa Keuangan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Etek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya
bersumberkan pada Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran pasar modal
syariah yang kemudian disebut ilmu fiqih Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan
diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997
Selanjutnya. Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan
untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah Sebagai bagian dari
sistem pasar modal Indonesia kegiatan di Pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan
pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK Peraturan Pemerintah Peraturan Bursa dan lain-lain)
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Efek adalah surat berharga, yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek dan setiap derivatif dari Efek Efek Syanah yang
telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit Penyertaan dari
Reksa Data Syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdalloh, I. (2018). Pasar Modal Syariah. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Antonio, Muhammad Syafi’i. (2007). Muhammad SAW : The Super Leader Super
Bakhri, Syaeful. (2018). Minat Mahasiswa Dalam Investasi di Pasar Modal. 10(1).
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/amwal/article/view/2846/1601
Bi, S., Liu, Z., & Usman, K. (2017). The Influence of Online Information on
Investing Decisions of Reward-Based Crowdfunding. Journal of Business
Budiarso, N. S., Hasyim, A. W., Soleman, R., Zam, I. Z., and Pontoh., W. (2020).
https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-soedirman/akuntansi-akreditasi-a/
makalah-pasar-modal-syariah/8311994