Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

PENGGUNAAN ZAT BERBAHAYA PADA MAKANAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen

Disusun Oleh:

GALUH SEKAR UTAMI (02102008)

NOOR ALVIANSYAH (02102018)

Dosen Pengampu:

Fachrul Marasabessy, SH., M.Kn

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (HES)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

ASY-SYUKRIYYAH

TANGERANG

2023

1
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا ال ّرحمن ال ّرحيم‬

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Puji syukur kepada Allah Swt. Tuhan semesta alam yang
dengan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan
makalah ini sebagai bentuk tanggung jawab untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum
Perlindungan Konsumen.

Shalawat serta Salam teriring untuk baginda mulia Rasulullah Saw. Begitu juga kepada para
keluarganya, sahabat, dan siapapun yang meniti jejak langkah beliau hingga akhir kiamat
nanti.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan


kepada:

1. Yang terhormat Ust. Fachrul Marasabessy, SH., M.Kn. selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen.
2. Rekan-rekan satu angkatan mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Semester 4.

Dalam penyusunan makalah ini kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya akan segala
kekurangan, maka kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan
penulis di masa mendatang.

Jum’at, 12 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................1

DAFTAR ISI .....................................................................................................................2

BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................................3

A. Latar Belakang ........................................................................................................3


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................3

BAB II: PEMBAHASAN .................................................................................................4

A. Konsep Dasar Pasar Modal .....................................................................................4


B. Manfaat, Fungsi, Peran & Peranaan Pasar Modal ..................................................5
C. OJK Sebagai Regulator Pasar Modal .....................................................................7
D. Fasilisator Pasar Modal ..........................................................................................9
E. Perusahaan Efek......................................................................................................9
F. Lembaga Penunjang Pasar Modal...........................................................................10
G. Profesi Penunjang Pasar Modal...............................................................................12

BAB III: PENUTUP .........................................................................................................15

A. Kesimpulan .............................................................................................................15
B. Saran .......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang merencanakan atau menginginkan sesuatu
baik dari segi sandang, pangan dan papan atas dasar keinginan dan kebutuhan setiap manusia.
Cara setiap manusia membelanjakan barang atau jasa juga berbeda beda. Mulai dari yang
menginginkan sebuah barang yang murah namun berkualitas ada juga yang menginginkan
barang mahal untuk memenuhi gaya hidup.
Setiap orang pasti menyukai suatu makanan seperti mie ayam, bakso, soto, kwitiaw dan
lain-lain. Hak-hak para konsumen ini adalah mendapatkan makanan yang aman, cepat, praktis
dan sesuai dengan ekpetasi mereka seperti dari rasa yang enak sebagaimana Pasal 4 UU
Perlindungan Konsumen
Para pemeran produksi atau orang yang membuka jasa atau warung masak, kedai, bakso
keliling dan lain sebagainya juga dituntut untuk melayani serta tidak melanggar hak-hak para
konsumen sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen.
Dalam makalah ini akan kami sajikan beberapa kasus, analisis, solusi serta kesimpulan
dan saran yang dapat diambil berdasarkan analisis kami pada kasus tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun dari uraian di atas, penulis mengambil kasus dari kejadian yang pernah viral
bahkan mungkin masih ada di tengah-tengah masyarakat, yaitu:

A. Penggunaan zat berbahaya pada bahan baku makanan


B. Penggunaan daging tikus pada bahan baku bakso
C. Analisis yang dapat ambil dari kejadian
D. Solusi yang dapat diambil dari kejadian
E. Kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari kejadian

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penggunaan zat berbahaya pada bahan baku makanan


Dinas kesehatan kabupaten demark dan dinas perdagangan kabupaten demak
melakukan inpeksi mendadak atau sidak di sejumlah pasar tradisional. Sidak digelar
untuk mencegah peredaran makanan yang mengandung zat berbahaya.
Dari hasil pengambilan sampel atau contoh bahan makanan yang dilakukan
secara acak. Petugas menemukan bukti makanan mengandung zat berbahaya
pewarna Tekstil, Formalin berbahaya dan Borax. Diantaranya mie basah, kerupuk
kuning, bakso, kikil, tahu kuning, ikan asin peda, cumi kering dan ikan asin lainnya.
Mirisnya saat dilakukan sidak, petugas tidak menemukan sama sekali makanan
kadaluwarsa.
“pengawasan makanan kadaluarsa, alhamdulillah tidak ada. Tetapi ada 2 macam
barang yang mengandung borax dan formalin,” (Eisti’anah-Bupati Demak).
Makanan yang sudah dipastikan mengandung zat berbahaya selanjutnya disita
petugasa agar tidak tiperjualbelikan kembali guna Melindungi Hak-hak Konsumen.
Sebagai bentuk sanksi, petugas meminta kepada pedagang yang terbukti menjual
makanan yang mengandung zat berbahaya untuk dimintai membuat surat pernyataan
bermaterai agar tidak menjual kembali makanan yang berbahaya dan membahayakan
ataupun merugikan kesehatan dan keselamatan para konsumen dikemudian hari.
(Demak 7, April 2022 Pukul 12:13)

Dari peristiwa tersebut dapat diketahui bahwasannya ada beberapa pihak atau
produsen yang membuat suatu makanan itu menjadi awet dan tahan lama namun
menggunakan bahan berbahaya guna meraup keuntungan besar, tetapi cara yang
digunakan tentu menunjukan bahwasannya kegiatan tersebut merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak konsumen juga melanggar UU Perlindungan Konsumen dan
kewajiban pelaku usaha dalam pasal 7 UU Perlindungan Konsumen.

5
B. Pengunaan daging tikus pada bahan baku bakso
Semakin mahalnya harga daging sapi sebagai bahan baku bakso, membuat
beberapa pedagang bakso mengganti bahan baku bakso dengan daging tikus sawah.
Adanya cemaran daging tikus dalam makanan merupakan isu yang krusial terutama
bagi umat muslim karena tikus termasuk binatang yang diharamkan.
Sebagian besar masyarakat juga beranggapan bahwa daging tikus tidak layak
untuk dikonsumsi serta dapat menimbulkan masalah medis. Hal ini sangat
dikhawatirkan para pecinta bakso karena masalah tersebut dapat merugikan para
penjual bakso yang lain.
Pada tanggal 1 Maret 2020 pukul 19:30 Wita, Seorang pemilik rumah makan di
Desa Tobadak, kecamatan Tobadan, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat
(Sulbar), diamankan aparat kepolisisan, berdasarkan laporan warga karena diduga
menjual bakso daging tikus.
Kapolsek Tobadak Ipda Mino mengatakan, awalnya ada seorang warga yang
mengadukan kecurigaannya terhadap bakso yang dijual oleh pelaku. Saat
mengonsumsi bakso yang dibeli dari warung tersebut, warga menemukan ada bagian
tubuh binatang, yang diduga tikus.
"Pada Minggu, 1 Maret 2020 pukul 19.30 Wita, Busram (pelapor) membeli
bakso satu bungkus dan dibawa pulang ke rumahnya. Setelah tiba di rumah langsung
mencicipi bakso tersebut, tiba-tiba ia mendapati yang diduga adalah ekor tikus yang
utuh dalam bungkusan makanan,"
Minu menuturkan, setelah pengunjung terakhir menyelesaikan santapannya,
aparat kepolisian menyampaikan kepada pemilik warung, bahwa ada aduan
masyarakat yang diduga menemukan bagian tubuh binatang tikus pada bakso yang ia
jual.
"Setelah kami periksa di dandang tempat kuah bakso tersebut, ternyata kami
dapatkan yang diduga kepala tikus, tapi sudah lembek dan terpisah dari badannya,
serta terdapat kulit dan bulu tikus warna hitam," tutur Mino.
Selanjutnya, pihak Polsek Tobadak berkoordinasi dengan Reskrim
Polres Mamuju Tengah, kemudian pemilik warung diamankan beserta barang bukti
yang diduga daging bagian tubuh binatang tikus ke Mapolres untuk dimintai
keterangan lebih lanjut.

6
"Pihak Reskrim datang ke lokasi untuk mengambil barang bukti serta membawa
pemilik warung ke polres untuk dimintai keterangan terkait laporan tersebut, serta
mengarahkan pelapor untuk mengadukan di piket SPKT,”

Dari kejadian kedua, seorang penjual menciptakan sebuah inovasi baru


yakni bakso tikus yang notabenenya haram jika dikonsumsi oleh umat islam,
bahkan bagi seluruh umat manusia karena kandungan yang terdapat didalamnya
dapat mengganggu kesehatan manusia.
Bukan tanpa sebab, kejadian ini dapat dibuktikan karena 2 hal, yakni:
1. Karena kondisi ekonomi seseorang atau kondisi ekonomi sebuah negara yang
sedang failed, akibatnya permintaan sebuah daging semakin meningkat dan sulit
didapatkan sehingga harga daging dinaikan
2. Karena keinginan seseorang atau produsen para pelaku usaha yang bermain
curang dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan yang jauh
lebih besar dari biasanya.

Akibatntya banyak konsumen yang takut mengkonsumsi bakso dan berimbas


kepada pelaku usaha bakso lain yang ikut sepi lantaran munculnya isu terdebut.

C. Analisis yang dapat diambil dari kejadian

Dari kejadian pertama dan kedua dapat kita analisa bahwa kasus yang terjadi
diantara keduanya adalah pelanggaran Pasal 4 dan Pasal 7 UU Perlindungan
Konsumen dimana isi dari UU tersebut antara lain:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang


dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;

9
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya; dan
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Serta Pasal 7 UU Perlindungan konsumen yaitu:

1. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan; dan
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Maka jika terjadi kejadian serupa maka hukuman yang diberikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17
ayat 1 huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
kurungan penjara atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (Lima ratus juta
rupiah).

D. Solusi yang dapat diambil dari kejadian

10
Dari 2 kejadian tersebut kami mendapatkan beberapa solusi untuk menjawab
dan menyelesaikan bebereapa persoalan yang terjadi dibalik isu yang beredar, yakni:
1. Melakukan penelitian barang bukti berupa sampel dari bakso yang tidak terdapat
tanda tanda fisik bahwa bakso tersebut adalah bakso tikus atau bahan berbahaya
lainnya yang tidak terlihat secara fisik untuk kemudian dilakukan uji coba
penelitian.
2. Mempelajari secara umum perbedaan mengenai tekstur bakso yang berbahan baku
daging sapi (sehat) dengan bakso yang berbahan baku daging tikus atau berbahan
baku lainnya yang berbahaya.
3. Menjaga keadaan agar tidak mengakibatkan kepanikan dikalangan masyarakat
4. Tidak membeli barang tersebut sampai jelas lisensi dan hukumnya menurut
BPOM RI dan Halal lisensi.
5. Tidak membeli barang sembarangan karena tergoda dengan harga yang murah.
6. Melaporkan kepada pihak yang berwajib jika menemukan penyimpangan pada
pelaku usaha tersebut agar dapat segera diproses.

E. Kesimpulan dan saran


Kesimpulan
Setelah mengkaji 2 kejadian terkait bahan baku yang digunakan dalam membuat
sebuah makanan maka dapat kami simpulkan bahwasannya apa yang terlihat bagus
dan terlihat baik tidak selamanya baik dan bagus untuk dikonsumsi, karena jika
makanan atau makanan mentah yang menggunakan borax formalin memiliki tampilan
yang baik dan segar terlihat seperti baru dan fresh.
Itulah alasan mengapa kita tidak boleh menilai sesuatu dari cover, jika ingin
membeli ikan asin, bakso, kwitiau, sosis, atau sebagainya cobalah untuk mengetahui
terlebih dahulu demi keamanan dan kesehatan diri kita sendiri.
Dan sebagai pelaku ushaha kita dituntut untuk jujur dan bersih dalam menjual
sebuah barang atau sebuah makanan, karena apa yang akan kita perjual belikan tidak
hanya akan dipertanggung jawabkan di akhirat namun dapat juga
dipertanggungnjawabkan didunia karena bisa jadi pergerakan usaha kotor kita
diketahui oleh orang dan terkena sidak oleh kepolisian, bahkan bisa sampai masuk
dalam tahanan.

9
Jelas apa yang dilakukan pelaku usaha pada 2 kejadian tersebut merupakan
tindak pelanggaran hak-hak konsumen dan kewajiban pelaku usaha. Bahkan dapat
dipidana dengan kurungan 2 tahun penjara atau pidana denda 500 juta rupiah.
Tentu setiap orang menginginkan keuntungan besar namun jalan yang akan kita
ambil jangan sampai bertentangan dengan UU yang berlaku juga memikirkan
kepentingan orang lain tidak hanya memikirkan diri sendiri demi meraih keuntungan
yang besar.
Saran

Kami menyarankan agar bagi para konsumen agar melakukan hal hal dibawah ini
agar hak-haknya dapat terpenuhi, yakni:

1. Memperhatikan barang yang akan dibeli


2. Mempelajari barang dan makanan yang sehat
3. Menahan keinginan membeli barang tersebut sebelum mendapatkan lisensi
4. Melaporkan jika mendapatkan kejanggalan pada barang atau makanan yang kita
beli

Dan kepada pelaku usaha agar memperhatikan hak hak konsumen agar tidak ada yang
merasa rugi dan dirugikan. Lebih baik jujur apa adanya dan berdagang secara sehat
dengan keuntungan yang biasa saja dari pada harus merugikan orang lain dan diri
sendiri yakni di jebloskan kedalam tahanan.

Serta kami berharap bahwasannya tidak adalagi para pelaku usaha yang melakukan
kecurangan dalam mencari keuntungan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Berita:

https://www.liputan6.com/regional/read/4191979/polisi-amankan-penjual-bakso-daging-
tikus-di-mamuju-tengah

https://www.kompas.tv/article/283858/petugas-sita-makanan-mengandung-zat-berbahaya

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Udang Nomor 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan konsumen.

11

Anda mungkin juga menyukai