Dosen pengampu:
Oleh :
TAHUN 2022
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan
petunjuk untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya kami
sekelompok tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah dititipkan kepada
kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan,
namun dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul......................................................................................................i
Kata pengantar.....................................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...............................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................2
C. Tujuan penulisan........................................................................................2
Bab II Pembahasan..............................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Erman Rajagakguk, Hukum Perlindungan Konsumen (Bandung: Mandar Maju, 2000), 3
2
Ismail Nawawi, “Manajemen Syariah: Sebuah Pemikiran, Wacana dan Realita (Bagian Pertama),” Al-
Qānūn: Jurnal Pemikiran dan Pembaharuan Hukum Islam 13, no. 2 (Desember 2010): 327.
1
obat. Sedangkan untuk standar mutu barang saat ini sudah ratusam jumlahnya
antara lain, standar kabel, standar susu, standar saos tomat, standar batu
battrey, dan lain - lain. Namun demikian peraturan tersebut belum dirasakam
dapat memberikan perlindungan sepenuhnya kepada konsumen, karena
kesiapan untuk mengawasi penerapannya masih sangat kurang.3
Oleh karena itu Indonesia harus memiliki sistem pengawasan obat dan
makanan yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan
mengawasi produk-produk yang ada untuk melindungi konsumennya, baik di
dalam maupun luar negeri. Berdasarkan kepentingan tersebut pemerintah telah
membentuk Badan Pengawas Obat dan Makan (selanjutnya ditulis BPOM)
yang mempunyai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam perlindungan
konsumen. Berdasarkan uraian tersebut menjadi penting kiranya membahas
lebih jauh dan mendalam tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Mengingat BPOM ini merupakan satu-satunya lembaga pemerintah
yang mempunyai tugas di bidang obat dan makanan, yang merupakan faktor
terpenting dalam kehidupan. Terutama yang terkait dengan perlindungan
konsumen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan umum tentang BPOM ?
2. Apa saja tugas dan fungsi BPOM ?
3. Apa saja wewenang dan struktur BPOM ?
4. Apa saja dasar hukum BPOM ?
C. Tujuan Penulisan
3
Wiwik Sri Widiarty, “Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Pangan Kadaluwarsa”,
PT. Komodo Books, Depok 2016.hl.65
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,
produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan
berbahaya.Baik yang berskala Nasional dan Internasional. Dikarenakan
perdagangan bebas sudah merupakan keniscayaan yang harus dijalankan
oleh pemerimtah, karena akan membawa keuntungan ekonomi bagi para
pesertanya dan akan mengurangi kesenjangan antar Negara, yang
selanjutnya akan membawa perbaikan standar kehidupan bagi masyarakat
luas.4 Oleh karena itu keberadaan BPOM ini diharapkan bisa menangani
regulasi dan pengawasan di bidang produk yang dihasilkan oleh pelaku
usaha secara maksimal.
4
Rajagakguk, Hukum Perlindungan Konsumen, 3
4
produsen untuk memproduksi barang yang bermutu dun memenuhi standar
yang ditetapkan. 5
Tetapi peran sebagai regulator (penentu kebijakan)
tetaplah berada ditangan pemerintah dalam hal ini BPOM sebagai wakil
dari pemerintah. BPOM Dalam melaksanakan fungsi regulasinya tidak
bekerja sendiri, tetapi membutuhkan kerjasama dengan dinas atau instansi
terkait. Misalnya, ketika BPOM menerbitkan ijin edar untuk produk obat
maka BPOM harus berkoordinasi dengan Instansi Kesehatan terkait,
karena pelaku usaha harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
Instansi Kesehatan mengenai higyen usaha. Bukan itu saja, pelaku usaha
juga harus mendapat rekomendasi dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
mengenai keamanan dan legalitas bahan baku untuk obat. Hal yang sama
juga berlaku untuk produk selain produk obat.
5
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2014), 184
6
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/fungsi Diakses pada tanggal 08 September 2022
5
2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan
penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif,
obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan
berbahaya.
3. Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk secara mikrobiologi.
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi
5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.
6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi
tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan
7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.
8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.
10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BadanPengawas
Obat dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya7
7
Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014
6
8
Philipus M. Hadjon dan R. Sri Soemantri, Pengantar Hukum AdministrasiIndonesia (Yogyakarta: Gajah
Mada University, 2002), 130.
7
5. Pemberian ijin dan pengawasan obat serta pengawasan industri farmasi.
6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi penggabungan dan
pengawasan tanaman obat.
9
Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, 18.
8
diedarkan. Penghentian peredaran sementara atau penerikanproduk
pangan jika produk tersebaut membahayakanbagi kesehatan
manusia.
3. Memerintahkan pemusnahan produk jika terbukti membahayakan
kesehatan dan jiwa manusia, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Penghentian produksi untuk sementar waktu. Tindakan ini dapat
dilakukan apabila terdapat dugaan kuat bahwa dalam pelaksanaan
produksi tidak sesuai dengan peratuan perundang-undangan yang
berlaku, sampai dilakukan pengkajian yang lebih mendalam atas
proses produksi.
5. Pencabutan izin produksi atau izin usaha, apabila terbukti tidak
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Struktur BPOM
9
secara garis besar unit-unit kerja Deputi Pengawasan Pangan Olahan dapat
dikelompokkan sebagai berikut:10
Gambar 1.1
Restra, A “Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas
10
10
Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan
Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1998 tentang Label dan Iklan
Pangan
Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu,
dan Gizi Pangan
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2010 tentang Prekursor
Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847
tanggal 31 Januari 2011 Tentang Pembentukan Satuan Tugas
Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal
Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.04105
tanggal 6 Mei 2011 Tentang Perubahan Keputusan Kepala Badan
POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847 tanggal 31 Januari 2011
Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal
Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.09.11.07609
tanggal 5 September 2011 Tentang Pembentukan Tim Pelaksana
Penegakan Hukum Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal
11
Dalam rangka memperkuat peran dan fungsi PPNS Badan POM RI
dan sinergitas pengawasannya, Badan POM telah meningkatkan
kerjasama dengan sektor terkait dalam kerangka Criminal Justice
System yang dituangkan dalam bentuk Keputusan Bersama, antara lain
sebagai berikut :
12
Sumpah Atau Janji Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Dan
Bentuk, Ukuran, Warna, Format, Serta Penerbitan Kartu Tanda
Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil11
11
https://www.pom.go.id/penyidikan/media.php?hal=dasarhukum&halaman=1 Diakses pada
tanggal 07 September 2022
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam rangka
melindungi konsumen dan melindungi kesehatan masyarakat dari resiko
peredaran produk yang tidak memenuhi standar kesehatan atau
terkontaminasi bahan berbahaya dengan cara melakukan Pengaturan
regulasi dan standardisasi, lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi
berdasarkan cara-cara produksi yang baik. Selain itu, tugas BPOM diatur
dalam Keputusan kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM tanggal 26
Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM mengatur tentang
tugas dan fungsi BPOM.
14
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan saran yang bersifat membangun kami harapkan demi makalah yang
lebih baik ke depannya.
15
DAFTAR PUSTKA
16