Anda di halaman 1dari 20

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Hukum Perlindungan Konsumen“

Dosen pengampu:

Suprihantosa Sugiarto, SEI., M.H.

Oleh :

Layly Nur Rita Sari (20401138)

Riska Amanatul Hikmah (20401141)

Isma Hana Vintika (20401142)

Mochammad Yusuf (20401149)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN 2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan
petunjuk untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya kami
sekelompok tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah dititipkan kepada
kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan,
namun dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan


(BPOM). Tema yang akan dibahas di makalah ini sengaja dipilih oleh Dosen
Pembimbing kami untuk kami pelajari lebih dalam. Butuh waktu yang cukup
panjang untuk mendalami materi ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen


Pembimbing Bapak Suprihantosa Sugiarto, SEI., M.H. yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah yang kami
buat ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh pembaca. Meski makalah ini
masih mempunyai kekurangan, kami selaku penyusun mohon kritik dan sarannya.
Terima kasih.

Kediri, 11 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul......................................................................................................i

Kata pengantar.....................................................................................................ii

Daftar isi................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan...............................................................................................1

A. Latar belakang............................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................2
C. Tujuan penulisan........................................................................................2

Bab II Pembahasan..............................................................................................3

A. Tinjauan Umum Tentang BPOM..............................................................3


B. Tugas dan Fungsi BPOM..........................................................................4
C. Wewenang dan Struktur BPOM................................................................6
D. Dasar Hukum BPOM................................................................................9

Bab III Penutup...................................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................14

Daftar Pustaka.....................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian dan gaya hidup yang semakin pesat dan


kemajuan teknologi dan ilmu pengatahuan telah menimbulkan perubahan cepat
pada produk-produk kosmetik,industri farmasi, obat tradisional, alat kesehatan,
sehingga banyaknya beredar industri-industri produk yang baru. Pemerintah
Indonesia telah membentuk sebuah badan yang diberikan tugas tertentu dalam
hal pengawasan terhadap obat dan makanan yang disebut dengan Badan
Pengawas Obat dan Makanan yang disingkat dengan BPOM. Badan inilah
dengan dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Kesejahteraan
Sosial yang diserahkan tugas pengawasan peredaran obat dan makanan di
Indonesia, yang dibentuk di masing-masing Provinsi di seluruh Indonesia.1

Konsumen selaku pemakai barang dan jasa selalu menginginkan barang


dengan kualitas yang tinggi, tapi dengan harga yang murah. Sedangkan dari
pihak pengusaha dengan menggunakan prinsip ekonomi ”menggunakan modal
sedikit mendapatkan untung yang banyak” seringkali membuat produk dengan
kualitas yang pas-pasan dengan harga yang relatif mahal. Maka disini terjadi
kepentingan yang bertolak belakang antara pelaku usaha dan konsumen. 2 Sikap
yang adil dan tidak berat sebelah dalam melihat kepentingan konsumen dan
produsen diharapkan mampu memberikan perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan kepada konsumen tidak harus berpihak pada kepentingan
konsumen yang merugikan kepentingan pelaku usaha. Jadi harus ada
keseimbangan, saat ini banyak peraturan - peraturan yang dikeluarkan
pemerintah, dengan maksud untuk melindungi konsumen seperti peraturan
tentang zat warna makanan, peraturan tentang penggunaan pemanis buatan,
peraturan tentang distribusi pestisida, dan peraturan tentang penetapan harga

1
Erman Rajagakguk, Hukum Perlindungan Konsumen (Bandung: Mandar Maju, 2000), 3
2
Ismail Nawawi, “Manajemen Syariah: Sebuah Pemikiran, Wacana dan Realita (Bagian Pertama),” Al-
Qānūn: Jurnal Pemikiran dan Pembaharuan Hukum Islam 13, no. 2 (Desember 2010): 327.

1
obat. Sedangkan untuk standar mutu barang saat ini sudah ratusam jumlahnya
antara lain, standar kabel, standar susu, standar saos tomat, standar batu
battrey, dan lain - lain. Namun demikian peraturan tersebut belum dirasakam
dapat memberikan perlindungan sepenuhnya kepada konsumen, karena
kesiapan untuk mengawasi penerapannya masih sangat kurang.3

Oleh karena itu Indonesia harus memiliki sistem pengawasan obat dan
makanan yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan
mengawasi produk-produk yang ada untuk melindungi konsumennya, baik di
dalam maupun luar negeri. Berdasarkan kepentingan tersebut pemerintah telah
membentuk Badan Pengawas Obat dan Makan (selanjutnya ditulis BPOM)
yang mempunyai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam perlindungan
konsumen. Berdasarkan uraian tersebut menjadi penting kiranya membahas
lebih jauh dan mendalam tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Mengingat BPOM ini merupakan satu-satunya lembaga pemerintah
yang mempunyai tugas di bidang obat dan makanan, yang merupakan faktor
terpenting dalam kehidupan. Terutama yang terkait dengan perlindungan
konsumen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan umum tentang BPOM ?
2. Apa saja tugas dan fungsi BPOM ?
3. Apa saja wewenang dan struktur BPOM ?
4. Apa saja dasar hukum BPOM ?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tinjauan umum tentang BPOM

2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi BPOM

3. Untuk mengetahui wewenang dan struktur BPOM

4. Untuk mengetahui dasar hukum BPOM

3
Wiwik Sri Widiarty, “Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Pangan Kadaluwarsa”,
PT. Komodo Books, Depok 2016.hl.65

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum tentang BPOM


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 merupakan lembaga
pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah
tertentu dari presiden serta bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Latar belakang terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) adalah dengan melihat kemajuan teknologi telah membawa
perubahan- perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi,
obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan
kemajuan teknologi tersebut produk-produk dari dalam dan luar negeri
dapat tersebar cepat secara luas dan menjangkau seluruh strata masyarakat.
Semakin banyaknya produk yang ditawarkan mempengruhi gaya hidup
masyarakat dalam mengonsumsi produk.
Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai
untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan
aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong
konsumen untuk mengonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak
rasional. Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional
dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan risiko
dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen.
Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan
berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta
berlangsung secara amat cepat.

BPOM sebagai lembaga pemerintahan non departemen mempunyai


kedudukan melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan
terhadap obat dan makanan. Yaitu meliputi pengawasan atas produk

3
terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,
produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan
berbahaya.Baik yang berskala Nasional dan Internasional. Dikarenakan
perdagangan bebas sudah merupakan keniscayaan yang harus dijalankan
oleh pemerimtah, karena akan membawa keuntungan ekonomi bagi para
pesertanya dan akan mengurangi kesenjangan antar Negara, yang
selanjutnya akan membawa perbaikan standar kehidupan bagi masyarakat
luas.4 Oleh karena itu keberadaan BPOM ini diharapkan bisa menangani
regulasi dan pengawasan di bidang produk yang dihasilkan oleh pelaku
usaha secara maksimal.

B. Tugas dan Fungsi BPOM

Tugas BPOM diatur dalam Keputusan kepala BPOM Nomor


02001/SK/KBPOM tanggal 26 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja BPOM mengatur tentang tugas dan fungsi Badan POM. Yaitu
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan
makanan, melaksanakan kebijakan tertentu dibidang pengawasan obat dan
makanan, koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM,
memantau, memberikan bimbingan dan melakukan pembinaan terhadap
kegiatan instansi pemerintah dibidang pengawasan dan makanan. Fungsi
pengawasan ini sangat berperan dalam rangka perlindungan konsumen.

Fungsi pengawasan oleh pemerintah dimulai pada saat suatu badan


usaha akan memulai produksi produknya. Misalnya dalam hal pembuatan
produk kosmetika, sebelum membuat produk kosmetiknya, produsen harus
sudah memiliki ijin usaha industri, sebagaimana tercantum dalam Pasal 3
PP No. 72 Tahun 1998. Pengawasan suatu barang memang bukan tugas
mutlak dari BPOM. Tetapi kegiatan pengawasan ini idealnya dilakukan
secara bersama-sama antara pemerintah, masyarakat dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) serta pelaku usaha itu sendiri. Keterlibatan
berbagai pihak ini sangat penting sebab tidak mudah mengharapkan
kesadaran

4
Rajagakguk, Hukum Perlindungan Konsumen, 3
4
produsen untuk memproduksi barang yang bermutu dun memenuhi standar
yang ditetapkan. 5
Tetapi peran sebagai regulator (penentu kebijakan)
tetaplah berada ditangan pemerintah dalam hal ini BPOM sebagai wakil
dari pemerintah. BPOM Dalam melaksanakan fungsi regulasinya tidak
bekerja sendiri, tetapi membutuhkan kerjasama dengan dinas atau instansi
terkait. Misalnya, ketika BPOM menerbitkan ijin edar untuk produk obat
maka BPOM harus berkoordinasi dengan Instansi Kesehatan terkait,
karena pelaku usaha harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
Instansi Kesehatan mengenai higyen usaha. Bukan itu saja, pelaku usaha
juga harus mendapat rekomendasi dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
mengenai keamanan dan legalitas bahan baku untuk obat. Hal yang sama
juga berlaku untuk produk selain produk obat.

Badan BPOM mempunyai fungsi Utama :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan


Obat dan Makanan.
2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan
Makanan.
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM.
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bindang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan
dan rumah tangga.6

Sesuai Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun


2014, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai
fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

5
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2014), 184
6
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/fungsi Diakses pada tanggal 08 September 2022
5
2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan
penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif,
obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan
berbahaya.
3. Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk secara mikrobiologi.
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi
5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.
6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi
tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan
7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.
8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.
10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BadanPengawas
Obat dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya7

C. Wewenang dan Struktur BPOM


Kewenangan dari BPOM diatur dalam pasal 74 Keputusan
Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang kedudukan, fungsi, kewenangan,
susunan Organisasi dan tata kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 73
(Kepres ini) BPOM mempunyai wewenang:8
1. Penyusunan rencana nasional secara makrodibidangnya.
2. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro.
3. Penetapan sistim infromasi dibidangnya.
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif)
tertentu untuk makanan dan penetapan pedornan pengawasan
peredaran obat dan makanan.

7
Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014

6
8
Philipus M. Hadjon dan R. Sri Soemantri, Pengantar Hukum AdministrasiIndonesia (Yogyakarta: Gajah
Mada University, 2002), 130.

7
5. Pemberian ijin dan pengawasan obat serta pengawasan industri farmasi.
6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi penggabungan dan
pengawasan tanaman obat.

Kewenangan inilah yang mendasari BPOM untuk melakukan


segala tindakan dibidang Obat dan makanan. Dilihat dari kewenangan
yang dimiliki BPOM fungsi regulasi dan pengawasan menjadi posisi
sentral dalam melindungi kepentingan konsumen. Pengawasan terhadap
suatu produk tidak hanya semata-mata dapat dilakukan dengan melihat
hasil akhir suatu tindakan produksi. Betapapun lengkapnya alat-alat yang
digunakan dan berpengalamannya tenaga pelaksana masih belum cukup
untuk menjamin keberhasilan proses perlindungan konsumen. Melainkan
harus ditinjau secara menyeluruh dari awal mula produksi hingga barang
hasil produksi tersebut diedarkan.

Selama pengawasan mengenai hasil produksi, pengawasan dalam


bidang perijinan dan standarisasi punperlu mendapat perhatian serius.
Standar produk bertujuan untuk memberi perlindungan kepada konsumen
terhadap mutu barang yang digunakan. Banyaknya barang yang di
produksi oleh pelaku usaha tidak menutup kemungkinan produk tersebut
tidak memenuhi standar yang telah ditentukan.9 Dalam kasus riil, kita
banyak menjumpai suatu produk yang telah mengalami uji tes kelayakan
standar mutu di BPOM, tetapi setelah beredar di pasaran ternyata barang
tersebut tidak memenuhi standar sebagaimana saat pengujian. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi pengawasan memang harus di lakukan secara
priodik (berkala). Sebagai tindak lanjut dari pengawasan di atas, BPOM
juga juga diberi wewenang untuk mengambil tindakanadministratif, yang
dapat berupa:

1. Memberi peringatan secara tertulis.


2. Melarang pengedaran barang tersebut untuk sementara waktu atau
memerintahkan untuk menarik produk dari peredaran jika sudah

9
Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, 18.

8
diedarkan. Penghentian peredaran sementara atau penerikanproduk
pangan jika produk tersebaut membahayakanbagi kesehatan
manusia.
3. Memerintahkan pemusnahan produk jika terbukti membahayakan
kesehatan dan jiwa manusia, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Penghentian produksi untuk sementar waktu. Tindakan ini dapat
dilakukan apabila terdapat dugaan kuat bahwa dalam pelaksanaan
produksi tidak sesuai dengan peratuan perundang-undangan yang
berlaku, sampai dilakukan pengkajian yang lebih mendalam atas
proses produksi.
5. Pencabutan izin produksi atau izin usaha, apabila terbukti tidak
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sanksi-sanksi administratif tersebut di atas dapat dikenakan bagi


pelaku usaha yang melanggar peraturan perundang-undangan, dengan
tujuan untuk melindungi masyarakat dari produk yang membahayakan
terhadap kesehatan masyarakat selaku konsumen. Keberadaan BPOM ini
merupakan upaya yangdilakukan pemerimtah untuk melindungi konsumen
dari produk yang merugikan, yaitu dengan cara mengatur, mengawasi,
serta mengendalikan produksi, distribusi, dan peredaran produk sehingga
konsumen tidak dirugikan. Sebagai lembaga pemerintah non departemen
yang berada di bawah presiden. BPOM inilah yang melaksanakan
ketentuan tata usaha negara Berdasarkan tugas dan wewenang yang
dimilikinya, sebagai pembuat suatu kebijakan. Dalam membuat suatu
kebijakan BPOM harus betul-betul mencerminkan kewenangan yang
dimilikinya, yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat luas.

Struktur BPOM

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan


Olahan disusun berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada Gambar 1 di bawah ini,

9
secara garis besar unit-unit kerja Deputi Pengawasan Pangan Olahan dapat
dikelompokkan sebagai berikut:10

1. Direktorat Standardisasi Pangan Olahan


2. Direktorat Registrasi Pangan Olahan
3. Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
4. Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru
5. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha

Dalam melaksanakan tugasnya, masing-masing direktorat dibantu oleh 3


(tiga) subdirektorat dan kelompok jabatan fungsional

Gambar 1.1

D. Dasar Hukum BPOM


Pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana obat dan makanan
yang dilakukan Badan POM, diamanatkan dalam peraturan sebagai
berikut:
 Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Restra, A “Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas
10

Obat dan Makanan” https://wasprodpangan.pom.go.id/upload/renstra20202024.pdf, diakses pada


06 September 2022, Pukul. 09.00

10
 Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
 Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
 Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan
 Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1998 tentang Label dan Iklan
Pangan
 Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu,
dan Gizi Pangan
 Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
 Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2010 tentang Prekursor
 Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847
tanggal 31 Januari 2011 Tentang Pembentukan Satuan Tugas
Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal
 Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.04105
tanggal 6 Mei 2011 Tentang Perubahan Keputusan Kepala Badan
POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847 tanggal 31 Januari 2011
Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal
 Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.09.11.07609
tanggal 5 September 2011 Tentang Pembentukan Tim Pelaksana
Penegakan Hukum Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal

Sejalan dengan itu, Badan POM RI juga telah menerbitkan


berbagai ketentuan dan persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu
yang juga dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan investigasi awal dan
penyidikan tindak pidana Obat dan Makanan.

11
Dalam rangka memperkuat peran dan fungsi PPNS Badan POM RI
dan sinergitas pengawasannya, Badan POM telah meningkatkan
kerjasama dengan sektor terkait dalam kerangka Criminal Justice
System yang dituangkan dalam bentuk Keputusan Bersama, antara lain
sebagai berikut :

 Keputusan Bersama POLRI dan Badan POM No. Pol. :


Kep/20/VIII/2002 dan No. HK.00.04.72.02578 tanggal 16
Agustus 2002 tentang Peningkatan Hubungan Kerjasama dalam
Rangka Pengawasan dan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang
Obat dan Makanan.
 Keputusan Bersama Kepala Badan POM dan Dirjen Bea Cukai
No. HK.00.04.22.1989 dan No. KEP-49 / BC / 2006 tanggal 24
April 2006tentang Pengawasan Impor dan Ekspor Obat, Obat
Tradisional, Kosmetik, Produk komplemen/Suplemen
Makanan, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Makanan.
 Keputusan Bersama antara Kepolisian Negara Republik
Indonesia dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. Pol.
: B/1861/VII/2007 dan No. KS.01.01.1.5927 tanggal 26 Juli
2007 tentang Pembinaan, Koordinasi dan Pengawasan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dan atau Kepolisian Khusus.
 Keputusan Bersama Jaksa Agung RI dan Kepala Badan POM
No. KEP-03/E/Ejp/12/2007 dan No. KS.01.01.72.8852 tanggal
27 Desember 2007 tentang Peningkatan Efektifitas Penegakan
Hukum Tindak Pidana Obat dan Makanan.
 Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Menteri PAN
RI No.264A/Menkes/SKB/VII/2003 dan
No.02/SKB/M.PAN/7/2003 tanggal 4 Juli 2003 tentang Fungsi
dan Kewenangan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan.
 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.HH.01.AH.09.01 Tahun 2011 Tentang
Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian, Mutasi, Dan
Pengambilan

12
Sumpah Atau Janji Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Dan
Bentuk, Ukuran, Warna, Format, Serta Penerbitan Kartu Tanda
Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil11

11
https://www.pom.go.id/penyidikan/media.php?hal=dasarhukum&halaman=1 Diakses pada
tanggal 07 September 2022

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam rangka
melindungi konsumen dan melindungi kesehatan masyarakat dari resiko
peredaran produk yang tidak memenuhi standar kesehatan atau
terkontaminasi bahan berbahaya dengan cara melakukan Pengaturan
regulasi dan standardisasi, lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi
berdasarkan cara-cara produksi yang baik. Selain itu, tugas BPOM diatur
dalam Keputusan kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM tanggal 26
Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM mengatur tentang
tugas dan fungsi BPOM.

Upaya prefentif (perlindungan yang dilakukan melalui peningkatan


intensitas pengawasan terhadap regulasi produk sebelum diizinkan
beredar), dan represif (upaya penindakan dan penegakan hukum bagi
pelaku usaha yang terbukti melanggar undang-undang yang berlaku), yang
selama ini masih dianggap relevan dengan kondisi di lapangan ternyata
belum maksimal dikarenakan keterbatasan SDM di lingkungan BPOM.
Sejalan dengan itu, Badan POM RI juga telah menerbitkan berbagai
ketentuan dan persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu yang juga
dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan investigasi awal dan penyidikan
tindak pidana Obat dan Makanan.

Dalam rangka memperkuat peran dan fungsi PPNS Badan POM RI


dan sinergitas pengawasannya, Badan POM telah meningkatkan kerjasama
dengan sektor terkait dalam kerangka Criminal Justice System yang
dituangkan dalam bentuk Keputusan. Oleh sebab itu kerja sama dari semua
pihak sangatlah diperlukan terutama antar instansi terkait, baik kepolisian
ataupun dinas-dinas kesehatan, serta lembaga swadaya masyarakat.
Semunya demi menciptakan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

14
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan saran yang bersifat membangun kami harapkan demi makalah yang
lebih baik ke depannya.

15
DAFTAR PUSTKA

Ismail Nawawi, “Manajemen Syariah: Sebuah Pemikiran, Wacana dan Realita

(Bagian Pertama),” Al-Qānūn: Jurnal Pemikiran dan Pembaharuan


Hukum Islam 13, no. 2 (Desember 2010): 327.

Philipus M. Hadjon dan R. Sri Soemantri, Pengantar Hukum


Administrasi Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada University,
2002), 130.
Rajagakguk, Erman. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: Mandar Maju,
2000
Restra, A “Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Badan Pengawas Obat dan Makanan”
https://wasprodpangan.pom.go.id/upload/renstra20202024.pdf, diakses
pada 06 September 2022, Pukul. 09.00

Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: Citra


Aditya Bakti, 2014.

Wiwik Sri Widiarty, “Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Pangan

Kadaluwarsa”, PT. Komodo Books, Depok 2016., hal. 65

16

Anda mungkin juga menyukai