Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum, tentunya semua hal dan

aktivitas yang dilakukan oleh warga negaranya harus sesuai dan

berdasarkan hukum serta peraturan yang berlaku, tak terkecuali

dengan pengedaran dan jual beli bahan pangan juga makanan.

Lembaga berwenang yang mengatur persoalan Izin edar bahan

pangan obat dan makanan adalah Badan pengawas obat dan

makanan (BPOM). Beberapa orang beranggapan bahwa lembaga ini

sama dengan kementerian kesehatan (Kemenkes), sehingga jika telah

mendapat izin edar dari kemenkes, tidak perlu lagi mendaftarkan

produk pangan dan makanan ke BPOM. Padahal, kedua lembaga ini

jelas sangat berbeda dalam mengeluarkan Izin.

Sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 ayat (3) Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

menyatakan bahwa “Negara Indaonesia adalah Negara Hukum’’, yang

dimana ketentuan pasal tersebut merupakan landasan konstitusional

bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam

hal ini diposisikan sebagai satu satunya acuan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (supremacy of law).

Negara hukum menghendaki agar hukum senantiasa harus

ditegakan, dihormati dan ditaati oleh siapapun tanpa ada


2

pengecualian. Hal itu bertujuan Untuk menciptakan keamanan,

ketertibaan, kesejateraan dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.

Manusia hidup tentunya memiliki berbagai kepentingan dan

kebutuhan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingannya,

manusia bersikap dan berbuat, agar sikap dan perbuatannya tidak

merugikan kepentingan dan hak orang lain, hukum memberikan

rambu-rambu dan batasan-batasan bertingkah laku dalam rangka

mencapai dan memenuhi kepentingannya itu.

Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia

selain kebutuhannya terhadap hukum adalah di bidang pangan. Terkait

dengan kebutuhan itu pemerintah Indonesia pun menjamin hal tersebut

melalui Undang Undang Republik Indonsia Nomor 18 Tahun 2012

Tentang pangan. Sebagaimana di jelaskan pada pasal 1 ayat 1, bahwa

“pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,

perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

diperuntukan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan

lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan

pembuatan makanan atau minuman’’.

Keamanan pangan bagi setiap warga Negara dijamin oleh

Undang-Undang. Sebagaimana di jelaskan dalam Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2012 pasal 1 ayat 5 bahwa “keamanan pangan’’


3

adalah kondisi dan upaya yang di perlukan Untuk pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia

serta tidak bertentangan dengan Agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat sehingga aman untuk di konsumsi’’.

Pada zaman seperti perkembangan perekonomian yang pesat,

telah menghasilkan beragam jenis varietas barang/jasa. Dengan

dukungan teknologi dan informasi, perluasan ruang, gerak dan arus

transaksi barang atau jasa yang telah melintasi batas batas wilayah

negara, konsumen pada akhirnya di hadapkan pada berbagai jenis

barang dan jasa yang ditawarkan secara variatif. Begitu banyak

industri makanan dan minuman yang tumbuh dan berkembang pada

masa sekarang ini, semakin banyak pula pelaku usaha makanan dan

minuman rumahan atau juga industri rumah tangga pangan yang

bermunculan.

Sekarang ini konsumen perlu mendapatkan perhatian yang

mendasar mengingat lemahnya konsumen dalam kedudukannya di

bandingkan produsen yang lebih kuat. Kedudukan ini terbukti

banyaknya permasalahan dan keluhan konsumen terhadap produsen

yang selalu berbuat tidak adil. Perlindungan konsumen adalah hal

yang paling penting saat ini mengingat perkembangan yang semakin

moderen dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih para

produsen terkadang dapat mengelabui konsumennya.


4

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Bab VII pasal 67

ayat 1 di jelaskan bahwa “keamanan pangan di selenggarakan untuk

menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,

selanjutnya pada pasal 2, dinyatakan bahwa keamanan pangan

dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia,

dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia.

Untuk mencapai keamanan pangan yang maksimal maka

diperlukan peran lembaga yang mengawasi peredaran pangan. Dalam

hal ini yang berperan dalam pengawasan pangan di Indonesia adalah

Badan pengawas obat dan makanan (BPOM). Dalam peraturan

presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang BPOM pasal 1 ayat 1 di

jelaskan bahwa badan pengawas obat dan makanan, yang selanjutnya

disingkat BPOM adalah lembaga pemerintah non kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan obat

dan makanan. Selanjutnya dalam pasal 2 dinyatakan bahwa BPOM

mempuyai tugas menyelenggarakan pemerintahan di bidang

pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BPOM memiliki fungsi untuk mengawasi peredaran obat dan

makanan sebagaimana bunyi pasal 3 ayat 2 sebagai berikut:

pengawasan sebelum beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


5

adalah pengawasan obat dan makanan sebelum beredar sebagai

tindakan pencegahan untuk menjamin obat dan makanan yang

beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan,

khasiat/manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan. pada pasal 3 ayat

3 di jelaskan bahwa pengawasan selama beredar memenuhi standar

dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang

ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.

BPOM memiliki kewenangan sebagaimana ditentukan dalam

pasal 4 peraturan presiden Nomor 80 Tahun 2017, yakni: “Dalam

melaksanakan tugas pengawasan Obat dan makanan. BPOM

mempuyai kewenangan menerbitkan izin edar dan sertifikat sesuai

dengan standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan

mutu bagi masyarakat.

Di Kota Kendari masih banyak ditemukan pangan olahan yang

beredar tanpa izin edar dari BPOM. Olehnya itu dapat diprediksikan

bahwa masih banyak pangan olahan yang beredar tidak layak

konsumsi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul: Tinjauan Yuridis Terhadap Izin Edar Produk

Pangan yang Beredar di Kota Kendari (Suatu Studi BPOM

Kendari)

B. Rumusan masalah
6

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses pengurusan izin edar produk pangan olahan di

BPOM Kendari?

2. Bagaimanakah pengawasan terhadap peredaran produk pangan

olahan di Kota Kendari tanpa izin edar dari BPOM Kendari?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian dalam proposal ini

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pengurusan izin edar produk pangan di

BPOM Kendari.

2. Untuk mengetahui proses pengawasan peredaran produk pangan

olahan tanpa izin edar di Kota Kendari.

D. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian yang di harapkan dapat diperoleh penulisan

proposal ini sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Memberikan manfaat dan kegunaan pihak-pihak yang

berminat untuk memakai, dan melakukan analisis sebagai bahan

masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum

Perdata, khususnya Hukum perlindungan konsumen.


7

2. Secara Praktis

Pembahasan ini di harapkan dapat memberikan masukan

yang sangat berharga bagi pihak produsen, BPOM, serta

konsumen.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Izin Edar

1. Pengertian Izin Edar

Izin edar adalah Persetujuan hasil penilaian kriteria

keamanan, mutu gizi suatu produk pangan olahan untuk melakukan

peredaran di Indonesia.

Perolehan Izin Edar dilakukan dengan cara melakukan

pendaftaran produk pangan ke BPOM. Pendaftaran produk pangan

dapat dilakukan secara manual maupun secara eletronik.

Tentunya, berbagai persyaratan dan kriteria produk pangan sesuai,

peraturan BPOM No. 26 Tahun 2018 dan peraturan BPOM No. 28

Tahun 2017 Tentang Pendaftaran produk pangan olahan.

Dengan demikian Setiap produk pangan/olahan yang

beredar di sulawesi tenggara, khususnya di kota kendari, wajib

memilki izin edar produk pangan/olahan dari BPOM RI dan

kemenkes RI. dan itu adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh

setiap perusahaan/produsen, produk pangan yang akan diedarkan.

2. Persyaratan Izin Edar

Adapun syarat Izin Edar produk pangan/olahan dibagi

menjadi dua yakni :


9

a. Izin edar produk pangan/olahan dalam negeri.

Dokumen Administrasi :

1. Lampiran fotocopi izin usaha di bidang produksi pangan.

2. Dokumen hasil audit sarana paroduksi.

3. Pendaftaran manual, melampirkan formulir pendaftaran dari

Badan Direktorat Registrasi Produk Pangan Olahan BPOM

RI.

4. Pendaftaran elektronik, melampirkan NPWP dan Akta

Notaris Pendirian Perusahaan.

Dokumen Teknis :

1. Daftar bahan yang digunakan.

2. Proses produksi.

3. Hasil uji laboratorium terbaru.

4. Imformasi tentang masa simpan.

5. Rancangan label.

6. Spesifikasi teknis pangan olahan.

a. Izin Edar Produk Pangan Luar Negeri (impor).

Dokumen Adminisrasi :

1. Hasil sarana audit distribusi.

2. Sertifikat bukti produk memiliki kualitas berstandar

Internasional

3. Surat penunjukan dari perusahaan di luar negeri kepada

importir atau distributor.


10

4. Sertifikat kesehatan atau sertifikat bebas jual

5. Khusus importir minuman beralkohol, harus disertai SIUP

dan Angka Pengenal Impor (API)

6. Pendaftaran elektronik, melampirkan Akta Notaris Pendiri

Perusahaan.

Dokumen Teknis :

1. Daftar bahan yang digunakan

2. Proses Produksi

3. Hasil uji laboratorium terbaru

4. Inpormasi tentang masa simpan

5. Inpormasi tentang masa produksi

6. Rancangan label

7. Foto produk menanpilkan keterangan label

8. Terjemahan label selain bahasa Inggris dari Penerjemah

tersumpah.

3. Nomor kode Izin Edar

Adapun Nomor Izin Edar Produk pangan dibagi menjadi dua

bagian yakni :

1. Nomor izin edar pangan produksi dalam negeri diawali dengan

kode ’’BPOM RI MD”.

2. Nomor izin edar pangan produksi luar negeri diawali dengan

kode ‘’BPOM RI ML’’


11

B. Tinjauan Umum Tentang Produk Pangan

1. Pengertian pangan

Menurut ketentuan pasal 1 Angka (1) Undang-Undang No. 7

Tahun 1996 Tentang Pangan yang selanjutnya disingkat UUP.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan

sebagai makanan atau minuman bagi komsunsi manusia, termasuk

bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain

yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan

pembuatan makanan atau minuman.

Menurut Bayu Krisnamurthi, pangan adalah kebutuhan

pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya

hak atas pangan menjadi bagian yang sangat penting dari hak

asasi manusia.

Berdasarkan pengertian pangan di atas, maka dapat

dinyatakan bahwa pangan adalah faktor utama penunjang

kehidupan manusia, yang bersumber dari alam yang dapat di

konsumsi baik secara langsung maupun dengan tahapan proses

produksi. Pangan dibutukan oleh manusia untuk hidup. Pangan

merupakan salah unsur kebutuhan dasar manusia.


12

2. Jenis-Jenis produk pangan

Pangan dibedakan atas pangan segar, pangan olahan, dan

pangan siap saji sebagai berikut:

a. Pangan Segar

Pangan Segar adalah pangan yang belum mengalami

pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan

bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum,

segala macam buah, ikan, air segar.

b. Pangan Olahan Tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang

diperuntukan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara

dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan Siap Saji

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang

sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau

di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

3. Kategori Produk Pangan

Indonesia yang mempunyai kekayaan yang luar biasa di

bidang pangan. Sumber daya alamnya yang sangat berpotensi di

kembangkan menjadi pangan apa saja. Bermacam-macam produk

yang ada di Indonesia digolongkan berdasarkan kategori-

kategorinya oleh pemerintah, dalam hal ini wewenang berada pada


13

pihak Instansi Badan pengawas obat dan makanan yang telah

membuat peraturan untuk.

Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI No. HK.

00.05.52.4040 tentang kategori pangan terdapat 16 kategori

pangan di Indonesia yang perlu kita ketahui, yaitu.

1. Produk- produk susu dan analognya.

2. Lemak, minyak, emulsi minyak.

3. Es untuk di makan (dible ice, termasuk sherbet, dan sorbet).

4. Buah dan sayur (termasuk jamur, umbi, kacang termasuk

kacang kadelei dan biji lidah buaya), rumput laut dan biji-bijian.

5. Kembang gula atau permen dan coklat.

6. Serealia dan produk serealia yang merupakan produk turunan

dari biji serealia,akar dan umbi, kacang dan empulur, (bagian

dalam dalam batangan).

7. Produk bakteri.

8. Daging dan produk daging,termasuk daging unggas dan daging

hewan buruan.

9. Ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustase,

ekinodermata, serta ampibi dan reptil

10. Telur dan produk-produk telur.

11. Pemanis, termasuk madu.

12. Garam, rempah, sup, saus, salah, produk protein.

13. Produk pangan untuk keperluan khusus.


14

14. Minuman, tidak termasuk produk susu.

15. Makanan, ringan siap santap.

16. Pangan campuran (komposit)

C. Sertifikat Halal

1. Dasar Hukum Sertifikat Halal yakni :

a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan

b. UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.924/Menkes/SK/VIII/1996 tentang perubahan atas

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.82/SK/I/1996 tentang

pecantuman tulisan halal pada label makanan.

d. Fatwa MUI

2. Pengertian Sertifikat Halal

Menurut ketentuan LPPOM MUI dalam panduan Jaminan

Halal, Sertifakat Halal adalah suatu proses untuk memperoleh

sertifikat halal melalaui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa

bahan, proses produksi, dan SJH memenuhi standar LPPOM MUI.

Sertifikat halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan

kehalalan suatu produk sesuai dengan Syari’at Islam. Sertifikat

halal ini merupakan syarat untuk mencatumkan label pada

kemasan produk, dengan tujuan memberikan kepastian kehalalan

suatu produk pangan, obat-obatan dan kosmetika, sehingga dapat

menentramkan batin yang mengkonsumsinya.


15

Sertifikat halal suatau produk di keluarkan setelah

diputuskan dalam sidang komisi Fatwa MUI yang sebelumnya

berdasarkan proses Audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI.

Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin

pencantuman label halal pada kemasan produksi dari Instansi

pemerintah yang berwenang.

Produk halal adalah produk yang memenuhi syarat

kehalalan sesuai dengan syari’at Islam yaitu :

a. Tidak mengandung babi atau bahan yang berasal dari babi.

b. Semua bahan yang berasal dari dari hewan halal yang

disembeli menurut tata cara syari’at Islam.

c. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan,

tempat pengelolaan dan transportasinya tidak digunakan untuk

babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang tidak halal

lainnya terlebih dulu harus dibersihkan dengan tata cara yang

menurut syari’at Islam.

d. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung

khamar.

e. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahah,

tempat pengelolaan dan transportasi tidak digunakan untuk babi

atau barang tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih

dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syari’at

Islam.
16

D. Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik-MUI

(LPPOM-MUI)

1. Pengertian LPPOM-MUI

LPPOM MUI adalah lembaga yang bertugas kuat Untuk

meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-

produk baik pangan dan turunannyan, obat-obatan dan produk

kosmetika. apakah aman di konsumsi baik dari sisi kesehatan dan

dari sisi pengajaran Agama Islam yakni halal atau boleh dan untuk

di konsumsi bagi Umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia,

selai itu memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan

bimbingan kepada layanan masyarakat.

Menyadari tanggung jawabnya untuk melindungi

masyarakatnya, maka Majelis Ulama Indonesia mendirikan

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika atau

lebih di kenal sebagai LPPOM-MUI. Lembaga ini didirikan sebagai

bagian dari upaya untuk memberikan ketentraman batin Umat,

terutama dalam mengkonsumsi pangan, obat dan

kosmetika.Lembaga ini didirikan atas keputusan Majelis Ulama

Indonesia (MUI) berdasarkan surat keputusan nomor

018/MUI/1989, Pada tanggal 26 Jumadil Awal 1409 Hijriah atau 6

Januari 1989.
17

LPPOM-MUI telah memberikan peranannya dalam

menjaga kehalalan produk-produk yang beredar di masyarakat.

Pada awal-awal tahun kelahirannya, LPPOM-MUI berulang kali

mengadakan seminar, diskusi-diskusi dengan para pakar, termasuk

dengan para pakar ilmu syari’ah, dan kunjungan-kunjungan yang

bersifat studi banding serta muzakarah. Hal ini dilakukan untuk

mempersiapkan diri dalam menentukan standar kehalalan dan

prosedur pemeriksaan, sesuai dengan perkenbangan ilmu

pengetahuan dan kaidah Agama. Pada awal tahun 1994, barulah

LPPOM-MUI mengeluarkan sertifikat halal pertama yang sangat di

dambakan konsumen maupun produsen, dan sekarang dapat

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Dalam perjalanan LPPOM-MUI telah mengalami tiga

periode kepengurusan. Periode pertama dipimpin oleh Dr. Ir. M

Amin Aziz yang memegang tampuk kepemimpinan LPPOM-MUI

sejak berdiri tahaun 1989 hingga tahun 1993. Periode kedua

adalah kepengurusan dibawah pinpinan Prof. Dr. Aisjah Girindra,

yang memegang amanah dari tahun 1993 hingga tahun 2006.

Periode kepengurusan 2006-2011 dipegan oleh Dr. Ir. H. M

Nadratuzzaman Hosen. Adapun kepengurusan dilampung, sejak

awal dibentuk pada tahun 1996 sampai tahun 2010 ini pinpinannya

adalah Drs. H. Azhari Rangga, M. App.Sc.


18

2. Status dan Kewenangan LPPOM-MUI

Sertifikat halal adalah fatwa tertulis. Sehingga, harus

diberikan oleh lembaga yang memeiliki kopentensi memberikan

fatwa, dan yang kompoten memberikan fatwa adalah MUI. Sertifikat

halal adalah fatwa tertulis yang menjelaskan status kehalalan suatu

produk Fatwa ini harus dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

kompetensi untuk menetapkan fatwa yaitu MUI, Sertifikat halal

yang dilakukan MUI adalah cara masyarakat untuk mengoreksi

atau mengawasi produsen sebelum produknya beredar di

masyarakat karena masyarakat tidak berwenang untuk mengawasi

produk yang beredar. Status dan kedudukan hukum LPPOM-MUI

adalah sebagai satu-satuya lembaga yang menpuyai kewenangan

dalam mengeluarkan sertifikat halal di Indonesia.

Berkembangnya produk pangan di Indonesia yang

sedemikian sangat pesat mendorong pemerintah untuk memfasilitsi

penyelenggaraan pangan nasional dengan menerbitkan UU

Pangan, UUPK yang dasar dibuatnya peraturan-peraturan lebih

khusus mengenai pangan dengan menerbitkan keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No 924/Menkes/SK/VII/ Tahun 1996

tentang pencatuman tulisan halal pada label makanan. Untuk

mendapatkan produk pangan yang halal, masyarakat sebagai

konsumen membutukan perlingan dari penguasa atau pemerinta.

LPPOM-MUI adalah lembaga yang bertugas untuk meneliti,


19

mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-produk

baik pangan atau turunannya, obat-obatan dan kosmetika apakah

amam di konsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari sisi Agama

Islam yakni halal atau boleh dan baik untuk di konsumsi bagi umat

Muslim khususnya di wilayah Indonesia.

Peraturan-peraturan tersebut merupakan payung hukum

bagi konsumen maupun pelaku usaha dan dibuat peraturantersebut

tidak terlepas dari tujuan untuk melindungi konsumen pengguna

produk pangan bersertifikat halal. Peraturan-peraturan tersebut

harus relevan dengan UUP yang melindungi masyarakat secara

umum dalam dalam pemanfaatan barang barang dan jasa, tidak

terkecuali produk pangan yang bersetifikat halal untuk memberikan

perlindungan hukum terhadap konsumen pada produk bersertifikat.


20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara, dengan dasar pertimbangan bahwa kantor tersebut

melakukan kegiatan pemberian Izin dan pengawasan yakni, Izin Edar

Produk pangan yang beredar di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian normatif-empiris.

Penelitian hukum normatif-empiris mengkaji pelaksanaan atau

implementasi ketentuan hukum positif yang tertulis (sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku di NKRI khususnya daerah Kendari

Sulawesi Tenggara). Dan secara faktual pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang

telah di tentukan. Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan

apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum itu, sudah sesuai atau

tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Penelitian

hukum normatif-empiris terdapat 2 (dua) tahap kajian yaitu :


21

1. Kajian mengenai hukum normatif yaitu pengkajian mengenai asas-

asas hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-

undangan dan perjanjian yang berlaku.

2. Kajian mengenai hukum empiris berupa penerapan implementasi

(praktek) pada peristiwa hukum guna mencapai tujuan yang di

tertentu

Adapun data dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan sejumlah

keterangan atau fakta melalui wawancara secara terarah dengan

sistematis dengan pihak yang dipandang mengetahui serta

memehami tentang objek yang diteliti yaitu diperoleh dari lokasi

penelitian di kantor pelayanan Badan pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Yang

berwenang memberikan izin edar produk pangan dan mengawasi

peredaran pangan yang beredar di daerah Sulawesi Tenggara.

2. Data Sekunder

Data ini diperoleh dengan cara keterangan atau fakta yang

diperoleh tidak secara langsung, tapi diperoleh melalui studi

pustaka, literatur, peratuaran perundang-undangan, karya ilmiah

dan sumber yang tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti oleh peneliti


22

3. Data Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum Primer dan bahan

hukum sekunder, yang terdiri dari :

a. Ensiklopedia

b. Internet

c. Buku kamus hukum

d. Buku kamus karya ilmiah

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1. Untuk data primer, dilakukan penelitian lapangan yaitu dengan

melakukan penelitian secara langsung wawancara dan

dokumentasi. Wawancara yang dilakukan yaitu tanya jawab secara

langsung yang dianggap dapat memberikan keterangan yang

diperlukan dalam pembahasan objek penelitian.

2. Untuk data sekunder, dilakukan penelitian keperpustakaan yaitu

memperoleh dokumentasi-dokumentasi, literatur, buku-buku,

peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya langsung

maupun tidak langsung dengan objek yang diteliti.

D. Analisa Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun

keperpustakaan diteliti dengan metode analisa deskriptif kualitatif yaitu


23

data yang diperoleh akan digambaran sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya, apa yang dikatakan responden baik secara lisan maupun

tulisan, yang akan diteliti dan dipelajari sebagai satu kesatuan yang

utuh, untuk kemudian dilakukan analisis guna menjawab yang dalam

penelitian.

Untuk melengkapi penelitian proposal ini agar tujuan lebih

baik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka

metode penelitian yang dipergunakan.

E. Waktu Penelitian

Dalam rangka penyelesaian penulisan karya ilmiah ini penulis

melakukan penelitian dalam waktu 3 (tiga) bulan.

Anda mungkin juga menyukai