Anda di halaman 1dari 71

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Desa Lakarama merupakan salah satu Desa yang ada di

Kecamatan Towea Kabupaten Muna, yang terletak pada jarak 5 km dari

Ibu kota Kecamatan dan 45 km dari Ibu kota Kabupaten. Desa

Lakarama berjarak 120 km dari Ibukota Propinsi dengan batas batas

wilayah sebagai berikut;

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sulawesi

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Moasi

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Tiworo

Berdasarkan data yang ada pada kantor Desa Lakarama, maka

luas Wilayah Desa Lakarama 16,48 km. (Observasi, 16 Desember 2019)

4.1.2 Keadaan Demografis

1. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Berdasarkan data yang ada di kantor Desa Lakarama Tahun

2018, jumlah penduduk Desa Lakarama adalah 1.458 jiwa yang terdiri

dari 405 kepala keluarga (kk). Untuk lebih jelasnya tentang keadaan

keseluruhan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


Tabel 4.1. Komposisi penduduk Desa Lakarama Menurut Usia

No Umur (Tahun) Jumlah/ jiwa Persetase


1 0-05 209 14, 33
2 06-10 100 6, 85
3 11-15 139 9, 53
4 16-20 147 10, 08
5 21-25 293 20, 09
6 26-30 89 6, 1
7 31-35 69 4, 73
8 36-40 74 5,07
9 41-45 64 4, 38
10 46-50 80 5, 07
11 51-55 50 3, 43
12 56-60 57 3, 91
13 61-65 45 3, 09
14 66-70 25 1, 71
15 70-keatas 15 1, 03
Jumlah 1.458 100%
Sumber Data : Kantor Desa Lakarama Tahun 2019

Data tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk umur

0-05 Tahun sebanyak 209 jiwa, dengan persentase 14,33 %, sedangkan

penduduk umur 06 - 10 tahun, berjumlah 100 jiwa dengan persentase

6,85 %,-dan penduduk umur 11 - 14 tahun berjumlah 139 jiwa, dengan

persentase 9,53 %. Sedangkan penduduk 15-20 tahun berjumlah 147

jiwa, dengan 31-35 tahun berjumlah 69 jiwa dengan persentase 4,73 %,

dan penduduk umur 36-40 tahun berjumlah 74 jiwa dengan persentase

5,07 %, penduduk umur 41- 45 tahun berjumlah 64 jiwa,dengan

persentase 4,38 %, penduduk umur 46-50 Tahun, berjumlah 80 jiwa

dengan persentase 5,49%, penduduk umur 51 - 55 tahun berjumlah 50

jiwa dengan persentase 3,43 %,penduduk umur 56 - 60 tahun berjumlah

57 jiwa dengan persentrase 3,91 %,penduduk umur 61 - 65 tahun

berjumlah 45 jiwa, dengan persentase 3,09 %,dan penduduk umur 66-

43
70 tahun, berjumlah 25 jiwa, dengan persentase 1,71 %, sedangkan

penduduk umur 71 tahun keatas berjumlah 15 jiwa, dengan persentase

1,03 %. Jadi jumlah keseluruhan penduduk Desa Lakarama menurut

usia mulai dari 00-71 tahun ke atas yaitu sebanyak 1458 jiwa, Dengan

persentase 100 % . Pada realitasnya memang lebih didominasi oleh

orang-orang dewasa, hal ini juga di buktikan dengan jumlah penduduk

yang terdapat di kantor Desa Lakarama.

2. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Berikut ini adalah jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikannya.

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Desa Lakarama Berdasarkan Tingkat


Pendidikannya
No Tingakat Pendidikan Jumlah/ jiwa Persentase (%)
1 SD 716 68, 06
2 SMP 182 17, 30
3 SMA 106 10, 07
4 AKADEMIK 18 1, 71
5 D2 8 0, 76
6 D3 2 0, 19
7 S1 19 1, 80
8 S2 1 0, 09
Jumlah 1.052 100 %
Sumber Data : Kantor Desa Lakarama Tahun 2019

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah

penduduk menurut tikat pendidikan. Tingkat pendidikan SD sebanyak

716 jiwa dengan persentase 68,06 %.Sedangkan yang berpendidikan

SMP berjumlah 182 jiwa, dengan persentase 17,30 %.Sedangkan

Penduduk yang berpendidikan SMA berjumlah 106 jiwa, dengan

persentase 10,07 %. AKADEMI berjumlah 18 jiwa, dengan persantase

1,71%. Penduduk yang berpendidikannya D2 berjumlah 8 orang

44
dengan persentase 0,76%.penduduk yang berpendidikannya D3

sebanyak 2 orang, dengan persentase 0,80 %. Dan penduduk yang

berpendidikannya STRATA 1 sebanyak 19 orang Dengan persentase

1,80 %, sedangkan penduduk yang berpendidikan STRATA 11

sebanyak 1 orang dengan persentase 0,09.

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berikut ini adalah jumlah penduduk masyarakat Desa Lakarama

ditinjau dari mata pencaharian.

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Desa Lakarama menurut Mata


Pencahariannya
No Jenis Mata pencaharian Jumlah/ jiwa Persentase
1 PNS 9 2, 12
2 Honorer 19 4, 50
3 Petani 186 43, 97
4 Nelayan 157 37,11
5 Tukang 7 1,65
6 TNI/POLRI 9 2, 12
7 Pedagang 36 8, 51
Jumlah 423 100%
Sumber Data: Kantor Desa Lakarama Tahun 2019

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk Desa Lakarama

berdasarkan mata pencaharian seperti yang terdapat padatabel diatas,

memberikan gambaran tentang jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian mereka (Observasi, Kantor Desa Lakarama, 17 desember

2019). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa, masyarakat Desa

Lakarama terlihat penduduk yang sebagai petani merupakan jumlah

terbesar dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya . Dimana

Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 9 orang, dengan persentase 2,12

%, sedangkan Honorer berjumlah 19 orang dengan persentase 4,50

%.Petani sebanyak 186 orang dengan persentase 43,97 %.Pedagang

45
berjumlah 36 orang dengan persentase 8,51 %. Nelayan berjumlah 157

orang dengan persentase 37,11 %.Tukang sebanyak 7 orang dengan

persentase 1,65 %. Sedangkan TNI / POLRI, 9 orang dengan

persrentase 2,12 % .

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

Berikut ini adalah jumlah penduduk Desa Lakarama menurut

suku.

Tabel 4.4. Komposisi penduduk Desa Lakarama berdasarkan Suku.

No Suku Jumlah/ jiwa Persentase


1 Muna 853 57, 44
2 Bajo 605 40, 74
Jumlah 1.458 100%
Sumber Data: Kantor Desa Lakarama 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah

penduduk berdasarkan suku. Dimana penduduk suku Muna sebanyak

853 jiwa dengan persentase 57,44 % sedangkan penduduk suku Bajo

Sebanyak 605 jiwa dengan persentase 40,74 %. Jadi jumlah penduduk

Desa Lakrama berdasarkan suku 1.458 jiwa yang mana suku Muna

lebih banyak dari suku Bajo yang ada di Desa Lakarama.

5. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Jumlah Penduduk Menurut Agama semua masyarakat di Desa

Lakarama Kecamatan Towea Terkhusus Masyarakat Nelayan Semua

Beragama Islam.

6. Kondisi Sosial Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan merupakan komunitas masyarakat dengan

karakteristik yang masih dipegang kuat, seperti rasa tolong menolong,

46
gotong royong dan kebersamaan satu sama lain. Maka tidak heran jika

kebersahajaan dan kekeluargaan tetap ada ditengah-tengah masyarakat

meskipun hidup dalam kesederhanaa, karena tetangga bagi masyarakat

adalah saudara. Nilai-nilai kekeluargaan masih dipegang teguh oleh

masyarakat nelayan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih

eratnya hubunngan kekerabatan yang terjalin baik melalui interksi-

interaksi sosial antara individu satu dengan individu lainnya di dalam

masyarakat. Misalnya apabila ada tetangga yang sedang memiliki

hajatan seperti pernikahan, maka masyarakat turut berpartisipasi di

dalamnya baik dalam bentuk materi (nyumbang) ataupun non materi

(tenaga).

Selain itu masyarakat nelayan juga memiliki sikap toleransi

yang tinggi terhadap tetangga sekitarnya, hal ini dapat terlihat ketika

satu tetangga sedang mengalami musibah misalnya kematian, maka

secara suka rela mereka bersedia mentyempatkan diri untuk

mengunjungi dan menghibur keluarga yang tertipa musibah.

7. Gambaran umum subjek penelitian

Subjek penelitian ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 1

Sekdes lakarama, 4 pengurus majelis ta’lim 4 orang masyarakat

nelayan, serta di tambah dengan informan pendukung tokoh agama di

desa lakarama, (Observasi Lapangan, 27 desember 2019).untuk lebih

jelasnya, data responden seperti tabal pada berikut ini:

47
Tabel 4.5. Subjek Penelitian

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan


1 Laode Kamaludin 45 S1 Tokoh agama
Ketua
2 Sri Rismalianti 26 SMA
majelis ta’lim
3 Yuli 29 SMP Sekertaris
Bendahara
4 Rita 36 SMP
majelis ta’lim
5 Kiki 24 SMK Kordinator
Sekdes
6 Lode Salim 45 SMA
Lakarama
Masyarakat
7 Ida 48 SD
nelayan
Masyarakat
8 Dammo 52 SD
nelayan
Masyarakat
9 Nggua 42 SD
nelayan
Masyarakat
10 Kasni 35 SD
nelayan
Masyarakat
11 Ssing 24 SMP
nelayan
Masyarakat
12 Gombel 45 SD
nelayan
Masyarakat
13 Dewi 47 SD
nelayan
Masyarakat
14 Sari 32 SD
nelayan
Sumber Data : Observasi Lapangan

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Peran Majelis Ta’lim dalam Meningkatkan Pengamalan Agama


Masyarakat Nelayan di Desa Lakarama

Masyarakat di Desa Lakarama khususnya masyarakat nelayan

masih banyak yang tidak menyadari pentingnya bermajelis ilmu atau

mempelajari ilmu agama, hal ini dapat dilihat dari kebiasaan mereka

manghabiskan waktu berduduk santai atau yang menjadi kebiasaan

masyarakat nelayan di Desa lakarama adalah mencari kutu sambil

bergosip ketimbang megikuti pengajian majelis ta’lim bahkan tidak

48
jarang yang tidak melaksanakan shalat lima waktu. Hal inilah yang

menjadi tantangan tersendiri bagi majelis ta’lim dalam peranannya di

lingkungan masyarakat nelayan Desa Lakarama.

Adapun peranan majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan masyarakat nelayan di Desa Lakarama bisa dikatakan

sudah cukup berhasil dalam peranannya walaupun pasti ada faktor-

faktor yang menjadi kendala dalam perannya, hal ini dapat dilihat dari

perubahan pengamalan agama masyarakat nelayan sebelum dan

sesudah adanya majelis ta’lim, nampak dari cara berpakaian yang

sebelumnya banyak ibu-ibu yang gemar berpakaian mini kekhalayak

ramai atau tidak menutup aurat kini setelah adanya majelis ta’lim

alhamdulillah sudah banyak yang memakai hijab dalam beraktifitas

sehari-hari bukan lagi hanya ketika bermajelis ta’lim.

Peranan majelis ta’lim di Desa Lakarama sangat nampak karena

tujuannya yang bermuara pada upaya menjadikan masyarakat nelayan

menjadi masyarakat yang beriman dan berakhlak serta paham dengan

nilai-nilai agama, segala upaya senantiasa dilakukan oleh pengurus

majelis ta’lim agar setiap proses majelis ta’lim dalam setiap minggunya

selalu terlaksana agar masyarakat senantiasa mendapatkan ilmu agama.

Terlihat dari penyesuaian waktu pengajian yang senantiasa disesuaikan

dengan kesempatan masyarakat nelayan mengingat mata

pencaharian nelayan yang bergantung pada laut, musim serta pasang

surutnya air laut. Sehingga perlu ada penyesuaian waktu agar proses

majelis ta’lim senantiasa terlaksana, karena masyarakat nelayan di Desa

49
Lakarama bukan hanya laki-laki yang pergi mencari rezeki ke laut

perempuanpun ikut serta atau suami istri dan hal ini sudah menjadi

kebiasaan masyarakat nelayan di Desa Lakarama. Seperti yang

dikemukakan oleh ibu Sri Rismalianti ketua majelis ta’lim di Desa

Lakarama tentang “Apa saja upaya yang dilakukan majelis ta’lim

dalam peranannya sebagai salah satu wadah pembinaan dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan?”:

“Sebagai salah satu wadah pembinaan serta peningkatan pengamalan


agama masyarakat nelayan, kami senantiasa berupaya memberikan
yang terbaik dalam setiap kegiatan pelaksanaan majelis ta’lim dengan
memberikan ceramah, ilmu seputar tentang shalat, baca tulis al-qur’an
serta hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sosial. Mengingat
masyarakat di sini masih banyak yang belum paham betul dengan baca
tulis al-qur’an, tatacara shalat yang baik dan benar sesuai tuntunan
rasulullah Saw sehingga kami menjadikan agenda rutin dalam setiap
kegiatan majelis ta’lim sehingga ada perubahan kearah yang lebih baik,
penyesuaian waktu majelis ta’lim penting mengingan mata pencaharian
utama masyarakat di sini adalah nelayan yang tidak jelas kapan pergi
dan pulangnya beda halnya dengan guru atau pegawai yang sudah jelas
kapan pergi dan pulangnya sehingga kami perlu menyesuaikan waktu
pengajian agar majelis ta’lim kami selalu berjalan dengan baik”. (Sri
Rismaliati 24 Desember 2019)

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada ibu Sri

Rismalianti, “Apa saja usaha-usaha majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan di Desa Lakarama?”. Dalam

menjawab pertanyaan ini ia mengatakan:

“Usaha-usaha yang kami lakukan yaitu mengembangkan dakwah


Islamiyah di lingkungan masyarakat nelayan dengan tidak
mengesampingkan tradisi atau ajaran yang telah ada namun
mendampinginya dengan ajaran agama yang sesuai dengan ajaran
Islam hal tersebut kami lakukan agar dakwah kami mudah diterima
oleh masyarakat nelayan”. (Sri Rismaliati 24 Desember 2019)

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada Ibu Yuli,

“Apa saja usaha-usaha majelis ta’lim dalam meningkatkan pengamalan

50
agama masyarakat nelayan di Desa Lakarama?”. Dalam menjawab

pertanyaan ini ia mengatakan:

“Usaha-usaha kami yaitu menjalankan kegiatan secara rutin, hal ini


bertujuan agar majelis ta’lim selalu berjalan setiap pekannya dan
masyarakat nelayan selalu mendapatkan ilmu kegiatan rutin juga dapat
menambah semangat masyarakat, karena kegiatan yang tidak rutin
dapat memicu kemalasan bagi masyarakat nelayan hal- hal yang kami
lakukan yaitu pemberian ceramah, perbaikan tatacara shalat, belajar
mengaji,menghafal surah-surah pendek dan masih banyak lainnya”.
(Yuli, 25 Desember 2019)

Pernyataan lain diungkapkan oleh Ibu Rita, selaku bendahara

majelis ta’lim dengan pertanyaan, “Apa saja usaha majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan ?” dalam

menjawab pertanyaan ini ia mengatakan:

“Usaha kami yaitu membina mengajak mengarahkan dan hasilnya


Sejak adanya majelis ta’lim masyarakat nelayan di sini sudah ada
perubahan tentang pengamalan agama atau ibadah walaupun belum
secara menyeluruh, tercatat sejak kami jadi pengurus majelis ta’lim
anggota kami berjumlah 34 orang dan yang mengamalkan shalat lima
waktu hanya 5 orang sedangkan yang berjalankan shalat dengan hanya
berniat yaitu 19 orang hal ini ada kaitannya dengan ajaran dari orang
tua terdahulu yang telah turun temurun,10 orang tidak mengamalkan
samasekali begitupun dengan puasa di bulan suci Ramadhan serta
penampilan berbusana dan perayaan hari besar Islam, namun sejauh ini
selama lima tahun majelis ta’lim kami ini berdiri sudah membuahkan
hasil yang mengamalkan shalat lima waktu tercatat sudah 27 orang 4
orang tahap belajar dan 3 orang tahap pendekatan”. (Rita, 26 Desember
2019).
Pernyataan lain diungkapkan oleh Ibu kiki, kordinator majelis

ta’lim dengan pertanyaan, “Apasaja usaha majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan ?” dalam

menjawab pertanyaan ini ia mengatankan:

“Usaha-usaha yang kami lakukan dalam rangka meningkatkan


pengamalan agama masyarakat nelayan yaitu :
1. menyelenggarakan yasinan di rumah-rumah secara bergiliran
2. penyelenggaraan lomba membaca Al-Qur’an dan hafalan jadi selain
kami menjadikannya kegiatan rutin kami juga mengadakan efaluasi

51
melalui lomba agar kami bisa melihat apakah ada peningkatan atau
tidak
3. praktik shalat dan praktik shalat jenazah
4. menyelenggarakan hari-hari besar Islam seperti Maulid, Isra’miraj’
dan nuzul Qur’an. (Kiki, 26 Desember 2019)

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan, sebagai pembina

majelis ta’lim usaha-usaha apa yang dilakukan majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan? Ia mengatakan:

“Usaha-usaha kami yaitu mendorong dan memberi teladan yang baik


kepada masyarakat agar taat menjalankan ajaran agama Islam artinya
kami selalu berusaha agar masyarakat bisa rajin serta taat dalam
mengamalkan ajaran agama Islam”. (Laode Kamaludin, 27 Desember
2019)

Bentuk-bentuk kegiatan tersebut adalah usaha majelis ta’lim

dalam melatih dan membina masyarakat nelayan agar dapat memahami

Al-qur’an penyelenggaraan kegiatan ibadah dan sosial yang seluruhnya

menjadi tuntunan dari ajaran agama Islam.

Pertanyaan lain kepada Ibu Sri rismalianti, “Apakah dalam

setiap kegiatan yang diadakaan majelis ta’lim berjalan dengan lancar?”

ia mengatakan:

“Untuk dalam setiap kegiatannya alhamdulillah berjalan dengan lancar


hanya saja belum sepenuhnya dapat mereka terima dengan baik seperti
ajaran-ajaran tentang tata cara beribadah, hal ini di pengaruhi oleh
ajaran dari nenek moyang atau orang tua terdahulu namun hal tersebut
tidak membuat kami putusasa saya selaku ketua selalu berusaha
memberikan yang terbaik disetiap kegiata, dan pada akhirnya sekarang
ini sudah banyak yang mulai meninggalkan ajaran tentang shalat yang
cukup dengan berniat puasa bulan ramadhan yang hanya tiga hari saja
dan saya sebagai ketua sangat senang dengan perubahan yang terjadi
pada masyarakat nelayan lebih-lebih lagi tentang cara berpakaian serta
perayaan hari besar-besar Islam sudah banyak mengalami perubahan”
(Sri Rismaliati 24 Desember 2019).

52
Pertanyaan lain kepada Ibu Yuli, “Apakah dalam setiap

kegiatan yang diadakaan majelis ta’lim berjalan dengan lancar?” ia

mengatakan:

“Alhamdulillah sejauh ini setiap kegiatan yang dilaksanakan


berjalan dengan lancar walaupun pasti ada hambatan atau kendala
namun hal tersebut bukanlah penghalang bagi terlaksananya kegiatan
kami”. (Yuli, 25 Desember 2019)

Pertanyaan lain kepada Ibu Rita, “Apakah dalam setiap

kegiatan yang diadakaan majelis ta’lim berjalan dengan lancar?” ia

mengatakan:

“Untuk setiap kegiatannya alhamdulillah berjalan dengan lancar


walaupun terkadang jadwal pengajian sewaktu-waktu berubah
dikarenakan musim atau pasang surutnya air laut namun hal tersebut
bukanlah penghambat bagi kelancaran kegiatan kami”. (Rita, 26
Desember 2019).

Pertanyaan lain kepada Ibu Kiki, “Apakah dalam setiap

kegiatan yang diadakaan majelis ta’lim berjalan dengan lancar”? ia

mengatakan:

“Kegiatan kami sejauh ini berjalan dengan lancar walaupun ada


kendala atau hambatan namun itu tidak menjadi masalah bagi kegiatan
kami”. (Kiki, 26 Desember 2019)

Berikut kegiatan majelis ta’lim:

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan Majelis Ta’lim

53
Masyarakat nelayan di Desa Lakarama kebanyakan masih

memiliki kepercayaan campuran khas penyebaran unsur-unsur alamiah

secara animis yang berakar dalam agama-agama hinduisme yang

semuanya telah ditumpangi oleh ajaran Islam. Memang tradisi yang

diyakini oleh masyarakat sudah mendarah daging menjadi kesatuan

dalam ajaran agama Islam yang diyakini. Seperti yang dinyatakan oleh

Laode Kamaludin, bahwa masyarakat nelayan di sini sebagian besar

hanya menjalankan ibadah dihari besar saja bahkan ada ajaran dari

nenek moyang yaitu tentang shalat yang cukup dengan di niatkan dan

puasa ramadhan cukup tiga hari saja serta masih banyak yang

menjalankan yang dilarang oleh agama, sebagian tekun beribadah

ketika mendapatkan cobaan pada dirinya ataupun keluarganya, (Laode

Kamaludin 24 Desember 2019).

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada Ibu Yuli

selaku sekertaris, “Apakah ibu selaku pengurus majelis ta’lim tidak

terbebani dalam menyiapkan kegiatan majelis ta’lim disetiap

minggunya?” dalam menjawab pertanyaan ini ia mengatankan:

“Alhamdulillah tidak samasekali, sampai skarang saya masih sangat


bersukur bisa terlibat sebagai pengurus majelis ta’lim, karena saya
pribadi sangat menginginkan masyarakat di sini bisa mengenali agama
mereka sendiri dengan baik khususnya di masyarakat nelayan sebab
masih banyak yang belum paham betul dengan ajaran agama Islam”
(Yuli, 25 Desember 2019).

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada Ibu Rita,

“Apakah Ibu terbebani dengan tanggung jawab sebagai pengurus yang

harus selalu menyiapkan kegiatan?” Ia mengatakan

54
“Saya tidak merasa terbebani justru saya senang karena dengan saya
jadi pengurus saya memiliki kesibukan yang jauh lebih bermanfaat dari
sebelumnya jujur saja sebelum adanya majelis ta’lim waktu saya
banyak terbuang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, sehingga saya
tidak merasa terbebani sama sekali dengan tanggung jawab ini” ( Rita,
26 Desember 2019).

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan lagi kepada Ibu

Kiki, “Apakah Ibu terbebani dengan tanggung jawab sebagai pengurus

yang harus selalu menyiapkan kegiatan?” Ia mengatakan:

“saya merasa sangat tidak terbebani justru saya bersukur ketika saya
masih bisa berguna bagi orang lain” (Kiki, 26 Desember 2019).

Dari pernyataan pengurus di atas dapat diartikan bahwa

pengurus samasekali tidak merasa terbabani dengan tanggung jawab

yang ada justru pengurus bersukur bisa terlibat dalam kegiatan majelis

ta’lim yang menurutnya dapat membawa dampak positif bagi

kehidupannya.

Dari salah satu pernyataan pengurus di atas dapat diartikan

bahwa dengan adanya majelis ta’lim dapat membawa perubahan bagi

masyarakat nelayan di Desa Lakarama walaupun hal tersebut belum

secara sempurna atau menyeluruh. Dapat dilihat dari pengamalan

ibadah shalat yang telah mengalami peningkatan.

Pernyataan lain diungkapkan oleh Laode Kamaludin tokoh

agama sekaligus pembina majelis ta’lim dengan pertanyaan,

“Bagaimana tanggapan Bapak dengan pengamalan agama masyarakat

nelayan di sini sejak adanya majelis ta’lim?” Dalam menjawab

pertanyaan ia mengatakan:

“Kami perintis awal majelis ta’lim ini sehingga saya melihat sejak
adanya majelis ta’lim khususnya pada masyarakat nelayan mereka

55
sudah memiliki kesibukan baru disetiap pekannya sehingga ada tempat
bagi mereka untuk belajar agama, adanya majelis ta’lim sangat
memberi manfaat positif bagi masyarakat nelayan khususnya untuk
mempelajari tentang ajaran agama Islam yang sesuai dengan tuntunan
Al-qur’an dan hadits karena di sini dalam mengamalkan agama seperti
shalat dan puasa ramadhan masih ada ajaran turun temurun yang
mempengaruhi”.

Pernyataan lain diungkapkan oleh Laode Salim Sekdes

Lakarama dengan pertanyaan, “Bagaimana tanggapan Bapak sejak

adanya majelis ta’lim di Desa Lakarama khususnya pada masyarakat

nelayan?” Dalam menjawab pertanyaan ia mengatakan:

“Dengan adanya majelis ta’lim sangat baik sekali adanya karna dengan
majelis ta’lim masyarakat nelayan disini mempunyai tempat untuk
belajar agama selai itu juga yang saya lihat sejak adanya majelis ta’lim
kalau ada kedukaan atau acara tahlilan rumah duka tiduk susah lagi
mencari pengaji karna majelis ta’lim dengan suka rela langsung
mengarahkan masyarakat nelayan dalam hal ini anggotanya untuk pergi
mengaji bersama-sama”. (Laode Salim, 27 Desember 2019)

Selanjutnya menurut bapak, “Apakah ada perubahan perilaku

pengamalan agama masyarakat sejak adanya majelis ta’lim?” Ia

mengatakan:

“Terlihat jelas ada perubahan pada masyarakat, contohnya, dulu


sebelum ada majelis ta’lim gosip tentang keburukan orang lain sangat
cepat tersebar dikarenakan belum ada pemahaman tentang dosa ghiba
namun sekarang sudah tidak seperti dulu lagi begitupun dengan
penampilan atau cara berpakaian sekarang ini saya melihat kalau jalan-
jalan sore hampir rata-rata ibu-ibu telah menutup aurat bahkan yang
tidak ikut majelis ta’lim sekalipun”. (Laode Kamaludin, 27 Desember
2019)

Selanjutnya menurut Bapak, “Apakah ada perubahan

pengamalan agama masyarakat nelayan di sini setelah adanya majelis

ta’lim?” Ia mengtakan

“Alhamdulillah masyarakat di sini banyak mengalami perubahan yang


lebih baik contohnya saja istri saya dulu sebelum ia ikut majelis ta’lim
ketika keluar rumah dia tidak pernah pakai jilbab dia mengenakan

56
jilbab ketika pergi kepesta saja tetapi sekarang yang saya lihat setelah
dia ikut majelis ta’lim dia sudah mulai pakai hijab kemana-mana bukan
saja hanya pergi ke pesta bahkan kadang biar di dalam rumah” (Laode
Salim, 27 Desember 2019).

Artinya dengan melihat perubahan pengamalan agama

masyarakat nelayan berarti peran majelis ta’lim kini nampak sangat

berperan serta membawa perubahan di lingkungan masyarakay

nelayan.

Terkait tentang peranan majelis ta’lim di Desa Lakarama

khususnya pada masyarakat nelayan dinyatakan lagi oleh Kasni yang

sebagai masyarakat nelayan sebagaimana pertanyaan yang diajukan,

“Menurut Ibu bagaimana peranan majelis ta’lim di sini terhadap

masyarakat nelayan khususnya dalam meningkatkan pengamalan

agama?” dalam menjawab pertanyaan ini ia mengatakan:

“Dalam peranya majelis ta’lim di sini sangat berusaha keras


memberikan yang terbaik kepada kami masyarakat nelayan karna saya
sendiripun merasakan perubahan sebelum dan setelah adanya majelis
ta’lim kegiatan demi kegiatan yang diadakan setiap pekannya sangat
memberi efek positif bagi kehidupan saya ataupun masyarakat
lainnya”. ( Kasni, 29 Desember 2019)

Pernyataan lain diungkapkan oleh Gombel:

“Kami senantiasa diundang dan diajak untuk menghadiri kegiatan


majelis ta’lim disetiap pekannya agar kami bisa belajar tentang agama
melalui ceramah-ceramah yang diampaikan serta kegiatan yang
dilaksanakan” ( Rawan, 19 februari 2020)

Pernyataan peranan majelis ta’lim di Desa Lakarama pada

masyarakat nelayan juga dipaparkan oleh Dammo sebagai masyarakat

nelayan dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, “menurut Ibu

bagaimana peranan majelis ta’lim di sini terhadap masyarakat nelayan

57
khususnya dalam meningkatkan pengamalan agama?” dalam menjawab

pertanyaan ia mengatakan:

“Seperti yang saya lihat sekaligus rasakan peran majelis ta’lim di sini
dalam meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan sangat
nampak terlihat dari pengurus majelis ta’lim yang selalu mengundang
ustadz dari luar kampung agar dapat memberikan siraman rohani
kepada kami sehingga kami tidak jenuh serta kegiatan yang selalu
dibuat menyenangkan atau tidak membosankan agar kami selalu
bersemangat dalam bermajelis bahkan setiap akhir bulan kami diajak
kepantai untuk refresing atau biasa kami sebut majelis ta’lim di luar
ruangan. Dan hal ini membuat kami tidak jenuh dan menjadi selalu
bersemangat untuk bermajelis”. (Dammo, 29 Desember 2019)

Pernyataan lain diungkapkan oleh Dewi:

“Kami dibimbing serta diberikan contoh tentang pengamalan agama


yang baik dan benar melalui praktek langsung kami diberikan contoh
tentang pelaksanaan shalat, puasa serta bagaimana cara kita berinteraksi
sosial di lingkungan masyarakat” (Dewi, 19 Februari 2020)

Pernyataan peran majelis ta’lim di Desa Lakarama pada

masyarakat nelayan juga dipaparkan oleh Ida sebagai masyarakat

nelayan dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, “menurut Ibu

bagaimana peranan majelis ta’lim di sini terhadap masyarakat nelayan

khususnya dalam meningkatkan pengamalan agama?” dalam menjawab

pertanyaan ia mengatakan:

“Peranan majelis ta’lim di sini khususnya pada masyarakat nelayan


sangat nampak jadi selalu ada upaya agar kami selalu bisa hadir dalam
setiap kegiatan majelis ta’lim misalnya kalau musim menyulu kami
harus berangkat biasanya pukul 16:00 sehingga kami tidak bisa
mengikuti majelis ta’lim ketika harus dilaksanakan di sore hari maka
ketua majelis ta’lim mengadakan musyawarah untuk merubah jadwal
menjadi pagi hari atau pukul 08:00 agar kami tetap dapat ikut kalau
sekarang ini sedang musim timur di sore hari angin sangat kencang jadi
kami pergi ke laut setelah shalat subuh sampai jam 2 siang saja karna
setelah itu angin mulai kencang sehingga majelis ta’lim berjalan
dengan normal yaitu di setiap hari kamis pukul 15:30”. (Ida, 29
Desember 2019).

58
Pernyataan lain diungkapkan oleh Sari:

“Dalam membimbing, membina, kami senantiasa didakwahkan tentang


Islam dengan berbagai topik yang beragam tujuannya agar kami banyak
memahami tentang ajaran agama Islam serta mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari”(Sari, 19 februari 2020)

Pernyataan lain diungkapkan oleh Nggua masyaratkat nelayan

dengan pertanyaan, “Bagaimana pendapat Ibu mengenai peran majelis

ta’lim dalam meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan”?

ia mengatakan:

“Saya melihat Majelis Ta’lim di sini dalam peranannya telah berupaya


meningkatkan pengamalan keagamaan masyarakat nelayan di sini
melalui berbagai kegiatan saya malihat majelis ta’lim ingin sekali ada
perubahan yang terjadi pada masyarakat nelayan tentang pengamalan
agama”. (Nggua, 29 Desember 2019).

pernyataan lain diungkapkan oleh Ssing, Ia mengatakan:

“Kami dibina untuk memahami aspek-aspek ajaran agama Islam, agar


ketika mengamalkan ajaran agama Islam seperti shalat, puasa, Zakat
dan lain sebagainya sehingga kami memiliki dasar yang sesuai dengan
ajaran Islam dalam artian tidak melenceng”(Muhammad Nur, 19
februari 2020)

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan, apakah ada

perubahan yang Ibu rasakan setelah bergabung dalam majelis ta’lim? Ia

mengatakan:

“Sangat banyak perubahan yang saya rasakan setelah saya bergabung


dalam majelis ta’lim contohnya seperti ilmu tentang shalat memang
saya melaksanakan shalat itupun bolong-bolong dan hanya shalat
berdasarkan ajaran orang tua saja tidak berdasarkan ajaran Rasulullah
Saw, namun dengan adanya majelis ta’lim ini kami dibina tentang
tatacara shalat yang baik dan benar bahkan ada jadwal tertentu untuk
praktek shalat begitupun dengan baca tulis Al-qur’an kami selalu dibina
untuk memperbaiki bacaan mengaji mengenal hukum baca bahkan
setiap pertemuan kami harus menyetor hafalan ayat-ayat pendek”.
( Kasni, 29 Desember 2019)

59
Berikut kegiatan belajar mengaji :

Gambar 2. Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengaji

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan, “Apakah ada

perubahan yang Ibu rasakan setelah bergabung dalam majelis ta’lim?”

Ia mengatakan:

“Jujur saja sebelum saya mengikuti majelis ta’lim kalau saya jalan-
jalan sore atau melakukan aktifitas diluar rumah seperti ambil air,
menyapu halama, pergi kepasar saya tidak memakai jilbab karna seolah
ada anggapan didalam hati bahwa hal ini sudah biasa dan kalau
beragama juga jangan terlalu namun setelah saya mengikuti majelis
ta’lim kami selalu diberi ceramah atau siraman rohani tentang
keutamaan wanita menutup aurat disitulah saya mulai merenung berarti
selama ini anggapan saya yang salah sehingga setelah saya mulai
menyadari bahwa saya salah maka mulailah perlahan saya menutup
aurat kalau keluar rumah bukan lagi hanya waktu bermajelis ta’lim”
(Dammo, 29 Desember 2019)

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan, apakah ada

manfaat yang Ibu rasakan setelah bergabung dalam majelis ta’lim? Ia

mengatakan:

“Manfaat yang saya rasakan yaitu saya bisa belajar lebih banyak lagi
tentang agama seperti tata cara shalat puasa berpakaian menurut Islan
karna di majelis ta’lim kami selalu ada penceramah dari luar yang
memberikan materi sehingga kami bisa belajar banyak dan akhirnya
saya memiliki aktifitas lain selain hanya mencari hasil laut dan duduk
santai” (Ida, 29 Desember 2019).

60
Pertannyaan selanjutnya, “Apa manfaat yang Ibu dapatkan

setelah bergabung di majelis ta’lim ini?” ia mengatakan:

“Manfaat yang saya rasakan yaitu saya bisa banyak belajar agama
sehingga saya bisa memperbaiki pengamalan ibadah saya misalnya
seperti shalat dulu kalau saya shalat saya cuman berniat karna saya
melihat orang tua, namun sekarang saya bisa shalat dengan nyata bukan
cuman berniat selain itu manfaat yang saya rasakan sejak ikut majelis
ta’lim saya jadi memiliki banyak hafalan surah-surah pendek mengaji
saya sudah bisa lebih bagus dari yang sebelumnya intinya banyak
membawa perubahan bagi saya maupun masyarakat lainnya”. (Nggua,
29 Desember 2019).

Berdasarkan dari hasil wawancara maka dapat disimpulkan:

Gambaran tentang peranan majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan di Desa Lakarama sangat baik

adanya serta dapat membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat

nelayan keberadaan majelis ta’lim dengan peranannya yang sentralistik

serta tujuannya yang bermuara pada upaya menjadikan masyarakat

nelayan yang beriman serta berakhlak yang baik dan paham dengan

nilai-nilai agama, membuat majelis ta’lim selalu berupaya rutin dengan

setiap kegiatannya mengingat masyarakat nelayan yang mata

pencaharian utamanya adalah di laut yang selalu bergantung pada

musim serta pasang surutnya air laut sehingga perlu ada penyesuaian

waktu jadwal majelis ta’lim agar majelis ta’lim tetap berjalan dengan

lancar.

4.2.2 Faktor-Faktor yang Menjadi Kendala Majelis Ta’lim dalam


Meningkatkan Pengamalan Agama Masyarakat Nelayan di Desa
Lakarama Kecamatan Towea Kabupaten Muna

Berbicara mengenai faktor-faktor yang menjadi kendala majelis

ta’lim dalam meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan

61
otomatis pasti ada mengingat masyarakat nelayan di Desa Lakarama

masih terpengaruh dengan tradisi serta ajaran dari nenek moyang,

kerasnya watak dari masyarakat nelayan menyebabkan sering terjadi

kesalah pahaman pada sat kegiatan majelis ta’lim. Berikut dokumentasi

kegiatan majelis ta’lim,

Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala majelis ta’lim

sebagaimana yang dipaparkan oleh Sri Rismalianti ketua majelis

ta’likm kepada peneliti sesuai pertanyaan yang diberikan, “Apakah ada

kendala bagi majelis ta’lim dalam perannya meningkatkan pengamalan

agama masyarakat nelayan?” dalam menjawab pertanyaan ini ia

mengatakan:

“Faktor-faktor yang menjadi kendala bagi majelis kami yaitu kesibukan


masyarakat mencari nafkah dengan masyarakat bermata pencaharian
sebagai nelayan membuat masyarakat di sini selalu sibuk untuk
mencari hasil laut terlebih lagi masyarakat di sini dalam pekerjaannya
bergantung pada musim serta pasang surutnya air laut sehingga tidak
menentu kapan pergi dan pulangnya, inilah yang membuat kami
sebagai pengurus majelis ta’lim dalam menentukan jadwal pengajin
harus senantiasa disesuaikan dengan waktu masyarakat nelayan agar
kegiatan majelis ta’lim tetap berjalan dengan lancar”. (Sri Rismaliati,
24 Desember 2019)

Pernyataan lain dipaparkan oleh Yuli sekertaris majelis ta’lim

dengan pertanyaan, “Apakah ada kendala bagi majelis ta’lim dalam

melaksanakan kegiatan rutinya?” dalam menjawab pertanyaan ia

mengatakan:

“Kurangnya kesadaran beragama masyarakat indikator kesadaran


beragama yang dimaksud adalah pada setiap penyelanggaraan hari-hari
besar Islam, biasanya jarang sekali masyarakat turut serta di dalamnya
banyak yang mengatakan karena mereka malas untuk mendengarkan
ceramah yang terlalu lama”. (Yuli, 25 Desember 2019).

62
Pernyataan lain dipaparkan oleh Rita bendahara majelis ta’lim

dengan pertanyaan, “Apakah ada kendala Majelis Ta’lim dalam

melaksanakan kegiatan?”.

“Kendala kami Masih ada beberapa masyarakat nelayan ketika mau


menghadiri kegiatan majelis ta’lim mereka selalu terlambat atau
mengulur-ulur waktu”. (Rita, 26 Desember 2019).

Pernyataan lain dipaparkan oleh Ibu Kiki kordinator kegiatan

majelis ta’lim dengan pertanyaan, “Apakah ada kendala bagi majelis

ta’lim dalam melaksanakan kegiatan rutinya?” dalam menjawab

pertanyaan ia mengatakan:

“Salah satu kendala kami yaitu rendahnya tingkat pendidikan


masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menjadi salah
satu kendala majelis ta’lim untuk menyadarkan masyarakat aktif
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. (Kiki, 26 Desember
2019).

Penulis juga menanyakan pada Laode Kamaludin pembina

majelis ta’lim, pertanyaan yang diberikan, “Apakah ada kendala bagi

majelis ta’lim dalam melaksanakan meningkatkan pengamalan agama

masyarakat?” dalam menjawab pertanyaan ia mengatakan:

“Kendala dalam meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan


yaitu masih kentalnya tradisi serta ajaran dari nenek moyang yang kini
menjadi turun temurun pada masyrakat namun kami sebagai pengurus
selalu memberikan arahan kepada masyarakat penjelasan melalui
ceramah di majelis ta’lim”. (Laode Kamaludin, 24 desember 2019)

Selanjutnya Peneliti Memberikan Pertanyaan, “Bagaimana

Langkah majelis ta’lim Dalam Mengatasi Hambatan Tersebut”? Ia

mengatakan:

“Dalam mengatasi hal tersebut maka kami selaku pengurus majelis


ta’lim senantiasa menyesuaikan jadwal kegiatan majelis ta’lim dengan
kesempatan masyarakat, karena mengingat aktifitas masyarakat dalam
mencari nafkah yaitu di laut tidak menentu waktunya atau bergantunng

63
pada musim serta pasang surutnya air laut seingga perlu ada
penyesuaian waktu pengajian agar kegiatan tetap berjalan dengan
lancar, kalau untuk saat ini majelis ta’lim berjalan dengan normal yaitu
kamis sore dengan selasa sore karena sekarang itu musim timur jam 2
siang itu sudah mulai kencang angin sehingga nelayan plang lebih
awal”. (Sri Rismaliati, 24 Desember 2019)

Selanjutnya Peneliti Memberikan Pertanyaan, “Bagaimana

Langkah Dalam Mengatasi Hambatan Tersebut”? Ia mengatakan:

“Dalam mengatasi hambatan tersebut kami menggunakan pendekatan


emosional artinya usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
masyarakat dalam meyakini dan memahami ajaran hal lain kami
lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut kami selalu berusaha
memberikan yang terbaik misalnya setiap kegiatan majelis ta’lim
diadakan selalu diisi dengan ceramah yang dilanjutkan dengan diskusi
dan dalam diskusi siapa yang paling aktif biasanya kami dari pengurus
menghadiahkan buku bacaan hal ini dapat menambah semangat
masyarakat nelayan dalam bermajelis serta mendengarkan ceramah”
(Yuli, 25 Desember 2019).

Selanjutnya Peneliti Memberikan Pertanyaan, “Apa saja yang

dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?”

“Dalam mengatasi kendala tersebut kami menggunakan metode


pemberian sanksi tapi dalam hal yang positif, jadi ada peraturan di
majelis ta’lim di sini siapa yang terlambat 20 menit dari waktu yang di
tentukan maka mendapat sanksi berupa menghafal surah-surah pendek
hal ini kami lakukan agar masyarakat nelayan punya motifasi untuk
tepat waktu menghadiri kegiatan majelis ta’lim” (Rita, 26 Desember
2019).

Selanjutnya Peneliti Memberikan Pertanyaan, “Bagaimana

Langkah Dalam Mengatasi Hambatan Tersebut”? Ia mengatakan:

“Kami melakukan pendekatan kepada masyarakat nelayan baik itu


secara individu ataupun secara menyeluruh dalam hal ini memberi
pemahaman kepada masyarakat nelayan melalui dengan cara
pendekatan karena untuk memahamkan masyarakat yang latar belakang
pendidikan rendah perlu ada pendekatan agar mereka bisa yakin dengan
apa yang kita sampaika” (Kiki, 26 Desember 2019).

Selanjutnya Peneliti Memberikan Pertanyaan, “Bagaimana

Langkah Dalam Mengatasi Hambatan Tersebut?” Ia mengatakan:

64
“dalam mengatasi hambatan tersebut kami melakukan pendekatan
rasional kami membuat kegiatan majelis ta’lim dalam bentuk diskusi,
serta menjadikan akal atau rasio sebagai bagian yang di rangsangan
agar mampu memahami ajaran agama Islam berdasarkan akal pikiran
yang sehat, artinya kami memberi gambaran tentang ajaran atau tradisi
itu bisa diikuti bila sesuai dengan syariat Islam atau tidak melenceng”
(Laode Kamaludin, 24 Desember 2019).

Berdasarkan dari hasil wawancara maka dapat disimpulkan

bahwa kegiatan majelis ta’lim tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar

artinya ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi majelis ta’lim

dalam meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan seperti

kesibukan masyarakat nelayan mencari nafkah, kurangnya kesadaran

beragama, rendahnya tingkat pendidikan serta lain sebagainya namun

hal tersebut tidak membuat majelis ta’lim kehabisan cara agar amjelis

ta’lim ini tetap berjalan dengan baik tentu ada upaya yang dilakukan

dalam mengatasi hambatan tersebut agar majelis ta’lim tetap berjalan

dengan baik.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Peran Majelis Ta’lim dalam Meningkatkan Pengamalan Agama


Masyarakat Nelayan

Majelis ta’lim adalah lembaga nonformal yang ada di tengah-

tengah masyarakat yang keberadaannya memberikan banyak manfaat.

Dalam hal keagamaan majelis ta’lim memberikan konstribusi sangat

besar bagi masyarakat dikarenakan tujuan utamanya adalah adalah

mengerjakan hal-hal mengenai keagamaan bagi jamaahnya dan

memang di masyarakat sangat minim tempat untuk belajar agama

selain di majelis ta’lim, maka dengan keberadaan majelis ta’lim di

65
masyarakat sangatlah membantu dalam memenuhi kebutuhan rohani

dan keilmuan keislaman

1. Peran majelis ta’lim

Keberadaan majelis ta’lim dalam masyarakat telah membawa

manfaat dan kemaslahatan bagi ummat, khususnya bagi kaum

perempuan apalagi bagi mereka yang menjadi anggota dan

jamaahnya. Hal ini erat dengan kegiatan lembaga dakwah tersebut

dalam masyarakat, mulai dari tingkat RT/RW hingga nasional,

regional dan global. Peran majelis ta’lim selama ini tidaklah

terbatas hanya saja tentu dalam perannya pasti ada hambatan-

hambata atau kendala bagi majelis ta’lim mengingat masyarakat

kita memiliki suku serta perilaku yang beragam. Peran majelis

ta’lim bukan hanya untuk kepentingan dan kehidupan jamaah

majelis ta’lim saja, malainkan juga untuk kaum perempuan dalam

masyarakat secara keseluruhan. (Muhsin. MK, 2012)

2. Pengamalan agama masyarakat nelayan

Pengamalan adalah proses, cara atau perbuatan,

mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan dan penerapan. (Hasan

Alwi, (2013) Sedangkan pengamalan dalam di mensi keberagaman

adalah sejauh mana implikasi ajaran agama Islam dalan kehidupan

sosial. (Gufron, 2012)

Keagamaan atau agama adalah suatu keadaan yang ada

dalam diri individu yang mendorong untuk bertingkah lakun sesuai

dengan kadar ketaatannya terhadap agama. (Jalaludin. 2011).

66
Keagamaan menurut pengertian ini adalah tolak ukur ketaatan

seseorang terhadap agamanya. Ketaatan ini terlihat dari tingkah

laku yang tampak ketika seseorang tersebut beragama, dalam hal

ini menjalankan agamanya.

Keagamaan secara khusus didalam Islam adalah

melaksanakan ajaran agama Islam secara menyeluruh. Karena itu,

setiap muslim baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak

harus sesuai dengan syariat Islam. Dapat diartikan pengamalan

agama adalah segala perilaku yang dimotivasi oleh ajaran

agamanya terkait dengan kesadaran moral seseorang maupun

hubungannya dengan orang lain atau sosial.

Pengamalan agama masyarakat nelayan di Desa Lakarama kini

mengalami peningkatan baik dari segi ibadah shalat, puasa, perayaan

hari-hari besar Islam hal ini tentu ada kaitannya dengan peran majelis

ta’lim yang senantiasa berupaya agar masyarakat nelayan bisa paham

dengan nilai-nilai ajaran agama serta mengamalkannya

Dengan melihat tanggapan dari responden tentang bagaimana

gambaran peran majelis ta’lim dalam meningkatkan pengamalan

agama masyarakat nelayan di Desa Lakarama terlihat dari tanggapan

yang ada sangat baik adanya serta dapat membawa perubahan bagi

kehidupan masyarakat nelayan, keberadaan majelis ta’lim dengan

peranannya yang sentralistik serta tujuannya yang bermuara pada

upaya menjadikan masyarakat nelayan yang beriman serta berakhlak

yang baik dan paham dengan nilai-nilai agama, membuat majelis

67
ta’lim selalu berupaya rutin dengan setiap kegiatannya mengingat

masyarakat nelayan yang mata pencaharian utamanya adalah di laut

yang selalu bergantung pada musim serta pasang surutnya air laut

sehingga perlu ada penyesuaian waktu jadwal majelis ta’lim agar

majelis ta’lim tetap berjalan dengan lancar.

Peran majelis ta’lim pada masyarakat nelayan di Desa

Lakarama sangat nampak karena segala kegiatan yang dilaksanakan

tidak lain bertujuan agar masyarakat nelayan dapat mengimplikasikan

ajaran agama secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari, majelis

ta’lim mempunyai harapan agar masyarakat nelayan bisa

mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sosial masyarakat

dan lain sebagainya yang sesuai dengan syariat Islam

Upaya-upaya yang senantiasa dilakukan majels ta’lim dalam

peranannya tidak lain bertujuan agar masyarakat nelayan dapat

memperoleh ilmu agama melalui kegiatan- kegiatan rutin yang

dilaksanakan serta dapat memberi efek positif bagi kehidupan

masyarakat baik kehidupan pribadi maupun sosial masyarakat

sehingga ada perubahan yang nampak kearah yang lebih baik,

contohnya seperti pengamalan agama sekiranya upaya-upaya yang

dilakukan majelis ta’lim dapat meningkatkan pengamalan

agama/beribadah masyarakat nelayan di Desa Lakarama.

4.3.2 Faktor-Faktor yang Menjadi Kendala Majelis Ta’lim dalam


Meningkatkan Pengamalan Agama Masyarakat Nelayan

Kendala adalah halangan atau rintangan dengan keadaan yang

membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian suatu sasaran,

68
(Pusat Bahasa, 2012). Artinya kendala adalah hal-hal yang dapat

menghalangi kelancaran suatu kegiatan atau proses yang dilaksanakan

dan dapat mengganggu jalannya aktifitas, namun tidak semua kendala

bersifat permanen karena ada kendala yang dapat diselesaikan dengan

mencari solusi yang atau cara yang lain. Contohnya saja pada majelis

ta’lim di Desa Lakarama ketika ada kendala pada majelis ta’lim dalam

rangka pelaksanaan kegiatan maka majelis ta’lim senantiasa mencari

solusi lain agar kegiatan majelis ta’lim tetap berjalan dengan lancar.

Kendala-kendala yang muncul dapat menghambat laju suatu

kegiatan atau proses, (Syah, 2010). Kendala adalah sebuah halangan,

rintangan, atau suatu keadaan yang tidak dikehendaki atau tidak disukai

kehadirannya, menghambat peran dalam suatu kegiatan dan ingin atau

perlu dihilangkan, (Poerwandarminta, 2011).

Faktor-faktor penyebab timbulnya hambatan ada dua yaitu

faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar), (Syah, 2010).

1. Faktor internal

Faktor internal adalah adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang

muncul dari dalam diri individu itu sendiri, misalnya kemalasan.

Berkaitan dengan majelis ta’lim faktor internalnya adalah

kemalasan dari jamaah untuk menghadiri kegiatan pengajian

sebagaimana yang dikatakan responden sebelumnya masih ada

jamaah majelis ta’lim yang mengulur-ulur waktu ketika hendak

menghadiri pengajian tidak lain hal ini munculnya dari dalam diri

individu itu sendiri.

69
2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah hal-hal tau keadaan-keadaan yang muncul

dari luar individu. Setiap hal yang muncul baik dari dalam maupun

dari luar diri yang bersifat menghambat perkembangan dan

membuat kesulitan baik buat diri sendiri maupun orang lain

merupakan faktor-faktor penghambat. Berkaitan dengan majelis

ta’lim maka faktor-faktor dari luar yang menghambat kelancaran

kegiatan pengajian tentu banyak.

Kegiatan demi kegiatan yang dilaksanakan pasti ada kendala

atau hambatan begitupun dengan majelis ta’lim di Desa Lakarama

dalam perannya tentu ada faktor-faktor yang menjadi kendala baik dari

dalam maupun dari luar,artinya tidak sepenuhnya setiap kegiatan akan

berjalan dengan lancar ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi

majelis ta’lim khusunya yang berada di Desa Lakarama dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan yaitu sebagai

berikut

1. Kesibukan masyarakat nelayan mencari nafkah, kesibukan tersebut

membuat majelis ta’lim harus senantiasa menyesuaikan kegiatan

majelis ta’lim dengan kesempatan masyarakat karena masyarakat

nelayan yang bermata pencaharian di laut tidak menentu kapan

pergi dan pulangnya karena semua tergantung musim dan pasang

surutnya air laut sehingga majelis ta’lim tidak bisa menetapkan

jadwal sesuai yang diinginkan karena perlu di sesuaikan dengan

70
kesempatan masyarakat agar majelis ta’lim tetap bisa berjalan

dengan lancar

2. Kurangnya kesadaran beragama, hal tersebut membuat majelis

ta’lim harus mempunyai pendekatan atau cara tersendiri agar

masyarakat nelayan mau untuk belajar agama

3. Rendahnya tingkat pendidikan hal tersebut juga merupakan salah

satu kendala majelis ta’lim karna untuk mengajak atau mengajar

orang yang berpendidikan dengan yang tidak tentu beda caranya hal

inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi majelis ta’lim

4. Masih kuatnya pengaruh dari ajaran nenek moyang, namun hal

tersebut tidak membuat majelis ta’lim kehabisan cara agar amjelis

ta’lim ini tetap berjalan dengan baik tentu ada upaya yang dilakukan

dalam mengatasi hambatan tersebut agar majelis ta’lim tetap

berjalan dengan baik.

Namun bagi majelis ta’lim di Desa Lakarama hal-hal tersebut

tidaklah membuat majelis ta’lim macet dalam kegiatannya karena

setiap masalah atau kendala pasti ada solusinya sehingga banyak

upaya yang dilakukan mejelis ta’lim dalam mengatasi kendala

tersebut.

71
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah menganalisa data-data yang terkumpul melalui observasi,

dokumentasi, dan wawancara dalam penelitian ini, maka peneliti dapat

memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Peranan majelis ta’lim yaitu sebagai wadah berinteraksi ummat Islam

majelis ta’lim dalam peranannya telah berupaya sebaik mungkin agar

dapat membawa perubahan bagi pengamalan agama masyarakat, hal-hal

yang dilakukan yaitu :

a. Mendakwahkan Islam kepada masyarakat dengan berbagai topik

keislaman dengan tidak mengesampingkan tradisi tapi

mendampinginya dengan ajaran agama Islam.

b. Membina masyarakat untuk memahami aspek-aspek ajaran agama

Islam dengan baik dan benar.

c. Membimbing masyarakat melaksanakan pengamalan agama seperti

ibadah shalat, puasa, zakat serta pengamalan agama lainnya.

d. Memberikan contoh pengamalan agama Islam yang baik dan benar

atau praktek secara langsung.

e. Mengundang masyarkat untuk menghadiri kegiatan majelis ta’lim

2. Faktor-faktor yang menjadi kendala majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan yaitu, kesibukan masyarakat

nelayan mencari nafkah, kurangnya kesadaran beragama masyarakat


nelayan, rendahnya tingkat pendidikan, masih kentalnya tradisi serta

ajaran orang tua terdahulu.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis telah lakukan dengan judul

“Peran Majelis Ta’lim Dalam Meningkatkan Pengamalan Agama Masyarakat

Nelayan Di Desa Lakarama Kecamatan Towea Kabupaten Muna”, maka ada

beberapa saran yang penulis perlu sampaikan yaitu sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pengurus majelis ta’lim agar selalu semangat dalam

meningkatkan aktivitas, strategi, menjalankan dakwah dan pendidikan

Islam pada lingkungan masyarakat nelayan.

2. Kepada pemerintah setempat kiranya memperhatiakan organisasi

masyarakat yaitu majelis ta’lim serta memberi dukungan dalam kegiatan

keagamaan dengan jalan menciptakan situasi keagamaan masyarakat

nelayan

3. Diharapkan kepada masyarakat nelayan untuk selalu giat dalam

mengikuti kegiatan majelis ta’lim agar dapat menambah wawasan

keilmuan khususnya ilmu agama Islam sehingga dapat mengamalkan

ajaran agama Islam yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

4. Bagi peneliti yang akan datang, semoga dengan adanya skripsi ini, dapat

menjadi sebuah kajian yang bermanfaat dan membantu pemahaman

terhadap peneliti yang akan datang. Sebab penelitian ini berlangsung

peneliti menemukan peran majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan serta faktor-faktor yang menjadi

73
kendalanya. Oleh karena itu, peneliti yang akan datang semoga bisa

menemukan hal-hal yang baru lagi seputar majelis ta’lim. Sehingga

majelis ta’lim di Desa Lakarama bisa lebih berkembang lagi dari

sebelumnya.

74
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R.R. (2013). Fiqih Ibadah, Jakarta : Gaya Media Pratama

Al-Hasby & Baqir, M. (2012). Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As Sunnah Dan
Pendapat Ulama, Bandung : Mizan

Alwi, H. (2013). Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia Yogyakarta : Pustaka Baca

Ancok, J. (2011). Psikologo Islam, Yogyakarta : Pustaka pelajar

Anton, M. (2012). Kamus Pendidikan, Jakarta Balai Pustaka,

Arif, S. (2013). Pesisir Dan Laut Untuk Rakyat, Bogor, Ipb Press,

Arifin, H.M.,(2013). Kapita Selekta Pendidkan Islam dan Umum, Jakarta : Bumi
Aksara

As-Siba’i. (2011). Sirah Nabawi Pelajaran Dari Kehidupan Nabi, Solo: Era
Adicitra Intermedia

Baihaqi, H. (2013). Fiqih Ibadah, Bandung : Mas Bandung

Baqir, M. (2012). Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As Sunnah Dan Pendapat


Ulama, Bandung : Mizan

Bidle & Thomas, (2013). teori-teori psikologi social Jakarta: PT Raja Grafindo

Burhanuddin, S. (2012). Dkk Kewirausahaan Pemuda Betawi, Jakarta : Deputi


Bidang Kewirausahaan Pemuda Dan Industri Olahraga Pemuda
IndonesiaPersada

Dendy, S. (2013). Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa Dapartemen


Pendidikan Nasional
Departemen Agama Ri, (2016). Al-Quran Dan Terjemahanya, Jakarta : Intermasa,

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, (2015). Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Dewan Redaksi, (2013). Ensiklopedia Islam, Jakarta : Icthiar Baru Van Haeve

Djaluddin, R. (2012). Agama Dan Masyarakat, Jakarta : Al-Hudan

Durkheim, E. (2009). Ilmu Sosial Dasar Teori Dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung
Eresco

Gufron, (2012). Kapita Selekta Pendidikan Islam Di Majelis Ta’lim, Jakarta : PT.
Raja Grafindo persada

Helmawati, (2013). Pendidikan Nasional Dan Oplimalisasi Majelis Ta’lim Peran


Aktif Majelis Ta’lim Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jakarta : Rineka
Cipta,

Hoetomo, (2010). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya : Mitra Belajar

Huda, N. (2012). Peningkatan Peranan Majelis Ta’lim, Jakarta Al-Iklas

Jamil, A. (2012). Pedoman Majelis Ta’lim Jakarta: Kementrian Agama RI,


Direktorat Jendral Bimas Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam

Lexi, M. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja

Lin, E. (2013). Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan, Studi Di Dukuh Jambean


Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Skripsi Sarjana Pendidikan
Islam Pekalongan, Stain Pekalongan

Madjid, N. (2013). Cendikiawan dan Relegiusitas Masyarakat, Jakarta:


Paramadina

Manfred, Z. (2014). Pesantren Dan Perubahab Sosial, Jakarta : Lp3es

76
Massan & Grass W.S. (2013). Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada

Marx, K. (2009). Ilmu Sosial Dasar Teori Dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung
Eresco

Muhsin, M. K. (2012). Manajemen Majelis Taklim Petunjuk Praktis Pengelolaan


dan Pembentukannya, Jakarta: Pustaka Intermasa

Mulyadi, (2013). Ekonomi Kelautan, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Munandar, S. (2012). Ilmu Sosial Dasar : Teori Dan Konsep Ilmu Sosial,
Bandung : PT. Refika Aditama

Poerwardamita, (2012). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta :Balai Pustaka

Pusat Bahasa Depdiknas, (2015) Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai
Pustaka

Rahmat, D. (2012). Agama Dan Masyarakat, Jakarta : Al-Hudan

Ritonga, A.R. (2013). Fiqih Ibadah, Jakarta : Gaya Media Pratama

Rosehan, A. (2010). Majelis Taklim Dan Pembinaan Ummat, Jakarta: Puslitbang


Lektur Keagamaan

Safari, B. (2012). Kewirausahaan Pemuda Betawi, Jakarta : Deputi Bidang


Kewirausahaan Pemuda Dan Industri Olahraga Pemuda Indonesia

Sarlito, S. W. (2013). Teori-Teori Psikologi Social Jakarta : Pt,Raja Grafindo


Persada

Soelaeman, M. (2010). Ilmu Sosial Dasar, Bandung : Penerbit Eresco,

77
Sugiono, (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Bandung : Cv
Alfabeta,

Syah, (2010). Sistem Manajemen organisasi, Jakarta Agro Media

Syamriatin “Peranan Majelis Ta’lim Dalam Meningkatkan Pengamalan Agama


Masyarakat Di Desa Kenje kecamatan Kampalagian Kabupaten Polewali
Mandar”, skripsi (Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiah Universitas
Islam Negri Alaudin Makassar, Makassar

Weber, M. (2009). Ilmu Sosial Dasar Teori Dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung
Eresco

Zarkasyi, E. (2010). Majelis Ta’lim dan Pembinaan Ummat, Puslitbang Lektur


Keagamaan

Zimek, M. (2014). Pesantren dan Perubahan Sosial, Jakarta : LP3ES

78
Lampiran 1.

PEDOMAN OBSERVASI

1. Kondisi majelis ta’lim di Desa Lakarama

2. Peranan majelis ta’lim di Desa Lakarama

3. Kondisi masyarakat nelayan di Desa Lakarama

4. Faktor-faktor yang menjadi kendala majelis ta’lim di Desa Lakarama

5. Waktu dan kegiatan pelaksanaan majelis ta’lim di Desa Lakarama

79
Daftar Nama Informan Di Desa Lakarama :

No Nama Tandatangan

1 Laode Kamaludin

2 Sri Rismalianti

3 Yuli

4 Rita

5 Kiki

6 Lode Salim

7 Ida

8 Dammo

9 Nggua

10 Kasni

11 Muhammad Nur

12 Rawan

13 Dewi

14 Sari

80
Lampiran 2.

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KETUA MAJELIS TA’LIM

1. Bagaimana tanggapan Ibu tentang peran majelis ta’lim sebagai salah satu

wadah peningkatan pengamalan agama masyarakat ?

2. Apasaja kegiatan rutin yang diadakan di majelis ta’lim ini?

3. Apakah kegiatan yang dilaksanakan mejelis ta’lim berjalan dengan lancar?

4. Bagaiman dampak khususnya bagi masyarakat nelayan, sejak adanya kegiatan

rutin dari majelis ta’lim?

5. Apakah ada hambatan bagi Majelis Ta’lim dalam perenannya di lingkungan

masyarakat ?

6. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan ?

7. Apa harapan ibu kedepannya bagi majelis ta’lim ini ?

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGURUS

1. Apasaja usaha majelis ta’lim dalam meningkatkan pengamalan agama

masyarakat nelayan ?

2. Apakah pengurus terbebani dengan kegiatan-kegiatan yang di lakukan?

3. Apakah ada kendala majelis ta’lim dalam melaksanakan kegiatan ?

81
4. Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut ?

5. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan?

82
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TOKOH AGAMA

1. Bagaimana tanggapan bapak dengan pengamalan agama masyarakat nelayan

di sini sejak adanya majelis ta’lim?

2. Apasaja usaha-usaha yang dilakukan majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan?

3. Apakah ada perubahan perilaku pengamalan agama masyarakat sejak adanya

majelis ta’lim?

4. Apakah ada kendala bagi majelis ta’lim dalam melaksanakan kegiatan ?

5. Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut ?

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT NELAYAN

1. Bagaimana pendapat anda mengenai peran majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan?

2. Apasaja kegiatan yang sering dilakukan di majelis ta’lim ini?

3. Apakah ada perubahan pengamalan agama sejak anda mengikuti majelis

ta’lim?

4. Apa manfaat yang anda dapatkan setelah bergabung di majelis ta’lim ini?

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SEKERTARIS DESA

1. Bagaimana tanggapan bapak sejak adanya majelis ta’lim di Desa Lakarama

khususnya pada masyarakat nelayan?

83
2. Apakah ada perubahan pengamalan agama masyarakat setelah adanya majelis

ta’lim?

3. Bagaimana pengamalan agama masyarakat nelayan di sini sebelum adanya

majelis ta’lim?

Lampiran 3.

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA MAJELIS TA’LIM

Informan : Ibu Sri Rismalianti ( 26 Tahun)

1. Bagaimana tanggapan ibu tentang peranan Majelis Ta’lim sebagai salah satu

wadah peningkatan pengamalan agama masyarakat nelayan ?

Jawaban : “Majelis ta’lim dengan keberadaannnya sangat baik adanya


apalagi dengan perannya di lingkungan masyarakat karena dengan
adanya majelis ta’lim masyarakat nelayan di sini bisa belajar lebih
banyak tentang agama Islam apalagi majelis ta’lim dengan tujuannya
yaitu menjadikan masyarakat paham dengan nilai-nilai agama, beriman
serta berakhlaq yang baik”.

2. Apasaja kegiatan rutin yang diadakan di majelis ta’lim ini?

Jawaban : “Kegiatan rutin kami yaitu mengadakan majelis ta’lim disetiap


pekannya dan sekarang sudah menjadi dua kali dalam sepekan di hari
selasa dan kamis hal-hal yang kami lakukan didalamnya yaitu
pembacaan yasinan, pemberian ceramah yang di sampaikan oleh
ustadz,diskusi atau tanya jawab, mengambil hikmah dari ceramah yang
disampaikan dengan menunjuk anggota majelis ta’lim, solawat, zikir,
penutup ini dilakukan di hari kamis sore adapun kegaitan rutin
pendukung lainnya yaitu praktek shalat, belajar mengaji menghafalkan
surah-surah pendek serta menyetorkanya hafalan, ini dilakukan di hari
selasa, jadi kami punya kegiatan rutin pendukung tujuannya agar
majelis ta’lim kami punya nilai yang beda sehingga ada hasil yang
nampak pada masyarakat nelayan yaitu peningkatan pengamalan
agama”.

3. Apakah kegiatan yang dilaksanakan Mejelis Ta’lim berjalan dengan lancar?

84
Jawaban : “Untuk dalam setiap kegiatannya alhamdulillah berjalan dengan
lancar hanya saja belum sepenuhnya dapat mereka terima dengan baik
seperti ajaran-ajaran tentang tata cara beribadah, seperti yang saya
amati masih sangat kurang hal ini di pengaruhi oleh ajaran dari nenek
moyang atau orang tua terdahulu namun hal tersebut tidak membuat
kami putus asa saya selaku ketua selalu berusaha memberikan yang
terbaik disetiap kegiata, dan pada akhirnya sekarang ini sudah banyak
yang mulai meninggalkan ajaran tentang shalat yang cukup dengan
berniat puasa bulan ramadhan yang hanya tiga hari saja dan saya
sebagai ketua sangat senang dengan perubahan yang terjadi pada
masyarakat nelayan lebih-lebih lagi tentang cara berpakaaian serta
perayaan hari besar-besar Islam sudah banyak mengalami perubahan”.

4. Bagaiman dampak khususnya bagi masyarakat nelayan, sejak adanya

kegiatan rutin dari majelis ta’lim?

Jawaban : “Dampak atau efek yang nampak dari kegiatan rutin kami yaitu
masyarakat sudah banyak perubahan contohnya dari yang biasanya
banyak ibu-ibu masyarakat nelayan di sini tidak menggunakan hijab
kalau pergi ke sumur, jalan-jalan sore, ataupun aktifitas lainnya disetiap
harinya sekarang itu sudah banyak yang memakai jilbab di hari-hari
biasa bahkan yang paling bikin saya kagum biar yang tidak ikut majelis
ta’lim, dampak yang lain ibu-ibu masyarakat nelayan di sini sudah
banyak yang bagus dalam membaca Al-qur’an bahkan memiliki banyak
hafalan surah-surah pendek”.

5. Apakah ada hambatan bagi majelis ta’lim dalam perenannya di lingkungan

masyarakat ?

Jawaban : “Faktor-faktor yang menjadi kendala bagi majelis kami yaitu


kesibukan masyarakat mencari nafkah dengan masyarakat bermata
pencaharian sebagai nelayan membuat masyarakat di sini selalu sibuk
untuk mencari hasil laut terlebih lagi masyarakat di sini dalam
pekerjaannya bergantung pada musim serta pasang surutnya air laut
sehingga tidak menentu kapan pergi dan pulangnya, inilah yang
membuat kami sebagai pengurus majelis ta’lim dalam menentukan
jadwal pengajin harus senantiasa disesuaikan dengan waktu masyarakat
nelayan agar kegiatan majelis ta’lim tetap berjalan dengan lancar”.

6. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan ?

85
Jawaban : “Dalam mengatasi hal tersebut maka kami selaku pengurus
majelis ta’lim senantiasa menyesuaikan jadwal kegiatan majelis ta’lim
dengan kesempatan masyarakat, karena mengingat aktifitas masyarakat
dalam mencari nafkah yaitu di laut tidak menentu waktunya atau
bergantunng pada musim serta pasang surutnya air laut seingga perlu
ada penyesuaian waktu pengajian agar kegiatan tetap berjalan dengan
lancar, kalau untuk saat ini majelis ta’lim berjalan dengan normal yaitu
kamis sore dengan selasa sore karena sekarang itu musim timur jam 2
siang itu sudah mulai kencang angin sehingga nelayan plang lebih
awal”.

7. Apa harapan Ibu kedepannya bagi majelis ta’lim ini ?

Jawaban : “Saya berharap kedepannya majelis ta’lim bisa jauh lebih maju
lagi dari yang sekarang ini agar bisa membawa efek positif yang lebih
besar lagi di lingkungan masyarakat nelayan ini”.

86
Lampiran 4.

HASIL WAWANCARA PENGURUS MAJELIS TA’LIM

Informan 1 : Ibu Yuli (29 Tahun)

1. Apasaja usaha Majelis Ta’lim dalam meningkatkan pengamalan agama

masyarakat nelayan ?

Jawaban : “Usaha-usaha kami yaitu menjalankan kegiatan secara rutin, hal


ini bertujuan agar majelis ta’lim selalu berjalan setiap pekannya dan
masyarakat nelayan selalu mendapatkan ilmu kegiatan rutin juga dapat
menambah semangat masyarakat, karena kegiatan yang tidak rutin
dapat memicu kemalasan bagi masyarakat nelayan hal- hal yang kami
lakukan yaitu pemberian ceramah, perbaikan tatacara shalat, belajar
mengaji,menghafal surah-surah pendek dan masih banyak lainnya”.

2. Apakah pengurus terbebani dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan?

Jawaban : “Alhamdulillah tidak samasekali, sampai skarang saya masih


sangat bersukur bisa terlibat sebagai pengurus majelis ta’lim, karena
saya pribadi sangat menginginkan masyarakat di sini bisa mengenali
agama mereka sendiri dengan baik khususnya di masyarakat nelayan
sebab masih banyak yang belum paham betul dengan ajaran agama
Islam”.

3. Apakah ada kendala Majelis Ta’lim dalam melaksanakan kegiatan ?

Jawaban : “Kurangnya kesadaran beragama masyarakat indikator kesadaran


beragama yang dimaksud adalah pada setiap penyelanggaraan hari-hari

87
besar Islam, biasanya jarang sekali masyarakat turut serta di dalamnya
banyak yang mengatakan karena mereka malas untuk mendengarkan
ceramah yang terlalu lama”.

4. Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut ?

Jawaban : “Dalam mengatasi hambatan tersebut kami menggunakan


pendekatan emosional artinya usaha untuk menggugah perasaan dan
emosi masyarakat dalam meyakini dan memahami ajaran hal lain kami
lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut kami selalu berusaha
memberikan yang terbaik misalnya setiap kegiatan majelis ta’lim
diadakan selalu diisi dengan ceramah yang dilanjutkan dengan diskusi
dan dalam diskusi ini siapa yang paling aktif biasanya kami dari
pengurus menghadiahkan buku bacaan hal ini dapat menambah
semangat masyarakat nelayan dalam bermajelis serta mendengarkan
ceramah”.

5. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan?

Jawaban : “ Tujuan yang hendak dicapai yaitu agar masyarakat nelayan di


sini mengalami peningkatan dari segi pengamalan agama”.

88
Informan 2 : Ibu Rita (36 Tahun)

1. Apasaja usaha majelis ta’lim dalam meningkatkan pengamalan agama

masyarakat nelayan ?

Jawaban : “Usaha kami yaitu membina mengajak mengarahkan dan hasilnya


Sejak adanya majelis ta’lim masyarakat nelayan di sini sudah ada
perubahan tentang pengamalan agama atau ibadah walaupun belum
secara menyeluruh, tercatat sejak kami jadi pengurus majelis ta’lim
anggota kami berjumlah 34 orang dan yang mengamalkan shalat lima
waktu hanya 5 orang sedangkan yang berjalankan shalat dengan hanya
berniat yaitu 19 orang hal ini ada kaitannya dengan ajaran dari orang
tua terdahulu yang telah turun temurun,10 orang tidak mengamalkan
samasekali begitupun dengan puasa di bulan suci Ramadhan serta
penampilan berbusana dan perayaan hari besar Islam, namun sejauh ini
selama lima tahun majelis ta’lim kami ini berdiri sudah membuahkan
hasil yang mengamalkan shalat lima waktu tercatat sudah 27 orang 4
orang tahap belajar dan 3 orang tahap pendekatan”.

2. Apakah pengurus terbebani dengan kegiatan-kegiatan yang di lakukan?

Jawaban : “Saya tidak merasa terbebani justru saya senang karena dengan
saya jadi pengurus saya memiliki kesibukan yang jauh lebih bermanfaat
dari sebelumnya jujur saja sebelum adanya majelis ta’lim waktu saya
banyak terbuang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, sehingga saya
tidak merasa terbebani sama sekali dengan tanggung jawab ini”.

3. Apakah ada kendala majelis ta’lim dalam melaksanakan kegiatan ?

89
Jawaban : “ Masih ada beberapa masyarakat nelayan ketika mau menghadiri
kegiatan majelis ta’lim mereka selalu terlambat atau mengulur-ulur
waktu”.

4. Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut ?

Jawaban : “Dalam mengatasi kendala tersebut kami menggunakan metode


pemberian sanksi tapi dalam hal yang positif, jadi ada peraturan di
majelis ta’lim di sini siapa yang terlambat 20 menit dari waktu yang
ditentukan maka mendapat sanksi berupa menghafal surah-surah
pendek hal ini kami lakukan agar masyarakat nelayan punya motifasi
untuk tepat waktu menghadiri kegiatan Majelis Ta’lim”.

5. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan?

Jawaban : “ Tujuan kami yaitu supaya masyarakat nelayan di sini bisa lebih
giat lagi belajar agama dan menperbaiki pemahaman-pemahaman yang
tidak sesuai dengan ajaran agama Islam”.

90
Informan 3 : Ibu Kiki (27 Tahun)

1. Apasaja usaha majelis ta’lim dalam meningkatkan pengamalan agama

masyarakat nelayan ?

Jawaban : “Usaha-usaha yang kami lakukan dalam rangka meningkatkan


pengamalan agama masyarakat nelayan yaitu :
6 Menyelenggarakan yasinan di rumah-rumah secara bergiliran
7 Penyelenggaraan lomba membaca Al-Qur’an dan hafalan jadi
selain kami menjadikannya kegiatan rutin kami juga mengadakan
efaluasi melalui lomba agar kami bisa melihat apakah ada
peningkatan atau tidak
8 Praktik shalat dan praktik shalat jenazah
9 Menyelenggarakan hari-hari besar Islam seperti Maulid, Isra’miraj’
dan nuzul Qur’an

2. Apakah pengurus terbebani dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan?

Jawaban : “saya merasa sangat tidak terbebani”.

3. Apakah ada kendala majelis ta’lim dalam melaksanakan kegiatan ?

Jawaban : “Salah satu kendala kami yaitu rendahnya tingkat pendidikan


masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menjadi salah
satu kendala majelis ta’lim untuk menyadarkan masyarakat aktif
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”.

4. Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

91
Jawaban : “Kami melakukan pendekatan kepada masyarakat nelayan baik
itu secara individu ataupun secara menyeluruh dalam hal ini memberi
pemahaman kepada masyarakat nelayan dengan cara pendekatan karena
untuk memahamkan masyarakat yang latar belakang pendidikan rendah
perlu ada pendekatan agar mereka bisa yakin dengan apa yang kita
sampaika”.

5. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan?

Jawaban : “Iya tentunya tujuan kami agar setiap kegiatan yang kami
laksanakan bisa membawa perubahan bagi pengamalan agama
masyarakat nelayan di sini”.

Lampiran 5.

HASIL WAWANCARA UNTUK TOKOH AGAMA

Informan : Laode Kamaludin (45 Tahun)

1. Bagaimana tanggapan bapak dengan pengamalan agama masyarakat

nelayan di sini sejak adanya majelis ta’lim?

Jawaban : “kami perintis awal majelis ta’lim ini sehingga saya melihat sejak
adanya majelis ta’lim khususnya pada masyarakat nelayan mereka
sudah memiliki kesibukan baru disetiap pekannya sehingga ada tempat
bagi mereka untuk belajar agama, adanya majelis ta’lim sangat
memberi manfaat positif bagi masyarakat nelayan khususnya untuk
mempelajari tentang ajaran agama Islam yang sesuai dengan tuntunan
al-qur’an dan hadits karena di sini dalam mengamalkan agama seperti
shalat dan puasa ramadhan masih ada ajaran turun temurun yang
mempengaruhi”.

2. Apasaja usaha-usaha yang dilakukan majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan?

Jawaban : “Usaha-usaha kami yaitu mendorong dan memberi teladan yang


baik kepada masyarakat agar taat menjalankan ajaran agama Islam
artinya kami selalu berusaha agar masyarakat bisa rajin serta taat dalam
mengamalkan ajaran agama Islam”.

92
3. Apakah ada perubahan perilaku pengamalan agama masyarakat sejak

adanya majelis ta’lim?

Jawaban : “ Terlihat jelas ada perubahan pada masyarakat, contohnya dulu


sebelum ada majelis ta’lim gosip tentang keburukan orang lain sangat
cepat tersebar dikarenakan belum ada pemahaman tentang dosa ghiba
namun sekarang sudah tidak seperti dulu lagi begitupun dengan
penampilan atau cara berpakaian sekarang ini saya melihat ketika jalan-
jalan sore hampir rata-rata ibu-ibu telah menutup aurat bahkan yang
tidak ikut majelis ta’lim sekalipun”.

4. Apakah ada kendala bagi majelis ta’lim dalam melaksanakan kegiatan ?

Jawaban : “Kendala dalam meningkatkan pengamalan agama masyarakat


nelayan yaitu masih kentalnya tradisi serta ajaran dari nenek moyang
yang kini menjadi turun temurun pada masyrakat namun kami sebagai
pengurus selalu memberikan arahan kepada masyarakat penjelasan
melalui ceramah di majelis ta’lim”.

5. Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut ?

Jawaban : “Dalam mengatasi hambatan tersebut kami melakukan


pendekatan rasional kami membuat kegiatan majelis ta’lim dalam
bentuk diskusi, serta menjadikan akal atau rasio sebagai bagian yang
dirangsangan agar mampu memahami ajaran agama Islam berdasarkan
akal pikiran yang sehat, artinya kami memberi gambaran tentang ajaran
atau tradisi itu bisa diikuti bila sesuai dengan syariat Islam atau tidak
melenceng”

93
Lampiran 6.

HASIL WAWANCARA UNTU KMASYARAKAT NELAYAN

Informan 1 : Ibu Kasni (35 Tahun)

1. Bagaimana pendapat anda mengenai peran majelis ta’lim dalam meningkatkan

pengamalan agama masyarakat nelayan?

Jawaban : “Dalam peranya majelis ta’lim di sini sangat berusaha keras


memberikan yang terbaik kepada kami masyarakat nelayan karena saya
sendiripun merasakan perubahan sebelum dan setelah adanya majelis
ta’lim kegiatan demi kegiatan yang diadakan setiap pekannya sangat
memberi efek positif bagi kehidupan saya ataupun masyarakat lainnya”.

2. Apasaja kegiatan yang sering dilakukan di majelis ta’lim ini?

Jawaban : Kegiatan yang sering kami lakukan yaitu pengajian yasin,


mendengarkan ceramah, diskusi atau tanya jawab, solawat, mengambil
hikmah dari isi ceramah yang telah di sampaikan, doa bersama, belajar
tata cara shalat, belajar mengaji, menghafal surah-surah pendek, praktek
penyelenggaraan shalat jenazah

94
3. Apakah ada perubahan pengamalan agama sejak anda mengikuti majelis

ta’lim?

Jawaban : “Sangat banyak perubahan yang saya rasakan setelah saya


bergabung dalam majelis ta’lim contohnya seperti ilmu tentang shalat
memang saya melaksanakan shalat itupun bolong-bolong dan hanya
shalat berdasarkan ajaran orang tua saja tidak berdasarkan ajaran
Rasulullah Saw, namun dengan adanya majelis ta’lim ini kami dibina
tentang tatacara shalat yang baik dan benar bahkan ada jadwal tertentu
untuk praktek shalat begitupun dengan baca tulis al-qur’an kami selalu
dibina untuk memperbaiki bacaan mengaji mengenal hukum baca
bahkan setiap pertemuan kami harus menyetor hafalan ayat-ayat
pendek”.

4. Apa manfaat yang anda dapatkan setelah bergabung di majelis ta’lim ini?

Jawaban : Manfaatnya itu saya bisa belajar banyak tentang agama serta saya
bisa mengikuti satu organisasi yang banyak membawa perubhan bagi
kehidupan saya khususnya saya pribadi sekarang ini saya bisa jauh
lebih tenang dan sabar kalau hadapi masalah karna majelis ta’lim kami
tidak hanya diajarkan ilmu agama tapi juga tentang kehidupan sehari-
hari”.

Informan 2 : Dammo (52 Tahun)

1. Bagaimana pendapat anda mengenai peran majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan?

Jawaban : “Seperti yang saya lihat sekaligus rasakan peran majelis ta’lim di
sini dalam meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan
sangat nampak terlihat dari pengurus majelis ta’lim yang selalu
mengundang ustadz dari luar kampung agar dapat memberikan siraman
rohani kepada kami sehingga kami tidak jenuh serta kegiatan yang
selalu dibuat menyenangkan atau tidak membosankan agar kami selalu
bersemangat dalam bermajelis bahkan setiap akhir bulan kami diajak
kepantai untuk refresing atau biasa kami sebut majelis ta’lim di luar
ruangan. Dan hal ini membuat kami tidak jenuh dan menjadi selalu
bersemangat untuk bermajelis”.

2. Apasaja kegiatan yang sering dilakukan di majelis ta’lim ini?

95
Jawaban : “kegiatan rutin kami yaitu, yasinan, mendengarkan ceramah,
tanya jawab perbaikan tata cara shalat, bacaan mengaji, menyetor
hafalan”.

3. Apakah ada perubahan pengamalan agama sejak anda mengikuti majelis

ta’lim?

Jawaban : “Jadi jujur saja sebelum saya mengikuti majelis ta’lim kalau saya
jalan-jalan sore atau melakukan aktifitas di luar rumah seperti ambil air,
menyapu halama, pergi kepasar saya tidak memakai jilbab karna seolah
ada anggapan didalam hati bahwa hal ini sudah biasa dan kalau
beragama juga jangan terlalu namun setelah saya mengikuti majelis
ta’lim kami selalu diberi ceramah atau siraman rohani tentang
keutamaan wanita menutup aurat disitulah saya mulai merenung berarti
selama ini anggapan saya yang salah sehingga setelah saya mulai
menyadari bahwa saya salah maka mulailah perlahan saya menutup
aurat kalau keluar rumah bukan lagi hanya waktu bermajelis ta’lim”.

4. Apa manfaat yang anda dapatkan setelah bergabung di majelis ta’lim ini?

Jawaban : Sangat banyak manfaat yang saya rasakan setelah ikut majeli
ta’lim karna saya sudah bisa menutup aurat memperbaiki bacaan
mengaji serta menghafal surah-surah pendek.

Informan 3 : Ida (48 Tahun)

1. Bagaimana pendapat anda mengenai peran majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan?

Jawaban : “ Peranan majelis ta’lim di sini khususnya pada masyarakat


nelayan sangat nampak jadi selalu ada upaya agar kami selalu bisa hadir
dalam setiap kegiatan majelis ta’lim misalnya kalau musim menyulu
kami harus berangkat biasanya pukul 16:00 sehingga kami tidak bisa
mengikuti majelis ta’lim ketika harus dilaksanakan di sore hari maka
ketua majelis ta’lim mengadakan musyawarah untuk merubah jadwal
menjadi pagi hari atau pukul 08:00 agar kami tetap dapat ikut kalau
sekarang ini sedang musim timur di sore hari angin sangat kencang jadi
kami pergi kelaut setelah shalat subuh sampai jam 2 siang saja karna
setelah itu angin mulai kencang sehingga majelis ta’lim berjalan dengan
normal yaitu disetiap hari kamis pukul 15:30”.

96
2. Apasaja kegiatan yang sering dilakukan di majelis ta’lim ini?

Jawaban : “Kegiatan yang sering kami lakukan yasina, mendengarkan


ceramah, diskusi atau tanya jawab, menyimpulkan isi ceramah balajar
mengaji, belajar shalat sekaligus praktik menyetor hafalan surah-surah
pendek dan masih banyak lagi kegiatan yang biasa kami lakukan
misalnya juga pergi mengajikan orang meninggal”.

3. Apakah ada perubahan pengamalan agama sejak anda mengikuti majelis

ta’lim?

Jawaban : “Ada! Misalnya saja seperti shalat kalau dulu saya shalat sering
bolong-bolong bahkan kadang tidak melakukan sama sekali, tapi
sekarang alhamdulillah sejak saya ikut di majelis ta’lim dan sering
mendengarkan ceramah saya mulai rajin melaksanakan shalat dan kami
juga di majelis ta’lim selain belajar ilmu tentang shalat kami juga sering
praktek shalat, siraman rohani yang sering saya dengar di majelis ta’lim
membuat saya sadar akan pentingnya shalat”.

4. Apa manfaat yang anda dapatkan setelah bergabung di majelis ta’lim ini?

Jawaban : “Manfaat yang saya rasakan yaitu saya bisa belajar lebih banyak
lagi tentang agama seperti tata cara shalat puasa berpakaian menurut
islan karna di majelis ta’lim kami selalu ada penceramah dari luar yang
memberikan materi sehingga kami bisa belajar banyak dan akhirnya
saya memiliki aktifitas lain selain hanya mencari hasil laut dan duduk
santai”.

Informan 4 : Nggua (42 Tahun)

1. Bagaimana pendapat anda mengenai peran majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan?

Jawaban : “Saya melihat majelis ta’lim di sini dalam peranannya telah


berupaya meningkatkan pengamalan keagamaan masyarakat nelayan di
sini melalui berbagai kegiatan saya malihat majelis ta’lim ingin sekali
ada perubahan yang terjadi pada masyarakat nelayan tentang
pengamalan agama”.

2. Apasaja kegiatan yang sering dilakukan di majelis ta’lim ini?

97
Jawaban : “Kegiatan yang sering kami lakukan di Majelis Ta’lim seperti
Yasinan hal ini kami lakukan dari rumah kerumah artinya pindah-
pindah, solawat, mendengarkan ceramah agama, diskusi atau tanya
jawab, belajar tata cara shalat yang baik dan benar, belajar mengaji,
menghafal surah-surah pendek masih banyak lagi hal-hal lain yang
dapat membangun jiwa sosial kami”.

3. Apakah ada perubahan pengamalan agama sejak anda mengikuti majelis

ta’lim?

Jawaban : “Tentusaja saya merasakan ada perubahan setelah mengikuti


majelis ta’lim karena di majelis ta,lim saya banyak belajar baik tentang
agama maupun tentang kehidupan sosial”.

4. Apa manfaat yang anda dapatkan setelah bergabung di majelis ta’lim ini?

Jawaban : “Manfaat yang saya rasakan yaitu saya bisa banyak belajar agama
sehingga saya bisa memperbaiki pengamalan ibadah saya misalnya
seperti shalat dulu kalau saya shalat saya cuman berniat karna saya
melihat orang tua, namun sekarang saya bisa shalat dengan nyata bukan
cuman berniat selain itu manfaat yang saya rasakan sejak ikut majelis
ta’lim saya jadi memiliki banyak hafalan surah-surah pendek mengaji
saya sudah bisa lebih bagus dari yang sebelumnya intinya banyak
membawa perubahan bagi saya maupun masyarakat lainnya”.

Pernyataan Tentang “Bagaimana peranan majelis ta’lim dalam

meningkatkan pengamalan agama masyarakat nelayan di Desa Lakarama

Kecamatan Towea Kabupaten Muna

Informan 5 : Muhammad Nur (24 Tahun)

“Kami dibina untuk memahami aspek-aspek ajaran agama Islam, agar


ketika mengamalkan ajaran agama Islam seperti shalat, puasa, Zakat

98
dan lain sebagainya sehingga kami memiliki dasar yang sesuai dengan
ajaran Islam dalam artian tidak melenceng”(Ssing, 19 februari 2020)

Informan 6: Rawan (45 Tahun)

“Kami senantiasa diundang dan diajak untuk menghadiri kegiatan


majelis ta’lim disetiap pekannya agar kami bisa belajar tentang agama
melalui ceramah-ceramah yang diampaikan serta kegiatan yang
dilaksanakan” ( Gombel, 19 februari 2020)

Informan 7 : Dewi (47 Tahun)

“Kami dibimbing serta diberikan contoh tentang pengamalan agama


yang baik dan benar melalui praktek langsung kami diberikan contoh
tentang pelaksanaan shalat, puasa serta bagaimana cara kita berinteraksi
sosial di lingkungan masyarakat” (Dewi, 19 Februari 2020)

Informan 8 : sari (32 Tahun)

“Dalam membimbing, membina, kami senantiasa didakwahkan tentang


Islam dengan berbagai topik yang beragam tujuannya agar kami banyak
memahami tentang ajaran agama Islam serta mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari”(Sari, 19 februari 2020)

Lampiran 7.

99
HASIL WAWANCARA UNTUK SEKERTARIS DESA

Informan : Laode Salim (45 Tahun)

1. Bagaimana tanggapan bapak sejak adanya majelis ta’lim di desa lakarama

khususnya pada masyarakat nelayan?

Jawaban : “Dengan adanya majelis ta’lim sangat baik sekali adanya karna
dengan majelis ta’lim masyarakat nelayan disini mempunyai tempat
untuk belajar agama selai itu juga yang saya lihat sejak adanya majelis
ta’lim kalau ada kedukaan atau acara tahlilan rumah duka tiduk susah
lagi mencari pengaji karna majelis ta’lim dengan suka rela langsung
mengarahkan masyarakat nelayan dalam hal ini anggotanya untuk pergi
mengaji bersama-sama”.

2. Apakah ada perubahan pengamalan agama masyarakat setelah adanya

majelis ta’lim?

Jawaban : “Alhamdulillah masyarakat di sini banyak mengalami perubahan


yang lebih baik contohnya saja istri saya dulu sebelum ia ikut majelis
ta’lim kalau keluar rumah dia nda pernah pakai jilbab dia hanya pakai
jilbab kalau pergi kepesta tetapi sekarang yang saya lihat setelah dia
ikut majelis ta’lim dia selalu pakai hijab ke mana-mana bukan saja
hanya pergi ke pesta bahkan kadang biar di dalam rumah”.

3. Bagaimana pengamalan agama masyarakat nelayan di sini sebelum adanya

majelis ta’lim?

Jawaban : “Pengamalan agama masyarakat di sini sebelum adanya majelis


ta’lim khususnya pada masyarakat nelayan sangat kental dengan tradisi
yang melenceng dengan syariat Islam seperti jika ada yang sakit
masyarakat di sini sering membuang penyu ke laut dengan sesajen
lainnya agar penyakitnya bisa hilang, sama halnya dengan perayaan
hari-hari besar Islam sangat sedikit yang hadir paling orang-orang tua
saja kebanyakan nanti sudah mau baca-baca baru muncul semua, namun
hal tersebut sudah mengalami perubahan menjadi sekarang ini karena
majelis ta’lim di sini punya program dalam rangka perayaan hari-hari
besar Islam artinya mereka membuat perayaan hari-hari besar Islam
seperti maulid lebih menarik sehingga masyarakat di sini banyak yang
datang”.

100
Lampiran 8.

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

Gambar 3. Dokumentasi Wawancara Dengan Ibu Yuli

Gambar 4. Dokumentasi Wawancara Dengan Ibu Nggua

101
Gambar 5. Dokumentasi Wawancara Dengan Ibu Sri Rismalianti

Gambar 6. Dokumentasi Wawancara Dengan Ibu Ida

102
Gambar 7. Dokumentasi Wawancara Dengan Bapak La Ode Kamaludin

Gambar 8. Dokumentasi Wawancara Dengan Ibu Kasni

103
Gambar 9. dokumentasi wawancara dengan Ibu Dammo

Gambar 10. Dokumentasi kegiatan belajar mengaji

104
Gambar 11. Dokumentasi Kegiatan yasinan

Gambar 12. Dokumentasi kegiatan belajar mengaji

105
Gambar 13. Dokumentasi wawancara dengan Ibu Iki

106
107
108
109
110
111
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Sri Rahmayana
2. Nim : 16010101008
3. Tempat/Tgl Lahir : P. Tobea Besar, 10 April 1997
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status Perkawinan : Kawin
6. Agama : Islam
7. Perguruan Tinggi : Institut Agama Islam Negri (IAIN) Kendari
8. Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
9. Prodi : Pendidikan Agama Islam
10. Alamat : Jl. Asoka, Kota Bangun Konsel
11. No Hp : 082248763703
B. DATA KELUARGA
1. Nama Orang Tua
a. Ayah : Najamudin Tamburaka
b. Ibu : Karniati
2. Nama Saudara : 1. Muh. Risal
2. Sri Rismalianti
3. Sri Rahmayana
4. Sri Melita Andriani
3. Nama Suami : Arifin Alimudin
4. Nama Anak : Anasya Soliha Arifin
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 2 Napabalano Tahun 2004-2010
2. SMP 2 Napabalano Tahun 2010-2013
3. MAN 1 Muna Tahun 2013-2016
4. IAIN Kendari Tahun 2016- 2020

112

Anda mungkin juga menyukai