Anda di halaman 1dari 27

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA


KOSMETIK DALAM TRANSAKSI SECARA ONLINE
DI KOTA JAMBI

A. Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Terhadap Kosmetik Bagi Konsumen

Yang Dijual Tanpa Notifikasi Ataupun Mengandung Bahan Berbahaya

Melalui Media Online Di Kota Jambi

Pengawasan Badan POM Provinsi Jambi terhadap peredaran kosmetika di

sarana distribusi pada tahun 2019 menemukan 8.474 item (174.227 pcs)

kosmetika tanpa izin edar (TIE) dan 245 item (43.458 pcs) kosmetika

mengandung bahan dilarang. Sedangkan pada tahun 2020, ditemukan 4.665 item

(84.485 pcs) kosmetika TIE, 219 item (38.757 pcs) kosmetika mengandung bahan

dilarang dan 1.889 item kosmetika yang mencantumkan penandaan yang tidak

memenuhi syarat. Terhadap temuan tersebut, dilakukan tindak lanjut yang sesuai

dengan pelanggaran masingmasing yaitu antara lain penarikan dan pemusnahan

produk serta proses pengadilan untuk tindak pidana bagi mereka yang melanggar

ketentuan.

Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) Jambi, Ahmad

Rafqi menyebutkan:

Pihaknya telah melakukan penarikan sejak beberapa waktu lalu, bahkan


dari distributor yang ada, dua di antaranya telah selesai ditarik sedangkan
dua lainnya menyatakan dalam proses. “Dua distributor yang telah full
menarik karena jumlahnya sedikit sedangkan dua lagi dalam proses.
Dalam hal ini, pihaknya akan melakukan pemantauan guna menjamin
produk tersebut tidak beredar. Semua distributor telah diintruksikan

46
bahkan tidak hanya oleh Badan POM namun dari perusahaan itu sendiri
sudah menarik sehingga bertahap, dan minggu depan akan kami pantau
kembali apakah di outlet-outlet masih beredar.1

Lebih lanjut Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)

Jambi, Ahmad Rafqi menyebutkan:

Terjadinya kasus kosmetik yang dijual melalui media online tanpa


notifikasi ataupun mengandung bahan berbahaya tentunya akan
menyebabkan terciptanya berkurangnya rasa jaminan dan kepastian
hukum, apabila pelakunya tidak diproses secara hukum. Perbuatan pelaku
yang memperdagangkan produk-produk kosmetik yang dijual melalui
media online tanpa notifikasi ataupun mengandung bahan berbahaya,
dalam ketentuannya seharusnya dalam diklasifikasikan sebagai perbuatan
yang melanggar hak-hak konsumen.2
.
Kasus kosmetik yang dijual melalui media online tanpa notifikasi ataupun

mengandung bahan berbahaya di Jambi, haruslah ditindaklanjuti. Ada beberapa

hal yang dapat dilakukan untuk menjamin hak tersebut melalui peraturan

perundang-undangan.

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Peranan hukum dalam konteks ekonomi adalah menciptakan ekonomi

dan pasar yang kompetitif. Terkait dengan hal tersebut, bahwa tidak ada

pelaku usaha atau produsen tunggal yang mampu mendominasi pasar, selama

konsumen memiliki hak untuk memilih produk yang mana menawarkan nilai

terbaik, baik dalam harga maupun mutu. Serta tidak ada pelaku usaha atau

produsen yang mampu menetapkan harga berlebihan atau menawarkan

1
Wawancara dengan Ahmad Rafqi, Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)
Jambi, Jambi, tanggal 16 November 2020.
2
Wawancara dengan Ahmad Rafqi, Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)
Jambi, Jambi, tanggal 16 November 2021.
produk dengan kualitas yang rendah, selama masih ada produsen lain dan

konsumen akan pindah kepada produk lain tersebut.3

Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih karena

investasi asing telah menjadi bagian pembangunan ekonomi Indonesia.

Perlindungan konsumen tidak saja terhadap barang-barang berkualitas rendah

tetapi juga terhadap barang-barang yang membahayakan kehidupan

masyarakat. Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan

konsumen itu sendiri.

Dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen (yang selanjutnya

disebut UUPK) menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan

perlindungan kepada konsumen termuat dalam Pasal 1 angka 1 UUPK.

Dalam UUPK asas dari perlindungan konsumen meliputi asas


manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan
konsumen, serta kepastian hukum. Disini konsumen secara eksplisit
berhak mendapatkan jaminan perlindungan hukum dari adanya
undang-undang ini. Berdasarkan Pasal 4 tentang hak-hak konsumen
dan Pasal 5 tentang kewajiban konsumen sudah bahwa konsumen
berhak mendapatkan yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa dan berkewajiban membaca dan
mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
Berarti kewajiban penguasaha yang membuat produk harus
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

3
Wawancara dengan Ahmad Rafqi, Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)
Jambi, Jambi, tanggal 16 November 2021.
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.4

Berdasarkan hak-hak konsumen tersebut, maka penyampaian

informasi yang berkaitan dengan produk harus dapat memberikan kepastian

kepada konsumen. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi hak-hak

konsumen. Maka perlu ditekankan, bahwa penyampaian informasi yang

berkaitan dengan produk-produk yang akan ditawarkan harus memberikan

jaminan bahwa produk tersebut adalah halal. hal ini penting bagi konsumen.

Selanjutnya di dalam Pasal 8 dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang

tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak sesuai dengan berat bersih, isi

bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan

dalam label atau etiket barang tersebut, tidak sesuai dengan ukuran, takaran,

timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarny, tidak

sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaiman

dinyatakan dalam label atau etiket atau keterangan barang dan/atau jasa

tersebut, tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,

gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label

atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut, tidak sesuai dengan janji yang

dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan dan promosi penjualan

barang dan/atau jasa tersebut, tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau

jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang

4
Wawancara dengan Ahmad Rafqi, Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)
Jambi, Jambi, tanggal 16 November 2021.
tertentu. Dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi Teknologi dan Elektronik (UU ITE), bahwa: “Para pihak

yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi

berlangsung“.

2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK. 03.1.23.06.10.5166 Tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan

Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kadaluarsa pada Penandaan/Label

Obat,Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Pangan.

Dalam.peraturan.kepala.BPOM.RI.Nomor.HK.03.1.23.06.10.5166 ini,

penandaan atau label obat, obat tradisional, suplemen makanan dan pangan

selain harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan juga harus

mencantumkan informasi asal bahan tertentu, kandungan alkohol dan batas

kadaluarsa. Dalam hal asal bahan tertentu atau produk yang mengandung asal

bahan tertentu telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga yang berwenang,

maka keterangan sertifikat yang bersangkutan harus dicantumkan dalam

penandaan label.

Selanjutnya mengenai kandungan alkohol dalam obat, obat tradisional

dan suplemen makanan wajib mencantumkan kadar alkohol pada penandaan

atau label. Obat, obat tradisonal, suplemen makanan, dan pangan yang

mengandung bahan tertentu wajib mencantumkan informasi kandungan bahan

tertentu pada penandaan label.


BPOM Provinsi Jambi melakukan pengawasan terhadap kosmetik

yang beredar di wilayah Provinsi Jambi ini, baik yang mengandung bahan

berbahaya maupun yang tidak mengandung bahan yang berbahaya tetap

dlakukan pengawasan. Salah satu contohnya dalam pengawasan untuk produk

kosmetik yang beredar dilakukan sampeling, kita beli prodaknya kemudian

kita uji dilaboraturium apakah kosmetik itu memenuhi persyaratan mutu,

kualitas, keamanan, dan kemamfaatannya. Dalam rangka melakukan

pengawasan terkait obat dan makanan khususnya terkait peredaran kosmetik

illegal/berbahaya selalu berupa menyelaraskan program-program yang

dimiliki oleh lintas sektor lain.5

Generasi milenial lebih sering terpapar dengan beragam informasi

tentang kosmetika melalui iklan online serta beauty blogger dan beauty

vlogger yang sekarang sedang marak. Mereka kurang meningkatkan

kesadaran dan pengetahuannya akan bahaya kosmetik yang mengandung zat

berbahaya. Bahan berbahaya adalah bahan-bahan aktif yang menimbulkan

reaksi negatif dan berbahaya bagi kesehatan kulit khususnya dan tubuh

umumnya ketika diaplikasikan, baik dalam jangka panjang maupun jangka

pendek. Reaksi efek samping kosmetik cukup parah akibat penambahan bahan

aditif untuk meningkatkan efek pemutih. Parahnya reaksi efek samping

kosmetik ini salah satunya disebabkan karena penambahan bahan aditif untuk

meningkatkan efek pemutih, disamping karena penggunaan jangka panjang

5
Wawancara dengan Ahmad Rafqi, Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)
Jambi, Jambi, tanggal 16 November 2021.
pada area yang luas pada tubuh, di iklim yang panas dan lembab yang

kesemuanya meningkatkan absorpsi melewati kulit. Reaksi negatif yang

ditimbulkan oleh bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetika

beragam, mulai dari iritasi ringan hingga berat, alergi, penyumbatan fisik di

pori-pori, keracunan lokal atau sistemik.

Seperti pada saat penulis melakukan wawancara dengan Ibu Dra.

Lenggo Vivirianty, Apt Selaku Kepala seksi pemeriksaan BPOM Provinsi

Jambi:

“Sebagai upaya untuk mengedukasi masyarakat agar mampu memilih


dan menggunakan kosmetika yang aman, BPOM Provinsi Jambi
menyelenggarakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE),
belajar dari kasus-kasus produksi dan distribusi kosmetik ilegal dan
Berbahaya di Provinsi Jambi ini, BPOM tak hentinya mengimbau
kepada para konsumen untuk bijak dalam memilih produk kosmetika
dan tidak tergiur dengan iklan-iklan menyesatkan atau harga yang
tidak wajar”.6

Peredaran kosmetik berbahaya ini merupakan suatu masalah yang sulit

untuk diselesaikan, karena melibatkan berbagai faktor dan kondisi yang tidak

dapat ditangani dengan satu tindakan saja. Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yakni

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 serta Peraturan Kepala Badan POM RI

dan juga peraturan pemerintah secara jelas mengatur bahwa kosmetik yang

baik adalah kosmetik yang memenuhi persaratan dari Badan POM. Meskipun

sudah diatur sedemikian rupa ternyata yang terjadi di lapangan tidak sedikit

penyimpangan yang ditemukan terkait kosmetik yang berbahaya ini,

6
Wawancara dengan Dra. Lenggo Vivirianty, Apt, Kepala Seksi Pemeriksaan BPOM Provinsi
Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
Seperti pada saat penulis wawancara dengan bapak Rahmat Hidayat,

M. Farm, SCI, Apt Selaku kepala seksi penindakan BPOM Provinsi Jambi:

“Berdasarkan daftar lampiran Public Warning No. HM tanggal 19


Desember 2014 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, terdapat
beberapa sediaan kosmetik yang diantaranya lipstik, krim malam,
sabun wajah, eye shadow, blush on, dan bedak. Kosmetika tersebut
mengandung bahan berbahaya seperti logam timbal, merkuri, pewarna
merah K3, dan bahan berbahaya lainnya. Kosmetika yang termasuk ke
dalam peringatan publik atau public warning mengandung bahan
berbahaya tersebut terdiri dari 37 kosmetika yang tidak ternotifikasi
dan 31 memiliki nomor notifikasi yang telah dibatalkan (BPOM RI,
2014)”.7

Pengetahuan masyarakat menjadi penting untuk bisa menanamkan

kesadaran dan pemahaman baru untuk bisa memperhatikan dan turut serta

mengawasi peredaran kosmetik berbahaya di Kota Jambi sehingga kemudian

memberikan informasi kepada Balai POM untuk bisa ditangani lebih lanjut.

Sebab tanpa informasi serta data akurat dan terkini, maka akan sulit bagi Balai

POM menangani masalah kosmetik berbahaya ini. Setelah dikonfirmasi

kepada konsumen kosmetik tentang produk kosmetik yang digunakan

sebagian menyatakan ketidaktahuan apakah produk kosmetik yang digunakan

berbahaya atau tidak dan sebagian lagi menyatakan bahwa mereka

mengetahuinya akan tetapi tetap menggunakan karena dirasa tidak

menimbulkan efek negatif, Seperti pada saat penulis wawancara dengan Sri

Yulidiana selaku konsumen, bahwa:

Kalo ngeliat dari public warning ada sih mbak, mulanya saya tergiur
untuk menggunakan cream pemutih yang digunakan oleh teman saya.
Awal mula pemakain saya merasa banyak terdapat perubahan dari

7
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
pemakaian kosmetik ini seperti hilangnya jerawat, bintik -bintik pada
wajah dan wajah saya juga terlihat lebih putih selama pemakaian
kosmetik ini. Selain harganya murah kosmetik ini juga mudah
didapatkan dipasaran dan hasilnya mudah terlihat. Namun setelah
pemakaian 1 bulan, wajah saya terasa gatal dan memerah, awalnya
saya mengira karena alergi terhadap makanan, saya pun tetap
melanjutkan pemakaian produk kosmetik ini. Setelah seminggu
pemakain selanjutnya muka saya mengalami gatal dan memerah lalu
timbul bintik-bintik kecil, saya mengaku ternyata penyebab dari muka
saya gatal dan memerah lalu timbul bintik-bintik adalah kosmetik yang
selama ini saya gunakan.8

Kosmetika tanpa izin edar, kemasannya sudah rusak dan tidak layak,

kosmetika yang diduga mengandung bahan berbahaya atau kosmetika yang

sudah memasuki masa kadaluarsa merupakan hal yang dilarang karena dapat

membahayakan kesehatan pengguna kosmetik meskipun harapan ketika

menggunakan produk tersebut adalah mendapatkan penampilan terbaik atau

mempercantik diri akan tetapi jika penggunaannya dilakukan secara terus

menerus maka dapat membahayakan kesehatan penggunanya karena dapat

menyebabkan kanker kulit atau penyakit-penyakit lainnya yang juga

berbahaya.

Oleh karena itu dalam hal ini Balai POM di Jambi harus menjadi

instansi yang tanggap menangani kasus ini dikarenakan Balai POM memiliki

peranan yang sangat penting untuk meminimalkan peredaran kosmetik

Berbahaya dikalangan masyarakat. Seperti pada saat penulis wawancara

dengan Ariska Wati Selaku Penjual kosmetik mengenai ketanggapan Balai

POM Jambi tentang adanya produk kosmetik Berbahaya:

8
Wawancara dengan Sri Yulidiana, Konsumen, Jambi, tanggal 20 November 2021.
Saya tidak bisa jawab tanggap atau tidakknya karena saya belum
melihat langsung bagaimana Balai POM itu bekerja, yang saya lihat
hanya beberapa di media televisi saja ada beberapa kosmetik yang di
razia dan sejauh ini yang saya tahu Balai POM yang di Jakarta bekerja
sih tapi kalau yang di Jambi saya belum melihat nya.9

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Nurhanida selaku konsumen

kosmetik: “Mungkin sudah tapi belum maksimal ya pengawasan nya karena

kalau dilihat-lihat lagi masih sangat mudah ditemukan kosmetik yang nggak

boleh di toko kosmetik. Di mall-mall juga ada”.10

Berdasarkan wawancara di atas, dapat dikemukakan bahwa

pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi memang kerap bersumber dari

ketidakpatuhan pelaku usaha pada peraturan perundang-undangan maupun

peraturan kepala Badan POM baik itu berupa produk kosmetika yang tidak

memiliki izin edar dari Badan POM, produk kosmetika yang mengandung

bahan berbahaya dan telah ditarik oleh Badan POM, produk kosmetika tidak

memenuhi ketentuan sesuai dengan persyaratan label/penandaan yang diatur

oleh Badan POM, produk kosmetika dengan kemasan yang sudah rusak dan

juga produk kosmetik yang telah melampaui masa kadaluarsa. Ditambah

dengan minimnya pemeriksaan ke lapangan oleh pihak Balai POM semakin

membuat pelaku usaha merasa lebih leluasa menjual atau menyediakan

produk kosmetik Berbahaya.

Dalam mengatasi persoalan ini, Balai POM Provinsi Jambi meresponi

dengan memperlengkapi data jumlah sarana distribusi yang ada di Kota

9
Wawancara dengan Ariska Wati, Penjual kosmetik, Jambi, tanggal 19 November 2021.
10
Wawancara dengan Nurhanida, Konsumen kosmetik, Jambi, tanggal 20 November 2021.
Jambi, agar bisa memiliki data yang akurat terkait jumlah sarana distribusi

kosmetik di Kota Jambi. Namun sampai saat ini, respon tersebut dapat

dikatakan lamban, mengingat masih banyak keluhan konsumen terhadap

peredaran kosmetik illegal/berbahaya yang dijual secara online pada sarana

distribusi kosmetik khususnya pada toko kosmetik mengingat tidak

terealisasiya target pemeriksaan yang harus dilakukan setiap tahunnya serta

melakukan razia dengan cara membeli produk terkait yang kemudian kurang

memberikan efek jera bagi pelaku usaha distributor kosmetik

illegal/berbahaya yang dijual secara online. Rentang waktu pengawasan

sendiri belum dikatakan cukup baik dikarenakan tidak adanya waktu-waktu

yang ditetapkan untuk melakukan pengawasan. Bahkan setelah diteliti

ternyata realisasi pemeriksaan tidak melampaui bahkan terus menurun dari

target yang telah ditetapkan secara bersama-sama oleh pihak Balai POM

Provinsi Jambi.

Sehingga dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan perlindungan

konsumen terhadap kosmetik bagi konsumen yang dijual tanpa notifikasi

ataupun mengandung bahan berbahaya melalui media online di Kota Jambi

belum mencerminkan atau memenuhi kaedah-kaedah hukum yang ditentukan

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, karena tidak memenuhi kewajibannya secara baik dan benar

terhadap hak-hak konsumennya seperti yang diatur dalam Pasal 4, Pasal 7 dan

Pasal 18 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.
B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Perlindungan Konsumen

Terhadap Produk Suplemen Makanan Viostin DS dan Enzyplex Tablet

Farmasi di Kota Jambi

Pelaksanaan perlindungan konsumen terhadap kosmetik bagi konsumen

yang dijual tanpa notifikasi ataupun mengandung bahan berbahaya melalui media

online di Kota Jambi ditemui berbagai permasalahan atau kendala-kendala.

Kendala-kendala tersebut ditandai dengan tidak dipenuhinya segala tanggung

jawab yang dibebankan kepada pihak pelaku usaha kosmetik yang dijual tanpa

notifikasi ataupun mengandung bahan berbahaya melalui media online di Kota

Jambi dengan baik, dengan kata lain telah terjadi tidak dipenuhinya kewajiban

pihak pelaku usaha kosmetik yang dijual tanpa notifikasi ataupun mengandung

bahan berbahaya melalui media online di Kota Jambi. Dalam hal ini penulis akan

membahas tidak adanya perlindungan hukum terhadap konsumen atas kosmetik

yang dijual tanpa notifikasi ataupun mengandung bahan berbahaya melalui media

online. Kendala yang terjadi dalam hal pemenuhan segala tanggung jawab pihak

pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi dalam hal penyelenggaraan perlindungan

konsumennya, dapat terjadi dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah:

1. Pengalihan tanggung jawab pihak pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi

kepada konsumennya atas ketidakhati-hatian atau kekurang telitian dalam

memilih barang

2. Diberlakukannya prinsip atau klausul eksonerasi “barang-barang yang sudah

dibeli tidak dapat dikembalikan” dalam penyelenggaraan jual beli barang


Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan konsumen sebagai pihak

pembeli kosmetik yang dijual yang merasakan dirugikan karena kosmetik yang

dibelinya ternyata kosmetik yang dijual tanpa notifikasi ataupun mengandung

bahan berbahaya melalui media online, ditemui berbagai kendala yang berdampak

pada kerugian yang dialami konsumen dari penyelenggaran jual beli barang di

Kota Jambi tersebut. Kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak konsumen dalam

pelaksanaan tanggung jawab pelaku usaha kosmetik tersebut di Kota Jambi dalam

melindungi kepentingan konsumennya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Kendala-Kendala Yang Dirasakan Konsumen Atas Produk kosmetik yang


dijual tanpa notifikasi ataupun mengandung bahan berbahaya
melalui media online

NO Kendala-kendala yang dirasakan oleh Jumlah


pelanggan
1. Motivasi meminimkan pengeluaran dan 2 (dua)
memperbesar keuntungan yang dianut oleh
pihak pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi
2. Ketidak konsistenan pihak pelaku usaha 2 (dua)
kosmetik dalam memenuhi klaim penggantian
barang yang pada awalnya bisa diganti tapi
tidak bisa diuangkan kembali
3. Obsesi akan keuntungan yang besar yang bisa 1 (satu)
diraih apabila konsumen banyak membeli dan
memperkecil peluang barang yang sudah
dibeli untuk dapat diuangkan kembali
4. Adanya sikap kekurang profesional dan tidak 2 (dua)
proporsional pihak pelaku usaha kosmetik di
Kota Jambi dalam memenuhi klaim
penggantian barang yang pada awalnya bisa
diganti tapi tidak bisa diuangkan kembali
Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui bahwa kendala-kendala

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut seperti :

a. Adanya sikap kekurang profesional dan tidak proporsional pihak pelaku usaha

kosmetik di Kota Jambi dalam memenuhi klaim penggantian barang yang

pada awalnya bisa diganti tapi tidak bisa diuangkan kembali

Proses pelaksanaan penyelenggaraan jual beli barang yang dilakukan

oleh pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi kepada konsumennya, pada

umumnya diketahui bisa dikembalikan apabila ada yang rusak yang penting

ada bukti nota pembeliannya. Tetapi kenyaataannya barang-barang yang pada

dasarnya seharusnya bisa dikembalikan dengan cara diganti dengan merek dan

seharga yang sama, tetap tidak bisa dilakukan, karena pihak pelaku usaha

kosmetik di Kota Jambi.

b. Ketidak konsistenan pihak pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi dalam

memenuhi klaim penggantian barang yang pada awalnya bisa diganti tapi

tidak bisa diuangkan kembali

Kendala ini, kalau diperhatikan dan ditelaah sama maksudnya dengan

uraian pada kendala pada point a.

c. Motivasi meminimkan pengeluaran dan memperbesar keuntungan yang dianut

oleh pihak pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi

Motivasi meminimkan pengeluaran dan memperbesar keuntungan yang

dianut oleh pihak pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi. Sebagai perusahaan

yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Tentunya pihak pelaku usaha


kosmetik di Kota Jambi mempunyai prinsip atau motivasi meminimkan

pengeluaran dan memperbesar keuntungan sehingga dalam setiap resiko yang

harus ditanggung oleh pihak pelaku usaha kosmetik di Kota Jambi, motivasi

tersebut tentunya tidak akan diabaikan.

d. Obsesi akan keuntungan yang besar yang bisa diraih apabila konsumen

banyak membeli dan memperkecil peluang barang yang sudah dibeli untuk

dapat diuangkan kembali

Kendala pada point d ini, maksudnya sejalan dan sesuai yang

diterangkan tentang kendala yang telah diuraikan pada point c di atas. Banyak

toko atau apotik menerapkan klausula eksonerasi “barang-barang yang sudah

dibeli tidak dapat dikembalikan”. Hal ini dilakukan agar pembelian yang

dilakukan konsumen tidak dapat dibatalkan sehingga pembatalan pembelian

tidak dimungkinkan.

Badan POM secara rutin melakukan pengawasan atas peredaran kosmetik

di pasaran, tidak hanya seminggu berapa kali tetapi hampir setiap harinya

mengadakan pengawasan dipasaran. Apabila Badan POM mendapat laporan

mengenai peredaran kosmetik berbahaya, maka bagian penyelidikan Badan POM

langsung mengkoordinasikan untuk melakukan pengecekan. Pada saat pengecekan

kosmetik yang diduga mengandung bahan berbahaya tersebut tidak langsung disita

atau dihancurkan, tetapi dibeli satu atau dua buah produk kosmetik dengan uang

negara dan diuji di laboratorium. Apabila benar adanya peredaran kosmetik yang

mengandung bahan berbahaya pada suatu toko kosmetik maka Badan POM akan

melakukan sesuai dengan SOP (Standrt Operational Procedur), kosmetik tersebut


akan disita dan apabila telah mendapatkan persetujuan dari Pengadilan kemudian

penyidik melakukan pemusnahan untuk kemudian dibakar di tempat pembuangan

akhir. Pengawasan yang dilakukan Badan POM hanya sebatas pengamanan produk

dan penyitaan terhadap produk atau barangnya.11

Mengenai penegakkan hukum (law enforcement) terhadap pelaku usaha

yang menjual produk kosmetik berbahaya yang dapat merugikan akan dilakukan:12

1. Diperingatkan

Pelaku usaha yang menjual kosmetik atau yang memiliki toko, kios,

warung diperingatkan dengan surat pernyataan bahwa benar telah menjual

kosmetik tanpa izin edar yang mengandung bahan berbahaya dan dapat

merugikan terhadap kesehatan konsumen dan berjanji tidak akan mengulangi

perbuatan tersebut. Apabila setelah membuat surat pernyataan tersebut masih

menjual kosmetik yang berbahaya, pelaku usaha atau penjual akan

diperkarakan dan tokonya tidak akan ditutup karena bukan merupakan

kewenangan dari Badan POM.

2. Pembinaan Pelaku Usaha

Pembinaan pelaku usaha yang dimaksud adalah penyuluhan terhadap

pelaku usaha. Pelaku usaha di sini telah dianggap cakap hukum karena untuk

memperoleh izin memiliki tahapan yang cukup rumit. Badan POM bermaksud

memberikan aspek jera terhadap pelaku usaha yang melakukan kejahatan.

Toko yang menjual produk berbahaya dan ilegal tidak semata-mata langsung
11
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
12
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
dilakukan penyegelan dengan maksud pelaku usaha masih diberi kebebasan

untuk menjual produk-produk legal, demikian karena pembinaan yang

dilakukan diharapkan mampu membuat pelaku usaha jera dan tidak akan

mengulangi perbuatannya. Apabila selama proses ini pelaku usaha tertangkap

masih menjual produk-produk berbahaya dan ilegal, maka hukumannya akan

lebih berat yaitu dengan pemberatan.

3. Pemusnahan, penarikan, dan penyitaan barang atau produk

Pemusnahan penarikan, dan penyitaan dilakukan pada pabrik kosmetik

maupun toko yang setelah diperiksa dari hasil laboratorium terbukti

memproduksi, menjual, dan mengedarkan kosmetik berbahaya dan illegal yng

tidak sesuai dengan ketentuan dalam pembuatan kosmetik. Pemusnahan

penarikan, dan penyitaan kosmetik harus dilakukan sesuai dengan peraturan

yang ada dan tidak dapat semena-mena dilakukan sebagaimana diatur pada

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2017 tentang kriteria dan tata cara penarikan pemusnahan

kosmetika.

Pelaku usaha penjual kosmetik berbahaya dan ilegal dapat dijatuhi tindak

pidana, tetapi sebelumnya Badan POM akan melakukan pemeriksaan langsung dan

pemeriksaan melalui laboratorium dan apabila hasil uji laboratorium ditemukan

tidak sesuai dengan ketentuan mengenai kandungan kosmetik sebagaimana telah

diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan republik

Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik maka akan

dilimpahkan pada seksi penyidikan untuk ditindaklanjuti melalui jalur hukum.


Berdasarkan Pasal 39 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

republik Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik sanksi

yang dapat diberikan kepada pelaku usaha, yaitu:

1. Sanksi administratif, berupa:


a. Peringatan tertulis.
b. Penarikan produk kosmetik dan penarikan iklan kosmetik tersebut.
c. Pemusnahan kosmetik.
d. Penghentian sementara kegiatan produksi, impor distribusi,
penyimpanan, pengangkutan, dan penyerahan kosmetik.
e. Pencabutan sertifikat dan izin edar
2. Sanksi pidana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaku usaha yang terbukti melakukan pemalsuan mengenai bahan yang

digunakan dalam produk kosmetik (yang tidak sesuai dengan komposisi yang

didaftarkan atau yang ditempel pada label) akan ditindak lanjuti olah Badan POM.

Seluruh kosmetik yang akan diedarkan harus di notifikasi terlebih dahulu sebagai

salah satu bentuk pengawasan, apabila terdapat pelaku usaha yang melakukan

kecurangan maka dapat dijatuhi hukuman pidana. Badan POM tidak dapat

menjatuhkan hukuman pidana pada pelaku usaha yang melakukan kecurangan,

tetapi Badan POM akan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.13

Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran dalam memproduksi, menjual,

dan atau mengedarkan produk kosmetik dapat dikenakan sanksi pidana

sebagaimana telah diatur pada peraturan perundang-undangan, dasar hukumnya

yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yaitu:

1. Untuk pelaku usaha yang melakukan kecurangan dan tidak memenuhi

persyaratan mengenai produk kosmetik (mengandung bahan

13
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
berbahaya) yang telah diatur sebagaimana mestinya, dapat dikenakan

Pasal 196 dengan ancaman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah)

2. Untuk pelaku usaha yang tidak memiliki izin edar atas suatu produk

kosmetik yang diproduksi, dijual, maupun diedarkan dapat dikenakan

Pasal 197 dengan ancaman pidana paling lama 15 (lima belas) tahun

dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus

juta rupiah).

Parameter kosmetik palsu berbahaya yaitu tidak memiliki izin edar, tidak

dinotifikasi, mengandung bahan berbahaya, memiliki bau menyengat dan warna

yang terang, keterangan label tidak jelas atau tidak lengkap, tidak mencantumkan

nama produsen, melewati tanggal kadaluarsa. Kebanyakan produk kosmetik yang

dipalsukan atau yang berbahaya adalah cream, body lotion, dan lipstik sehingga

pada cream dan body lotion diuji apakah mengandung bahan berbahaya seperti

teofilin, klindamisin, merkuri, hidrokinon dan lain sebagainya. Sedangkan pada

lipstik yang diuji apakah mengandung babi maupun minyak babi serta pewarna K3

dan K10.14

Bahan kimia sebagaimana tidak doleh digunakan pada produk-produk

kosmetik yang berhubungan atau dioles di kulit tidak boleh ditambahkan, kecuali

14
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
teofilin, klindamisin, dan asam retinoat boleh digunakan dalam dosis kecil dan

harus menggunakan resep serta pengawasan oleh dokter kulit.

Konsumen yang merasa mengalami kerugian karena adanya pemalsuan

atas produk kosmetik dan membahayakan jika digunakan, dapat melakukan

pengaduan melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK), dari pengaduan

tersebut akan ditindaklanjuti oleh Kepala Badan POM sebagaimana telah diatur

pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan republik Indonesia

nomor HK 03.1.23.12.11.10050 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan dan

Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran (whistleblowig) di Lingkungan Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Badan POM dalam melakukan penyelidikan atas dasar pengaduan dari

masyarakat, akan ditidaklanjuti secara cepat karena sebagai kontrol sosial dan

pelayanan publik sebagaimana sesuai dengan visi misi Badan POM untuk

melindungi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut Badan POM hanya sebagai

pengawas terhadap pelaku usaha yang memproduksi, menjual serta mengedarkan

produk kosmetik yang memiliki legalitas. Pelaku usaha yang memiliki legalitas

sudah terdaftar di Dinas Kesehatan dan Dinas Perizinan sehingga ada data base

yang mana sebagai dasar unruk Badan POM dalam melakukan pengawasan.

Pengawasan Badan POM terhadap peredaran produk-produk kosmetik yang

mengandung bahan berbahaya yang dapat merugikan bagi penggunanya di

masyarakat terdapat 2 (dua) macam, yaitu:15

15
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
1. Pre Market

Pengawasan yang dilakukan serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanan

sebelum produk kosmetik diedarkan.

2. Post Market

Pengawasan yang dilakukan setelah produk kosmetik diedarkan di masyarakat,

antara lain inspeksi sarana produksi dan distribusi, monitoring efek samping

kosmetik, sampling dan uji laboratorium untuk kosmetik di peredaran, penilaian

dan pengawasan iklan produk kosmetik atau promosi, serta penyebaran

informasi melalui edukasi masyarakat dan public warning.

Prioritas utama dalam pembuatan kosmetik harus mencantumkan tanggal

kadaluarsa. Sepanjang pengobatan dibawah penanganan dokter ahli tanpa adanya

tanggal kadaluarsa itu diperbolehkan karena dokter ahli memiliki izin untuk

mebuat atau meracik produk untuk pengobatan yang mana takarannya sudah diatur

dan produk tersebut merupakan obat untuk pengobatan bukan kosmetik. Suatu

produk dikatakan sebagai kosmetik apabila telah memasuki toko-toko dan

diedarkan atau dijual secara bebas tanpa pengawasn dokter dalam penggunaannya

dan produk kosmetik harus sudah di daftarkan izin edarnya di Badan POM

sebelum dijual atau dipasarkan secara bebas. Produk kosmetik yang tidak memiliki

izin edar, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sistem penjualannya dengan cara dikirim oleh jasa ekspedisi.

2. Pembelian produk dengan jumlah banyak, konsumen akan ditanyai dan

dicurigai oleh pelaku usaha.

3. Memberikan iklan dengan klaim yang berlebihan.


Pengawasan terhadap peredaran kosmetik di Indonesia tidak hanya dalam

skala nasional dan dilakukan oleh pemerintah pusat saja yang mana memiliki

kendala tertentu, pemerintah daerah juga melakukan pengawasan terhadap

peredaran produk kosmetik. Pengawasan di daerah juga memiliki kendala, yaitu:16

1. Tingkat pendidikan dan pengetahuan pelaku usaha masih sangat rendah dan

belum bisa membedakan kosmetik legal dan ilegal. Selain itu rendahnya

pengetahuan dan pendidikan serta ketelitian konsumen yang kurang paham

untuk membedakan kosmetik legal dan ilegal serta kosmetik yang akan dibeli

mengandung bahan berbahaya atau tidak.

2. Sales kosmetik biasanya hanya mencari target dan keuntungan penjualan dan

tidak mengetahui mengenai keamanan dan legalitas produk yang

ditawaekannya. Akan tetapi ada sales yang sudah mengerti akan legalitas suatu

produk dan bahaya dari produk yang ditawarkannya tetapi tetap dijual demi

memperoleh keuntungan semata.

3. Pemilik toko tidak menerima adanya pengawasan tersebut karena kurangnya

pengetahuan dan menganggap produk-produk yang dijualnya baik dan

menguntungkan ketika kosmetik dimusnahkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa upaya penyelesaian

yang dilakukan oeh pihak yang berwenang terhadap peredaran kosmetik yang

dijual tanpa notifikasi ataupun mengandung bahan berbahaya melalui media

online, BPOM melakukan penertiban peredaran kosmetik yang dapat merugikan

konsumen. Penertiban yang dilakukan oleh pihak BPOM tersebut yaitu dengan
16
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
pengawasan rutin, intensifikasi, maupun dengan target khusus dalam penegakan

hukum. Bentuk pengawasan yang dilakukannya yaitu dalam bentuk pengawasan

iklan kosmetik, dengan pengawasan media sosial dan pengawasan melalui

aplikasi.

Pada bidang penindakan BPOM sebagai penegakan hukum, sarana-sarana

yang telah diawasi di bidang pemeriksaan telah diberikan pembinaan, serta telah

diberikan sanksi administrasi. Misalnya dengan peringatan-peringatan keras, jika

misalnya tidak ada perubahan maka dapat dihentikan sementara kegiatannya atau

dapat dicabut izin dan yang paling tinggi adalah sanksi pidana. Pihak BPOM yang

melakukan patroli yaitu dengan mengawasi dari sisi penyelidikannya, BPOM akan

memantau akun-akun yang menjual produk-produk kosmetik ilegal untuk

dilakukan investigasi dan akan sampai ke penindakan, yakni operasi bersama

dengan kepolisian yang akan di bawa ke pengadilan.17

Selain dengan tindakan tersebut, juga berupa pengujian terhadap

sampling, sample tersebut ada sample rutin yang memang telah ditetapkan

misalnya tahun 2019 sebanyak 566 sampling kosmetik, dan ada juga sample yang

sifatnya kasus. Jadi banyak pengujian yang dilakukan oleh pihak BPOM.

Selanjutnya dengan penyebar informasi, edukasi, sosialisasi, membuat pameran-

pameran, cetak brosur, termasuk di dalamnya adalah sosialisasi pada masyarakat

terhadap kosmetik yang boleh digunakan dan yang tidak boleh digunakan,

misalnya melalui online bagaimana cara mengeceknya.18


17
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
18
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
Hasil penelitian juga ditemukan kosmetik yang mengandung bahan

berbahaya dan dapat merugikan konsumen. Dari hasil pengamatan dan

pengawasan pihak BPOM terdapat beberapa produk kosmetik yang ditemukan

bukan produk dari dalam negeri, tetapi produk dari luar negeri yang

didistribusikan sampai ke daerah-daerah. Kebanyakan produk-produk berbahaya

tersebut adalah kosmetik-kosmetik ilegal tanpa izin edar bahkan produk-produk

yang dipalsukan, seperti TABITA yang telah terbukti dari hasil pengujian

mengandung merkuri. Daftar nama-nama produk kosmetik berbahaya menurut

BPOM 2019, yaitu:19

1. Cream Baby Pink

2. Cream Sari (Nomor Ijin BPOM Sudah Dicabut)

3. Cream Tabita

4. Masker Naturgo

5. Cream Lingzhi

6. RDL Hydroquinon Tretinoin Solution

7. Yoko Whitening Cream

8. Obagi Nu-Derm Skin Lightener

9. Golden Pearl Beauty Cream

10. Macalana

11. Rose Super White Whitening Essence

19
Daftar Kosmetik Berbahaya, 2019, Diakses Melalui Situs:
https://wisatadestinasi.com/merek-kosmetik-berbahaya-menurut-bpom/ pada tanggal 12 September
2021.
12. Golden Pearl Beauty Cream

13. Pure Beauty Gene

14. Cream NH

15. Cream Hayfa Siang Malam

16. Cream Chrysant

17. Anisa Skincare

18. Cream Rose Beauty

19. Cream Ester

20. Cream Hayfa Siang Malam

21. Qweena Skincare

22. Elastiderm

23. Florin Skin

24. Deoonard

25. Arche

Tindakan yang diambil oleh pemerintah terbatas pada penyitaan produk-

produk kosmetik ilegal yang tidak ada label POM yang dijual secara online.

Kemudian produk-produk kosmetik ilegal yang tidak ada label POM tersebut

dimusnahkan dan disertai dengan berita acara penarikan dan pemusnahan. Hal ini

dilakukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku usaha.

Tindakan lain juga berupa peringatan, pencabutan izin usaha serta tindakan

hukum berupa melaporkan pelaku usaha yang masih mengedarkan atau menjual

produk-produk kosmetik ilegal yang tidak ada izin POM kepada penegak hukum.

Mengenai pengawasan terhadap jual beli produk kosmetik melalui online tentunya
belum optimal dikarenakan terlalu banyak kosmetik yang tersebar di media sosial.

Faktor penghambatnya yaitu SDM dan regulasinya. Regulasi yang mengatur

tentang peredaran online belum ada, belum terbit, tetapi memang sedang

diusahakan bagaimana aturannya sehingga media sosial seperti Lazada, shoppe,

dan lainnya dapat mengfilter akun-akun yang boleh jualan produk yang harus ada

izin edarnya, dan BPOM sudah membuat perjanjian dengan beberapa media sosial

termasuk shoppe, toko pedia dan lainnya. Jadi mereka sudah bekerja sama dengan

BPOM untuk dapat menjual produk-produk yang ada izin edarnya dan yang aman.

Upaya yang dilakukan pemerintah terhadap konsumen pada pembelian

produk kosmetik dengan sistem online tersebut salah satunya yaitu

Dengan melakukan sosialisasi, informasi, edukasi. Seperti contoh


sosialisasi dengan mengajak mahasiswa ke masyarakat agar dapat
memberikan informasi bagaimana cara memilih kosmetik yang baik,
sehingga pengawasan tersebut tidak hanya dari BBPOM, tetapi masyarakat
juga dapat mengawasi, masyarakat juga bisa cerdas dalam memilih produk-
produk kosmetik yang aman dan tidak berbahaya. Jadi upayanya melalui
strategi pencegahan (sosialisasi, edukasi), strategi pengawasan dan strategi
penindakan.20

Upaya tersebut tentu telah mendukung dari tujuan BPOM, jadi visi dari

BPOM ini adalah obat dan makanan aman, meningkatkan kesehatan masyarakat

dan daya saing bangsa. Daya saing bangsa salah satunya yaitu melindungi produk

dalam negeri dari produk-produk luar negeri.

Perlindungan hukum terhadap konsumen yang mengalami kerugian yaitu

penengakan hukumnya terhadap sarana yang menjual kosmetik illegal atau

kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, dan itu sudah dilakukan, tetapi

20
Wawancara dengan Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt, Kepala Seksi Penindakan BPOM
Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 18 November 2021.
memang belum ada konsumen yang mengadu langsung ke BPOM mengenai

kerugian contohnya wajahnya yang rusak dan ataupun alergi. Sehingga upaya

penyelesaian melalui penyelesaian sengketa alternatif dan penyelesaian melalui

jalur proses hukum di pengadilan (litigasi) belum pernah dilakukan.

Jadi, perlindungan yang dilakukan adalah perlindungan mengenai

pengawasan. Jika ada yang menjual kosmetik ilegal akan diberikan peringatan

terlebih dahulu, kemudian peringatan keras dan misalnya akan terus-menerus tidak

ada perubahan dan perbaikan maka tentu dapat naik ke hukum dan akan ditindak

lanjut sesuai ketentuan, apalagi yang dijual melalui online.

Anda mungkin juga menyukai