A2. Distributor
Distributor adalah badan usaha yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan atau
menyalurkan produk perdagangan, baik itu barang maupun jasa, ke retailer atau konsumen akhir.
Maka distributor adalah Apotik Bakrie.
A3. Konsumen
Pasal 1 angka 2 UUPK : “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.” Maka dari itu Konsumen adalah Nia karena dia yang memakai obat
tersebut.
C. Siapa pelaku usaha yang patut bertanggung jawab atas peristiwa yang dialami oleh
konsumen?
Kewajiban dan Tanggung jawab pelaku usaha dalam UU No 8 tahun 1999 tentang UU
Perlindungan Konsumen
Pasal 7 UUPK : Kewajiban pelaku usaha :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau
jasa
tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Kasus ini melanggar pasal 7 angka 2 dimana disebutkan bahwa “memberikan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”. Distributor yang sudah melanggar karena
tidak melakukan pengecekan sehingga memberikan informasi yang salah terhadap konsumen dan
memberikan produk yang expired sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Distributor juga berkewajiban untuk menjamin mutu obat tersebut berdasarkan ketentuan standar
mutu yang berlaku, karena barang yang diperjual belikan sudah expired sehingga sudah
melanggar jaminan mutu obat sesuai standar. Berkaitan dengan kadaluarsanya suatu barang,
salah satu perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, khususnya terkait produksi dan
perdagangan barang/jasa, menurut Pasal 8 ayat (1) huruf g UU Perlindungan Konsumen, yaitu
tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang
paling baik atas barang tertentu.
Ancaman pidana bagi pelaku usaha yang melanggar larangan tersebut berdasarkan Pasal 62 ayat
(1) UU Perlindungan Konsumen adalah pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Dalam Pasal 4 huruf A UUPK menyatakan bahwa “Hak atas kenyamanan, keamanan dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.”
Maka dari itu, Nia sebagai konsumen berhak menggunakan haknya untuk meminta ganti rugi
kepada Apotik Bakrie yang berperan sebagai distributor.
Pasal 8 UUPK :
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau
bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
Dalam Pasal 8 ayat 1 huruf A UUPK sudah dijelaskan bahwa dilarang untuk memperdagangkan
barang yang tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang
undangan, dimana tugas pihak yang memperdagangkan adalah tugas seorang distributor dan ia
telah melanggar ketentuan pasal tersebut karena mendistribusikan barang yang sudah expired.
Dalam Pasal 8 ayat 3 UUPK juga sudah dijelaskan bahwa dilarang memperdagangkan sediaan
farmasi yang rusak atau cacat, sedangkan Apotik Bakrie lengah dan memperdagangkan obat
yang cacat dimana sudah expired dan tidak layak untuk dikonsumsi yang akan membuat
konsumen dirugikan.
Maka dari itu, sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa Pelaku
Usaha yang bertanggung jawab terhadap kasus konsumen adalah Distributor karena sudah
menjadi tanggungjawab untuk pedagang yaitu Apotik Bakrie untuk melakukan pengecekan dan
penarikan barang konsumsi 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa.
D. Jika anda adalah konsultan hukum, uraikan saran anda kepada Nia berdasarkan peraturan
perundang-undangan atas kondisi pertanggungjawaban pelaku usaha?
Saran yang dapat saya berikan kepada Nia adalah
Pasal 45 UU Perlindungan Konsumen :
(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang
bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang
berada di lingkungan peradilan umum.
(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Contohnya
seperti dengan cara konsiliasi, mediasi, dan arbitrase
(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan
melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh
salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.
2. Sebuah badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha sebagai developer perumahan, PT.
Developer, memasarkan produknya berupa rumah tinggal (tanah dan bangunan). Iklan tersebut
mencantumkan luas tanah dan bangunan berupa rumah tinggal 2 lantai.
Berdasarkan informasi pada iklan, Tuan mendatangi PT. Developer karena berniat untuk
membeli produk yang diiklankan.
Tuan menandatangani perjanjian jual beli, tetapi Tuan tidak membaca bahwa luas tanah dan
bangunan yang tercantum di iklan dengan perjanjian tidaklah sama dan terdapat klausula yang
menyatakan bahwa PT. Developer melepaskan tanggung jawab dari semua tuntutan ataupun
gugatan atas transaksi tersebut.
Uraikan saran hukum anda kepada Tuan mengenai informasi dan pelepasan tanggung jawab
dalam ilustrasi.
Kasus ini telah melanggar Pasal 17 ayat 1 huruf C UUPK : “Memuat informasi yang keliru, salah
atau tidak tepat mengenai barang dan / atau jasa.”
Larangan yang terdapat dalam pasal 17 tersebut disertai sanksi pidana yang terdapat dalam Pasal
62 UUPK. Maka dari itu Tuan dapat melakukan penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan
karena telah melanggar Undang Undang yang berlaku pada Pasal 17 ayat 1 huruf C dan dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua)
milyar rupiah.
Etika Periklanan merupakan self-regulation bagi masyarakat profesi periklanan sendiri untuk
melakukan tindakan-tindakan atas berbagai praktek periklanan yang bertentangan dengan kode
etik. Jadi yang mempunyai kewenangan untuk menegakkan norma-norma etik adalah organisasi
profesi periklanan. Organisasi profesi lebih tahu apakah salah satu iklan merupakan kreatifitas
kompetitif atau semu belaka. Dengan patokan kode etik periklanan sebagai self regulation
organisasi profesi periklanan tidak hanya bersifat mengontrol saja, akan tetapi dapat mengambil
tindakan terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran kode etik.
Konsekuensi terhadap pengaturan ini yaitu hakim dapat menjatuhkan sanksi pidana berdasarkan
Pasal 62 ayat 2 UUPK terhadap pelaku usaha periklanan yang melanggar Pasal 17 Ayat (1) huruf
f. Substansi pelanggarannya bukan pelanggaran hukum akan tetapi pelanggaran etik yaitu Tata
Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia.
Dalam praktek di pengadilan, hakim juga akan kesulitan menerapkan pasal tersebut, yang
mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum. Seorang hakim tidak berwenang mengadili
perkara pelanggaran etika periklanan yang dilakukan oleh pelaku usaha periklanan didasarkan
pada hukum materiil yang berupa Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia yang disusun
oleh organisasi periklanan, yang merupakan self regulation.
2. Hakim tidak dapat menjatuhkan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 62 ayat (2)
UUPK didasarkan atas pelanggaran Tatakrama dan Tata Cara Periklanan Indonesia. Yang
mempunyai kewenangan untuk menegakkan norma-norma etika periklanan adalah organisasi
profesi periklanan.1
1
Gunawan Johanes, 1999, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. VIII Tahun 1999.