Anda di halaman 1dari 3

Tugas.

3
NAMA : M ZAKY ALFIANSYAH
NIM : 048639003

Pertanyaan:

1. Menurut pandangan anda, berdasarkan kasus diatas siapa yang berhak


melakukan pengawasan terhadap konsumen? Jelaskan berlandaskan
hukum!

Yang berhak untuk melakukan pengawasan terhadap konsumen dalam mengawasi


minuman tradisional jamu ini adalah BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

Sesuai dengan pasal 4 Undang Undang perlindungan konsumen No 8 tahun 1999 , Hak
konsumen ialah mendapatkan kenyamanan , keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang atau jasa , serta mendapatkan hak atau informasi yang jelas
benar dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa yang tersedia, namun
kenyataannya ada pihak menjual minuman jamu yang mengakibatkan puluhan orang
mengalami keracunan minuman setelah mengkonsumsi jamu kemasan tersebut.

Berdasarkan Kepres No 13 tahun 2001 pasal 68, Badan Pengawasan Obat dan
Makanan memiliki fungsi untukmemberi ijin dan pengawasan peredaran obat serta
pengawasan industri farmasi, dalam hal ini Perusahaan Jamu Expres menjual minuman
jamu yang mengakibatkan puluhan orang mengalami keracunan minuman setelah
mengkonsumsi jamu kemasanyg diproduksinya.

2. Coba saudara berikan analisa hukum berdasarkan UUPK terkait


penyelesaian kasus diatas jika dilakukan diluar pengadilan ?

Penyelesaian sengketa konsumen dalam UUPK diatur dalam pasal 45 samapi 48 Bab X
tentang penyelesaian sengketa.dalam pasal 45 menyebutkan bahwa

1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui


lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha yang atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan
2. Penyelesaian sengketa konsumendapat ditempuh melalui pengadilan maupun
diluar pengadilan berdasarkan sukarela para pihak yang bersengketa
3. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
2 tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam
undang-undang
4. Apabila dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan gugatan
melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu pihak atau oleh pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa non litigasi dapat melalui Badan Penyelesaian


Sengketa Konsumen (Selanjutnya disebut BPSK). Dalam Pasal 52 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa BPSK memiliki tugas dan wewenang
yaitu menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen serta menjatuhkan
sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-
Undang. Sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar berupa
penetapan ganti rugi paling). Hal ini diatur di dalam pasal 60 Undang-undang
Perlindungan Konsumen. Selain itu, pelanggaran terhadap ketentuan BPOM dapat
juga dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis, penghentian sementara
kegiatan serta pembatalan izin edar. Sanksi ini diatur di dalam Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor NOMOR HK.00.05.42.2996 Tentang
Pengawasan Pemasukan Obat Tradisional.
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) BPSK adalah sebuah lembaga
penyelesaian sengketa yang keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) di Indonesia, telah diatur di berbagai peraturan yang mengatur secara khusus
tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
1. Merumuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen;
2. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
3. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini.
Namun di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen tidak memberikan rumusan yang jelas dan tegas terkait
definisi dari jenis barang yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan dan
sampai seberapa jauh suatu pertanggungjawaban atas barang tertentu dapat
dikenakan bagi pelaku usaha tertentu atas hubungan hukumnya dengan konsumen.
Tanggung jawab produk merupakan tanggung jawab produsen untuk produk yang
dibawanya ke dalam peredaran yang menimbulkan kerugian karena cacat yang
melekat pada produk tersebut.
Berkenaan dengan tanggung jawab produk, dapat dilihat di dalam Pasal 19
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Pasal 19 ayat (1) menyebutkan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Selain itu, dalam
Pasal 19 ayat (2) menyebutkan bahwa ganti rugi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3. Berdasarkan kasus diatas, bagaimana proses dan keuntungan dari


penyelesaian sengketa konsumen di pengadilan? Jelaskan berlandaskan
UUPK
Penyelesaian sengketa melalui litigasi mengacu pada ketentuan Pasal 45 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang menyebutkan bahwa setiap konsumen
yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas
menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan
yang berada di lingkungan peradilan umum.
Penyelesaian Sengketa Melalui pengadilan, yaitu dengan proses Konsumen yang merasa
dirugikan melapor kepada pihak yang berwajib yaitu kepada polisi untuk ditindaklanjuti
sebagaimana pada proses penyelesaian sengketa di pengadilan pada umumnya.
Penyelesaian melalui jalur ini mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang
berlaku di Indonesia.
Dari penyelesaian sengketa konsumen tersebut, pelaku usaha dalam kasus ini
Perusahaan Jamu Expres yang terbukti bersalah dapat dikenakan sanksi administratif
maupun sanksi pidana. Kerugian sebagai konsumen tentu bukan harapan dari setiap
orang, hal tersebut dapat direalisasikan dengan menjadikan diri kita konsumen yang
cerdas yang mengetahui hak-hak dan kewajiban konsumen atas setiap barang dan/atau
jasa yang kita gunakan

Penyelesaian sengketa konsumen di pengadilan dijadikan 2 yaitu


1. Penyelesaian sengketa konsumen yang diajukan oleh individu
2. Penyelesaian sengketa konsumen yang diajukan oleh sekelompok konsumen,
LPKSMdan pemerintah atau instansi terkait.

Penyelesaian sengketa tersebut diajukan melalui pengadilan dilingkungan


pengadilan umum yakni pengadilan tinggi, pengedalian negeri dan mahkamah
agung.
Prosedur penyelesaian sengketa konsumen yang diajukan oleh individu atau
sekelompok konsumen serta gugatanatas pelanggaran UUPK yang diajukan LPKSM
dan pemerintah atau instansi terkait pada dasarnya mengacu pada HIR serta aturan
khusus yan terdapat dalam UUPK, secara khusus mengacu pada Peraturan Mahkamah
Agung No 1 Tahun 2002 tentang acara gugatan perwakilan kelompok.

Salah satu keuntungan dari menggunakan proses litigasi adalah prosesnya yang
formal dan dilakukan oleh lembaga resmi negara. Jadi, seluruh prosesnya dari awal
pendaftaran hingga sidang akhir sangat jelas dan detail

Sumber :
HKUM 4312, Hukum Perlindungan Konsumen, Universitas Terbuka Komang Adi Murti
Pranata,Dewa Gde Rudy,Perlidungan Hukum Bagi Konsumen Obat Kuat Ilegal Ditinjau
Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Program
Kekhususan Hukum Bisnis

Anda mungkin juga menyukai