STIE AAS Surakarta Dasar Hukum: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Khusus mengenai perlindungan bagi pengguna rokok dapat kita temui pengaturannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan dan beberapa peraturan perundang-undangan lainnya. Pemerintah telah menentukan bahwa penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan ini dilaksanakan dengan beberapa pengaturan berikut (Pasal 3 PP 18/2003): a. kandungan kadar nikotin dan tar; b. persyaratan produksi dan penjualan rokok; c. persyaratan iklan dan promosi rokok; d. penetapan kawasan tanpa rokok. Kami akan menjawab pertanyaan Anda dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU Pelindungan Konsumen”) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (“PP PSTE”). PP PSTE sendiri merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik (“UU ITE”) sebagaimana telah diubah oleh Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU 19/2016”). Hak Konsumen: Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa hak konsumen adalah: hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; Kewajiban Produsen: memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Sebutkan Hak dan Kewajiban sebagai Konsumen dan Pelaku Usaha yang anda Ketahui! Bagaimana hukum penjual yang menjual produk yang sudah kadaluarsa? Berikan Undang-Undang yang sesuai sebagai dasar Hukumnya! Berkaitan dengan kadaluwarsanya suatu barang, salah satu perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, khususnya terkait produksi dan perdagangan barang/jasa, menurut Pasal 8 ayat (1) huruf g UU Perlindungan Konsumen, yaitu tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu. Ancaman pidana bagi pelaku usaha yang melanggar larangan tersebut berdasarkan Pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen adalah pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Selain ancaman pidana di atas, terhadap pelaku usaha dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa (Pasal 63 UU Perlindungan Konsumen): a. perampasan barang tertentu; b. pengumuman keputusan hakim; c. pembayaran ganti rugi; d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen; e. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau f. pencabutan izin usaha. Sebagai pelaku usaha, pemilik mini market dilarang untuk tidak mencatumkan tanggal kadaluwarsa pada barang yang dijualnya. Apabila barang tersebut telah dicantumkan tanggal kadaluwarsanya namun telah melewati jangka waktu dan masih diperjualbelikan, maka penggunaan atau pemanfaatan barang tersebut sudah tidak baik dan tidak layak dikonsumsi. Terkait dengan kondisi barang yang tidak layak untuk dikonsumsi ini, sebagai konsumen, Anda memiliki hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang yang Anda beli (Pasal 4 huruf a UU Perlindungan Konsumen) Untuk mengetahui prosedur langkah hukum yang dapat Anda lakukan, kita mengacu pada Pasal 45 UU Perlindungan Konsumen yang berbunyi: (1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. (2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. (3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang. (4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. Jadi, Anda dan pemilik mini market yang menentukan upaya penyelesaian sengketa mana yang akan ditempuh. Apabila Anda ingin menuntut pemilik mini market sebagai pelaku usaha secara pidana, maka Anda dapat melaporkannya kepada pihak yang berwajib untuk dapat diproses melalui jalur pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45 UU Perlindungan Konsumen (Pasal 48 UU Perlindungan Konsumen). Selain itu, perlu Anda ketahui bahwa pelaku usaha memiliki kewajiban untuk memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan (Pasal 7 huruf f UU Perlindungan Konsumen). Sebutkan 7 macam dari Hak Kekayaan Intelektual! Sebutkan Syarat-syarat yang produk yang bisa di daftarkan ke dalam Hak Cipta! Untuk pendaftaran hak cipta, maka produk memenuhi persyaratan sebagai berikut: Apakah Karya intelektual Anda merupakan hal baru? Apakah karya intelektual itu dikategorikan sebagai produk yang dapat diberikan perlindungan HKI? Apakah karya intelektual tsb merupakan barang/produk yang dapat dikomersialkan/mempunyai nilai ekonomi? Berikan Contoh Hak Cipta, Hak Merek, dan Hak Paten! Apakah kemiripan nama dari KEBAB TURKI BABA RAFI ada kemiripan nama dengan KEBAB TURKI ABAHANIF dan bisa dituntut secara hukum? Berikan dasar hukumnya! Baagaimana prosedur mendaftarkan hak cipta? Apa yang dimaksud Hak Cipta? Dan Apa saja yang termasuk dalam Objek Hak Cipta! Apakah Lisensi itu? Pemegang Lisensi dapat dikatakan sebagai Pemegang Hak Cipta untuk jangka waktu tertentu dan untuk hal-hal tertentu yang telah disepakati dalam perjanjian lisensi. Pemegang Lisensi dapat dikatakan juga sebagai Pemegang Hak Cipta akan tetapi sebagai Pemegang Hak Cipta untuk waktu tertentu dan untuk hal-hal tertentu sebagaimana yang diperjanjikan dalam perjanjian lisensi. Ketika perjanjian lisensi sudah habis jangka waktunya, maka pihak tersebut bukan lagi Pemegang Hak Cipta.Demikian dikatakan oleh Risa Amrikasari, Konsultan HKI dari IPAS Institute ketika dimintai pendapatnya lewat telepon, Selasa 31 Maret 2015. Bagaimana Hak Cipta terhadap suatu ciptaan yang tidak diketahui penciptanya? Bagaimana Pajak tentang Jual Beli on Line? Apa itu Saham, Obligasi, Investor? Bagaimana perlindungan terhadap Investor? Jelaskan Perbedaan Penyelesaian sengketa dengan Pengadilan dan Arbitrase! Status Proses Proses arbitrase sebagai jalur penyelesaian masalah bersifat pribadi, hanya meliputi kedua belah pihak yang bermasalah dan satu atau dua orang arbiter sebagai pembuat keputusan. Proses ini pun bersifat informal dan dapat dilakukan di mana saja. Berbeda dengan proses litigasi yang bersifat formal, dengan hakim sebagai pembuat keputusan dan dilakukan di ruang sidang pengadilan. Lama Waktu Penyelesaian Dalam proses litigasi atau pengadilan, suatu permasalahan baru bisa diselesaikan jika pihak pengadilan telah memproses kasus tersebut, menunjuk hakim, dan melakukan panggilan. Artinya, penyelesaian kasus akan memakan waktu berbulan-bulan. Belum lagi jika pihak yang kalah mengajukan banding dan kasasi. Di sisi lain, proses penyelesaian masalah dengan arbitrase memakan waktu yang lebih singkat. Jika kedua belah pihak telah memilih arbiter, permasalahan pun akan langsung diproses. Keputusan pun bisa segera diambil. Biaya yang Dikeluarkan Perbedaan berikutnya adalah persoalan biaya yang akan dikeluarkan selama pelaksanaan proses penyelesaian. Proses arbitrase umumnya tidak menggunakan tempat dan tahapan yang panjang. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan pun tidak akan terlalu tinggi. Biaya ini hanya meliputi pembayaran arbiter yang sesuai dengan keahlian dan pembayaran pengacara. Sementara itu, dalam proses litigasi dibutuhkan tahapan yang cukup panjang, mulai dari pendaftaran berkas ke pengadilan, pembayaran pengacara, dan biaya pengadilan. Biaya tersebut akan terus bertambah seiring dengan pengajuan banding dan kasasi. Tentunya, biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian masalah secara litigasi akan lebih banyak. Penggunaan dan Peran Pengacara Dalam proses arbitrase, pihak-pihak yang berselisih diperbolehkan menggunakan pengacara. Namun, peran pengacara dalam proses ini sangat terbatas, karena semua keputusannya ada pada arbiter. Sementara itu, peran pengacara dalam proses litigasi amat luas, mulai dari mengumpulkan bukti hingga menunjukkan hasil riset dan kasus mereka ke jajaran hakim di pengadilan untuk melakukan pembelaan. Batasan Barang Bukti Bukti menjadi salah satu hal paling penting dalam menyelesaikan perselisihan dan melakukan pembelaan. Namun, aturan mengenai barang bukti ini tidak berlaku dalam proses arbitrase. Kalaupun diberlakukan, prosesnya terbatas dan dikendalikan oleh arbiter. Hal ini karena tidak ada panggilan pengadilan atau interogator dalam proses arbitrase. Sementara itu, barang bukti adalah hal yang wajib ada dan ditunjukkan oleh kedua belah pihak dalam proses litigasi. Barang bukti ini berguna untuk menguatkan pembelaan dan argumen masing-masing pihak di hadapan majelis hakim saat persidangan. Proses Banding sebagai Upaya Hukum Semua putusan hukum bersifat mengikat, tak terkecuali arbitrase. Meskipun demikian, pihak-pihak yang terlibat tidak memiliki pilihan banding, kecuali hal tersebut diatur dalam pasal undang-undangnya. Berbeda dengan litigasi yang bisa mengajukan banding dan kasasi setelah putusan dikeluarkan. Jelaskan Yang Anda Ketahui tentang bentuk perusahaan berupa PT (Perseroan Terbatas)! Mengapa cenderung PT lebih diminati daripada CV? Sistem Kepemilikan yang Lebih Jelas. Sistem Kepemilikan di dalam PT disusun berdasarkan kepemilikan saham. Hal ini akan sangat membantu jika sewaktu-waktu anda ingin menjual kepemilikan anda. Sistem pemindahan kepemilikan melalui saham lebih mudah untuk dipindah tangankan daripada CV selama perpindahan tersebut sesuai dengan ketentuan perusahaan yang ada di Anggaran Dasar Perusahaan yang tercantum di AKTA. Akses Bisnis yang Lebih Luas Jika Anda ingin perusahaan memiliki akses bisnis yang lebih luas seperti mengikuti proyek, maka mendirikan PT adalah pilihan yang tepat. Kebanyakan proyek tender dari pemerintah maupun swasta hanya menerima partisipasi dari perusahaan dengan bentuk PT. Terutama proyek yang bernilai besar. Selain itu, untuk mendapatkan suntikan modal dari investor ataupun Bank, kreditor akan lebih mempercayai perusahaan dengan bentuk PT untuk memberikan modal dalam jumlah besar. Aktivitas Bisnis yang Lebih Beragam Beberapa bidang usaha diwajibkan oleh undang-undang untuk menggunakan badan usaha PT untuk bisa beroperasi. Jika Anda ingin membangun bisnis di bidang-bidang khusus seperti Bank, Rumah Sakit, jasa outsourcing ataupun penanaman modal asing, maka Anda disarankan memilih badan usaha PT . Bentuk Usaha dengan Badan Hukum Bentuk usaha PT disahkan oleh Kemenkumham (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia). Hal ini sebenarnya menguntungkan karena bentuk usaha PT lebih aman secara hukum. Salah satu contoh perlindungan yang didapatkan adalah perlindungan identitas perusahaan. Jika perusahaan anda sudah berdiri, PT lain tidak bisa berdiri dengan nama yang sama. Selain itu badan usaha anda akan dianggap lebih menguntungkan dan terpercaya.
Idea bagi padanan hartanah yang inovatif: Kerja mudah agensi hartanah: Pemadanan hartanah: Cara yang cekap, mudah dan profesional broker hartanah melalui portal pemadanan hartanah yang inovatif
Analisis Kasus Perdata Berkaitan Undang-Undang No.30 Tahun 1999 Terhadap Sengketa Merek Antara Dua Kelinci Dan Makanan Garuda Ya NG Yang Terjadi Pada Juni 2007