Anda di halaman 1dari 2

1.

Perjanjian waralaba adalah perjanjian tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima
waralaba atau pemberi waralaba lanjutan dengan penerima waralaba yang berisi hak dan
kewajiban antara kedua belah pihak. Dasar hukum perjanjian waralaba diatur dalam Pasal 1
Angka 8 Permendag Nomor 71/2019, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang
Waralaba, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya suatu
perjanjian. Perjanjian waralaba juga tunduk pada asas kebebasan berkontrak yang tercantum
di Pasal 1338 KUHPer

2. Uraikan tentang lembaga pembiayaan adalah sebagai berikut:


Lemaga Pembiayaan: Lemaga ini berfungsi sebagai tengah pembiayaan dan berada di tengah
pembiayaan atau bank. Kegiatan ini melibatkan pemeriksaan kredit dan pengawasan
pembiayaan. Keputusan pemeriksaan pembiayaan ini harus disampaikan kepada pembiayaan.
Jenis Jenis Pembiayaan: Ada beberapa jenis pembiayaan, antara lain:
1. Pembiayaan berwadid: Pembiayaan ini dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda
dan dibayarkan pada wadah pembiayaan.
2. Pembiayaan bundling: Pembiayaan ini melibatkan pembiayaan yang berbeda dan
dibundlingkan menjadi satu paket.
3. Pembiayaan saham: Pembiayaan ini melibatkan pembiayaan yang dibagi menjadi
bagian dan dibayarkan pada saham.
Selain itu, ada beberapa jenis pembiayaan lainnya, seperti pembiayaan konstruksi,
pembiayaan rantai pasokan, dan pembiayaan import.

3. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) mengacu pada hak untuk menikmati secara ekonomis
hasil dari kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI meliputi karya-karya yang
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual. Jenis-jenis HKI antara lain adalah hak cipta,
paten, merek, desain industri, indikasi geografis, rahasia dagang, dan desain tata letak sirkuit
terpadu
Perbedaan utama antara hak cipta dan hak paten terletak pada objek perlindungan dan
cakupan perlindungan. Hak cipta melindungi karya-karya seni dan tulisan, sedangkan hak
paten melindungi penemuan baru dan inovasi teknis. Hak cipta memberikan hak eksklusif
kepada pemilik untuk memperbanyak, mendistribusikan, dan memanfaatkan karya-karya
mereka, sementara hak paten memberikan hak eksklusif untuk mencegah pihak lain
membuat, menggunakan, atau menjual penemuan atau inovasi teknis tanpa izin

4. Perlindungan konsumen secara umum mencakup upaya untuk menjamin kepastian hukum
bagi konsumen dalam memperoleh barang dan jasa, serta memberikan perlindungan terhadap
hak-hak konsumen. Di Indonesia, terdapat beberapa lembaga yang bertugas dalam
mengembangkan perlindungan konsumen, antara lain Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM).
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK): Merupakan lembaga bentukan pemerintah
yang tugasnya adalah menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan
konsumen
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM): Merupakan lembaga
non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah. LPKSM memiliki tugas seperti
menyebarkan informasi untuk meningkatkan kesadaran konsumen, memberikan nasihat
kepada konsumen, bekerja sama dengan instansi terkait, membantu konsumen dalam
memperjuangkan haknya, dan melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat
terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen
Dengan adanya lembaga-lembaga ini, diharapkan konsumen dapat memperoleh perlindungan
yang lebih baik dalam bertransaksi dengan pelaku usaha.

Arbitrase adalah salah satu cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lebih fleksibel
dan dapat dipilih oleh para pihak yang terlibat dalam sengketa. Berikut adalah mekanisme
dan prosedur penyelesaian sengketa dengan cara arbitrase dari awal permohonan
penyelesaian sengketa ke lembaga arbitrase sampai mendapatkan putusan arbitrase:
1. Pendaftaran: Pihak yang ingin menyelesaikan sengketanya melalui arbitrase harus
mendaftarkan permohonan arbitrase ke lembaga arbitrase yang dipilih.
2. Isi Permohonan Arbitrase: Permohonan arbitrase harus mencantumkan identitas para
pihak, alasan mengajukan sengketa diselesaikan melalui arbitrase, dasar kontrak,
masalah sengketa, bukti-bukti, dan lain sebagainya.
3. Dokumen: Setelah permohonan diterima, lembaga arbitrase akan meminta dokumen-
dokumen yang diperlukan untuk menyelesaikan sengketa.
4. Penunjukan Arbiter: Pihak yang mengajukan permohonan arbitrase akan
menominasikan arbiter yang akan menangani sengketa tersebut.
5. Biaya Arbitrase: Biaya administrasi dan biaya arbiter harus dibayar oleh para pihak
sesuai dengan ketentuan lembaga arbitrase yang dipilih.
6. Pemeriksaan: Setelah biaya administrasi dan biaya arbiter dibayar, lembaga arbitrase
akan memeriksa sengketa tersebut.
7. Putusan Arbitrase: Setelah pemeriksaan selesai, arbiter atau majelis arbiter akan
menjatuhkan putusan arbitrase yang bersifat final, independen, dan mengikat bagi
para pihak.
Dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase, para pihak harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Anda mungkin juga menyukai