Anda di halaman 1dari 3

uuTugas Resume

Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa

Nama : Intan Nur Aini Rachman (1213010068)


Kelas : PI-A/5
Dosen Pengampu : Dr.H.Ramdani Wahyu Sururie.,M.Ag.M.Si

Penyelesaian sengketa alternative dalam bidang asuransi (Dasar hukum penyelesaian


sengketa asuransi, jenis-jenis sengketa asurasi, mekanisme penyelesaian sengketa
altenative dalam bidang asuransi [mediasi, negosiasi dll]

 Dasar Hukum
1. Pada awalnya hukum penyelesaiaan sengketa asuransi disasarkan pada pasal 1266 ayat
(4) KUHPerdata, yang hanya dapat diselesaikan melalui peradilan negeri.
2. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat (1)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, arbitrase dan
alternatife penyelesaiaan sengketa, sebagaimana diatur dalam Undang- undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaiaan Sengketa.
3. Undang-undang (UU) Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
4. UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 1320 dan Pasal 1774.
6. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab 9 Pasal 246.
7. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992.
8. PP Nomor 63 Tahun 1999.

 Jenis-jenis sengketa asurasi


1. Sengketa Asuransi Kesehatan:Ini melibatkan perselisihan antara pemegang polis dan
perusahaan asuransi kesehatan terkait klaim atau manfaat kesehatan, seperti persetujuan
klaim, penolakan klaim, atau ketentuan kontrak.
2. Sengketa Asuransi Jiwa:Sengketa ini terkait dengan klaim atas manfaat asuransi jiwa
yang muncul setelah kematian tertanggung. Ini dapat mencakup isu-isu seperti validitas
klaim, jumlah manfaat yang harus dibayarkan, atau apakah pemegang polis memiliki
manfaat tambahan.
3. Sengketa Asuransi Dana Pensiun: Sengketa ini berkaitan dengan klaim atau manfaat yang
terkait dengan program dana pensiun yang diatur oleh perusahaan atau badan tertentu. Isu
yang mungkin muncul termasuk ketentuan pensiun, kapan manfaat akan dibayarkan, atau
perubahan dalam peraturan pensiun.
4. Sengketa Asuransi Kredit:Ini terjadi ketika ada perselisihan terkait asuransi kredit yang
diperlukan dalam transaksi keuangan, seperti hipotek atau pinjaman bisnis. Perselisihan
dapat berkaitan dengan klaim atas ketidakmampuan pemegang polis untuk membayar
pinjaman.
5. Sengketa Asuransi Bisnis:Ini melibatkan perselisihan antara perusahaan atau pemilik
bisnis dengan perusahaan asuransi bisnis mereka, terkait klaim bisnis seperti kerusakan
properti, tanggung jawab umum, atau gangguan usaha.
6. Sengketa Asuransi Kelautan: Jenis sengketa ini terkait dengan asuransi maritim dan
mencakup klaim terkait kerugian yang terjadi di laut, seperti kapal yang tenggelam,
barang yang rusak, atau tanggung jawab perusahaan pelayaran.
7. Sengketa Asuransi Properti:Ini melibatkan perselisihan terkait klaim atas kerusakan atau
kehilangan properti, seperti rumah, gedung komersial, atau isu terkait asuransi penyewa.
8. Sengketa Asuransi Kendaraan:Ini terkait dengan klaim asuransi kendaraan bermotor,
termasuk kendaraan pribadi dan komersial. Perselisihan dapat mencakup klaim atas
kecelakaan, pencurian, atau kerusakan kendaraan.
Setiap jenis sengketa asuransi memiliki peraturan dan prosedur penyelesaian yang berbeda
tergantung pada negara dan jenis polis asuransi yang diberikan. Pemegang polis yang
menghadapi sengketa asuransi sebaiknya mengacu pada perjanjian polis mereka dan
mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan pengacara asuransi yang berpengalaman
untuk mendapatkan nasihat yang sesuai.

 Mekanisme penyelesaian sengketa altenative dalam bidang asuransi


Mekanisme penyelesaian sengketa alternatif (Alternative Dispute Resolution - ADR) adalah
cara alternatif untuk menyelesaikan sengketa asuransi di luar pengadilan tradisional. Berikut
adalah beberapa mekanisme ADR yang umum digunakan dalam penyelesaian sengketa
asuransi:
1. Mediasi:Mediasi melibatkan seorang mediator independen yang membantu pihak-pihak
yang terlibat dalam sengketa untuk mencapai kesepakatan. Mediator tidak membuat
keputusan, tetapi membantu dalam negosiasi antara pihak-pihak tersebut. Mediasi sering
digunakan sebagai langkah awal dalam penyelesaian sengketa asuransi.
2. Arbitrase:Arbitrase adalah proses di mana sengketa diajukan ke arbiter independen yang
akan membuat keputusan yang mengikat. Arbitrase dapat menjadi bentuk wajib atau
sukarela, tergantung pada peraturan dan perjanjian antara pihak-pihak yang bersengketa.
Keputusan arbitrase seringkali lebih cepat daripada pengadilan tradisional.
3. Penilaian Independen:Penilaian independen melibatkan penggunaan ahli independen
untuk mengevaluasi kerugian atau klaim yang diajukan oleh pemegang polis atau
perusahaan asuransi. Penilaian independen dapat membantu pihak-pihak untuk mencapai
kesepakatan mengenai jumlah klaim yang harus dibayar.
4. Ombudsman Asuransi:Beberapa negara memiliki ombudsman asuransi yang bertugas
untuk menilai sengketa antara pemegang polis dan perusahaan asuransi. Ombudsman
adalah entitas independen yang dapat memberikan rekomendasi non-bind untuk
menyelesaikan sengketa.
5. Klaim pada Tingkat Manajemen Perusahaan Asuransi:Banyak perusahaan asuransi
memiliki prosedur internal untuk menyelesaikan sengketa. Klaim dan perselisihan
biasanya dapat diajukan ke tingkat manajemen perusahaan asuransi untuk peninjauan
lebih lanjut.
6. Proses ajudikasi dalam sengketa asuransi mengacu pada penyelesaian sengketa melalui
pengadilan atau sistem peradilan formal. Ini adalah langkah terakhir setelah upaya
penyelesaian sengketa melalui mekanisme penyelesaian sengketa alternatif (Alternative
Dispute Resolution - ADR) gagal.
Berikut adalah beberapa tahap umum dalam proses ajudikasi sengketa asuransi:
a. Permohonan atau Gugatan:Tahap awal dalam proses ajudikasi adalah pihak yang merasa
dirugikan (biasanya pemegang polis) mengajukan permohonan atau gugatan kepada
pengadilan yang berwenang. Permohonan atau gugatan tersebut harus memuat
pernyataan klaim dan dasar hukum yang menjadi dasar sengketa.
b. Jawaban: Pihak tergugat (biasanya perusahaan asuransi) harus memberikan jawaban
resmi terhadap permohonan atau gugatan tersebut. Dalam jawaban mereka, mereka dapat
membantah klaim yang diajukan dan menyediakan bukti-bukti yang mendukung posisi
mereka.
c. Pemeriksaan Bukti:Setelah permohonan dan jawaban diajukan, pengadilan akan
mengatur waktu dan prosedur untuk pemeriksaan bukti. Ini termasuk penyajian bukti-
bukti oleh kedua pihak, seperti dokumen kontrak asuransi, laporan inspeksi, saksi ahli,
dan kesaksian dari pihak yang bersengketa.
d. Sidang Pengadilan: Selama sidang pengadilan, kedua pihak akan memiliki kesempatan
untuk menyampaikan argumen mereka secara lisan dan mempresentasikan bukti-bukti
mereka kepada pengadilan. Pengadilan akan mendengarkan argumen dari kedua pihak
sebelum membuat keputusan.
e. Keputusan Pengadilan:Setelah mendengarkan bukti-bukti dan argumen dari kedua pihak,
pengadilan akan membuat keputusan yang mengikat. Keputusan pengadilan dapat berupa
keputusan untuk mendukung klaim pemegang polis atau untuk mendukung perusahaan
asuransi. Keputusan tersebut dapat memutuskan jumlah manfaat yang harus dibayarkan
atau menolak klaim secara keseluruhan.
f. Pelaksanaan Keputusan:Jika pengadilan memutuskan untuk mendukung klaim pemegang
polis, perusahaan asuransi biasanya diwajibkan untuk membayar manfaat sesuai dengan
keputusan tersebut. Jika salah satu pihak tidak mematuhi keputusan pengadilan, pihak
yang kalah dapat mengambil tindakan eksekusi untuk memaksa pelaksanaan keputusan.
Proses ajudikasi sengketa asuransi melibatkan aturan dan prosedur yang ditetapkan oleh sistem
peradilan negara tertentu. Penting untuk diingat bahwa proses ini bisa memakan waktu dan
mahal, dan hasilnya tidak selalu memuaskan semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, banyak
pemegang polis dan perusahaan asuransi mencoba upaya penyelesaian sengketa alternatif
sebelum memutuskan untuk melibatkan pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai