Anda di halaman 1dari 2

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIVE DALAM BIDANG ASURANSI

AHMAD SYAFIIQ MUKHLISUL IBAD


1213010008

Dr. H. Ramdani Wahyu Sururie, M.Ag., M. Si


Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa

DASAR HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA ASURANSI

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.


2. Undang- undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaiaan
Sengketa
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
4. Undang-undang ini menggantikan UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.

JENIS-JENIS SENGKETA ASURANSI

Sengketa asuransi biasa terjadi atau sering kali muncul setelah seseorang atau
perusahaan mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi akan tetapi perusahaan asuransi
menolak klaim tersebut. Dalam beberapa kasus, perusahaan asuransi dapat memberikan
alasan yang dianggap sah atas penolakan tersebut, namun dalam kasus lain pihak tertanggung
mungkin merasa dirugikan dan merasa bahwa penolakan tersebut tidak berdasar. Jenis
perselisihan dan penyelesaian asuransi dapat berbeda-beda.

Adapun jenis-jenis sengketa asuransi adalah

1. Sengketa Penolakan Asuransi, seperti yang sudah disinggung diatas sengketa penolakan
asuransi ini merupakan sengketa yang paling banyak terjadi di bidang asuransi. Yaitu
ketika perusahaan asuransi menolak klaim asuransi yang diajukan, penolakan ini
biasanya disertai dengan alasan kenapa ditolaknya klaim asuransi. Akan tetapi jika
seseorang atau perusahaan yang berhak mengklaim asuransi merasa bahwa penolakan
tersebut tidak bisa dianggap benar, maka dapat mengajukan banding agar klaim asuransi
yang menjadi haknya dapat ditindak lanjuti kembali. Karena bisa saja perusahaan
asuransi bertindak tidak etis sehingga dapat merugikan, oleh karenanya dapat diambil
langkah selanjutnya agar sengketa dapat terselesaikan.
Alasan-alasan penolakan kalim asuransi yang biasa dikemukakan perusahaan asuransi
diantaranya :
a) Terjadi kesalah pahaman diamana ada hal yang mengecualikan cakupan klaim.
b) Cidera, prosedur, atau insiden yang tidak tercakup dalam kebijakan spesifik
c) Penyimpangan pertanggungan selama jangka waktu yang ditentukan dalam
klaim
2. Perbedaan pendapat mengenai kenaikan premi, hal ini bisa terjadi ketika kekurangan
informasi dari salah satu pihak, atau kenaikan yang dilakukan secara sepihak.
3. Ketidak sepakatan mengenai perubahan cakupan kebijakan. Kebijakan merupakan hal
yang sangat sentral, oleh karenanya hal-hal mengenai kebijakan harusnnya sudah
menjadi kesepakatan bersama.
4. Persepsi informasi yang salah dari perusahaan asuransi. Seperti halnya informasi yang
disampaikan oleh staf pemasaran perusahaan asuransi kurang lengkap dan jelas, atau
bahkan identik dengan bahasa pemasaran, sehingga informasiinformasi yang ada
hubungannya dengan hukum, hak dan kewajiban para pihak, penyampaiannya kurang
informatif sehingga tidak dipahami oleh nasabah
5. Kesalah pahaman tentang manfaat atau diskon pajak dari pembelian asuransi, hal ini
juga sering terjadi karena kurangnya informasi dan kurangnya penyampaian informasi
oleh perusahaan asuransi.
6. Tanda tangan palsu atau pelanggaran lainnya, dimana hal ini sudah masuk kedalam
penipuan.
7. Hilangnya cakupan tanpa pemberitahuan, sengketa ini cenderung sepihak karena
seharusnya perusahaan asuransi memberi pemberitahuan agar tidak ada kesalah
pahaman dan tidak terjadi hal yang dilakukan secara sepihak saja.

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTENATIVE DALAM BIDANG


ASURANSI
Sengketa asuransi dapat dilakukan atau ditempuh dengan Mediasi dan arbitrase.
Mediasi dan arbitrase dalam sengketa asuransi ini dilakukan oleh BMAI (badan Mediasi dan
Arbitrase Asuransi Indonesia) dimana BMAI adalah lembaga independen dan imparsial yang
dibentuk dengan tujuan untuk memberikan representasi yang seimbang antara Tertanggung
atau Pemegang Polis dan Penanggung/Asuransi. BMAI sendiri merupakan gagasan dari
industri perasuransian yang diwadahi oleh Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia (FAPI).
Adapun hal-hal yang menjadi kegiatan BMAI adalah:
a) Menerima permohonan mediasi yang diajukan oleh Pemohon (Tertanggung atau
Pemegang Polis) sebagai upaya penyelesaian sengketa klaim asuransi.
b) Melakukan upaya mediasi dengan memfasilitasi langkah – langkah perdamaian
kepada para pihak yang bersengketa tanpa harus memberikan penilaian ataupun
putusan terhadap sengketa tersebut; dan
c) Melakukan pemeriksaan dan membuat putusan ajudikasi terhadap sengketa oleh
majelis ajudikasi, jika upaya mediasi tidak berhasil.
Namun juga terdapat beberapa hal yang tidak dapat ditangani oleh BMAI dalam sengketa
klaim, seperti Kasus yang sedang dalam proses investigasi oleh pihak yang berwajib,
termasuk kasus – kasus dengan tuduhan adanya penipuan atau tindak kriminal, dan kasus
tersebut telah dilaporkan kepada yang berwajib untuk dilakukan investigasi, atau sengketa
yang pernah atau sedang disidangkan di pengadilan karena sudah masuk ranah litigasi.
Adapun Pemohon atau pihak yang dapat mengajukan sengketa kepada BMAI adalah
nasabah yang mempunyai hubungan perjanjian asuransi dengan perusahaan asuransi
(Anggota BMAI), Seseorang yang mempunyai kepentingan finansial atas manfaat suatu
perjanjian asuransi, Seorang Tertanggung yang disebutkan dalam polis asuransi, Pihak ketiga
yang mempunyai hak untuk mengajukan klaim atas sebuah perjanjian asuransi yang
menjamin atau diperluas untuk menjamin pertanggungan terhadap pihak ketiga.

Anda mungkin juga menyukai