Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rizal Dwi Rachmadi

NIM : 043018646
UPBJJ : Samarinda

TUGAS 3 MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara
hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Coba Anda identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi!
JAWAB :
Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak yaitu perjanjian yang mengikat secara hukum
dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak- pihak yang bersangkutan. Jika salah satu
pihak gagal melakukan kewajibannya tanpa alasan hukum, kontrak dianggap dilanggar. Jika
kontrak dilanggar, atau jika timbul perselisihan di antara pihak-pihak tentang interpretasi dari
kontrak, permasalahannya dapat diselesaikan di pengadilan. Dalam hai ini, pengadilan memiliki
kemampuan untuk menegakkan (enforce) pertimbangannya dan menyelesaikan perselisihan
kontrak.
JENIS KONTRAK ASURANSI
Kontrak dalam asuransi dapat dapat dibedakan menjadi kontrak bersyarat dan kontrak cacat
hukum. Penjelasan masing-masing kontrak adalah sebagai berikut.
1. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)
Kontrak bersyarat memungkinkan satu pihak memilih memutuskan perjanjian karena tindakan
atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki hak untuk
memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai contoh: penanggung
tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahni bahwa tertanggung melakukan
penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan, jika penanggung,
secara melawan hukum, menolak pembayaran klaim.
2. Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)
Kontrak cacat hukum, jika dari semula kekurangan satu atau lebih sli persyaratan untuk menjadi
kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud ilegal seperti maksud
memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang dipertanggungkan, s0 satu
pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang dinyatakan tidak dsli waras membeli
asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut it dianggap tidak pernah ada (void ab initio).
Dalam asuransi properti dikenal adanya ikatan (blinder) yaitu kontrak sementara yang sering
digunakan sebelum keluamya polis asuransi formal. Ikatan harus memenuhi semua persyaratan
kontrak hukum. Maksud diadakannya ikatan adalah memberikan perlindungan seketika selama
waktu proses permintaan akan asuransi. Ikatan bisa lisan atau gtertulis. Ikatan lisan seperti lewat
telepon, harus segera diikuti dengan dokumen tertulis. Ikatan tertulis harus menyebut jumlah
uang Bub pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan pihak-pihak dalam Iad ikatan.
Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-agennya tidak memiliki
kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan dalam bentuk
penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada dipenuhinya persyaratan atau
bukti dapa diasuransikannya (insurability) calon tertanggung, misalnya keadaan kesehatan. Jika
persyaratan atau bukti tersebut dipenuhi, perlindungan mulai berlaku setelah pembayaran premi
pertama.
Referensi : BMP ADBI4211 Modul 7 Hal 7.3 – 7.4

2. Coba Anda identifikasi dan analisis syarat-syarat kontrak asuransi!


JAWAB :
SYARAT KONTRAK ASURANSI
Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarnya diatur oleh
UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Karena kontrak asuransi pada umumnya merupakan
suatu ikatan maka Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Hukum Dagang masih tetap
mengatur perasuransian, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang No.40/2014.
Suatu kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab TIndang-undang
Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak maka harus dipenuhi
ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh hukum.
Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi menurut Pasal 1320 adalah yang berikut ini.
1. Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri
Kontrak mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan orang lain. Itu berarti bahwa salah satu
pihak menawarkan dan tawaran diterima baik oleh pihak lain. Penawaran tersebut harus cukup
terinci dan dikomunikasikan secara jelas. dimulai bila seseorang mengajukanl usulan untuk
Penerimaan penawaran hars tanpa syarat, dan dikomunikasikan secara jelas. Semua pihak dalam
suatu kontrak harus sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama. Harus terjadi kesamaan pikiran
(meeting of the minds). Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak memberi penawaran kepada
pihak lainuntuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pihak kedua dapat menerima, menolak
ataumembuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka kedua belah pihak terikat untuk
melaksanakan kontrak tersebut.
Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan melalui permohonan pertanggungan oleh calon
nasabah. Metode yang paling sederhana yang biasa lpergunakan dalam asuransi kerugian adalah
permohonan lisan kepada agen. Dalam asuransi jiwa atau kesehatan penawaran mesti dilakukan
dengan permohonan tertulis.
Sebelum suatu kontrak efektif, penerimaan permohonan itu adalah penting. Dalam asuransi
kerugian, agen biasanya mempunyai wewenang untuk mengikat atau menerima permohonan itu
bahkan tanpa menerima pembayaran dari pemohon. jika diperlukan perlindungan bisa dimulai
segera, walau baru dengan permohonan lisan dan dengan persetujuan lisan oleh "Binder tertulis"
atau kontrak sementara bisa diterbitkan oleh agen dengan ketentuan bahwa kontrak tertulis akan
disiapkan biasanya dalam 15 sampai 30 hari, tetapi hal ini tidak esensial untuk menjadi
efektifnya perjanjian itu. Dalam asuransi jiwa, metode dan waktu penerimaan persetujuan
berbeda dengan asuransi kerugian. Lamaran tertulis dan pembayaran premi pertama biasanya
disampaikan sekaligus kepada agen. Agen lalu memberikan "kuitansi bersyarat". Penerimaan
(acceptance) ini merupakan saatnya ketika pelamar memenuhi standar underwriting, yang
meliputi pemeriksaan kesehatan jika diperlukan. Kemudian coverage yang diminta menjadi
efektie pada waktu penyerahan lamaran beserta pembayaran premi. Andai kata premi pada waktu
itu belum dibayar maka asuransi itu belum efektif. Sekiranva pelamar tidak dapat memenuhi
standar underwriting dari penanggung, pihak penanggung boleh membuat suatu counter offer
dengan kontrak lain yang mungkin diterima atau ditolak atas penyampaiannya oleh agen.
2. Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)
Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud petjanjian tidak legal atau bertentangan dengan
politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi tidak sah jika yang diasuransikan adalah mobil
curian.
Contoh lain, perjanjian ilegal jika misalnya orang mengasuransikan rumahnya dengan niat ia
akan membakar rumah itu dengan sengaja dengan harapan akan mendapat santunan asuransi.
3. Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)
Tidak semua orang secara hukumo memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak. Misalnya
anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu tidak kompeten untuk
melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha
merupakan pihak yang tidak kompeten.
4. Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)
Persyaratan terakhir untuk sahnya suatu kontrak adalah imbalan yang dipertukarkan oleh kedua
belah pihak untuk persetujuan itu, misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam kontrak asuransi,
penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise) untuk
membayar tertanggung. Artinya, penanggung sepakat membayar hanya jika peristiwa tertentu
terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung n tidak perlu melakukan pembayaran.
Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung memberikan dua hal yaitu: uang dan janji
untuk menepati ketentuan dalam kontrak asuransi.
Sebagian besar kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa hanya penanggung yang
membuat janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak berjanji untuk membayar premi, dan
tidak dapat dituntut atas kegagalannya membayar. Hanya saja, tertanggung tidak dapat
mendapatkan yang dijanjikan. jika premi tidak membayar (pada waktunya).
Referensi : BMP ADBI4211 Modul 7 Hal 7.5-7.7

3. Coba Anda identifikasi dan analisis usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari
unsur kepemilikan
JAWAB :
Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sektor
asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan. Secara singkat berikut
diberikan ulasannya
a. Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. Badan usaha milik
negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa ketentuan khusus. Biasanya
perseroan terbatas diberi tambahan di belakangnya dengan kata 'Persero'.
Badan Usaha Milik Negara mempunyai visi dan misi yang disejalankan dengan kepentingan
Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait dengan keuangan,
perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan sebagainya. Adapun
perusahaan-perusahaan milik negara dimaksud meliputi:
1) PT Asuransi Jiwasraya
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi jiwa, baik secara
individual maupun secara kelompok.
2) PT Asuransi Jasa Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan Asuransi Jasindo. Perusahaan ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi umum atau asuransi kerugian.
3) PT Asuransi Kredit Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan PT Askrindo. Perusahaan ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang menjual produk asuransi atas jaminan kredit bagi para nasabah bank
yang mendapatkan pinjaman kredit.
4) PT Asuransi Ekspor Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan ASEI. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik
Negara, menjual produk asuransi berupa pemberian jaminan atas barang-barang yang diekspor
ke negara lain
5) PT Reasuransi Umum Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan REINDO. Persuhaan ini merupakan Badan Usaha
Milik Negara, menjual produk asuransi bagi perusahaan asuransi yang mengalami
kelebihan kapasitas daya tampung risiko. Dengan demikian maka perusahaan ini merupakan
lembaga asuransi khusus bagi perusahaan asuransi.
6) PT Asuransi Jasa Raharja
Badan Usaha Milik Negara ini, melaksanakan program asuransi sosial dalam hal pemberian
santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan raya.
7) PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
Atau seringkali disingkat dengan panggilan PT Taspen. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha
Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi para Pegawai Negeri Sipil. Program
yang diberikan ialah santunan berupa tunjangan hari tua dan pembayaran upah pensiun.
8) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Atau sering kali disingkat dengan panggilan PT Jamsostek. Perusahaan ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi seluruh tenaga kerja. Program
yang diberikan ialah memberikan santunan kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
selama menjalankan tugas pekerjaannya. Santunan diberikan baik untuk biaya pengobatan
maupun untuk santunan meninggal dunia.
9) PT Asuransi Kesehatan
Atau seringkali disingkat dengan panggilan PT ASKES. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha
Milik Negara, menjual produk yang berupa asuransi kesehatan baik bagi para Pegawai Negeri
Sipil, maupun bagi masyarakat yang memerlukannya.

b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional


Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk badan
hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk Koperasi. Perusahaan
swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas. Apabila perseroan terbatas dimaksud telah mampu menjadi perusahaan
publik maka juga harus tunduk kepada Undang-Undang tentang Pasar Modal.
Pada perusahaan swasta nasional yang berbentuk koperasi, maka dengan sendirinya harus tunduk
kepada Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992, yang pada tanggal 30 Oktober telah
dikeluarkan Undang-Undang Koperasi yang baru Nomor 17 Tahun 2012.

c. Badan Usaha Milik Usaha Patungan


Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara berangsur masuklah
para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman Modal Asing. Bersamaan dengan itu
mereka juga membawa mitra usahanya atau perusahaan-perusahaan yang terkait dengan
perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu mitra usaha mereka adalah
perusahaan asuransi.
Namun sesuai dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya perusahaan
asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluarnya mereka melakukan
usaha patungan (joint- ventures), dengan mitra asuransi nasional baik dengan badan usaha milik
negara maupun dengan badan usaha milik swasta nasional. Dewasa ini perusahaan asuransi
dengan bentuk usaha patungan telah melakukan usaha baik dalam usaha asuransi kerugian
maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini ditulis belum terlihat adanya usaha patungan yang
membuka usaha dalam usaha reasuransi.
Referensi : BMP ADBI4211 Modul 8 Hal 8.44 -8.46

Anda mungkin juga menyukai