Keuntungan maksimal
Pada tabel diatas, Q adalah kuantitas output yang dihasilkan, P adalah tingkat harga, TR adalah
penerimaan total (yaitu P dikali Q), TC adalah biaya total dan Π adalah keuntungan. Berdasarkan
Tabel 3.1 di atas, keuntungan maksimum yang diperoleh produsen pada pasar persaingan murni
adalah sebesar Rp 1.690.000 yaitu pada tingkat output sebesar 650 unit. Sedangkan kerugian total
mencapai maksimum adalah sebesar Rp 1.200.000 yaitu pada tingkat output sebesar 100 unit.
Perpotongan antara TR dan TC merupakan titik pulang pokok (break even point), yaitu pada
tingkat output sebesar 300 dan 800 unit. Tabel hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut
Berdasarkan gambar di atas, kurva penerimaan total atau TR dimulai dari titik origin (titik
nol), hal ini disebabkan produsen tidak akan mendapatkan penerimaan apabila perusahaan
belum menghasilkan output. Apabila perusahaan telah mulai berproduksi atau
menghasilkan output maka perusahaan akan mendapatkan penerimaan sebesar tingkat
output dikali dengan harga (PxQ).
Semakin besar output yang dihasilkan maka penerimaan produsen semakin besar.
Karena tingkat harga adalah datum (tetap) bagi produsen dalam pasar persaingan
sempurna maka kurva TR akan membentuk garis diagonal yang dimulai dari titik
origin ke kanan atas.
Sedangkan kurva biaya total atau TC tidak dimulai dari titik origin karena walaupun
perusahaan belum berproduksi akan tetapi perusahaan sudah mengeluarkan biaya, yaitu
sebesar jumlah biaya tetap. Seperti diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam menghasilkan output dibagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya
variabel (variable cost, VC). Pada tingkat produksi yang rendah perusahaan masih
mengalami kerugian, kemudian apabila produksi terus ditambah maka kerugian semakin
menurun dan mencapai titik pulang pokok (Break Even Point, BEP) pada titik tertentu
(dalam gambar adalah di titik B), setelah titik BEP terlampaui maka produsen akan
mendapatkan keuntungan, dan mencapai maksimum di titik C, yang merupakan jarak
terjauh antara kurva TR dan kurva TC. Apabila produksi terus menerus ditingkatkan
setelah tercapai keuntungan maksimum maka tingkat keuntungan mulai menurun dan
akan mencapai titik pulang pokok kembali ditititk D. Selanjutnya apabila produksi terus
ditingkatkan maka produsen atau perusahaan akan mengalami kerugian.
Terjadinya tingkat keuntungan yang menurun ini sesuai dengan hukum pertambahan hasil
yang semakin menurun (the law of diminishing marginal return), hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan suatu faktor produksi (faktor produksi tetap) untuk
dikombinasikan dengan faktor produksi lain (faktor produksi variabel), apabila faktor
produksi variabel terus ditambah.
Misalnya pada sebidang lahan pertanian (dianggap faktor produksi tetap) yang
dikerjakan oleh seorang pekerja (dianggap faktor produksi variabel), maka output
yang dihasilkan tidak efektif. Apabila lahan pertanian tersebut dikerjakan oleh dua
pekerja maka produksi akan meningkat. Sampai tambahan pekerja menjadi 6 orang
maka akan tercapai keuntungan maksimum dalam
menggarap lahan tersebut, tetapi apabila pekerja terus menerus ditambah (misalnya
sampai 15 pekerja), sedangkan lahan yang digarap tetap maka biaya total akan
bertambah dan tingkat keuntungan akan menurun dan sampai pada titik tertentu
akan mengalami kerugian.
Jadi dapat disimpulkan apabila TR>TC , maka produsen akan mendapatkan keuntungan,
dan apabila selisih TR<TC maka perusahaan akan mengalami kerugian, dan apabila
TR=TC maka perusahaan dalam kondisi break even point
Pendekatan marginal
Pendekatan marginal merupakan alternatif dari pendekatan total. Dalam memproduksi
suatu barang dan menawarkannya di pasar, produsen atau perusahaan harus
membandingkan antara biaya marjinal dengan penerimaan marjinal. Biaya marjinal
(marginal cost, MC) adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen karena
menambah memproduksi 1 unit ouput (MC = TCt - TCt-1 , di mana TC adalah biaya total).
Sedangkan penerimaan marjinal (marginal revenue, MR) adalah tambahan penerimaan
karena menambah produksi output 1 unit (MR = TRt - TRt-1)
Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih
relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi
dari biaya sehingga karena keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya
marginal lebih besar dari penerimaan marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi
dari penerimaan sehingga kerugian menjadi bertambah. Keuntungan maksimum
(atau kerugian minimum) akan terjadi apabila penerimaan marjinal sama dengan
biaya marjinal (MR = MC).
Untuk melihat lebih jauh penggunaan pendekatan marjinal, maka Tabel 3.1 kita reproduksi
kembali dengan berbagai tambahan dibawah ini.
Tabel 2 Maksimisasi keuntungan dengan Pendekatan Marjinal
Q P= MR TC MC AC Keuntungan Keuntungan
Per unit
(unit) (00) Total
Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang oligopolis adalah D atau ABC dan
memiliki patahan pada titik B (pada tingkat harga $6 dan jumlah output 60). AB
adalah kurva permintaan apabila perusahaan menaikan harga, dan BC adalah
kurva permintaan apabila perusahaan menurunkan harga.
Kurva pada pasar persaingan monopolistik hampir mirip dengan Monopoli akan
tetapi Kurva D pada perusahaan monopolistik lebih Elastis.
.
Kurva permintaan pasar persaingan monopolistic
Grafik diatas menunjukkan perusahaan mencapai laba maksimum pada saat MR=MC
dititik E. sama halnya dengan perusahaan monopolis, harga jual lebih besar dari biaya
marjinal (P>MC). Tetapi kemampuan eksploitasi laba relative terbatas, karena kurva
permintaan yang dihadapi yang dihadapi sangat landai. Laba super normal yang
dinikmati perusahaan sebesar luas segi empat APBC, dimana harga adalah P dan jumlah
output yang diproduksi Q*.