Anda di halaman 1dari 7

Tugas 3 Pengantar Ekonomi Mikro

Nama : Rizal Dwi Rachmadi


Nim : 043019646
UPBJJ : Samarinda

1. Jelaskanlah maksimisasi keuntungan dengan pendekatan total dan


dengan pendekatan marginal, dijeaskan menggunakan kurva!
Seorang produsen yang rasional akan selalu mencari keuntungan yang paling maksimum atau
kerugian yang paling minimum baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ada dua
pendekatan untuk menentukan tingkat ouput di mana produsen akan mendapatkan keuntungan
maksimum atau mengalami kerugian minimum, yaitu pertama, pendekatan penerimaan total dan
biaya total, atau sering disebut pendekatan total; dan kedua adalah pendekatan penerimaan marjinal
dan biaya marginal, atau biasa disebut pendekatan marginal. Kedua pendekatan-pendekatan ini
akan dibicarakan secara berurutan berikut ini.
 Pendekatan Total
Keuntungan total sama dengan penerimaan (Total Revenue, TR) dikurangi dengan biaya total
(Total Cost, TC). Penerimaan total merupakan perkalian antara tingkat harga yang terjadi di pasar
dengan jumlah ouput yang dihasilkan, sedangkan biaya total adalah biaya yang dikeluarkan oleh
produsen dalam menghasilkan output. Dalam jangka pendek, biaya dapat dibedakan atas biaya
tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable cost, VC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak
tergantung pada besarnya jumlah output yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang tergantung kepada besar kecilnya jumlah output yang dihasilkan.
Untuk melihat perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel kita dapat mengambil contoh suatu
perusahaan yang menghasilkan pakaian. Perusahaan ini mempunyai gedung tempat usaha, mesin
jahit, dan karyawan tetap. Walaupun perusahaan tidak berproduksi akan tetapi biaya tetap harus
selalu dikeluarkan, seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan biaya gaji karyawan
tetap. Sedangkan, yang termasuk biaya variabel adalah biaya untuk pembelian bahan baku, gaji
karyawan tidak tetap, biaya listrik dan lain lain. Biaya variabel ini dapat diubah-ubah tergantung
pada kondisi pasar, apabila permintaan pasar naik maka output yang dihasilkan dapat ditambah
dengan menambah biaya variabel, misalnya menambah jam kerja tenaga kerja tidak tetap (untuk
lengkapnya lihat teori biaya pada modul 4)
Keuntungan maksimum akan terjadi apabila selisih TR dan TC mencapai angka terbesar. Untuk
lebih lengkapnya perhatikan data hipotesis berikut ini.

Tabel 1 Tingkat Output dan Keuntungan Total Produsen pada Pasarpersaingan


Murni dengan Pendekatan Total
Q P TR TC Π
(unit) (000 Rp) (000 Rp) (000 Rp) (000 Rp)
0 8 0 800 -800
100 8 800 2.000 -1.200

200 8 1.600 2.300 -700


300 8 2.400 2.400 0
400 8 200 2.524 +676
500 8 4.000 2.775 +1.225
600 8 4800 200 +1.600
650 8 5.200 3.510 +1.690
700 8 5.600 4.000 +1.600
800 8 6.400 6.400 0

Keterangan: Kerugian minimal Titik Pulang Pokok (BEP)

Keuntungan maksimal
Pada tabel diatas, Q adalah kuantitas output yang dihasilkan, P adalah tingkat harga, TR adalah
penerimaan total (yaitu P dikali Q), TC adalah biaya total dan Π adalah keuntungan. Berdasarkan
Tabel 3.1 di atas, keuntungan maksimum yang diperoleh produsen pada pasar persaingan murni
adalah sebesar Rp 1.690.000 yaitu pada tingkat output sebesar 650 unit. Sedangkan kerugian total
mencapai maksimum adalah sebesar Rp 1.200.000 yaitu pada tingkat output sebesar 100 unit.
Perpotongan antara TR dan TC merupakan titik pulang pokok (break even point), yaitu pada
tingkat output sebesar 300 dan 800 unit. Tabel hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut
Berdasarkan gambar di atas, kurva penerimaan total atau TR dimulai dari titik origin (titik
nol), hal ini disebabkan produsen tidak akan mendapatkan penerimaan apabila perusahaan
belum menghasilkan output. Apabila perusahaan telah mulai berproduksi atau
menghasilkan output maka perusahaan akan mendapatkan penerimaan sebesar tingkat
output dikali dengan harga (PxQ).
Semakin besar output yang dihasilkan maka penerimaan produsen semakin besar.
Karena tingkat harga adalah datum (tetap) bagi produsen dalam pasar persaingan
sempurna maka kurva TR akan membentuk garis diagonal yang dimulai dari titik
origin ke kanan atas.
Sedangkan kurva biaya total atau TC tidak dimulai dari titik origin karena walaupun
perusahaan belum berproduksi akan tetapi perusahaan sudah mengeluarkan biaya, yaitu
sebesar jumlah biaya tetap. Seperti diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam menghasilkan output dibagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya
variabel (variable cost, VC). Pada tingkat produksi yang rendah perusahaan masih
mengalami kerugian, kemudian apabila produksi terus ditambah maka kerugian semakin
menurun dan mencapai titik pulang pokok (Break Even Point, BEP) pada titik tertentu
(dalam gambar adalah di titik B), setelah titik BEP terlampaui maka produsen akan
mendapatkan keuntungan, dan mencapai maksimum di titik C, yang merupakan jarak
terjauh antara kurva TR dan kurva TC. Apabila produksi terus menerus ditingkatkan
setelah tercapai keuntungan maksimum maka tingkat keuntungan mulai menurun dan
akan mencapai titik pulang pokok kembali ditititk D. Selanjutnya apabila produksi terus
ditingkatkan maka produsen atau perusahaan akan mengalami kerugian.
Terjadinya tingkat keuntungan yang menurun ini sesuai dengan hukum pertambahan hasil
yang semakin menurun (the law of diminishing marginal return), hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan suatu faktor produksi (faktor produksi tetap) untuk
dikombinasikan dengan faktor produksi lain (faktor produksi variabel), apabila faktor
produksi variabel terus ditambah.
Misalnya pada sebidang lahan pertanian (dianggap faktor produksi tetap) yang
dikerjakan oleh seorang pekerja (dianggap faktor produksi variabel), maka output
yang dihasilkan tidak efektif. Apabila lahan pertanian tersebut dikerjakan oleh dua
pekerja maka produksi akan meningkat. Sampai tambahan pekerja menjadi 6 orang
maka akan tercapai keuntungan maksimum dalam
menggarap lahan tersebut, tetapi apabila pekerja terus menerus ditambah (misalnya
sampai 15 pekerja), sedangkan lahan yang digarap tetap maka biaya total akan
bertambah dan tingkat keuntungan akan menurun dan sampai pada titik tertentu
akan mengalami kerugian.
Jadi dapat disimpulkan apabila TR>TC , maka produsen akan mendapatkan keuntungan,
dan apabila selisih TR<TC maka perusahaan akan mengalami kerugian, dan apabila
TR=TC maka perusahaan dalam kondisi break even point
 Pendekatan marginal
Pendekatan marginal merupakan alternatif dari pendekatan total. Dalam memproduksi
suatu barang dan menawarkannya di pasar, produsen atau perusahaan harus
membandingkan antara biaya marjinal dengan penerimaan marjinal. Biaya marjinal
(marginal cost, MC) adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen karena
menambah memproduksi 1 unit ouput (MC = TCt - TCt-1 , di mana TC adalah biaya total).
Sedangkan penerimaan marjinal (marginal revenue, MR) adalah tambahan penerimaan
karena menambah produksi output 1 unit (MR = TRt - TRt-1)
Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih
relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi
dari biaya sehingga karena keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya
marginal lebih besar dari penerimaan marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi
dari penerimaan sehingga kerugian menjadi bertambah. Keuntungan maksimum
(atau kerugian minimum) akan terjadi apabila penerimaan marjinal sama dengan
biaya marjinal (MR = MC).
Untuk melihat lebih jauh penggunaan pendekatan marjinal, maka Tabel 3.1 kita reproduksi
kembali dengan berbagai tambahan dibawah ini.
Tabel 2 Maksimisasi keuntungan dengan Pendekatan Marjinal

Q P= MR TC MC AC Keuntungan Keuntungan
Per unit
(unit) (00) Total

1 2 3 4=TCt-TCt-1 5=3/1 6= TRt-TRt-1 7=6x1

100 8 2.000 12 20 -12 -1.200


200 8 2.300 3 11.5 -3.5 -700
300 8 2.400 1 8 0 0
400 8 2.525 1.25 6.31 1.69 +676
500 8 2.775 2.50 5.55 2.45 +1.225
600 8 200 4.25 5.33 2.67 +1.602
650 8 3.510 (8) 5.40 2.60 +1.690
700 8 4.000 8 5.71 2.29 +1.600
800 8 6.400 24 8.00 0 0

Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa keuntungan maksimum produsen dalam


pasar persaingan murni akan tercapai pada tingkat output 650 unit, yaitu dengan
tingkat keuntungan sebesar Rp 1.690.000. Perhatikan bahwa biaya marginal
mengacu pada titik tengah antara dua
tingkat output yang berurutan, maka nilai MC pada tingkat output 650 dan 750 unit
output adalah sama yaitu 8. Tingkat keuntungan per unit tertinggi adalah 2,67, akan
tetapi suatu perusahaan bukan mencari keuntungan per unit tertinggi, akan tetapi adalah
mencari keuntungan total maksimum.
Dari Tabel 2 di atas, kita dapat mengilustrasikan keseimbangan produsen dalam satu
gambar seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kurva d (permintaan) dan kurva MR
bagi produsen dalam pasar persaingan murni merupakan garis lurus yang sejajar
dengan sumbu horizontal. Hal ini disebabkan produsen dalam pasar persaingan
murni adalah sebagai pengambil harga (price taker) karena sesuai asumsi yang
dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah penjual sedemikian banyaknya sehingga tidak
seorang produsenpun dapat mempengaruhi harga dengan menambah atau
mengurangi produksi. Produsen dapat menjual berapapun pada harga pasar yang
berlaku.
Konsumen akan mendapatkan keuntungan maksimum apabila MR=MC. Dalam
gambar, ada dua titik perpotongan antara MR dan MC, yaitu di titik A dan di titik B.
Tingkat output terbaik perusahaan dalam pasar persaingan murni terjadi di titik B, di
mana MR=MC dan kurva MR memotong kurva MC dari bawah. Selama MR melebihi
MC maka masih relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan perusahaan
naik lebih tinggi dari pada biaya sehingga keuntungan total naik. Apabila MC melebihi
MR maka tidak ada gunanya bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya karena
biaya naik lebih tinggi dari penerimaan sehingga keuntungan total produsen akan
menurun. Jadi peningkatan produksi setelah titik B akan menurunkan keuntungan
produsen.

Gambar 2 Keseimbangan Konsumen


Keuntungan produsen akan terjadi di titik B, di mana P=MR=MC=8. Output yang
dihasilkan produsen adalah sebanyak 650 unit dan tingkat keuntungan yang
didapat adalah sebesar Rp 1.690.000,-

2. Jelaskan pengertian berikut (nilai


maksimum 20):
 Diferensiasi harga adalah cara penjual untuk memberikan harga yang
berbeda pada barang dan jasa yang dijualnya agar banyak konsumen
yang memilih untuk membeli produk yang kita jual karena harganya
 Diskriminasi harga terjadi bila barang dan jasa yang sama dijual
dengan harga yang berbeda dari perusahaan yang sama. Tidak seperti
diferensiasi produk, diskriminasi harga berfokus pada pengisian berbagai harga
berbeda pelanggan untuk barang yang sama. Berlawanan dengan diferensiasi
produk, diskriminasi harga tidak fokus untuk membedakan produknya dengan
produk lain. Misalnya, perusahaan yang menawarkan diskon pelajar dianggap
sebagai diskriminasi harga. Umumnya, siswa mungkin tidak mempunyai uang
untuk membeli produk dan lebih sensitif terhadap perubahan harga, sehingga
bisnis mencoba menarik lebih banyak target pasar tersebut dengan membuat
barang lebih murah.
 Laba normal (normal profit) diperoleh apabila TR sama dengan TC,
dan TC dihitung sebagai biaya eksplisit ditambah biaya implisit. Dimana TC
(Total Cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
membeli input (faktor produksi) untuk menghasilkan output atau produk akhir.
Sedangkan TR (Total Revenue) adalah keseluruhan penerimaan.
3. Jelaskan bentuk kurva permintaan yang dihadapi penjual monopolis,
penjual dalam persaingan oligopoli dan penjual dalam pasar persaingan
monopolistik, dan gambarkan (nilai maksimum 30).

 Kurva permintaan monopoli, bagi komoditas yang dihasilkan monopoli,


menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Dalam hal tersebut monopolis (pelaku
pasar monopoli) akan memperoleh harga jual tinggi bila produksi sedikit, dan
harganya akan semakin rendah bila produksinya semakin banyak. contoh
gambar kurva permintaan seperti dibawah ini.

 Seorang ahli ekonomi P. Sweezy memperkenalkan kurva permintaan patah


(Kinked Demand). Menurutnya, kurva permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan oligopoli patah pada satu titik harga tertentu untuk mencerminkan
perilaku produsen oligopoli.

Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang oligopolis adalah D atau ABC dan
memiliki patahan pada titik B (pada tingkat harga $6 dan jumlah output 60). AB
adalah kurva permintaan apabila perusahaan menaikan harga, dan BC adalah
kurva permintaan apabila perusahaan menurunkan harga.
 Kurva pada pasar persaingan monopolistik hampir mirip dengan Monopoli akan
tetapi Kurva D pada perusahaan monopolistik lebih Elastis.

.
Kurva permintaan pasar persaingan monopolistic

Grafik diatas menunjukkan perusahaan mencapai laba maksimum pada saat MR=MC
dititik E. sama halnya dengan perusahaan monopolis, harga jual lebih besar dari biaya
marjinal (P>MC). Tetapi kemampuan eksploitasi laba relative terbatas, karena kurva
permintaan yang dihadapi yang dihadapi sangat landai. Laba super normal yang
dinikmati perusahaan sebesar luas segi empat APBC, dimana harga adalah P dan jumlah
output yang diproduksi Q*.

Sumber referensi : ESPA4111 Pengantar Ekonomi Mikro MODUL 5 - 7

Anda mungkin juga menyukai