Selamat Berdiskusi
Jawaban :
1. Seorang produsen yang rasional akan selalu mencari keuntungan yang paling
maksimum. atau kerugian yang paling minimum baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Ada dua pendekatan untuk menentukan tingkat ouput di mana produsen akan
mendapatkan keuntungan maksimum atau mengalami kerugian minimum,
yaitu pertama, pendekatan penerimaan total dan biaya total, atau sering
disebut pendekatan total; dan kedua adalah pendekatan penerimaan marjinal dan
biaya marginal, atau biasa disebut pendekatan marginal.
Pada tabel diatas, Q adalah kuantitas output yang dihasilkan, P adalah tingkat
harga, TR adalah penerimaan total (yaitu P dikali Q), TC adalah biaya total
dan Π adalah keuntungan. Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, keuntungan maksimum
yang diperoleh produsen pada pasar persaingan murni adalah sebesar Rp
1.690.000 yaitu pada tingkat output sebesar 650 unit. Sedangkan kerugian total
mencapai maksimum adalah sebesar Rp 1.200.000 yaitu pada tingkat output
sebesar 100 unit. Perpotongan antara TR dan TC merupakan titik pulang pokok
(break even point), yaitu pada tingkat output sebesar 300 dan 800 unit. Tabel
hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
Berdasarkan gambar di atas, kurva penerimaan total atau TR dimulai dari titik
origin (titik nol), hal ini disebabkan produsen tidak akan mendapatkan penerimaan
apabila perusahaan belum menghasilkan output. Apabila perusahaan telah mulai
berproduksi atau menghasilkan output maka perusahaan akan mendapatkan penerimaan
sebesar tingkat output dikali dengan harga (PxQ). Semakin besar output yang dihasilkan
maka penerimaan produsen semakin besar. Karena tingkat harga adalah datum (tetap)
bagi produsen dalam pasar persaingan sempurna maka kurva TR akan membentuk garis
diagonal yang dimulai dari titik origin ke kanan atas.
Sedangkan kurva biaya total atau TC tidak dimulai dari titik origin karena
walaupun perusahaan belum berproduksi akan tetapi perusahaan sudah mengeluarkan
biaya, yaitu sebesar jumlah biaya tetap. Seperti diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam menghasilkan output dibagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost, FC)
dan biaya variabel (variable cost, VC). Pada tingkat produksi yang rendah perusahaan
masih mengalami kerugian, kemudian apabila produksi terus ditambah maka kerugian
semakin menurun dan mencapai titik pulang pokok (Break Even Point, BEP) pada titik
tertentu (dalam gambar adalah di titik B), setelah titik BEP terlampaui maka produsen
akan mendapatkan keuntungan, dan mencapai maksimum di titik C, yang merupakan
jarak terjauh antara kurva TR dan kurva TC. Apabila produksi terus menerus
ditingkatkan setelah tercapai keuntungan maksimum maka tingkat keuntungan mulai
menurun dan akan mencapai titik pulang pokok kembali ditititk D. Selanjutnya apabila
produksi terus ditingkatkan maka produsen atau perusahaan akan mengalami kerugian.
Misalnya pada sebidang lahan pertanian (dianggap faktor produksi tetap) yang
dikerjakan oleh seorang pekerja (dianggap faktor produksi variabel), maka output yang
dihasilkan tidak efektif. Apabila lahan pertanian tersebut dikerjakan oleh dua pekerja
maka produksi akan meningkat. Sampai tambahan pekerja menjadi 6 orang maka akan
tercapai keuntungan maksimum dalam menggarap lahan tersebut, tetapi apabila pekerja
terus menerus ditambah (misalnya sampai 15 pekerja), sedangkan lahan yang digarap
tetap maka biaya total akan bertambah dan tingkat keuntungan akan menurun dan sampai
pada titik tertentu akan mengalami kerugian.
Jadi dapat disimpulkan apabila TR>TC , maka produsen akan mendapatkan keuntungan,
dan apabila selisih TR<TC maka perusahaan akan mengalami kerugian, dan apabila
TR=TC maka perusahaan dalam kondisi break even point.
Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum. Analisis
ini mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan marginal yakni tambahan
keuntungan total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk mencari jumlah output
yang menghasilkan keuntungan maksimum dapat digunakan patokan sebagai berikut
“Jika keuntungan marginal masih positif dengan menambah satu unit output maka output
harus ditambah dan apabila keuntungan marginal negative dengan menambah satu unit
output maka output harus dikurangi sampai keuntungan atau laba marginal= 0”.
Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan
biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai
pada saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungannya apabila
menambah produksinya pada saat MR>MC yaitu hasil penjualan marginal (MR)
melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi dan penjualan
akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR<MC,
mengurangi produksi dan penjualan akan mmenambah untung. Maka keuntungan
maksimum di capai dengan keadaan di mana MR=MC berlaku. sehingga π =TR-TC.
Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih relevan
untuk meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi dari biaya
sehingga karena keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya marginal lebih
besar dari penerimaan marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi dari penerimaan
sehingga kerugian menjadi bertambah. Keuntungan maksimum (atau kerugian minimum)
akan terjadi apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC).
Untuk melihat lebih jauh penggunaan pendekatan marjinal, maka Tabel 3.1 kita
reproduksi kembali dengan berbagai tambahan dibawah ini.
Minimisasi Kerugian
Harga pasar dapat naik atau turun tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Apabila harga yang diterima produsen dalam persaingan sempurna di atas kurva biaya
rata-rata (kurva AC) maka produsen akan mendapatkan keuntungan sebesar selisih antara
kurva d dikurangi kurva MR dikali jumlah produksi. Keadaan keuntungan maksimum
dapat dilihat seperti yang dijelaskan dalam Gambar 2.
Apabila harga yang diterima produsen di bawah kurva biaya rata-rata maka produsen
akan mengalami kerugian. Seberapa jauh produsen dapat meminimumkan kerugian agar
terus dapat berproduksi dan di titik mana produsen sudah harus menutup usahanya akan
dijelaskan berikut ini.
Dari Gambar diatas, ada tiga kemungkinan perpotongan kurva MR dan kurva MC.
Kedua, apabila kurva MR berada di titik terendah AVC (dijelaskan oleh kurva d 1=MR1),
yaitu di titik C maka kerugian yang diderita produsen adalah sebesar biaya tetap , yaitu
sebesar jarak AC dan AVC dikali jumlah produksi, sedangkan biaya variabel masih dapat
ditutupi. Titik ini dinamakan titik tutup usaha.
Ketiga, apabila kurva MR berada dibawah kurva AVC (dijelaskan oleh kurva d 2=MR2),
yaitu MR dan MC berpotongan di titik D maka produsen tidak layak untuk melanjutkan
produksi karena produsen akan menderita kerugian sebesar biaya tetap ditambah sebagian
biaya variable.
2. Dari Gambar 2 dan Gambar 3 (Keseimbangan Konsumen dan Minimisasi Kerugian) kita
telah melihat bagaimana perusahaan dalam persaingan murni memaksimalkan
keuntungan atau meminimalkan kerugian dengan menentukan tingkat output yang
diproduksi dan ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Sampai sejauh ini kita belum menentukan di mana produsen mulai akan berproduksi dan
menawarkan outputnya di pasar pada tingkat harga yang berlaku, hal ini terkait dengan
apa yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila harga yang terjadi di atas kurva AVC, atau
kurva MR berpotongan dengan kurva MC diatas kurva AC, seperti yang telah dijelaskan
pada Gambar 2 maka produsen tentu dan mau melanjutkan produksi karena akan
mendapatkan keuntungan total maksimum. Sebaliknya apabila harga yang diterima
produsen di bawah kurva AVC, atau kurva MR dan kurva MC berpotongan di bawah
kurva AVC maka produsen tentu tidak akan mau berproduksi karena di samping
mengalami kerugian sebesar biaya tetap (yaitu sebesar jarak AV dan AVC) juga
mengalami kerugian sebagian biaya variabelnya.
Sedangkan kondisi kritis terjadi apabila tingkat harga terjadi diantara titik terendah AVC
sampai dengan titik terendah AC. Dalam Gambar 3.3 yaitu jarak antara C dan B. Apabila
tingkat harga terjadi di titik terendah AVC maka kerugian yang diderita produsen adalah
sebesar biaya tetap tetapi, dan produsen masih bisa terus berproduksi dengan harapan
harga akan naik dan produksi dapat ditingkatkan. Apabila kurva MR di bawah AVC
maka produsen tidak layak untuk melanjutkan produksi. Jadi kesimpulannya kurva
penawaran bagi produsen dalam pasar persaingan murni adalah kurva MC dimulai dari
tirik terendah AVC