Anda di halaman 1dari 8

Dear Mahasiswa

Silakan Anda diskusikan  pernyataan berikuti ini

1. Diskusikan pendekatan yang digunakan oleh produsen dalam memaksimumkan


keuntungan. Jelaskan dengan menggunakan grafik
2. Diskusikan bagaimana mendapatkan kurva penawaran dalam pasar persaingan
murni !

Selamat Berdiskusi
Jawaban :
1. Seorang produsen yang rasional akan selalu mencari keuntungan yang paling
maksimum. atau kerugian yang paling minimum baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Ada dua pendekatan untuk menentukan tingkat ouput di mana produsen akan
mendapatkan keuntungan maksimum atau mengalami kerugian minimum,
yaitu pertama, pendekatan penerimaan total dan biaya total, atau sering
disebut pendekatan total; dan kedua adalah pendekatan penerimaan marjinal dan
biaya marginal, atau biasa disebut pendekatan marginal.

Pendekatan Totalitas (Totality Approach)

Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara membandingkan


pendapatan total(TR) dan biaya total (TC). Pendekatan total(TC) adalah sama
dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga output per unit
(P), maka TR = P.Q . Sedangkan biaya total (TC) adalah samadengan biaya tetap
(FC) ditambah dengan biaya variable(VC), maka TC = FC + VC.
Dalam pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap konstan
sehingga biaya variable adalah jumlah output (Q) di kalikan dengan biaya variable
per unit (v), maka VC=v.Q. Sehingga dapat disimpulkan bahwa π=P.Q-(FC+v.Q).
Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh strategi
penjualan maksimum (Maximum Selling).Sebab semakin besar penjualan semakin
besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan
harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik
impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan
efektif
Untuk melihat perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel kita dapat
mengambil contoh suatu perusahaan yang menghasilkan pakaian. Perusahaan ini
mempunyai gedung tempat usaha, mesin jahit, dan karyawan tetap. Walaupun
perusahaan tidak berproduksi akan tetapi biaya tetap harus selalu dikeluarkan,
seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan biaya gaji karyawan tetap.
Sedangkan, yang termasuk biaya variabel adalah biaya untuk pembelian bahan
baku, gaji karyawan tidak tetap, biaya listrik dan lain lain. Biaya variabel ini dapat
diubah-ubah tergantung pada kondisi pasar, apabila permintaan pasar naik maka
output yang dihasilkan dapat ditambah dengan menambah biaya variabel,
misalnya menambah jam kerja tenaga kerja tidak tetap.

Keuntungan maksimum akan terjadi apabila selisih TR dan TC mencapai angka


terbesar. Untuk lebih lengkapnya perhatikan data hipotesis berikut ini.

 Tabel 1 Tingkat Output dan Keuntungan Total Produsen pada Pasarpersaingan


Murni dengan Pendekatan Total

Pada tabel diatas, Q adalah kuantitas output yang dihasilkan, P adalah tingkat
harga, TR adalah penerimaan total (yaitu P dikali Q), TC adalah biaya total
dan Π adalah keuntungan. Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, keuntungan maksimum
yang diperoleh produsen pada pasar persaingan murni adalah sebesar Rp
1.690.000 yaitu pada tingkat output sebesar 650 unit. Sedangkan kerugian total
mencapai maksimum adalah sebesar Rp 1.200.000 yaitu pada tingkat output
sebesar 100 unit. Perpotongan antara TR dan TC merupakan titik pulang pokok
(break even point), yaitu pada tingkat output sebesar 300 dan 800 unit. Tabel
hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
Berdasarkan gambar di atas, kurva penerimaan total atau TR dimulai dari titik
origin (titik nol), hal ini disebabkan produsen tidak akan mendapatkan penerimaan
apabila perusahaan belum menghasilkan output. Apabila perusahaan telah mulai
berproduksi atau menghasilkan output maka perusahaan akan mendapatkan penerimaan
sebesar tingkat output dikali dengan harga (PxQ). Semakin besar output yang dihasilkan
maka penerimaan produsen semakin besar. Karena tingkat harga adalah datum (tetap)
bagi produsen dalam pasar persaingan sempurna maka kurva TR akan membentuk garis
diagonal yang dimulai dari titik origin ke kanan atas.

Sedangkan kurva biaya total atau TC tidak dimulai dari titik origin karena
walaupun perusahaan belum berproduksi akan tetapi perusahaan sudah mengeluarkan
biaya, yaitu sebesar jumlah biaya tetap. Seperti diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam menghasilkan output dibagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost, FC)
dan biaya variabel (variable cost, VC). Pada tingkat produksi yang rendah perusahaan
masih mengalami kerugian, kemudian apabila produksi terus ditambah maka kerugian
semakin menurun dan mencapai titik pulang pokok (Break Even Point, BEP) pada titik
tertentu (dalam gambar adalah di titik B), setelah titik BEP terlampaui maka produsen
akan mendapatkan keuntungan, dan mencapai maksimum di titik C, yang merupakan
jarak terjauh antara kurva TR dan kurva TC. Apabila produksi terus menerus
ditingkatkan setelah tercapai keuntungan maksimum maka tingkat keuntungan mulai
menurun dan akan mencapai titik pulang pokok kembali ditititk D. Selanjutnya apabila
produksi terus ditingkatkan maka produsen atau perusahaan akan mengalami kerugian.

Terjadinya tingkat keuntungan yang menurun ini sesuai dengan hukum


pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of diminishing marginal return), hal
ini disebabkan terbatasnya kemampuan suatu faktor produksi (faktor produksi tetap)
untuk dikombinasikan dengan faktor produksi lain (faktor produksi variabel), apabila
faktor produksi variabel terus ditambah.

Misalnya pada sebidang lahan pertanian (dianggap faktor produksi tetap) yang
dikerjakan oleh seorang pekerja (dianggap faktor produksi variabel), maka output yang
dihasilkan tidak efektif. Apabila lahan pertanian tersebut dikerjakan oleh dua pekerja
maka produksi akan meningkat. Sampai tambahan pekerja menjadi 6 orang maka akan
tercapai keuntungan maksimum dalam menggarap lahan tersebut, tetapi apabila pekerja
terus menerus ditambah (misalnya sampai 15 pekerja), sedangkan lahan yang digarap
tetap maka biaya total akan bertambah dan tingkat keuntungan akan menurun dan sampai
pada titik tertentu akan mengalami kerugian.

Jadi dapat disimpulkan apabila TR>TC , maka produsen akan mendapatkan keuntungan,
dan apabila selisih TR<TC maka perusahaan akan mengalami kerugian, dan apabila
TR=TC maka perusahaan dalam kondisi break even point.

Pendekatan Marginal (Marginal Approach)

Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum. Analisis
ini mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan marginal yakni tambahan
keuntungan total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk mencari  jumlah output
yang menghasilkan keuntungan maksimum dapat digunakan patokan sebagai berikut
“Jika keuntungan marginal masih positif dengan menambah satu unit output maka output
harus ditambah dan apabila keuntungan marginal negative dengan menambah satu unit
output maka output harus dikurangi sampai keuntungan atau laba marginal= 0”.
Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan
biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai
pada saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungannya apabila
menambah produksinya pada saat MR>MC  yaitu hasil penjualan marginal (MR)
melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi dan penjualan
akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR<MC,
mengurangi produksi dan penjualan akan mmenambah untung. Maka keuntungan
maksimum di capai dengan keadaan di mana MR=MC berlaku. sehingga π =TR-TC.
Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih relevan
untuk meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi dari biaya
sehingga karena keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya marginal lebih
besar dari penerimaan marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi dari penerimaan
sehingga kerugian menjadi bertambah. Keuntungan maksimum (atau kerugian minimum)
akan terjadi apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC).

Untuk melihat lebih jauh penggunaan pendekatan marjinal, maka Tabel 3.1 kita
reproduksi kembali dengan berbagai tambahan dibawah ini.

Tabel 2 Maksimisasi keuntungan dengan Pendekatan Marjinal

Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa keuntungan maksimum produsen dalam


pasar persaingan murni akan tercapai pada tingkat output 650 unit, yaitu dengan tingkat
keuntungan sebesar Rp 1.690.000. Perhatikan bahwa biaya marginal mengacu pada titik
tengah antara dua tingkat output yang berurutan, maka nilai MC pada tingkat output 650
dan 750 unit output adalah sama yaitu 8. Tingkat keuntungan per unit tertinggi adalah
2,67, akan tetapi suatu perusahaan bukan mencari keuntungan per unit tertinggi, akan
tetapi adalah mencari keuntungan total maksimum.

Dari Tabel 2 di atas, kita dapat mengilustrasikan keseimbangan produsen dalam


satu gambar seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kurva d (permintaan) dan kurva MR
bagi produsen dalam pasar persaingan murni merupakan garis lurus yang sejajar dengan
sumbu horizontal. Hal ini disebabkan produsen dalam pasar persaingan murni adalah
sebagai pengambil harga (price taker) karena sesuai asumsi yang dijelaskan sebelumnya
bahwa jumlah penjual sedemikian banyaknya sehingga tidak seorang produsenpun dapat
mempengaruhi harga dengan menambah atau mengurangi produksi. Produsen dapat
menjual berapapun pada harga pasar yang berlaku.

Konsumen akan mendapatkan keuntungan maksimum apabila MR=MC. Dalam gambar,


ada dua titik perpotongan antara MR dan MC, yaitu di titik A dan di titik B. Tingkat
output terbaik perusahaan dalam pasar persaingan murni terjadi di titik B, di mana
MR=MC dan kurva MR memotong kurva MC dari bawah. Selama MR melebihi MC
maka masih relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan perusahaan naik
lebih tinggi dari pada biaya sehingga keuntungan total naik. Apabila MC melebihi MR
maka tidak ada gunanya bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya karena biaya
naik lebih tinggi dari penerimaan sehingga keuntungan total produsen akan menurun. Jadi
peningkatan produksi setelah titik B akan menurunkan keuntungan produsen.

Gambar 2 Keseimbangan Konsumen

Keuntungan produsen akan terjadi di titik B, di mana P=MR=MC=8. Output yang


dihasilkan produsen adalah sebanyak 650 unit dan tingkat keuntungan yang didapat
adalah sebesar Rp 1.690.000,-

Minimisasi Kerugian

Harga pasar dapat naik atau turun tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Apabila harga yang diterima produsen dalam persaingan sempurna di atas kurva biaya
rata-rata (kurva AC) maka produsen akan mendapatkan keuntungan sebesar selisih antara
kurva d dikurangi kurva MR dikali jumlah produksi. Keadaan keuntungan maksimum
dapat dilihat seperti yang dijelaskan dalam Gambar 2.

Apabila harga yang diterima produsen di bawah kurva biaya rata-rata maka produsen
akan mengalami kerugian. Seberapa jauh produsen dapat meminimumkan kerugian agar
terus dapat berproduksi dan di titik mana produsen sudah harus menutup usahanya akan
dijelaskan berikut ini.

Produsen dapat meminimumkan kerugian dan dapat terus berproduksi apabila


perpotongan MR dan MC terjadi diantara kurva AC dan AVC, atau dengan kata lain
perpotongan kurva MR dan kurva MC terjadi dibawah kurva AC tetapi masih di atas
kurva AVC. Perhatikan Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3 Minimisasi Kerugian

Dari Gambar diatas, ada tiga kemungkinan perpotongan kurva MR dan kurva MC.

Pertama, kurva MR berada di bawah kurva AC tetapi masih di atas kurva AVC


(dijelaskan oleh kurva d=MR), yaitu berpotongan di titik B. Produsen akan menderita
kerugian per unit sebesar P1P2, dan apabila dikalikan dengan jumlah produksi maka
kerugian minimum adalah sebesar kotak persegi empat PBAP 3. Dengan kondisi ini
produsen masih terus dapat berproduksi karena dengan melanjutkan produksi maka
produsen masih dapat menutup sebagian biaya tetapnya.

Kedua, apabila kurva MR berada di titik terendah AVC (dijelaskan oleh kurva d 1=MR1),
yaitu di titik C maka kerugian yang diderita produsen adalah sebesar biaya tetap , yaitu
sebesar jarak AC dan AVC dikali jumlah produksi, sedangkan biaya variabel masih dapat
ditutupi. Titik ini dinamakan titik tutup usaha.

Ketiga, apabila kurva MR berada dibawah kurva AVC (dijelaskan oleh kurva d 2=MR2),
yaitu MR dan MC berpotongan di titik D maka produsen tidak layak untuk melanjutkan
produksi karena produsen akan menderita kerugian sebesar biaya tetap ditambah sebagian
biaya variable.
2. Dari Gambar 2 dan Gambar 3 (Keseimbangan Konsumen dan Minimisasi Kerugian) kita
telah melihat bagaimana perusahaan dalam persaingan murni memaksimalkan
keuntungan atau meminimalkan kerugian dengan menentukan tingkat output yang
diproduksi dan ditawarkan pada berbagai tingkat harga.

Sampai sejauh ini kita belum menentukan di mana produsen mulai akan berproduksi dan
menawarkan outputnya di pasar pada tingkat harga yang berlaku, hal ini terkait dengan
apa yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila harga yang terjadi di atas kurva AVC, atau
kurva MR berpotongan dengan kurva MC diatas kurva AC, seperti yang telah dijelaskan
pada Gambar 2 maka produsen tentu dan mau melanjutkan produksi karena akan
mendapatkan keuntungan total maksimum. Sebaliknya apabila harga yang diterima
produsen di bawah kurva AVC, atau kurva MR dan kurva MC berpotongan di bawah
kurva AVC maka produsen tentu tidak akan mau berproduksi karena di samping
mengalami kerugian sebesar biaya tetap (yaitu sebesar jarak AV dan AVC) juga
mengalami kerugian sebagian biaya variabelnya.

Sedangkan kondisi kritis terjadi apabila tingkat harga terjadi diantara titik terendah AVC
sampai dengan titik terendah AC. Dalam Gambar 3.3 yaitu jarak antara C dan B. Apabila
tingkat harga terjadi di titik terendah AVC maka kerugian yang diderita produsen adalah
sebesar biaya tetap tetapi, dan produsen masih bisa terus berproduksi dengan harapan
harga akan naik dan produksi dapat ditingkatkan. Apabila kurva MR di bawah AVC
maka produsen tidak layak untuk melanjutkan produksi. Jadi kesimpulannya kurva
penawaran bagi produsen dalam pasar persaingan murni adalah kurva MC dimulai dari
tirik terendah AVC

Anda mungkin juga menyukai