com/2012/02/profit-
maximization.html)
Dalam ekonomi, profit maximization atau profit maksimum adalah proses yang dilakukan
perusahaan untuk menentukan harga dan level output yang memberikan profit yang paling
besar. Terdapat beberapa pendekatan untuk masalah ini. Metode total revenue - total cost
berdasarkan pada fakta bahwa profit sama dengan pendapatan dikurangi beban, dan metode
marginal revenue-marginal cost didasarkan pada fakta bahwa total profit dalam sebuah pasar
persaingan sempurna adalah poin maksimum di mana marginal revenue sama dengan
marginal cost.
Setiap biaya yang terjadi pada perusahaan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok: fixed
cost dan variable cost. Fixed cost muncul dalam bisnis pada setiap level dari output, termasuk
saat output 0. Ini termasuk pemeliharaan peralatan, sewa, gaji, dan pemeliharaan umum.
Variable cost berubah seiring dengan level dari output, bertambah dengan semakin
banyaknya produk yang dihasilkan. Bahan baku yang dikonsumsi selama produksi biasanya
berdampak paling besar pada kategori ini. Fixed cost dan variable cost, digabungkan, sama
dengan total cost.
Pendapatan adalah jumlah uang yang perusahaan terima dari aktivitas bisnis normalnya,
biasanya dari penjualan barang dan jasa (berlawanan dengan uang dari penjualan saham
seperti pembagian modal atau penerbitan surat utang).
Marginal cost dan marginal revenue, tergantung pada apakah dengan pendekatan kalkulus
atau tidak, didefinisikan dengan perubahan pada beban atau pendapatan ketika setiap
tambahan unit diproduksi, atau turunan dari beban atau pendapatan yang bergantung pada
jumlah output. Ini dapat pula didefinisikan sebagai tambahan pada total cost atau revenue
ketika output bertambah sebanyak satu unit.
Untuk setiap unit yang terjual, marginal profit (Mπ) sama dengan marginal revenue (MR)
dikurang marginal cost (MC). Sehingga, jika marginal revenue lebih besar dari marginal cost,
marginal profit hasilnya akan positif, dan jika marginal revnue lebih kurang dari marginal
cost, marginal profit hasilnya akan negatif. Ketika marginal revenue sama dengan marginal
cost, marginal profit nol. Karena total profit bertambah ketika marginal profit positif dan total
profit berkurang ketika marginal profit negatif, profit akan mencapai maksimum ketika
marginal profit nol - atau ketika marginal cost sama dengan marginal revenue. Ketika terjadi
dua titik di mana hal ini terjadi, profit maksimum akan tercapai di mana produsen telah
mengumpulkan profit positif hingga titik perpotongan antara MR dan MC (di mana profit nol
didapatkan), tetapi tidak dapat melanjutkan setelahnya, begitu pula sebaliknya, yang akan
menampilkan profit minimum.
Titik perpotongan antara MR dan MC pada diagram di atas adalah di titik A. Jika industrinya
adalah persaingan sempurna (seperti diasumsikan dalam diagram), perusahaan menghadapi
sebuah kurva permintaan (D) yang identik dengan kurva marginal revenue (MR). Kurva ini
akan berbentuk garis horizontal pada suatu titik harga yang ditentukan oleh permintaan dan
penawaran industri. Biaya total rata-rata direpresentasikan oleh kurva ATC. Total profit
ekonomis direpresentasikan oleh area PABC.
Jika perusahaan beroperasi pada pasar yang tidak kompetitif, sedikit perubahan harus
dilakukan pada diagram. Contohnya, marginal revenue gradiennya harus negatif, karena
kurva permintaan pasar secara keseluruhan. Dalam sebuah lingkungan yang tidak kompetitif,
solusi untuk profit maksimum akan lebih rumit dengan menggunakan game theory.
Pada beberapa kasus, kondisi permintaan dan biaya perusahaan mengakibatkan marginal
profit akan lebih besar dari nol pada semua level produksi. Dalam kasus ini, aturan Mπ = 0
harus dimodifikasi dan perusahaan harus memaksimalkan pendapatan. Dengan kata lain,
quantity dan price dari profit maksimum dapat ditentukan dengan mengatur marginal revenue
menjadi sama dengan nol.
Dalam mencapai profit maksimum, tentu akan meminimaliskan biaya dan mengoptimalisasikan
sumber ekonomi.
Profit ialah selisih antara total penerimaan (revenue) dengan total biaya (cost).
Dimana, total pendapatan ditentukan oleh tingkat dan sifat persaingan di pasar dan Total biaya ialah
biaya ditentukan oleh harga pasar faktor dan teknologi perusahaan atau fungsi produksi.
Harga merupakan petunjuk yang sangat berguna dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi
yang jumlahnya tertentu sehingga dapat di perkirakan apakah biaya produksi rata-rata masih
memberikan keuntungan, baik keuntungan ekonomi (supernormal profit) atau keuntungan yang
normal. Maka, untuk memperoleh profit maksimum, produsen bekerja dalam kondisi
dimana MR=MC (penerima marginal = biaya marginal). Syarat keuntungan jangka pendek, dimana
produsen masih mengenal biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC)
2. MR=MC pada titik B,dari B di tarik garis vertical ke bawah memotong AC di titik E,AC = Q1E,
tinggi harga Q₁ B= OP = keuntungan rata-rata.
Pada titik B,MR=MC . kalau dari titik B dibuat garis turun kebawah maka akan memotong sumbu
datar pada titik Q1. Pada EQ menunjukan biaya rata-rata(AC), dan BQ1 menunjukkan tingginya harga
dan juga tingginya MR.keuntungan menurut definisi adalah selisih antara TR dan TC.
Keuntungan ini merupakan ekonomi (supernoimal profit), yaitu keuntungan yang di peroleh karena
AC
........
Penerimaan marjinal (MR) dan biaya marjinal (MC) dari suatu perusahaan masing-masing ditunjukan
dalam persamaan sebagai berikut: MR = -200Q+1200 dan MC = 12Q2 – 800Q + 6000, dan biaya
tetapnya diketahui sebesar RP.12.000).
Jawab:
Diketahui:
MR = -200Q + 1200
MC = 12Q2 – 800q + 6000
FC= 12.000
a) fungsi keuntungan
π = TR-TC
π = -Q3 – 22020Q2 + 3.542.400Q – 300.000 (fungsi keuntungan)
b) keuntungan maksimum : π’ = 0
(-3Q2 – 44040Q + 3.542.40 = 0) / 3
-Q2 – 14680Q + 1.180.800 = 0
Diperoleh nilai Q = -14760 (TM) dan Q = 80
Q=80 uji turunan kedua π’’ = -63.240 < 0 (maksimum keuntungan) jadi Q yang memberikan
keuntungan maksimum Q = 80 unit.
MEMAKSIMUMKAN LABA
Nama : Faisol Gunawan
NPM : 716221087
Di dalam dunia usaha saat ini persaingan semakin ketat antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Untuk itu setiap perusahaan atau pengusaha dituntut untuk melakukan strategi-
strategi pemasaran yang tepat agar tidak kalah dengan perusahaan lainnya, karena semua perusahaan
itu mempunyai tujuan yang sama yaitu memaksimalkan keuntungan (laba). Secara teoritis laba
adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh perusahaan, makin besar resiko makasemakin
besar pula laba yang akan diperoleh.
Total Revenue di singkat TR atau juga bisa disebut dengan total penerimaan yaitu penerimaan
dari hasil penjualan.
Marginal Revenue yang disingkat MR atau juga bisa disebut dengan penerimaan marginal
adalah suatu penambahan penerimaan atas TR sebagai akibat penambahan satu unti output.
Keuntungan maksimum
Didalam menganalisis usaha sesuatu perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan ada dua
hal yang harus diperhatikan yaitu :
3) Hasil Penjualan Marginal, Rata-rata dan Total, terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
diantaranya adalah :
Pendekatan Total
Pendekatan Marginal
Pendekatan Rata-rata
Hasil Penjualan Rata-rata,untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hasil
penjualan rata-rata (AR) adalah harga barang yang diproduksi perusahaan adalah Rp 3000
maka d0=AR0= MRQ adalah kurva permintaan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian
kurva ini adalah kurva hasil penjualan rata-rata pada harga barang sebanyak Rp 3000 (dan
dinyatakan sebagai AR^. Kalau harga barang yang dijual perusahaan adalah Rp 6000, kurva
d} = AR} = MRj adalah kurva permintaan dan juga kurva hasil penjualan rata-rata pada harga
Rp 6000.
Dalam mencari keuntungan maksimum dengan pendekatan rata-rata, yaitu menggabungkan antara
pasar persaingan sempurna dengan persaingan pasar tidak sempurna.
https://www.slideshare.net/kristalinadewi/matematika-ekonomi-keuntungan-maksimum
1.1 Pengertian Keuntungan Maksimum Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu
pengusaha dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan se-efisien mungkin dengan
tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo, keuntungan (laba) adalah selisih antara
total pendapatan dengan total biaya yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan
produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke
proses produksi tertentu. “Economic Profits” atau keuntungan ekonomi merupakan surplus atau
kelebihan pendapatan total atas semua biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Termasuk
didalamnya biaya untuk pembelian sumber-sumber produksi yang digunakan untuk memproduksi
suatu output tertentu atau “Opportunity Costs” untuk menggunakan input yang tersedia. Yang juga
termasuk dalam biaya adalah hasil / pendapatan bagi pemilik modal yang besarnya sama (ekuivalen)
dengan seandainya investor menanamkan modalnya di dalam sektor ekonomi yang lain. Keuntungan
total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya total (TC). Keuntungan total akan
mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar. Secara
sistematis laba dapat dirumuskan . 1.2 Keuntungan Maksimum Dalam teori ekonomi, pemisalan
terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahaan adalah “mereka akan melakukan kegiatan
memproduksi sampai kepada 1 Matematika Ekonomi Kelompok 10 Pend. Matematika Semester V A
2. tingkat dimana keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”. Berdasarkan kepada
pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang bagaimana perusahaan
akan menjalankan kegiatan usahanya. Motivasi bagi produsen untuk melakukan kegiatan ekonomi
(dalam hal ini untuk menghasilkan suatu barang atau jasa) adalah memperoleh keuntungan yang
merupakan kepentingan perusahaan individual / pribadi (self interest). Lebih lengkap lagi, yang
menjadi kepentingan pribadi tersebut adalah keinginan memperoleh keuntungan (profit) yang
sebesar-besarnya dari sumber-sumber ekonomi yang sudah tertentu yang dialokasikan dalam
kegiatan produksi. Dengan demikian, tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
(maksimum) merupakan asumsi dalam menganalisis perilaku produsen. Harga merupakan petunjuk
yang sangat berguna dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang jumlahnya tertentu
sehingga dapat diperkirakan apakah biaya produksi rata-rata masih memberikan keuntungan, baik
keuntungan ekonomi (supernormal profit) atau keuntungan yang normal. Untuk memperoleh
keuntungan yang maksimum, produsen bekerja dalam kondisi dimana MR = MC (penerima marginal
= biaya marginal). Untuk mendapatkan keuntungan maksimum harus membandingkan biaya total
dengan penerimaan total pada berbagai kemungkinan produksi dan memilih output dimana total
penerimaannya berbeda banyak (maksimum) dengan total ongkosnya. Penerimaan total pada
berbagai kemungkinan output digambarkan seperti pada gambar berikut: 2 Matematika Ekonomi
Kelompok 10 Pend. Matematika Semester V A
4. Secara matematis, hubungan antara MR, MC dalam pencapaian keuntungan maksimum adalah
sebagai berikut: (1) TR = X . Px (2) TC = g (X) (3) Dimana: TR = penerimaan total TC = biaya total X =
output Px = harga output konstan. MR = penerimaan marginal MC = biaya marginal = keuntungan
Keuntungan yang diperoleh akan maksimum apabila dipenuhi syarat: 1. Turunan pertama yang
disamakan dengan nol ini digunakan untuk mencari nilai Q (jumlah yang harus diproduksi) agar
keuntungan yang didapat maksimum. atau atau atau 2. Syarat kedua yaitu turunan kedua kurang
dari nol, digunakan untuk membuktikan bahwa pada jumlah Q tersebut keuntungan memang
maksimum. , pada output sebesar X 4 Matematika Ekonomi Kelompok 10 Pend. Matematika
Semester V A
5. 3. Jika , maka bukan keuntungan maksimum yang diperoleh melainkan kerugian maksimum
yaitu pada output sebesar X1. Contoh 1: Bila penerimaan total produsen ditunjukkan oleh
persamaan TR = 200Q – 5Q2 dan biaya totalnya ditunjukkan oleh persamaan TC = 40 + 20Q,
tentukan jumlah output yang harus diproduksi agar produsen memperoleh keuntungan maksimum!
Penyelesaian: TR = 200Q – 5Q2 TC = 40 + 20Q maksimum bila: 1. MR = MC TR = 200Q – 5Q2 MR =
200 – 10Q TC = 40 + 20Q MC = 20 Q yang harus diproduksi agar keuntungan yang didapat maksimum
saat MR = MC adalah : 200 – 10Q = 20 10 Q = 180 Q = 18 2. Karena turunan kedua kurang dari nol
yaitu maka syarat kedua ini terpenuhi. Jadi keuntungan maksimum akan tercapai bila Q = 18. Contoh
2: Bila penerimaan total produsen ditunjukkan oleh persamaan TR = -2Q2 + 1000Q dan biaya
totalnya ditunjukkan oleh persamaan TC = Q3 – 59Q2 + 1315Q + 2000, tentukan 5 Matematika
Ekonomi Kelompok 10 Pend. Matematika Semester V A
6. jumlah output yang harus diproduksi dan keuntungan maksimum yang diperoleh dari jumlah
output tersebut! Penyelesaian TR = -2Q2 + 1000Q TC = Q3 – 59Q2 + 1315Q + 2000 Maka fungsi
keuntungan: Syarat optimum : Q1 = 3 dan Q2 = 35 Jika Q = 3 maka Jika Q = 35 maka Maka tingkat
produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum adalah Q = 35 unit. Keuntungan maksimumnya:
Referensi: Iswardono. 1989. Ekonomika Mikro. Yoyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi Edisi ke 3. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Soeratno. 2011. Ekonomi Mikro Pengantar Edisi ke 3. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN
Yogyakarta. Zaedan, Rudy., et al. 1999. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Bagian Penerbitan
Universitas Brawijaya Malang. 6 Matematika Ekonomi Kelompok 10 Pend. Matematika Semester V A
7. LATIHAN SOAL 1. Bila penerimaan total produsen ditunjukkan oleh persamaan TR = – 2Q2 +
1000Q dan biaya totalnya ditunjukkan oleh persamaan TC = Q3 – 59Q2 + 1315Q + 2000. Tentukan: a.
Tingkat produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum b. Biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan keuntungan maksimum c. Besarnya penerimaan pada saat perusahaan mencapai
keuntungan maksimum d. Harga jual per unit pada saat perusahaan mencapai keuntungan
maksimum e. Besarnya keuntungan maksimum tersebut 2. Bila penerimaan total produsen
ditunjukkan oleh persamaan TR = -200Q + 1200 dan biaya totalnya ditunjukkan oleh persamaan TC =
12Q2 – 800Q + 6000. Tentukan: a. Fungsi keuntungan yang dimiliki perusahaan b. Besarnya kuantitas
(Q) yang harus diproduksi agar laba / keuntungan maksimum c. Besarnya keuntungan maksimum 7
Matematika Ekonomi Kelompok 10 Pend. Matematika Semester V A
1. Laba dalam Ilmu Ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor
sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya biaya kesempatan)
2. Laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka lebih
diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi,
teri akuntasi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba.
Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi
tiga tataran, yaitu :
1. Semantik
2. Sintaktik
3. Pragmatik
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi
tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. sementara itu, pemakai
informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua pendekatan,
pertama laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan untuk
memformulasi laba dengan pendekatan pertama. Konsep dalam tataran semantik meliputi
pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba
ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik,
akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk
mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.
Makana laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat
dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan.
Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan
antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai persediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran
sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital
dapat dibedakan antara kembalian atau investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi
operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih
sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue)
atau investasi pemilik (Baridwan, 1992:55).
Penegertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam
jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak,
kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsurprediksi (Harnanto,
2003:444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam
teori eonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para
ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam
akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai
dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian
pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan
dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain:
a. Laba kotor
b. Laba operasional
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting
juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba
menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti banyak profesi akuntansi, pengusaha, analis
keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dsb (Harahap, 2001:259). Hal ini menyebabkan adanya
berbagai definisi untuk laba.
http://www.slideshare.net/MuhammadAnshar/konsep-laba
Seorang produsen yang rasional akan selalu mencari keuntungan yang paling maksimuml atau
kerugian yang paling minimuml baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ada dua
pendekatan untuk menentukan tingkat ouput di mana produsen akan mendapatkan keuntungan
maksimum atau mengalami kerugian minimum, yaitu pertama, pendekatan penerimaan total dan
biaya total, atau sering disebut pendekatan total; dan kedua adalah pendekatan penerimaan
marjinal dan biaya marginal, atau biasa disebut pendekatan marginal. Kedua pendekatan-
pendekatan ini akan dibicarakan secara berurutan berikut ini.
Pendekatan Total
Keuntungan total sama dengan penerimaan (Total Revenue, TR) dikurangi dengan biaya total (Total
Cost, TC). Penerimaan total merupakan perkalian antara tingkat harga yang terjadi di pasar dengan
jumlah ouput yang dihasilkan, sedangkan biaya total adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen
dalam menghasilkan output. Dalam jangka pendek, biaya dapat dibedakan atas biaya tetap (fixed
cost, FC) dan biaya variabel (variable cost, VC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada
besarnya jumlah output yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang tergantung
kepada besar kecilnya jumlah output yang dihasilkan.
Untuk melihat perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel kita dapat mengambil contoh suatu
perusahaan yang menghasilkan pakaian. Perusahaan ini mempunyai gedung tempat usaha, mesin
jahit, dan karyawan tetap. Walaupun perusahaan tidak berproduksi akan tetapi biaya tetap harus
selalu dikeluarkan, seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan biaya gaji karyawan
tetap. Sedangkan, yang termasuk biaya variabel adalah biaya untuk pembelian bahan baku, gaji
karyawan tidak tetap, biaya listrik dan lain lain. Biaya variabel ini dapat diubah-ubah tergantung
pada kondisi pasar, apabila permintaan pasar naik maka output yang dihasilkan dapat ditambah
dengan menambah biaya variabel, misalnya menambah jam kerja tenaga kerja tidak tetap (untuk
lengkapnya lihat teori biaya pada modul 4)
Keuntungan maksimum akan terjadi apabila selisih TR dan TC mencapai angka terbesar. Untuk lebih
lengkapnya perhatikan data hipotesis berikut ini.
Tabel 1 Tingkat Output dan Keuntungan Total Produsen pada Pasarpersaingan Murni dengan
Pendekatan Total
Q P TR TC Π
0 8 0 800 -800
Keuntungan maksimal
Pada tabel diatas, Q adalah kuantitas output yang dihasilkan, P adalah tingkat harga, TR adalah
penerimaan total (yaitu P dikali Q), TC adalah biaya total dan Π adalah keuntungan. Berdasarkan
Tabel 3.1 di atas, keuntungan maksimum yang diperoleh produsen pada pasar persaingan murni
adalah sebesar Rp 1.690.000 yaitu pada tingkat output sebesar 650 unit. Sedangkan kerugian total
mencapai maksimum adalah sebesar Rp 1.200.000 yaitu pada tingkat output sebesar 100 unit.
Perpotongan antara TR dan TC merupakan titik pulang pokok (break even point), yaitu pada tingkat
output sebesar 300 dan 800 unit. Tabel hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut
Berdasarkan gambar di atas, kurva penerimaan total atau TR dimulai dari titik origin (titik nol), hal ini
disebabkan produsen tidak akan mendapatkan penerimaan apabila perusahaan belum menghasilkan
output. Apabila perusahaan telah mulai berproduksi atau menghasilkan output maka perusahaan
akan mendapatkan penerimaan sebesar tingkat output dikali dengan harga (PxQ). Semakin besar
output yang dihasilkan maka penerimaan produsen semakin besar. Karena tingkat harga
adalah datum (tetap) bagi produsen dalam pasar persaingan sempurna maka kurva TR akan
membentuk garis diagonal yang dimulai dari titik origin ke kanan atas.
Sedangkan kurva biaya total atau TC tidak dimulai dari titik origin karena walaupun perusahaan
belum berproduksi akan tetapi perusahaan sudah mengeluarkan biaya, yaitu sebesar jumlah biaya
tetap. Seperti diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menghasilkan output
dibagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable cost, VC). Pada tingkat
produksi yang rendah perusahaan masih mengalami kerugian, kemudian apabila produksi terus
ditambah maka kerugian semakin menurun dan mencapai titik pulang pokok (Break Even Point, BEP)
pada titik tertentu (dalam gambar adalah di titik B), setelah titik BEP terlampaui maka produsen akan
mendapatkan keuntungan, dan mencapai maksimum di titik C, yang merupakan jarak terjauh antara
kurva TR dan kurva TC. Apabila produksi terus menerus ditingkatkan setelah tercapai keuntungan
maksimum maka tingkat keuntungan mulai menurun dan akan mencapai titik pulang pokok kembali
ditititk D. Selanjutnya apabila produksi terus ditingkatkan maka produsen atau perusahaan akan
mengalami kerugian.
Terjadinya tingkat keuntungan yang menurun ini sesuai dengan hukum pertambahan hasil yang
semakin menurun (the law of diminishing marginal return), hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan suatu faktor produksi (faktor produksi tetap) untuk dikombinasikan dengan faktor
produksi lain (faktor produksi variabel), apabila faktor produksi variabel terus ditambah.
Misalnya pada sebidang lahan pertanian (dianggap faktor produksi tetap) yang dikerjakan oleh
seorang pekerja (dianggap faktor produksi variabel), maka output yang dihasilkan tidak efektif.
Apabila lahan pertanian tersebut dikerjakan oleh dua pekerja maka produksi akan meningkat.
Sampai tambahan pekerja menjadi 6 orang maka akan tercapai keuntungan maksimum dalam
menggarap lahan tersebut, tetapi apabila pekerja terus menerus ditambah (misalnya sampai 15
pekerja), sedangkan lahan yang digarap tetap maka biaya total akan bertambah dan tingkat
keuntungan akan menurun dan sampai pada titik tertentu akan mengalami kerugian.
Jadi dapat disimpulkan apabila TR>TC , maka produsen akan mendapatkan keuntungan, dan apabila
selisih TR<TC maka perusahaan akan mengalami kerugian, dan apabila TR=TC maka perusahaan
dalam kondisi break even point
Pendekatan marginal
Pendekatan marginal merupakan alternatif dari pendekatan total. Dalam memproduksi suatu barang
dan menawarkannya di pasar, produsen atau perusahaan harus membandingkan antara biaya
marjinal dengan penerimaan marjinal. Biaya marjinal (marginal cost, MC) adalah tambahan biaya
yang harus dikeluarkan oleh produsen karena menambah memproduksi 1 unit ouput (MC = TC t �
TCt-1 , di mana TC adalah biaya total). Sedangkan penerimaan marjinal (marginal revenue, MR)
adalah tambahan penerimaan karena menambah produksi output 1 unit (MR = TRt � TRt-1)
Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih relevan untuk
meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi dari biaya sehingga karena
keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya marginal lebih besar dari penerimaan
marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi dari penerimaan sehingga kerugian menjadi bertambah.
Keuntungan maksimum (atau kerugian minimum) akan terjadi apabila penerimaan marjinal sama
dengan biaya marjinal (MR = MC).
Untuk melihat lebih jauh penggunaan pendekatan marjinal, maka Tabel 3.1 kita reproduksi kembali
dengan berbagai tambahan dibawah ini.
Q P= MR TC MC AC Keuntungan Keuntungan
Per unit
(unit) (00) Total
Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa keuntungan maksimum produsen dalam pasar
persaingan murni akan tercapai pada tingkat output 650 unit, yaitu dengan tingkat keuntungan
sebesar Rp 1.690.000. Perhatikan bahwa biaya marginal mengacu pada titik tengah antara dua
tingkat output yang berurutan, maka nilai MC pada tingkat output 650 dan 750 unit output adalah
sama yaitu 8. Tingkat keuntungan per unit tertinggi adalah 2,67, akan tetapi suatu perusahaan bukan
mencari keuntungan per unit tertinggi, akan tetapi adalah mencari keuntungan total maksimum.
Dari Tabel 2 di atas, kita dapat mengilustrasikan keseimbangan produsen dalam satu gambar seperti
yang terlihat pada Gambar 2. Kurva d (permintaan) dan kurva MR bagi produsen dalam pasar
persaingan murni merupakan garis lurus yang sejajar dengan sumbu horizontal. Hal ini disebabkan
produsen dalam pasar persaingan murni adalah sebagai pengambil harga (price taker)karena sesuai
asumsi yang dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah penjual sedemikian banyaknya sehingga tidak
seorang produsenpun dapat mempengaruhi harga dengan menambah atau mengurangi produksi.
Produsen dapat menjual berapapun pada harga pasar yang berlaku.
Konsumen akan mendapatkan keuntungan maksimum apabila MR=MC. Dalam gambar, ada dua titik
perpotongan antara MR dan MC, yaitu di titik A dan di titik B. Tingkat output terbaik perusahaan
dalam pasar persaingan murni terjadi di titik B, di mana MR=MC dan kurva MR memotong kurva MC
dari bawah. Selama MR melebihi MC maka masih relevan untuk meningkatkan produksi karena
penerimaan perusahaan naik lebih tinggi dari pada biaya sehingga keuntungan total naik. Apabila
MC melebihi MR maka tidak ada gunanya bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya karena
biaya naik lebih tinggi dari penerimaan sehingga keuntungan total produsen akan menurun. Jadi
peningkatan produksi setelah titik B akan menurunkan keuntungan produsen.
Keuntungan produsen akan terjadi di titik B, di mana P=MR=MC=8. Output yang dihasilkan produsen
adalah sebanyak 650 unit dan tingkat keuntungan yang didapat adalah sebesar Rp 1.690.000,-
Minimisasi Kerugian
Harga pasar dapat naik atau turun tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila
harga yang diterima produsen dalam persaingan sempurna di atas kurva biaya rata-rata (kurva AC)
maka produsen akan mendapatkan keuntungan sebesar selisih antara kurva d dikurangi kurva MR
dikali jumlah produksi. Keadaan keuntungan maksimum dapat dilihat seperti yang dijelaskan dalam
Gambar 2.
Apabila harga yang diterima produsen di bawah kurva biaya rata-rata maka produsen akan
mengalami kerugian. Seberapa jauh produsen dapat meminimumkan kerugian agar terus dapat
berproduksi dan di titik mana produsen sudah harus menutup usahanya akan dijelaskan berikut ini.
Produsen dapat meminimumkan kerugian dan dapat terus berproduksi apabila perpotongan MR dan
MC terjadi diantara kurva AC dan AVC, atau dengan kata lain perpotongan kurva MR dan kurva MC
terjadi dibawah kurva AC tetapi masih di atas kurva AVC. Perhatikan Gambar 3.3 di bawah ini.
Dari Gambar diatas, ada tiga kemungkinan perpotongan kurva MR dan kurva MC.
Pertama, kurva MR berada di bawah kurva AC tetapi masih di atas kurva AVC (dijelaskan oleh
kurva d=MR), yaitu berpotongan di titik B. Produsen akan menderita kerugian per unit sebesar
P1P2, dan apabila dikalikan dengan jumlah produksi maka kerugian minimum adalah sebesar kotak
persegi empat PBAP3. Dengan kondisi ini produsen masih terus dapat berproduksi karena dengan
melanjutkan produksi maka produsen masih dapat menutup sebagian biaya tetapnya.
Kedua, apabila kurva MR berada di titik terendah AVC (dijelaskan oleh kurva d1=MR1), yaitu di titik
C maka kerugian yang diderita produsen adalah sebesar biaya tetap , yaitu sebesar jarak AC dan AVC
dikali jumlah produksi, sedangkan biaya variabel masih dapat ditutupi. Titik ini dinamakan titik tutup
usaha.
Ketiga, apabila kurva MR berada dibawah kurva AVC (dijelaskan oleh kurva d2=MR2), yaitu MR dan
MC berpotongan di titik D maka produsen tidak layak untuk melanjutkan produksi karena produsen
akan menderita kerugian sebesar biaya tetap ditambah sebagian biaya variabel
Kurva Penawaran
Dari Gambar 2 dan Gambar 3 kita telah melihat bagaimana perusahaan dalam persaingan murni
memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan kerugian dengan menentukan tingkat output yang
diproduksi dan ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Sampai sejauh ini kita belum menentukan di mana produsen mulai akan berproduksi dan
menawarkan outputnya di pasar pada tingkat harga yang berlaku, hal ini terkait dengan apa yang
telah dijelaskan sebelumnya, apabila harga yang terjadi di atas kurva AVC, atau kurva MR
berpotongan dengan kurva MC diatas kurva AC, seperti yang telah dijelaskan pada Gambar 2 maka
produsen tentu dan mau melanjutkan produksi karena akan mendapatkan keuntungan total
maksimum. Sebaliknya apabila harga yang diterima produsen di bawah kurva AVC, atau kurva MR
dan kurva MC berpotongan di bawah kurva AVC maka produsen tentu tidak akan mau berproduksi
karena di samping mengalami kerugian sebesar biaya tetap (yaitu sebesar jarak AV dan AVC) juga
mengalami kerugian sebagian biaya variabelnya.
Sedangkan kondisi kritis terjadi apabila tingkat harga terjadi diantara titik terendah AVC sampai
dengan titik terendah AC. Dalam Gambar 3.3 yaitu jarak antara C dan B. Apabila tingkat harga terjadi
di titik terendah AVC maka kerugian yang diderita produsen adalah sebesar biaya tetap tetapi, dan
produsen masih bisa terus berproduksi dengan harapan harga akan naik dan produksi dapat
ditingkatkan. Apabila kurva MR di bawah AVC maka produsen tidak layak untuk melanjutkan
produksi. Jadi kesimpulannya kurva penawaran bagi produsen dalam pasar persaingan murni adalah
kurva MC dimulai dari tirik terendah AVC
Keuntungan Maksimum
keuntungan maximum adalah keuntungan penuh dari output yang telah di produksi sebelumnya.
Pendekatan total
1. Pendekatan Total
Laba Total (p) adalah perbedaan antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC). Laba terbesar
terjadi pada selisih posistif terbesar antara TR dengan TC. Pada selisih negative antar TR dengan TC
perusahaan mengalami kerugian, sedang jika TR = TC perusahaan berada pada titik impas.
a) Keuntungan maksimum dicari dengan jalan mencari selisih antara keuntungan maksimum dengan
ongkos minimum.
Pendekatan marginal
Perusahaan memaksimumkan keuntungan pada saat penerimaan marginal (MR) sama dengan biaya
marginal (MC).Biaya Marginal (MC) adalah perubahan biaya total perunit perubahan output. Secara
matematis dirumuskan:
Penerimaan Marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total per unit output atau penjualan.Hasil
Penjualan Marjinal,satu konsep (istilah) mengenai hasil penjualan yang sangat penting untuk
diketahui dalam analisis penentuan harga dan produksi oleh suatu perusahaan adalah pengertian
hasil penjualan marjinal (MR yang merupakan singkatan dari perkataan Marjinal’Revenue), yaitu
tambahan hasil penjualanjangdiperoleh perusahaan dari menjual satu unit lagi barangyang
diproduksikannya.Dalam pasar persaingan sempurna berlaku keadaan berikut harga hasil penjualan
rata-rata hasil penjualan marjinal.Kurva d() = AR0 = MRn menggambarkan kesamaan tersebut pada
harga Rp 3000, dan kurva d0 = AR0 = MR0 menggambarkan kesamaan tersebut pada harga Rp 6000.
Mencari Keuntungan Maksimum Dengan Pendekatan Marginal
Pendekatan Biaya Marjinal dan Hasil Penjualan Marjinal.Dalam jangka pendek terdapat empat
kemungkinan dalam corak keuntungan atau kerugian perusahaan (atau keadaan keseimbangan
perusahaan),yaitu; :
Pendekatan rata-rata
Hasil Penjualan Rata-rata,untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hasil penjualan
rata-rata (AR) adalah harga barang yang diproduksi perusahaan adalah Rp 3000 maka d0=AR0= MRQ
adalah kurva permintaan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian kurva ini adalah kurva hasil
penjualan rata-rata pada harga barang sebanyak Rp 3000 (dan dinyatakan sebagai AR^. Kalau harga
barang yang dijual perusahaan adalah Rp 6000, kurva d} = AR} = MRj adalah kurva permintaan dan
juga kurva hasil penjualan rata-rata pada harga Rp 6000.
Berdasarkan Gambar tersebut,keuntungan maksimum dicapai pada kurva TR dan TC yang jarak
vertikalnya paling lebar. Jika dengan menggunakan MR = MC,keuntungan maksimum dicapai pada
saat MR berpotongan dengan MC.