Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Eka Febi Septia Maghfiroh

NIM : 041184937
Program Studi : S1 Akuntansi

TUGAS TUTORIAL KE-3


MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat


secara hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.
a. Jelaskan jenis kontrak asuransi.
b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi.
Jawab :
a. Kontrak dalam asuransi dapat dibedakan menjadi kontrak bersyarat dan kontrak cacat
hukum. Penjelasan masing-masing kontrak adalah sebagai berikut.
1) Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)
Kontrak bersyarat memungkinkan satu pihak memilih memutuskan perjanjian
karena tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihak
yang memiliki hak untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak
ditegakkan. Sebagai contoh: penanggung tidak lagi terikat memenuhi
kewajibannya, jika diketahui bahwa tertanggung melakukan penipuan (defrand),
tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan, jika penanggung, secara
melawan hukum, menolak pembayaran klaim.
2) Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)
Kontrak cacat hukum, jika dari semula kekurangan satu atau lebih persyaratan
untuk menjadi kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak asuransi yang dibeli untuk
maksud ilegal seperti maksud memperoleh uang pertanggungan dengan membakar
rumah yang dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu secara hukum seperti
seseorang dinyatakan tidak waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak
tersebut dianggap tidak pernah ada (void ab initio).
Dalam asuransi properti dikenal adanya ikatan (blinder) yaitu kontrak sementara
yang sering digunakan sebelum keluamya polis asuransi formal. Ikatan harus
memenuhi semua persyaratan kontrak hukum. Maksud diadakannya ikatan adalah
memberikan perlindungan seketika selama waktu proses permintaan akan asuransi.
Ikatan bisa lisan atau tertulis. Ikatan lisan seperti lewat telepon, harus segera diikuti
dengan dokumen tertulis. Ikatan tertulis harus menyebut jumlah uang
pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan pihak-pihak dalam ikatan.
Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-agennya tidak
memiliki kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan
dalam bentuk penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada
dipenuhinya persyaratan atau bukti dapat diasuransikannya (insurability) calon
tertanggung, misalnya keadaan kesehatan. Jika persyaratan atau bukti tersebut
dipenuhi, perlindungan mulai berlaku setelah pembayaran premi pertama.

b. Syarat Kontrak Asuransi


Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarnya
diatur oleh UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Karena kontrak asuransi pada
umumnya merupakan suatu ikatan maka Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
Hukum Dagang masih tetap mengatur perasuransian, sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang No. 40/2014. Suatu kontrak merupakan perjanjian yang
didasarkan pada hukum. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan,
untuk sahnya sebuah kontrak maka harus dipenuhi ketentuan-ketentuan yang
dikehendaki oleh hukum. Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi menurut
Pasal 1320 adalah yang berikut ini.

1) Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri


Kontrak dimulai bila seseorang mengajukan usulan untuk mempertukarkan sesuatu
yang berharga dengan orang lain. Itu berarti bahwa salah satu pihak menawarkan
dan tawaran diterima baik oleh pihak lain. Penawaran tersebut harus cukup terinci
dan dikomunikasikan secara jelas. Penerimaan penawaran hars tanpa syarat, dan
dikomunikasikan secara jelas. Semua pihak dalam suatu kontrak harus sepakat atas
syarat-syarat yang tepat sama. Harus terjadi kesamaan pikiran (meeting of the
minds). Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak memberi penawaran kepada
pihak lainuntuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pihak kedua dapat
menerima, menolak atau membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan,
maka kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kontrak tersebut.
Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan melalui permohonan pertanggungan
oleh calon nasabah. Metode yang paling sederhana yang biasa dipergunakan dalam
asuransi kerugian adalah permohonan lisan kepada agen. Dalam asuransi jiwa atau
kesehatan penawaran mesti dilakukan dengan permohonan tertulis.
Sebelum suatu kontrak efektif, penerimaan permohonan itu adalah penting. Dalam
asuransi kerugian, agen biasanya mempunyai wewenang untuk mengikat atau
menerima permohonan itu bahkan tanpa menerima pembayaran dari pemohon, jika
diperlukan perlindungan bisa dimulai segera, walau baru dengan permohonan lisan
dan dengan persetujuan lisan oleh agen. "Binder tertulis" atau kontrak sementara
bisa diterbitkan oleh agen dengan ketentuan bahwa kontrak tertulis akan disiapkan
biasanya dalam 15 sampai 30 hari, tetapi hal ini tidak esensial untuk menjadi
efektifnya perjanjian itu.
Dalam asuransi jiwa, metode dan waktu penerimaan persetujuan berbeda dengan
asuransi kerugian. Lamaran tertulis dan pembayaran premi pertama biasanya
disampaikan sekaligus kepada agen. Agen lalu memberikan "kuitansi bersyarat".
Penerimaan (acceptance) ini merupakan saatnya ketika pelamar memenuhi standar
underwriting, yang meliputi pemeriksaan kesehatan jika diperlukan. Kemudian
coverage yang diminta menjadi efektif pada waktu penyerahan lamaran beserta
pembayaran premi. Andai kata premi pada waktu itu belum dibayar maka asuransi
itu belum efektif. Sekiranya pelamar tidak dapat memenuhi standar underwriting
dari penanggung, pihak penanggung boleh membuat suatu counter offer dengan
kontrak lain yang mungkin diterima atau ditolak atas penyampaiannya oleh agen.
2) Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)
Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau
bertentangan dengan politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi tidak sah jika
yang diasuransikan adalah mobil curian. Contoh lain, perjanjian ilegal jika misalnya
orang mengasuransikan rumahnya dengan niat ia akan membakar rumah itu dengan
sengaja dengan harapan akan mendapat santunan asuransi.
3) Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)
Tidak semua orang secara hukum memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak.
Misalnya anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu tidak
kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang
belum mempunyai izin usaha merupakan pihak yang tidak kompeten.
4) Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)
Persyaratan terakhir untuk sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang
dipertukarkan oleh kedua belah pihak untuk persetujuan itu, misalnya, adanya hak
atau kewajiban.
Dalam kontrak asuransi, penanggung memberikan kompensasi berupa janji
bersyarat (contingent promise) untuk membayar tertanggung. Artinya, penanggung
sepakat membayar hanya jika peristiwa tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak
terjadi, penanggung tidak perlu melakukan pembayaran. Sebagai ganti untuk janji
penanggung, tertanggung memberikan dua hal yaitu: uang dan janji untuk menepati
ketentuan dalam kontrak asuransi.
Sebagian besar kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa hanya
penanggung yang membuat janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak berjanji
untuk membayar premi, dan tidak dapat dituntut atas kegagalannya membayar.
Hanya saja, tertanggung tidak dapat mendapatkan klaim yang dijanjikan. jika premi
tidak membayar (pada waktunya).

Sumber referensi : BMP ADBI4211/Manajemen Risiko dan Asuransi Modul 7 Kb.1 Hal 7.5
-7.8

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikan.


Jawab :
Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sektor
asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan. Secara
singkat berikut diberikan ulasannya.

1) Badan Usaha Milik Negara


Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI.
Badan usaha milik negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur
dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa
ketentuan khusus. Biasanya perseroan terbatas diberi tambahan di belakangnya dengan
kata 'Persero'.
Badan Usaha Milik Negara mempunyai visi dan misi yang disejalankan dengan
kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait
dengan keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan, perhubungan,
dan sebagainya. Adapun perusahaan-perusahaan milik negara dimaksud meliputi:
a. PT Asuransi Jiwasraya
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi
jiwa, baik secara individual maupun secara kelompok.
b. PT Asuransi Jasa Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan Asuransi Jasindo. Perusahaan ini
merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi umum atau
asuransi kerugian.
c. PT Asuransi Kredit Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan PT Askrindo. Perusahaan ini
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang menjual produk asuransi atas jaminan
kredit bagi para nasabah bank yang mendapatkan pinjaman kredit.
d. PT Asuransi Ekspor Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan ASEI. Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi berupa pemberian jaminan
atas barang-barang yang diekspor ke negara lain.
e. PT Reasuransi Umum Indonesia
Atau seringkali disingkat dengan panggilan REINDO, Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi bagi perusahaan asuransi yang
mengalami kelebihan kapasitas daya tampung risiko. Dengan demikian maka
perusahaan ini merupakan lembaga asuransi khusus bagi perusahaan asuransi.
f. PT Asuransi Jasa Raharja
Badan Usaha Milik Negara ini, melaksanakan program asuransi sosial dalam hal
pemberian santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan raya.
g. PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
Atau seringkali disingkat dengan panggilan PT Taspen. Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi para
Pegawai Negeri Sipil. Program yang diberikan ialah santunan berupa tunjangan hari
tua dan pembayaran upah pensiun.
h. PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja .
Atau sering kali disingkat dengan panggilan PT Jamsostek. Perusahaan ini
merupakan Badan Usaha Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi
seluruh tenaga kerja. Program yang diberikan ialah memberikan santunan kepada
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan selama menjalankan tugas pekerjaannya.
Santunan diberikan baik untuk biaya pengobatan maupun untuk santunan
meninggal dunia.
i. PT Asuransi Kesehatan
Atau seringkali disingkat dengan panggilan PTASKES. Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara, menjual produk yang berupa asuransi kesehatan baik
bagi para Pegawai Negeri Sipil, maupun bagi masyarakat yang memerlukannya.

2) Badan Usaha Milik Swasta Nasional


Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk
badan hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk
Koperasi. Perusahaan swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Apabila perseroan terbatas dimaksud
telah mampu menjadi perusahaan publik maka juga harus tunduk kepada Undang-
Undang tentang Pasar Modal.
Pada perusahaan swasta nasional yang berbentuk koperasi, maka dengan sendirinya
harus tunduk kepada Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992, yang pada
tanggal 30 Oktober telah dikeluarkan Undang-Undang Koperasi yang baru Nomor 17
Tahun 2012.

3) Badan Usaha Milik Usaha Patungan


Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara berangsur
masuklah para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman Modal Asing.
Bersamaan dengan itu mereka juga membawa mitra usahanya atau perusahaan-
perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu mitra usaha mereka adalah perusahaan asuransi.
Namun, sesuai dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya
perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan
keluarnya mereka melakukan usaha patungan (joint-ventures), dengan mitra asuransi
nasional baik dengan badan usaha milik negara maupun dengan badan usaha milik
swasta nasional. Dewasa ini perusahaan asuransi dengan bentuk usaha patungan telah
melakukan usaha baik dalam usaha asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa.
Hingga buku ini ditulis belum terlihat adanya usaha patungan yang membuka usaha
dalam usaha reasuransi.

Sumber referensi : BMP ADBI4211/Manajemen Risiko dan Asuransi Modul 8 Kb.2 Hal 8.36
– 8.38

Anda mungkin juga menyukai