Anda di halaman 1dari 4

TUGAS III

MANAJEMEN RESIKO & ASURANSI

NAMA : Listiana Nurul Azizah

NIM : 042171127

Prodi : Manajemen

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara

hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

a. Jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi.

Jawab : Kontrak dalam asuransi dapat dibedakan menjadi Kontrak bersyarat dan Kontrak yang

cacat hukum.

1. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)

Kontrak Bersyarat memungkinkan satu pihak memilih memutuskan perjanjian karena

tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki
hak

untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan.

2. Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)

jika dari semula kekurangan satu atau lebih persyaratan untuk menjadi kontrak yang

berlaku. Seperti contoh : kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud illegal seperti

memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang dipertanggungkan,


satu

pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang dinyatakan tidak waras membeli

asuransi. Dalam hal-hal seperti itu kontrak dianggap tidak pernah ada (void ab initio)

b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi.

Jawab : Suatu kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab
UndangUndang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak maka
harus

dipenuhi ketentuan – ketentuan yang dihendaki oleh hukum.

Ketentuan – ketentuan umum yang harus dipenuhi menurut pasal 1320 adalah berikut ini :
1. Harus Ada Persetujuan dari Pihak – Pihak yang Mengikatkan Diri

ketika kontrak sudah dimulai itu berarti seseorang sudah mengajukan usulan untuk

mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan orang lain, dimana tawaran yang
diberikan

oleh salah satu pihak diterima baik oleh pihak yang lain. Adapun penawaran yang

disampaikan haruslah terperinci dan dikomunikasikan dengan jelas. Begitu juga semua

pihak yang terlibat sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama dan harus terjadi
kesamaan

pikiran (meeting of the minds). Untuk membuat kontrak sendiri, salah satu pihak
member

penawaran kepada pihak lain untuk melakukannya ataupun tidak. Pihak kedua juga
dapat

menerima, menolak, atau membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka

kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kontrak rersebut

2. Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)

Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau bertentangan

dengan politik pemerintah. Seperti contoh : perjanjian menjadi tidak sah jika yang

diasuransikan merupakan motor hasil curian .

3. Kedua Belah Pihak Harus Kompeten (Capacity)

Tidak semua orang secara hukum mempunyai kemampuan untuk melakukan kontrak.

Misalnya, anak dibawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu yang tidak

kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum

mempunyai izin usaha juga merupakan pihak yang tidak kompeten

4. Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)

Adapun syarat terakhir, yaitu adanya imbalan yang dipertukarkan oleh kedua belah pihak

untuk persetujuan. Misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam kontrak asuransi,

penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise) untuk

membayar tertanggung. Artinya, penanggung sepakat membaya hanya jika peristiwa

tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung tidak perlu melakukan

pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung memberikan dua hal
yaitu:

uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam kontrak asuransi.

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikannya

Jawab : Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam

sektor asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik

Negara, Badan Usaha Milik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan.

1. Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. Badan

usaha milik negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam

undang-undang Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa


ketentuan

khusus.

2. Badan Usaha Milik Swasta Nasional

Pengertian milik swasta disini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk

badan hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk

Koperasi. Perusahaan swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Apabila perseroan terbatas


dimaksud

telah mampu menjadi perusahaan publik maka juga harus tunduk kepada Undang-
undang

tentang pasar modal.

3. Badan Usaha Milik Usaha Patungan

Dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya perusahaan asuransi

yang pemiliknya adalah pemodal murni, maka jalan keluarnya mereka melakukan usaha

patungan (joint ventures), dengan mitra asuransi nasional baik dengan badan usaha
milik

negara maupun badan usaha milik swasta nasional.


Sumber :
1. Buku Materi Pokok ADBI 4211 Modul 7 halaman 7.5 s/d 7.8
2. Buku Materi Pokok ADBI 4211 Modul 8 halaman 8.36 s/d 8.38

Anda mungkin juga menyukai