TOPIK :
DOSEN PENGAMPU :
OLEH
Perjanjian Kerja Sama dapat yaitu suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih (Pasal 1313 KUH Perdata). Surat
perjanjian kerja sama adalah surat yang berisi perjanjian atau kesepakatan tertulis antara dua
atau lebih pihak yang berhubungan. Pihak yang terkait dalam perjanjian harus memahami
serta melakukan hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan isi dalam surat.
Perjanjian kerja sama yang juga dikenal sebagai Memorandum of Understanding (MoU) ini
bersifat mengikat karena dibubuhi tanda tangan di atas materai dan disaksikan oleh sejumlah
Surat perjanjian kerja sama mempunyai beberapa fungsi yang perlu kamu ketahui,
diantaranya yaitu:
1. Sebagai bukti tertulis yang menjamin keamanan bagi semua pihak yang terlibat
2. Sebagai surat yang menjelaskan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
4. Sebagai acuan penyelesaian masalah jika terjadi perselisihan atau perdebatan pada pihak
yang terlibat.
Surat perjanjian kerja sama dikatakan sah dan dapat diterima bila mencakup beberapa hal
seperti berikut:
1. Ada judul kontrak yang ditulis secara singkat, jelas, dan padat
2. Identitas pihak yang berhubungan dengan surat perjanjian harus dicantumkan dengan
jelas
3. Terdapat latar belakang dan tujuan perjanjian yang ditulis dengan jelas, detail, dan mudah
dipahami
1
KONTRAK POLIS PERUSAHAAN ASURANSI DENGAN NASABAH
Contoh
Perjanjian asuransi sebagai lembaga pengalihan dan pembagian risiko mempunyai kegunaan
yang positif baik bagi masyarakat, perusahaan maupun bagi pembangunan Negara.
Perjanjian asuransi melibatkan dua belah pihak yang melakukan perjanjian yaitu tertanggung
pemegang polis atau tertanggung. Perlindungan ini berupa penyelesaian sengketa dengan
mediasi. Mediasi sengketa asuransi diatur dalam Pasal 54 Undang – Undang No 40 Tahun
2
1. Sengketa yang mungkin terjadi antara Perusahaan Jasa Asuransi dengan Nasabah
Contoh kasus adalah mediasi antara perusahaan asuransi jiwa PT BAKRIE LIFE pada
Februari 2013, nasabah dan otoritas jasa keuangan namun dalam mediasi tersebut tidak
ditemukan titik terang, tidak ada penyelesaian secara konkrit terhadap permasalahan
tersebut. Sengketa asuransi terjadi karena adanya perselisihan antara penanggung dan
tertanggung mengenai pelaksanaan dari apa yang sudah disepakati dalam perjanjian
asuransi. Masalah klasik yang masih sering muncul adalah sulitnya melakukan klaim
atas polis yang dipunyai tertanggung. Kasus tersebut di atas akhirnya menemukan titik
terang pada Juni 2013 dimana perusahaan asuransi Jiwa PT BAKRIE LIFE bersedia
Perasuransian :
pemegang polis, tertanggung, peserta atau pihak lain yang berhak memperoleh
manfaat.
c. Lembaga mediasi harus mendapatkan persetujuan tertulis dari otoritas jasa keuangan
Perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung tertuang dalam suatu akta yang
disebut polis asuransi (diatur dalam Pasal 1 Angka 1 Undang – Undang No 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian) sesuai dengan syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam
3
a. Adanya kata sepakat
Mediasi)
mengatur perlindungan hukum bagi tertanggung atau pemegang polis asuransi. Melihat
pada sengketa antara tertanggung dengan perusahaan asuransi jiwa PT BAKRIE LIFE,
rugi/ manfaat) dan member solusi bagi tertanggung atau pemegang polis yang kurang
memahami asuransi dengan penyelesaian sengketa klaim secara lebih cepat, adil,
b. Tahap Ajudikasi
Bila sengketa klaim (tuntutan ganti rugi atau manfaat) tidak dapat diselesaikan melalui
mediasi (tahap I), maka pihak pemohon dapat mengajukan permohonan agar
c. Tahap Arbitrase
Sengketa klaim yang tidak dapat diselesaikan pada proses mediasi dan ajudikasi dan
nilai sengektanya melebihi batas nilai tuntutan ganti rugi dilakukan proses Arbitrase.
Sengketa klaim akan diperiksa dan diadili oleh Arbiter Tunggal atau Majelis Arbitrase.
4
Keputusan Arbitrase bersifat final dan mengikat para Pihak dan tidak dapat dimintakan
gugatan dapat diajukan atas dasar wanprestasi kepada Pengadilan Negeri. Pengajuan
perjanjian pada umumnya (Pasal 1243 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata).
asuransi. Tuntutan hak bertujuan untuk memperoleh perlindungan hak yang diberikan
5
KONTRAK RUMAH SAKIT DENGAN PASIEN MELALUI PROVIDER ASURANSI
KESEHATAN
Contoh kontrak perjanjian kerja sama rumah sakit dengan pasien melalui provider :
1. Sengketa yang mungkin terjadi antara Rumah Sakit dengan Nasabah melalui
Addendum tersebut merupakan salah satu contoh perjanjian kerja sama rumah sakit
dengan pihak BPJS Kesehatan dalam pelayanan pasien. Perjanjian tersebut menerangkan
6
a. Seritifikat akreditasi dalam Perjanjian Kerja Sama FKRTL, dalam hal sertifikat
akreditasi habis pada masa jangka waktu perjanjian dan belum dilakukan
perpanjangan, maka efektif sejak berakhirnya seritfikat akreditasi kerja sama tidak
dapat dilanjutkan. Rumah saki dianggap tidak memenuhi syarat wajib sesuai
b. Penambahan klausul bahwa ruang lingkup dan prosedur layanan dalam hal fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat lanjut tidak dapat dilakukan menunggu hingga survei
terjadwal rutin dan tidak dapat ditunda atau tidak mungkin dialihkan ke RS lain.
c. Dalam hal salah satu pihak memungut biaya tambahan kepada peserta diluar
ketentuan perjanjian maka pihak lainnya berhak melakukan teguran tertulis dengan
tembusan ke Dinas Kesehatan, Aosiasi Fasilitas Kesehatan, dan badan pengawas RS.
d. Dalam hal ditemukan klaim fiktif oleh tim audit internal maupun eksternal maka
pihak yang dirugikan dapat membatalkan perjanjian kerja sama secara sepihak.
e. Dalam hal tindakan kecurangan JKN dilakukan oleh salah satu pihak, maka
f. Perjanjian dapat diakhiri apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi dan tetap
Melihat dari beberapa poin perjanjian tersebut diatas dapat dipahami beberapa
a. Rumah sakit kehilangan pasien karena syarat akreditasi rumah sakit tidak terpenuhi
7
b. Pasien yang tidak mengetahui sengketa layanan provider dengan rumah sakit terlanjur
datang ke rumah sakit, akibatnya pasien merasa tidak dilayani oleh pihak RS dan akan
menimbulkan komplain.
c. Perbedaan persepsi dan penggunaan dasar regulasi, adanya ‘ whistle blower” yang
bahkan telah diberika bukti oleh pihak RS namun masih terjadi pihak BPJS
d. Over utilisasi layanan, pasien cenderung menuntut lebih dari layanan minimal yang
disediakan sehingga RS akan berpikir menambah ruang lingkup dan prosedur yang
berkhir pada fraud. (contoh ada layanan dokter spesialis yang belum masuk dalam
dan fisik untuk memenuhi sehingga apabila tidak terpenuhi kerja sama diputus
f. Pengeluaran informasi rekam medis pasien, apabila sudah dalam bentuk rekam medis
dalam klausul perjanjian. Hal tersebut juga bisa menimbulkan tuntutan pasien tentang
perlindungan data pribadi. Nampak sederhana tapi bukan tidak mungkin menjadi
g. Kamar rawat inap penuh dan tidak tersedia sesuai kelas perawatan tertanggung dalam
hal ini pasien , sehingga proses antrian masuk rawat inap panjang .
kepuasan konsumen dalam hal ini pasien, termasuk beberapa kasus pasien tidak bisa
tunggal dan tidak saat bekerja, maka tidak tertanggung BPJS Kesehatan)
8
2. Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Pengendalian Mutu dan Pengaduan Peserta menyebutkan pada Pasal 1 Ayat (5) bahwa
sengketa adalah perselisihan antara peserta dengan BPJS Kesehatan yang muncul akibat
ketidakpuasan atas pelayanan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan dan tidak dapat
diselesaikan oleh Unit Pengendali Mutu Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Peserta.
a. Mekanisme pengaduan :
1) Peserta yang tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan BPJS Kesehatan dapat
2) BPJS Kesehatan wajib menangani pengaduan peserta paling lama 5 (lima) hari
3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara langsung
4) Pengaduan secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui
5) Pengaduan secara tidak langsung melalui : surat, sms gateway, email, website dan
1) Peserta yang merasa dirugikan karena pengaduan yang disampaikan tidak dapat
2) Proses penyelesaian sengketa melalui mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
9
3) Peserta dan BPJS Kesehatan menunjuk mediator untuk melakukan penyelesaian
melalui mediasi
Pasal 5 menyebutkan hasil mediasi dibuat secara tertulis, bersifat final dan mengikat.
Hasil mediasi yang tidak disepakati oleh peserta dan BPJS Kesehatan diselesaikan
melalui pengadilan.
1) Apabila peserta dan BPJS Kesehatan tidak sepakat dengan hasil mediasi, maka
pengadilan.
2) Mediasi , apabila musyawarah tidak mufakat maka rumah sakit perlu melakukan
mediasi melalui organiasi pengawas interna dan badan pengawas rumah sakit
BPJS Kesehatan
3) Negosiasi, Fraud adalah ancaman tidak hanya bagi rumah sakit tetapi juga tenaga
CBg’s memerlukan negosiasi lebih lanjut dengan evidence base audit internal RS.
10
4) Konsiliasi
hampir sama dengan mediasi tetapi dalam konsolidasi, pihak ketiga (konsolidator)
mempunyai peran yang cukup besar dalam proses penyelesaian sengketa, karena
hasil konsiliasi oleh pihak – pihak yang bersengketa. Konsolidator juga dapat
5) Pemutusan Kerja Sama sepihak dari BPJS Kesehatan, hal tersebut sudah masuk
dalam klausul perjanjian kerja sama sesuai contoh di atas sesuai kesepakatan dan
6) Sengketa yang muncul dari kebocoran informasi pasien akan merujuk dalam
Tahun 2022 tentang Rekam Medis termasuk aplikasi rekam medis elektronik.
rahasia dan terbatas serta apa golongan informasi publik yang termasuk di
medis.
11