Anda di halaman 1dari 3

GALUH THIFAL KHALDA

51621120071
RESUME 11 RISIKO HUKUM

Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/ atau kelemahan aspek
yuridis. Risiko ini timbul antara lain karena adanya ketiadaan peraturan perundang-undangan
yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sah kontrak atau
agunan yang tidak memadai. Dalam menilai risiko inheren atas risiko hukum,
parameter/indikator yang digunakan adalah:
1) Faktor litigasi
a. Besar nominal gugatan yang diajukan atas estimasi kerugian yang dapat dialami
oleh bankdibandingkan dengan jumlah modal bank.
b. Besar kerugian bank akibat putusan pengadilan yang sudah memiliki kekuatan
hukum yang tetap dibandingkan dengan jumlah modal bank.
c. Dasar dari gugatan yangterjadi dan pihak yang menggugat bank serta tindakan
hukum yang diambil oleh bank.
d. Kemungkinan timbulnya gugatan serupa karena bank memiliki standar perjanjian
yang seragam dan estimasi kerugian dibandingkan dengan jumlah modal bank

2) Faktor kelemahan perikatan,


a. Syarat keabsahan perjanjian tidak terpenuhi.
b. Terdapat kelemahan klausul perjanjian atau persyaratan sudah disetujui bersama
tidak dapat dipenuhi oleh debitur.
c. Pemahaman para pihak terkait dengan perjanjian terutama mengenai risiko-risiko
yang ada dalam suatu transaksi yang kompleks dan menggunakan istilah
yangtidak mudah dipahami atau tidak lazim bagi masyarakat umum.
d. Isi dari perjanjian tidak dapat dilaksanakan baik sebagian maupun seluruhnya.
e. Keberadaan dokumen pendukung terkait dengan perjanjian bank dengan pihak
ketiga.
f. Pembaruan dan review dari penggunaan standar perjanjian oleh bank atau pihak
independen.
g. Penggunaan pilihan hukum Indonesia atas perjanjian yang diadakan oleh bank dan
penetapan forum tempat penyelesaian sengketa.

3) Faktor ketiadaan peraturan perundang-undangan


Jumlah dan nilai nominal dari total produk bank yang belum diatur oleh
peraturan perundang-undangan secara jelas dan produk tersebut cenderung memiliki
tingkat kompleksitas yangtinggi, dibandingkan dengan modal yang dimiliki bank.
Penggunaan standar perjanjian yang belum diperbarui walaupun telah ada perubahan
best pracTice atau peraturan perundang-undangan. Ketiadaan peraturan perundang-
undangan terutama atas produk yang dimiliki bank atau transaksi yang dilakukan
bank akan mengakibatkan produk tersebut menjadi sengketa di kemudian harinya
sehingga berpotensi menimbulkan Risiko Hukum.
4) Referensi Risiko Inheren Hukum yang Dinilai Rendah
a. Dalam periode waktu yang panjang jarang terdapat proses litigasi pada bank.
Frekuensi rendah, reputasi bankjauh dari gangguan, dan dampak dari risiko
hukum terhadap keuangan bank dinilai rendah.
b. Perjanjian yang dibuat bank dengan pihak lain dinilai memadai.
c. Aktivitas produk dan jasa bank dinilai sudah sesuai ketentuan yang berlaku.

Empat unsur penting dalam perjanjian asuransi yaitu sebagai berikut.


1. Perjanjian
Syarat suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah sebagai berikut:
 Adanya kesepakatan diantara para pihak kesepakatan yang dimaksud dalam
hal ini adalah tercapainya kesepahaman pendapat, dan kesesuaian kehendak di
antara para pihak dalam perjanjian;
 Kecakapan di antara para pihak kecakapan yang dimaksud adalah
terpenuhinya unsur kedewasaan secara hukum bagi kedua belah pihak.
Dengan kata lain bahwa penanggung maupun tertanggung adalah mereka yang
dewasa dan cakap untuk membuat perjanjian;
 Adanya objek yang diperjanjiakan; Objek yang diasuransikan adalah objek
yang memang diperkenankan menurut hukum yang berlaku, dan bukan objek
yang dilarang oleh ketentuan hukum. Objek asuransi bisa meliputi
benda/barang, jiwa, maupun tanggung jawab;
 Adanya kausa/sebab yang halal; makna yang terkandung adalah bahwa objek
yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan hukum, kesusilaan
maupun ketertiban umum yang ada di masyarakat
2. Para Pihak dalam Perjanjian akni pihak penanggung dan pihak tertanggung.
 Penanggung (insurer), yaitu pihak yang berkewajiban memberikan prestasi,
dalam hal ini adalah perusahaan asuransi. Hak dan kewajiban yang dimiliki
oleh penanggung dalam perjanjian asuransi adalah bahwa penanggung berhak
untuk menerima premi dari tertanggung sebagai kontra prestasi atas pemberian
perlindungan oleh penanggung terhadap risiko kerugian yang akan dialami
oleh tertanggung.
 Tertanggung (insvred), yaitu pihak yang menerima perlindungan dari
penanggung. Sama halnya dengan penanggung, tertanggung juga memiliki hak
dan kewajiban, yakni kewajiban tertanggung adalah membayar premi asuransi
dan hak yang akan diperoleh adalah tertanggung berhak mendapatkan ganti
rugi atas risiko yang menerimanya dari penanggung.
3. Premi dalam asuransi dapat diartikan sebagai:
 Imbalan jasa yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk
mengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh tertanggung (asuransi
kerugian);
 Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh penanggung
kepada tertanggung dengan menyediakan sejumlah uang (benefit) terhadap
risiko hari tua ataupun risiko kematian (asuransi jiwa).
4. Evenetnent atau Suatu Peristiwa (Accident) yang Tidak Tertentu (Tidak Diketahui
Sebelumnya).
Evenentettt dalam asuransi adalah keadaan atau peristiwa yang menurut
manusia tidak dapat diperkirakan atau diketahui bahwa peristiwa atau keadaan
tersebut akan terjadi. Selain itu, dapat pula diartikan bahwa suatu peristiwa atau
keadaan yang diperkirakan sudah pasti akan terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti
kapan peristiwa itu akan terjadi, yang apabila peristiwa atau keadaan itu terjadi akan
menimbulkan kerugian. Dalam asuransi, evettement lazim disebut dengan risiko

Prinsip-prinsip dalam Asuransi


1. Prinsip Insurable Interest (Prinsip Kepentingan)
Dari ketentuan pasal tersebut jelas bahwa tertanggung adalah pihak yang mempunyai
kepentingan akan objek asuransi. Kepentingan itu harus ada pada diri tertanggung,
bukan hanya pada saat munculnya perjanjian asuransi, melainkan berkelanjutan
sampai pada pelaksanaan (terjadinya evenement). Tertanggung dikatakan mempunyai
kepentingan (atas objek asuransi) dalam suatu pertanggungan apabila orang itu
mempunyai hubungan yang sedemikian rupa dengan peristiwa yang tidak diharapkan
terjadi sehingga jika peristiwa itu terjadi, tertanggung akan menderita kerugian
2. Prinsip Utmost Good Faith (Prinsip Iktikad Baik)
prinsip iktikad baik dan dasar saling percaya dan memercayai antara kedua belah
pihak, yang artinya:
 Penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala suatu
tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi yang bersangkutan dan
menyelesaikan tuntutan ganti rugi sesuai dengan syarat dan kondisi
pertanggungan;
 Tertanggung juga harus memberikan informasi yang jelas dan benar atas objek
atau kepentingan yang dipertanggungkan.
3. Prinsip indemnitas
Prinsipnya mengatur pemberian ganti rugi yang diberikan penanggung sama dengan
jumlah kerugian yang diderita oleh tertanggung, tidak lebih dan tidak kurang sehingga
tertanggung tidak akan mendapatkan keuntungan dari kontrak asuransi ini. Dalam hal
uu kewajiban perusahaan asuransi adalah memulihkan tertanggung pada posisi
ekonomi yang sama dengan posisi sebelum terjadinya evenement.
4. Prinsip Subrogasi
untuk menjamin pihak tertanggung tidak menerima keuntungan dengan adanya
kontrak asuransi, dengan analogi bahwa apabila suatu risiko yang terjadi bersumber
dari pihak ketiga, dan apabila pihak ketiga telah mengganti rugi, tertanggung tidak
lagi berhak untuk menerima ganti rugi kepada penanggung. Demikian pula,
sebaliknya apabila tertanggung belum mendapatkan ganti rugi dari pihak ketiga, hak
untuk menuntut itu beralih kepada penanggung.
5. Prinsip Sebab Langsung
Jika kerugian yang diderita oleh tertanggung disebabkan kebusukan, cacat, sifat atau
macam dari barangnya sendiri ataupun karena kesalahan, kesengajaan, kelalaian dari
diri tertanggung, penanggung dibebaskan dari tanggung jawabnya untuk memberikan
ganti rugi kepada tertanggung.

Anda mungkin juga menyukai