Anda di halaman 1dari 26

PENYELESAIAN

SENGKETA
ASURANSI
Asuransi merupakan pengikatan untuk memberikan
pnggantian karena adanya kerugian,kerusakan atu
kehilangan keuntungan atau tanggungjawab hokum kepada
pihak ketiga
Asuransi merupakan peralihan terhadap resiko kerugian
yang diderita oleh peserta asuransi sehingga pada sat
peserta asuransi tersebut mngalami kerugian maka
kerugian tersebut secara serta menjadi tanggungan dari
perusahaan asuransi
Pengalihan tanggungan atas suatu resiko harus
didasarkan pada suatu PERJANJIAN yang memuat hak dan
kewajiban dari masing-masing pihak
Salah satu kewajiban peserta asuransi adalah membayar
premi dan kewajiban perusahaan membayar klaim dari
Definisi asuransi adalah : Perjanjian anata dua pihak atau lebih
dngan mana pihak penanggung mengikat diri kepada pihak
tertanggung, dgn menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yg diharapkan atau tanggungjawab
hokum kepada pihak ketiga yg mungkin akan diderita
tertanggung, yg timbul dari suatu peristiwa yg tidak pasti, atau
utk pembayaran yg didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yg dipertanggungkan ( pasal 1 angka (1) UU No. 2
Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian.
Objek dari asuransi bisa berupa : Benda daan jasa, jiwa dan
raga,kesehatan manusia, tanggung jawab hokum, sert semua
kepentingan lainnya yg dpt hilng,rusak,rugi, dan atau berkurang
nilainya.
Ada tiga jenis asurnsi dikenal di Indonesia :
1. PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN
2. PERUSAHAAN ASURANSI JIWA
3. PERUSAHAAN REASURANSI.
Hubungan antara nasabah/tertanggung dgn
Perusahaan/penanggung tdk selamanya berjalan harmonis, tdk
tertutup kemungkinan terjadi perselisihan.
Penyebab perselisihan yaitu Perbedaan pendapat dan penafsiran
atas ketentuan-ketentuan yg diatur dalam polis asuransi,
kemudian perbedaan antara besarnya nilai ganti rugi yg
seharusnya diterima oleh nasabah perusahaan asuransi.
Untuk melindungi kepentingan dari masing-masing pihak akan
kemungkinan terjadi kerugian saat ini telah didirikan : BADAN
MEDIASI ASURANSI INDONESIA (BMAI), berdasarkan SK bersama
Menko bidang perekonomian
No.KRP.45.MENKON/07.2006,Gubernur BI No.8/50/KEP.GBI/2006,
Menkeu No.357/kmk.012/2006, Meneg BUMN No.KEP-
75/MBU/2006 tentang Paket Kebijakan Sektor Keuangan yg
ditetapkan tgl 5 juli 2006.
Hal-hal yg dilakukan oleh BMAI adalah:
1.Bantuan penyelesaian sengketa Klaim Asuransi ( Tuntutan ganti
rugi/manfaat polis) dg memberikan solusi yg mudah.
2.Bantuan bagi tertanggung atau pemegang polis yg kurang
memahami asuransi atau kurang mampu utk menyelesaikan
suatu perkara melalui penadilan negeri atau tidak mampu
membayar biaya bantuan hokum yg mahal.
3.Penyelesaian sengket secara lebih cepat,adil, murah, dan
informal.
4.Akses yg mudah bagi masyarakat
tertanggung/polis/termaslhat.
Sbg persyaratan administratifnya yaitu:
1. Mengisi dan menyampaikan formulir permohonan yg telah
disediakan.
2.Permohonan dilampiri dgn Dokumen-dokumen yg terkait
dengan sengketa yg terjadi antara para pihak.
Sebagai pelaksana mediasi yakni CASE MANAGER dari BMAI
tugas utamanya adalah:
Mengupayakan agar tertanggung dan perusahaan asuransi dapat
mencapai kata sepakat utk menyelesaikan sengketa yg sedang
mereka hadapi. Persyaratan mutlak yg harus dipenuhi adalah
pengetahuan dan wawasan yg mendalam akan hal-hal yg
berkaitan dengan asuransi.
Apabila mediasi gagal , maka selanjutnya diselesaikan secara
ajudikasi pada tahap ini keputusan diambil secara sepihak oleh
Ajudikator dan para pihak harus dapat menerima putusan yang
diambil oleh ajudikator tersebut.
SEKIAN TERIMA
KASIH
PENYELESAIAN
SENGKETA KONSUMEN
Untuk melindungi posisi lemah konsumen dalam berhadapan
dengan pihak produsen pemerintah menerbitkan UU No.8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen
Undang-Undang ini menatur Hak-hak yg dimiliki konsumen dan
hak-hak yg dimiliki oleh produsen sehingga masing-masing pihak
terlindungi secara hokum.
Definisi konsumen yakni: Setiap orang pemakai barang dan
atau/jasa yg tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain mau pun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan ( pasal 1 angka (2) UU No.8 tahun
1999 tentang konsumen.
Pelaku usaha adalah: Setiap orang perorangan atau badan usaha
baik yang berbentuk badan hokum mau pun bukan badan hokum
yang didiran dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hokum Negara republic indonesia, baik sendiri sendiri
mau pun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha daalam berbagai bidang ekonomi ( pasal 1 angka
(3) UU No.8 tahun 1999 tentang konsumen.
Pelaku usaha dalam pengertian ini adalah : Perusahaan,
korpo,rasi, koperasi BUMN, Koperasi, importer, pedagang dan
distributor.
Prestasi yg terjadi antara pelaku usaha dg konsumen dibagi
menjadi dua yakni :
1.Prestasi yg berwujud setelah terjadinya sejumlah barang yg
dapat dimiliki oleh konsumen dgn cara membeli.
2, Prestasi yg tidak berwujud adalah pemberian jasa dari pelaku
usaha kepada konsumen, misalnya antara advokat dan klien.
Definisi barang yaitu: Setiap benda baik berwujud mau pun tidak
berwujud, baik bergerak mau pun tidak bergerak dapat
dihabiskan mau pun tidak dapat dihabiskan yg dpt utk
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh
konsumen. ( pasal 1 angka (4) UU No. 8 tahun 1999.
Definisi jasa yakni : Setiap layanan yg berbentuk pekerjaan atau
prestasi yg disediakan bagi masyarakat utk dimanfaatkan oleh
konsumen ( pasal 1 angka (5) UU No.8 tahun 1999.
Dari penjelasan pasal-pasal tsb Konsumen secara hokum
dilindungi atas hubungan hokum yg terjadi, sehingga apabila
terjadi sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha
konsumen tidak berada dalam posisi yg lemah.
Salah satu hal yg dpt melemahkan posisi konsumen didepan
pelaku usaha adalah dg adanya perjanjian yg dibuat antara
pelaku usaha dg konsumen. Perjanjian yg disepakati merupakan
perjanjian dg klausul baku dlm arti tdk ada upaya negosiasi utk
melakukan perubahan.
Sengketa dpt terjadi disebabkan beberapa hal seperti :
a. Produk yg dibeli cacat.
B. Jasa yg diberikan tidak sesuai dg yg disepakati.
UU No.8 memberikan hak pada konsumen utk mengajukan
gugatan thdp pelaku usaha di atur dalam pasal 45 ayat 1
menyebutkan : Setiap konsumen yg dirugikan dpt
menggugat pelaku usaha melalui lembaga yg bertugas
menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha atau melalui peradilan yang berada dilingkungan
peradilan umum.
Selain itu konsumen diberikan pilihan utk menentukan bentuk
penyelesaian sengketa sebagaimana ditentukan dalam pasal 45
ayat (2) menyatakan: Penyelesaian sengketa konsumen
dpt ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yg bersengketa.
Apabila sengketa tersebut diselesaikan diluar pengadilan
lembaga yg berwenang utk menangani sengketa tsb adalah:
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN ( BPSK ).
Tugas dan wewenang BPSK yaitu:
a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa
konsumen dg cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi.
b.Memberikan konsultasi perlindungan konsumen.
c.Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku.
d.Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran
ketentuan dalam undang-undang ini.
e.Menerima pengaduan baik tertulis mau pun tidak tertulis dari
konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen.
f.Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan
konsumen.
g.Memanggil pelaku usaha yg diduga telah melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.
h.Memanggil dan menghadirkan saksi, saki ahi dan/atau setiap orang yg
dianggap mengetahui pelanggaran thdp UU ini.
i.Meminta bantuan penyidik utk menghadirkan pelaku usaha, saksi,saksi
ahli atau setiap org sbg mana dimaksud pada huruf g dan huruf h yg tidak
bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian konsumen.
J.Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen atau alat bukti
lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan.
K.Memutuskan dan menetapkan ada atau tdk adanya kerugian dipihak
konsumen
L.Memberitahukan putusan kpd pelaku usha yg melakukan pelangaran
thdp perlindungan konsumen.
M.melakukan sanksi administrative kpd pelaku usaha yg melanggar
ketentuan UU ini.
Prinsip penanganan penyelesaian sengketa konsumen berdasarkan
Surat Edaran Dirjen perdagangan dlm Negeri No,40/PDN/02/2010 yakni:
1.Sederhana,murah dan cepat.
2.Pertimbanganpada keadilan dan kepatutan
3.Mediator tdk memihak.
4.Bersifat musyawarah dlm mencapai keesepakatan.
5.Tidak dipungut biaya kpd para pihak.
6.Proses penanganan dlm rangka penyelesaian sengketa konsumen
tidak utk dipublikasikan.
7.Para pihak yg bersengketa disaranka tdk didampingi atau dikuasakan
pada pengacara ( lawyer).
TIGA TAHAPAN MEDIASI DALAM SENGKETA KONSUMEN :
1.Tahap pramediasi
2.Mediasi
3.Penanganan tindak lanjut.
Ad.1. Tahapan pramediasi yang harus dilalui sbb:
a.Pendaftaran dan pencatatan Pengaduan
1. Konsumen menyampaikan pengaduan langsung
kedinas perdagangan.
2. Pendftaran pengaduan dilakukan dgn mengisi lembar pengaduan
konsumen.
3. Petugas mencatat pengaduan dlm buku agenda setelah
dilengkapi dengan :
- Identitas Konsumen
- Identitas Pelaku Usaha
- Bukti Pendukung Pengaduan berupa kwitansi dll.
- Kronologia Kejadian
- Tuntutan yg diminta konsumen kecuali ganti rugi immaterial
b. Dalam hal pendaftaran dan pencatatan pengaduan sdh benar dan
lengkap mediasi siap dilaksanakan dan dinas meenentukan hari pelaksanaan
mediasi.
c.Apabila dalam kesempatan undangan pertama konsumen tidak hadir tanpa
alasan/pemberitahuan kepada dinas,maka dinas tidak mengundang kembali
dan pengaduan konsumen dinyatakan gugur.
d. Apabila dlm kesempatan undangan pertama pelaku usaha tidak
hadir dengan atau tanp alasan/pemberitahuan pada dinas,makaa
dinas tidak akan mengundang kemabli pelaku usaha.
e. Pramediasi dlkukan paling lama tujuh hari kerja terhitung sejak
konsumen menanda tangani lembar pengaduan konsumen.
Catatan; Setelah tahap ini dipenuhi oleh para pihak berikutnya
adalah MEDIASI. Pada Tahap ini terdapat beberapa ketentuan yg
diatur sbb:
1. Mediasi dipimpin oleh aparat dinas yg berperan sbg mediator
dan dibantu oleh notulis.
2.Mediator menyampaikan tatatertib meiasi yg perlu menjadi
perhatian dan dipatuhi para pihak selama berlangsungnya mediasi
4. Mediator menyampaikan hak dan kewajiban para pihak sebagaimana
di atur dalam UU No 8 thun 1999 tentang konsumen.
5.Mediator memberikan kesempatan yg seimbang pada konsumen dan
pelaku usaha secara bergantian utk menyampaikan masalahnya dan
harapan harapan yang diinginkan.
6.Notulis melakukan pencatataan selama berlangsungnya mediasi yg
dituangkan dalam bentuk berita acara mediasi.
7.Mediator sedapat mungkin hrs mengarahkan para pihak utk
menyelesaikan sengketa konsumen secara musyawarah dan
kekeluargaan ( win-win solution ).
8.Dalam hal diperoleh kesepakatan penyelesaian oleh para pihak hasil
kesepakatan dibuat dalam berita acara penyelesaian sengketa
konsumen dan ditanda tanggani oleh para pihak,mediator dn para saksi.
9.Dalam hal pelaku usaha belum dapat menerima tuntutan konsumen,
mediator memberikan:
a. Kesempatan paling lama lima hari kerja utk melengkapi bukti sanggahan
thdp tuntun tuntutan konsumen. Dan,
b.Mediator menetapkan waktu pelaksanaan acara meediasi lanjutan.
10.Dalam hal tdk tercapai kesepakataan penyelesaian sengketa diantara paara
pihak,mka pihaak mediator memberikan alternative penyelesian sengketa
melalui pengdiln negeri setempat.
11.Dalam hal telah ditandatangani berita acara penyelesaian sengketa
konsumen oleh para pihak, maka pengaduan dinyaatakan selesai.
12. Proses penanganan dlm rangka penyelesian sengketa, Konsumen melalui
mediasi dilakukan paling lama 12 hari kerja terhitung sejak pendaftaran dan
pencatatan pengaduan dinyatakan sdh benar dan pencatatan pengaduan
dinyatan benar dan lengkap.
Setelah mediasi dijalani tindak lanjut kesepakatan yg dicapai
pada tahap ini yg terjadi adalah :
a. Para pihak sepakat hasil mediasi;
1.Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan hasil mediasi dan konsumen melaporkan hal tersebut kepada
dinas, maka dinas menyampaikan surat agar pelaku usaha
melaksanakan hasil kesepakatan secara konsisten.
2.Apabilaa konsumen tdk mau menerima ganti kerugian
sebagaimana yg telah disepakati dalam mediasi, maka dinas
menyampaikan surat kepada konssumen yg menyarankan agar
konsumen mengajukan penyelesaian sengketa konsumen melalui
penadilan negeri setempat.
b. Para pihak tidak sepakat hasil mediasi:
Para pihak membuat pernyataan bahwa penyelesaian sengketa
konsumen melalaui mediasi oleh dinas tidak berhasil mencapai
kesepakatan dan mediator menyarankan kepada para pihak utk
menyelesaikannya melaklui pengadilan negeri setempat.
Konsiliasi Penyelesaian Sengketa Konsumen
Dalam pasal 1 butir 9 Kepmen Prindustrian dan Perdagangan RI
nomor:350/Mpp/KEP/12/2001 tentang tugas dan wewenang BPSK
mendefinisikan adanya KONSILIASI ; Proses penyelesaian sengketa
konsumen diluar pengadilan dengan perantaraan BPSK utk
mempertemuukan para pihak bersengketa dan penyelesaiannya
diserahkan kpd para pihak.
Dalam penyelesaian sengketa konsumen yang bertindak sebagai
fasilisator adalah Majelis yang telah disetujui oleh BPSK. Tujuan
dilibatkannya fasilisator adalah agar dapat mudah tercapai kata sepakat
atas permasalahan yang terjadi.
Dalaam jangka waktu 7 hari kerja sejak keputussan dibacakan ,Ketua
BPSK menyampaikan putusan kpd para pihak. Apabila jangka waktu 14
hari sejak diterima tidak ada keberatan dalam janggka 7 hari kerja
putusan wajib dilaksanakan oleh para pihak.
Keputusan dari BPSK bersifat Final dan mengikat para pihak dan dapat
dimintakan penetapan eksekusi kepada PN setempat. Kemudian BPSK
dpt menyerahkan pelaksanaan putusan tsb pd penyidik PNS
perlindungan konsumen utk dilakukan penyelidikan apabila pelaku
usaha atau konsumen tdk menjalankaan kewajibannya berdasarkan
putusan tsb.

Anda mungkin juga menyukai