Npm/Kelas : 174301149/A
Mata Kuliah : Hukum Perlindungan Konsumen
Dosen Pengajar : Dr. Endang Pujiastuti, S.H., M.H.
Kesimpulan:
Hukum Perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang
mengadakan hubungan hukum atau bermasalah itu dalam masyarkat tidak seimbang.
Perlindungan Konsumen (Pasal 1 ayat (1) UUPK)
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain dan dan tidak untuk diperdagangkan”.
Batasan Konsumen :
Setiap orang.
Pemakai barang atau jasa.
Yang tersedia dalam masyarakat
Bagi kepentingan diri sendiri atau pihak lain. Tidak untuk diperdagangkan.
Setiap Orang :
Dalam batasan ini terdiri dari orang alami atau orang yang diciptakan oleh hukum
(perusahaan dengan bentuk PT atau sejenis, baik privat atau publik).
Barang menurut Pasal 1 angka 4 UUPK, adalah : ”setiap benda baik berwujud
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan
maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen.”
Jasa menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 adalah :
“setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.”
Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, atau makhluk hidup lain.
Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
dan makhluk hidup lain.
Ada 4 unsur yang terkandung dalam pengertian pelaku usaha menurut UUPK :
Perlindungan Preventif :
Strategi perlindungan konsumen :
1. Nir aksi ( menerima atau tidak menuntut )
2. Ragam Aksi ( Menerima tetapi menyampaikan melalui tulisan dan surat kabar )
3. Peraturan perundang – undangan
4. Pengadilan / luar pengadilan ( BPSK )
5. Pengaturan mandiri / voluntary self regulation pengaturan yang dibuat pihak
pelaku usaha itu sendiri
Terdapat 2 model :
1. Produsen langsung ke konsumen
2. Produsen melalui grosir , pengecer langsung konsumen
Wanprestasi
Perlindungan Represif :
SANKSI BAGI PELAKU USAHA PASAL 60 S/D 63 UUPK
SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi.
SANKSI PIDANA
Sanksi Pidana berupa pidana penjara. atau pidana .
HUKUMAN TAMBAHAN
Terhadap sanksi pidana di atas, dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:
a. perampasan barang tertentu;
b. pengumuman keputusan hakim;
c. pembayaran ganti rugi;
d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian konsumen;
e. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau f. pencabutan izin usaha.
Akibat hukum jika klausula baku yang dicantumkan tersebut merupakan klausula
eksonerasi maka Pasal 18 ayat (4) UUPK
“ Mewajibkan pelaku usaha untuk menyesuaikan klausula baku yang bertentangan
dengan undang – undang ini”
Dalam hal ini hanya diganti klausula tetapi perjanjiannya tetap dijalankan , sehingga
perjanjiannya tidak batal hanya klausula nya saja.
Menurut saya Kondisi force majeur tersebut tidak serta merta dapat dijadikan
pembatalan suatu kontrak, namun renegosiasi dapat dilakukan untuk membatalkan
atau mengubah isi kontrak yang telah disepakati tentunya diharapkan berjalan dengan
adanya itikad baik. Suatu kontrak harus tetap dilaksanakan sesuai dengan isinya
sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan setiap perjanjian
yang dibuat secara dah berlaku sebagai undang- undang bagi yang membuatnya.