HUKUM
DOSEN :
Dr. Mas Putra Zenno Januarsyah, S.H., M.H.
RELASITAS LOGIKA DAN BAHASA
Logika secara etimologikal adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pikiran yang benar (valid) yang
dinyatakan dalam bentuk kata atau serangkaian kata – kata atau dalam bentuk bahasa.
Logika à Bahasa
Manusia memikirkan realitas (yang ada maupun tidak ada) , gerak pikiran di implementasikan lewat kata –
kata, setelah realitas sudah mengkristal diperolehlah suatu hasil pemikiran tertentu terhadap realitas dan
kristalisasi tersebut merupakan isi pikiran.
Bahasa à alat berpikir tepat dan benar
Logika à Bahasa à Relasitas Interaktif ”Bejana Berhubungan”
Relasitas antara logika hukum dengan bahasa hukum terkait erat antara kegiatan berpikir, bahasa, dan
hukum kegiatan berpikir yang dilakukan adalah berpikir yuridikal yang dikemukakan dalam bahasa hukum
RELASITAS LOGIKA DAN BAHASA
Syarat – Syarat Bahasa Hukum :
1. Dibuat oleh manusia pengemban hukum;
2. Mengabdi pada kepentingan hukum dan atau komunikasi hukum;
3. Diterima sebagai kebenaran oleh komunitas hukum;
4. Terdiri atas bunyi-bunyian atau tanda-tanda atau kata-kata yang tertulis yang diartikulasikan
sebagai alat komunikasi hukum.
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
Peranan bahasa hukum bagi logika hukum sangat penting sebagai sarana atau media atau alat
untuk menyatakan bentuk pikiran yang benar (valid) tentang hukum, baik dikemukakan secara lisan
maupun tulisan.
Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai 3 fungsi pokok, yaitu :
1. Fungsi Ekspresif
2. Fungsi Informatif
3. Fungsi Direktif
Dalam logika hukum fungsi bahasa yang digunakan harus bersifat informatif dan direktif , bahasa
hukum tidak boleh bersifat ekspresif karena bahasa hukum itu sendiri bukan merupakan suatu
sarana atau media atau alat untuk menyatakan suatu perasaan tertentu
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
1. Kata dan Term dalam Logika
Pemikiran dalam logika terdapat 3 Unsur ”Kata” (term), Kalimat (proposisi), dan Pengertian
a) Kata
“Kata Adalah tanda lahiriah Kata yang diartikulasikan dan dihasilkan dengan alat-alat bicara atau
tanda tertulis untuk menyatakan suatu pengertian". (Secara singkat dapat pula diartikan sebagai
satuan bunyi yang mengandung maknawi tertentu).
Kata yang memiliki bentuk yang sama (huruf-huruf yang membentuknya sama), mempunyai
pengertian yang sama disebut Univok
Kata yang memiliki bentuk yang sama (huruf-huruf yang membentuknya sama), tetapi mempunyai
pengertian yang berbeda disebut Ekuivok
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
b) Term
letak perbedaan antara kata' dengan "term":
term adalah: "suatu kata atau serangkaian kata yang berfungsi sebagai subyek atau predikat dalam
suatu kalimat".
TERM MAJEMUK
TERM TERM TUNGGAL Terdiri dari dua kata lebih,
namun kata-kata tersebut
TERBAGI 2 : Terdiri dari satu kata
secara bersama-sama
menjadi suatu keseluruhan
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
2. Kalimat (Proposisi) dalam Logika
Kalimat adalah sekelompok perkataan yang tersusun menurut cara tertentu. Ketentuan tentang cara
menyusun kata-kata untuk mewujudkan kalimat diatur dalam tata bahasa.
cara tersusunnya kata-kata yang mewujudkan kalimat dinamakan sintaksis merupakan aspek bentuk
dari bahasa , sedangkan aspek material dari bahasa disebut kosa kata
Sintaksis adalah yang menentukan makna dari suatu kalimat. Misalnya : “Ini baru hukum” dan “Ini
Hukum Baru””
Kalimat – kalimat diatas maknanya sangat berbeda, walaupun kata – kata yang digunakan sama.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa kejelasan bentuk jalan pikiran (bentuk logikal) seseorang, sangat
bergantung sekali dari pemahaman seseorang terhadap tata bahasa dan sintaksis.
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
Partap Sing Mehra, Proposisi dalam Logika Tradisional terdiri dari 3 Bagian, yaitu :
Predikat Kopula
Subjek
Bagian yang Bagian yang
Bagian yang menyatakan hubungan
memberitakan atau
diberitakan atau antara subyek dan
menyangkal sesuatu
disangkal. predikat itu
tentang subyek.
Kopula berupa afirmasi, artinya: "kopula menyatakan bahwa di antara subyek dan predikat memang
sesungguhnya terdapat hubungan". Kopula berupa negasi, artinya: "kopula menyatakan di antara
subyek dan predikat tidak terdapat suatu hubungan apapun".
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
3. Pengertian
Menurut Bruggink, ‘Pengerrtian’ adalah :
“Isi Pengertian yang dimunculkan oleh sebuah perkataan tertentu jika sebuah objek atau seseorang
pribadi memperoleh nama”.
a. Isi dan Luas Pengertian
Semua Unsur yang terkandung dalam Pengertian, Isi Pengertian disebut dengan (Intensi )
menentukan kejelasan ‘Lingkup’ atau ’Luas Pengertian’ disebut dengan (ekstensi atau denotasi )
b. Hubungan Isi dan Luas Pengertian
Dalil Pertama : ”Intensi pengertian menentukan ekstensi pengertian”
Dalil Kedua : “Intensi pengertian berbanding terbalik dengan ekstensi pengertian”
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
Maksud dari kedua dalil ini adalah, bahwa :
“Semakin sedikit intensi pengertian memuat unsur-unsur (ciri-ciri) semakin banyak realitas-realitas
atau hal-hal (objek-objek) termasuk ke dalam eksistensi pengertian”.
Isi (Intensi) pengertiannya ditetapkan sedikit atau kurang persis (kurang tepat) maka cakupan akan
semakin Luas (Abstrak) dan Sebaliknya semakin banyak. Intensi maka semakin sedikit realitas –
realitas dalam eksistensi lingkup pengertiannya semakin sempit dan akan menjadi semakin konkrit.
Pembuatan suatu kaidah hukum, yakni dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
4.
3.
1. 2. (
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
c. Mengabstraksi dan Mengkonkretisasi
Mengabstraksi adalah Menghilangkan atau meminimalisasi ciri – ciri sebuat pengertian
Mengabstraksi à berpikir Induksi (dalil – dalil yang khusus ke yang umum, menggeneralisasi)
Mengkonkritisasi adalah proses berpikir manusia dimulai dari sebuah pengertian abstrak dibuat
pengertian yang konkrit (yakni rumusan “pengertian”) Mengkonkritisasi yaitu menambahkan ciri –
ciri sehingga timbul pengertian lebih sempit.
Mengkonkritisasi à berpikir Deduksi (artinya metode berpikir dari dalil – dalil yang umum ke yang
khusus)
Contoh : peng-hibah-an dikaitkan dengan sewa menyewa. Persoalan hukum yang muncul adalah :
“Apakah hibah memutuskan sewa menyewa”?
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
d. Jenis – Jenis Pengertian
1) Sinonim (Persamaan Arti)
2) Istilah Bermakna Ganda
3) Pengertian Kabur , Bruggink mensitasi pendapat K English yang membuat perbedaan sebagai
berikut :
a) Pengertian Tidak Dibatasi
b) Pengertian Normatif
c) Pengertian Diskresioner
d) Pengertian Terbuka
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
4. Definisi
a. Pembuatan definisi dengan menggunakan metode klasik
mendifinisikan secara klasik ini telah sejak lama dilakukan oleh Aristoteles (384-322SM), dengan
cara "per genus proximum et differentiam specificam". Untuk menetapkan ‘definiendum’ (perkataan
yang akan didefinisikan), pertama-tama yang harus dicari adalah pengertiannya yang lebih umum
(luas) dan kemudian tetapkan jenis terdekatnya (genus proximum), yang memang termasuk dalam
'definiendum'. Selanjutnya cari pembeda untuk membuat genus proximum menjadi jenis khusus
(differentiam specificam) untuk membedakan 'definiendum' dalam pengertiannya yang lebih umum
(luas) itu dari jenis-jenis lainnya yang terdapat di dalam pengertian yang lebih umum (luas) tadi.
Selanjutnya di dalam 'definien' (perkataan-perkataan yang digunakan untuk mewujudkan definisi) itu
dikemukakan pengertian umum yang terdekat (jenis terdekat), dan pembedanya yang membuat
menjadi khusus.
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
4. Definisi
b. Cara-cara membuat definisi
Terdapat 2 Cara untuk membuat definisi, yaitu sebagai berikut :
1) Pendefinisian secara riil (disebut : definisi riil)
2) Pendefinisian dengan memberikan nama (disebut : definisi nominal)
KATA (TERM), KALIMAT (PROPOSISI), PENGERTIAN, DAN DEFINISI
4. Definisi
c. Syarat-syarat membuat definisi
Syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam suatu pen”definisi”an menurut Bruggink pada intinya
adalah sebagai berikut :