Anda di halaman 1dari 10

PETA KONSEP DIKSI

NAMA : YULIANTI
NIM : 16.01.011.039
PRODI : TEKNIK
METALURGI DAN
MATERIAL (2016)
DIKSI

JENIS-JENIS DIKSI
Fonem Kata Benda

Silabel Kata Kerja


Makna Leksikal Dan Makna Gramatikal

Makna Referensial dan Nonreferensial

Infleksi Makna Denotatif dan Konotatif


Konjungsi
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Makna Kata dan Makna Istilah


Hubungan Uterans
Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Makna Kias dan Lugas

Makna Umum dan Khusus

Kata abstrak dan kata konkret


ELEMEN-ELEMEN DIKSI
Sinonim

Kata Baku
DESKRIPSI DIKSI
A. Diksi atau Pilihan Kata

Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti

kedua, arti diksi yang lebih umum digambarkan dengan seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan

dipahami. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam

penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu

tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan

membuat karangan.

Definisi sederhananya, diksi (diction) adalah pemilihan kata dan metode penggunaannya dalam tulisan atau

pembicaraan, serta kemampuan menyampai maksud/ide/keinginan dalam bentuk kata-kata sejelas-jelasnya. Diksi sangat

penting dalam komunikasi karena pada dasarnya, setiap orang memiliki tingkatan yang berbeda dalam berbahasa.

Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran kata formal atau informal dalam konteks sosial adalah yang utama.

Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya

penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-
kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan

sintaks. Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan

Uterans.

Berikut adalah fungsi diksi :

1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.

2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar

atau pembaca.

3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.

4. Menciptakan suasana yang tepat.

5. Mencegah perbedaan penafsiran.

6. Mencegah salah pemahaman.

7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Adapun fungsi pilihan kata atau diksi adalah untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka

sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak

menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan

kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana.


Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh

pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan

latar watak jadi semakin banyak kosa kata kita, serta semakin dalam pemahaman kita terhadap nuansa makna (efek mental)

dari suatu kata, maka semakin bagus diksi kita.

Pemakaian diksi dimaksudkan untuk memudahkan dan mendapatkan kesesuaian tujuan yang akan diperoleh.

Pengarang ingin mengekspresikan pengalaman atau imajinasinya secara padat dan intens yang berfungsi sebagai gambaran

penjelas dalam beraneka pilihan kata. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata kata yang kita gunakan. Maka

dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita.

Beberapa point point penting tentang diksi, yaitu :

1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,

bagaimana membentuk pengelompokan kata kata yang tepat atau menggunakan ungkapan ungkapan, dan gaya

mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa nuansa makna dari gagasan yang ingin

disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang

dimiliki kelompok masyarakat pendengar.


3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan

kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata

yang dimiliki suatu bahasa.

B. Jenis-jenis Diksi

Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata

bisa saja diubah saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya

akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika

digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai

alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.

Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan

peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari

diksi yang bertalian dengan ungkapan-ungkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi. Jenis-jenis

diksi antara lain:

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal


Makna Leksikal: makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-

sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya

penyakit (tikus itu mati diterkam kucing).

Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak

bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna sebuah buku, menjadi buku-buku yang

bermakna banyak buku.

2. Makna Referensial dan Nonreferensial

Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka

kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau

mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi

(bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).

3. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. contoh: kata

kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah: makna

lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang

menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai
rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang

mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

4. Makna Kata dan Makna Istilah

Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi

bersifat umum. makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan,

bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas,

di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu

karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat

umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.

5. Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya

tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh:

Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu

bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim

juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa

6. Makna Kias dan Lugas


Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna

bulan , Raja siang bermakna matahari.

7. Makna Umum dan Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.

1. Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka

kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.

2. Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam

pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.

Misalnya:

Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame,

lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti

ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

8. Kata abstrak dan kata konkret.

Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik,

hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan
dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara

halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam

suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.

9. Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.

Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu

bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah

makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

10. Kata Baku

Kata baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan kata tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah.

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan

dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak

halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat

suatu karya tulis ilmiah.


KOMENTAR :

1. Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat
karena seorang mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis.

2. Dalam memilih kata, seseorang harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari Diksi, yaitu :

a. Ketepatan dalam pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan
tafsir antara penulis dengan pembaca.

b. Kesesuaian pemilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA :
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.

http://astutimulefa.blogspot.com/2010/03/diksi.html

Anda mungkin juga menyukai