Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN MENGENAI MAKNA DAN ANALISISNYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Semantik


Dosen Pengampu: Veni Nurpadillah, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelas 3B / Kelompok 6

1. Nila Rosita (2108110050)


2. Wardatun Nikoyah (2108110104)

3. Iqbal Fadilah Gufron (2108110051)

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2022
“Kajian Makna dan Analisisnya”

A. Hakikat Makna

Makna kata ialah salah satu yang mengkaji ilmu yang selalu ada pada ilmu semantik.
Maka dari itu, perlu untuk mengerti dalm hal yang krusial. Hornby (dalam Pateda, 1989,
hlm. 45) mengemukakan makna ialah sebuah arti atau memaknai sebuah kata. Aminuddin
(1988, hlm. 53) menyatakan teori makna yaitu yang mempunyai hubungan dalam satu
bahasa dengan bahasa dunia luar yang telah ditentukan bersama oleh para pemakai atau
pengguna bahasa kemudian bisa saling dimengerti maknanya dalam berkomunikasi.

Begitupun Harimurti (2008:148) menyatakan makna (meaning,linguistic meaning, sense)


bisa dikatakan kata yang memiliki banyak arti atau suatu maksud, yaitu: Maksud pemakai,
Pengaruh dalam suatu bahasa yang dapat memahami arti atau perilaku manusia serta
beberapa manusia, Hubungan, yang dapat diartikan kesamaan atau ketidaksamaan mengenai
bahasa serta dari luar bahasa, atau juga mengenai sebuah ujaran dalam semua hal yang
dimaksud, Cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang benar.

Bisa ditarik simpulan makna sendiri mempunyai arti atau maksud tertentu dari suatu
kata yang ditujukan si pembicara maka dari itu membuat kata tersebut mempunyai makna
atau arti yang berbeda dengan kata-kata yang lain dan dapat dipahami sebagai suatu hal yang
sedang disampaikan atau dibicarakan. Tetapi, tidak berlalu di situ saja, makna sendiri
mempunyai beragam arti berbeda-beda oleh sebab itu, dapat kita jumpai beberapa jenis
makna yang berbeda-beda dalam setiap kata yang diucapkan.

B. Jenis Makna

Pada jenis Bahasa yang banyak dipakai dalam setiap kegiatan masyarakat yang terus
selalu menyebabkan makna atau pendapat arti yang berbeda-beda. Kemungkinan dapat
terjadi karena ada jenis makna tidak sama. Chaer (2013, hal: 61) berpendapat dalam jenis
makna yaitu ada makna leksikal, gramatikal, konstektual, referensial dan non referensial,
denotatif, konotatif, konseptual, asosiatif, kata, istilah, idiom, serta makna peribahasa.

1. Makna Leksikal

Makna leksikal ialah arti yang mempunyai atau terdapat di leksem meski
tidak memiliki konteks apapun (Dhanawaty dkk, 2017, hal: 89). Contohnya, leksem
kuda mempunyai arti leksikal “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”.
Kuda dapat diartikan sebagai binatang kuda, bukan seperti “Kuda Besi” yang
sebenarnya lebih kearah ke kereta api. Tetapi, makna leksikal merupakan sebuah arti
yang sesungguhnya.

2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal ialah suatu makna yang terdapat dalam ssatu proses
gramatikal yang mengolah kata yang mempunyai makna atau arti. Seperti, dalam
proses afiksasi terdapat imbuhan pada makma suatu kata. “Kuda” ketika diberi
imbuhan “ber-“ yang mempunyai makna yang berbeda-beda yaitu: mengendarai
kuda.

3. Makna Kontekstual

Makna kontekstual ialah sebuah makna dalm leksem atau sebuah kata yang
terdapat dalam satu konteks (Dhanawaty dkk, 2017, hal: 90). Konteks yang berbeda,
suatu kata bisa mempunyai arti atau makna yang beda, karena agar lebih
memahaminya berikut penjelasan serta lihat contoh yang sudah disiapkan:

 Rambut di kepala kakek belum ada yang putih.

 Sebagai kepala sekolah seharusnya ia menegur guru itu.

Pada Kedua contoh bisa kita lihat pada contoh yaitu dapat menemukan
sebuah makna yang berbeda yang sesuai dengan penerapan dan berbagai situasinya
(konteks). Jadi, kata kepala dalam ketiga contoh diatas memiliki makna berbeda
walau dalam kalimatnya ada kata kepala.

4. Makna Referensial dan Nonreferensial

Dalam kata atau leksem dapat dinamai bermakna referensial jika ada referen
atau tujuannya. Dalam kata seperti kuda, merah, dan mobil ialah sebuah kata-kata
yang memiliki arti atau makna yang refensial oleh sebab itu ada titik atau tujuan.
Dalam kuda dapat berdiri sendiri dan memiliki makna juga, selain itu kata seperti
dan, atau, karena, tidak dapat berdiri dengan sendirinya karena memerlukan sebuah
kata yang referensial misalnya kuda agar memiliki makna. Begitupun sebaliknya,
kata-kata seperti dan, atau, karena, termasuk kata-kata yang memiliki makna
nonreferensial karena kata-kata itu tidak memiliki referen atau acuan atau tujuan.
Kata nonreferensial tidak dapat berdiri sendiri untuk memilih atau mempunyai
makna

5. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif merupakan suatu makna yang sesungguhnya, makna asal,


atau makna sebenarnya yang mempunyai sebuah leksem. Misalnya, “Kurus” yang
mempunyai makna“ bagimana tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran
normal”. Maka daru itu, makna denotatif ini sebenarnya sama saja dengan makna
leksikal yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu, makna konotatif ialah suatu
makna lain untuk diberi imbuhan pada makna denotatif yang berhubungan dengan
nilai rasa dari orang yang memakai kata tersebut. Contohnya kata “kurus” pada
contoh di atas dapat diganti dengan diksi “ramping” yang dapat terdengar positif atau
tidak menyinggung perasaan orang lain.

6. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Leech (1976 dalam Dhanawaty dkk, 2017, Hal: 91) memberikan


pendapatnya ada dua macam makna yaitu makna konseptual dan makna asosiatif.
Makna konseptual merupakan suatu arti yang mempunyai suatu leksem (kata) yang
lepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda mempunyai arti konseptual
“sejenis binatang berkaki empat yang dikendarai”. Sedangkan makna asosiatif
merupakan sebuah makna yang mempunyai suatu leksem atau kata bersamaan
dengan adanya gabungan antara kata itu dengan sesuatu hal yang ada di luar bahasa.
Contohnya dalam kata melati berasosiasi dengan suatu yang suci, kata merah
berasosiasi dengan berani.

7. Makna Kata dan Makna Istilah

Pada leksem atau sebuah kata yang mempunyai makna serta arti yang
mempunyai oleh kata ialah makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual.
Namun, ketika pemakaian makna kata tersebut dapat menjadi jelas kalau kata
tersebut ada pada konteks. Oleh sebab itu, bisa disimlulam bahwa makna ini kata
yang masih memiliki sifat umum, kasar, dan tidak jelas.

8. Idiom dan Peribahasa

Idiom merupakan suatu ucapan yang dapat dikatakan tidak bisa dirumuskan
bahwa sebuah makna unsur-unsurnya, baik dalam leksikal ataupun dalam gramatikal
(Dhanawaty dkk, 2017, Hal. 92). Seperti dalam “menjual gigi” tidak memiliki makna
“gigi yang dijual”, memiliki makna “tertawa sangat keras”. Sehingga, makna
peribahasa sendiri bisa lebih lanjut untuk dipahami dan dipelajari atau juga bisa
dilacak dari makna unsur-unsurnya karena asosiasi mengenai makna aslinya dengan
maknanya sebagai peribahasa. Contohnya, peribahasa “seperti anjing dengan kucing”
yang memiliki makna “dua orang yang tidak pernah bisa akur”.

C. Relasi Makna

Relasi makna ialah hubungan mengenai semantik yang ada dalam satuan bahasa
yang satu dan yang lainnya. Terdapat beberapa relasi makna sebagai berikut.

1. Sinonim
Sinonim atau bisa dikatakan sinonimi merupakan gabungan semantik yang
memberikan fakta mengenai kemiripan makna dengan suatu ucapan dan ucapan yang
lainnya. Perhatikan kata benar dan betul. Meskipun seperti itu, sinonim sebenarnya
tidak mempunyai arti yang sama disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: waktu,
tempat dan wilayah, keformalan, sosial, kegiatan, nuansa makna.

2. Antonim

Antonim atau antonimi merupakan sebuah gabungan atau hubungan mengenai


semantik dengan dua satuan ucapan yang terdapat arti kebalikan, pertentangan atau
kontras dengan satu dan yang lain. Perhatikan kata buruk berantonim dengan baik.
Terdapat beberapa jenis antonim yang meliputi:

 antonim yang bersifat mutlak, seperti hidup dan mati,

 antonim yang bersifat relatif atau bergradasi, seperti besar dan kecil,

 antonim yang bersifat relasional, seperti membeli dan menjual,

 antonim yang bersifat hierarki, seperti gram dan kilogram.

3. Polisemi

Sebuah kata disebut polisemi ketika kata tersebut mempunyai sebuah arti banyak
atau lebih dari satu. Contohnya kata kepala yang mempunyai beberapa arti atau
makna yaitu: (1) bagian tubuh manusia, (2) ketua atau pemimpin, (3) sesuatu yang
berada di sebelah atas (kepala surat).

4. Homonimia

Homonimi atau homonim ialah dua kata yang terdapat kebetulan sama namun,
hanya mempunyai makna yang berbeda disebabkan oleh adanya bentuk lain.
Perhatikan kata pacar yang bermakna “inai” dan pacar yang bermakna “kekasih”.
Terdapat dua jenis homonimi yaitu homofon dan homograf. Homograf terpacu pada
sebuah ucapan yang sama ejaannya, sedangkan ketika cara mengucapkannya itu
tidak sama. Perhatikan kata / təras/ yang bermakna “inti” dan /teras/ yang bermakna
bagian “serambi rumah”. Sebaliknya, Homofon memiliki kesamaan bunyi (fon),
sehingga kata pacar “inai” dan pacar “kekasih” termasuk homofoni.

5. Hiponimi & Hipernim

Hiponimi atau hiponim ialah suatu ilmu semantik yang saling berpegangan erat
antara sebuah bentuk ucapan yang tercakup pada sebuah makna dalam ujaran atau
ucapan yang lain (Dhanawaty dkk, 2017, hal: 94). Perhatikan kata merpati dan kata
burung. Dapat dipahami dalam kata merpati yaitu burung, tetapi burung tidak
mempunyai makna yang hanya merpati, bisa juga tekukur, perkutut, kepodang, dan
sebagainya. Merpati ialah contoh hiponim dari burung. Kemudian, burung yang
mempunyai “turunan jenis” lainnya dapat dinamai hipernim. Karena, dapat
disebutkan merpati, tekukur, perkutut, dan kepodang merupakan suatu hiponim dari
hipernim “burung”. Hiponimi yaitu sebuah usaha agar bisa membuat klasifikasi pada
suatu konsep yang generik menjadi spesifik.

6. Ambiguiti/Ketaksaan

Ambiguiti, ambiguitas atau ketaksaan ialah suatu alasan dari kegandaan makna
yang berakibat tafsiran gramatikal yang mempunyai makna berbeda. Hal tersebut
dapat terjadi pada bahasa tulis dan kemungkinan dalam bahasa tulis unsur
suprasegmental (ekspresi) tidak bisa jelaskan dengan jelas. Perhatikan contoh
berikut, bagaimana bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi
“buku sejarah itu baru terbit” atau “buku itu berisi sejarah zaman baru”.

7. Redundansi

Istilah redundansi dapat dijelaskan dalam memakai unsur segmental secara


berlebihan dalam suatu ujaran, dapat digunakan secara percuma. Perhatikan dalam
contoh berikut, Nita mengenakan baju berwarna merah, tidak akan berbeda dengan
ujaran yang lebih singkat: Nita berbaju merah.

D. Perubahan Makna

Bahasa ialah suatu hal yang “hidup” dan akam selalu ada perubahan. Dalam
Perubahan makna bisa terdapat salah satu faktor penyebabnya. Kemungkinan bisa terjadi
karena beberapa faktor. Berikut diantaranya:

 Perkembangan dan majunya teknologi. Seperti kata sastra yang awalnya


bermakna “tulisan” kemudian berubah menjadi “bacaan” lalu berubah lagi
menjadi “buku yang baik isinya” lalu berubah lagi menjadi “karya bahasa yang
bersifat imajinatif dan kreatif”.

 Perkembangan sosial budaya. Perhatikan kata saudara awlanya memiliki arti


“terlahir dari ibu yang sama atau satu rahim, tetapi kini dipakai untuk
menyebutkan orang lain untuk saling menyapa.

 Perkembangan pemakaian kata. Seprti bidang pertanian bisa dilihat kosakata


menggarap. Tapi, sekarang kata itu juga dipakai pada bidang lain yang memiliki
makna “membuat atau mengerjakan sesuatu”, seperti menggarap skripsi.

 Pertukaran tanggapan indra. Seperti rasa pedas biasanya hanya dirasakan oleh
indra perasa (lidah) kini ditanggap oleh telinga seperti “ujaran sangat pedas”.
 Adanya asosiasi. Adanya sebuah hubungan mengenai ujaran yang satu dengan
yang lainnya. Jadi, bila disebut ujaran maka artinya ialah suatu hal lain yang
bersamaan dengan ujaran tersebut. Seperti kata amplop sebenarnya bermakna
“sampul surat”, tetapi amplop menjadi bermakna “uang sogok” dalam kalimat
“Beri saja amplop, agar urusannya cepat selesai”.

Berikut penjelasan perubahan jenis makna:

a. Perubahan Meluas,

Kata baju yang awalnya mempunyai arti pakaian atasan, tetapi sekarang
membuat arti lain, yang bisa dikatakan bukan hanya baju, termasuk celana, sepatu,
dasi, bahkan topi. Sama halnya dalam sebuah kalimat “murid-murid sekolah kini
kembali mengenakan baju seragamnya”.

b. Perubahan Menyempit,

Suatu kata yang mempunyai makna yang sangat familiar, tetapi sekarang
mempunyai arti lain dan menjadi sangat khusus. Perhatikan kata sarjana, dulu
bermakna “orang cerdik”, namun kini hanya memiliki asrti “lulusan perguruan
tinggi” saja.

c. Perubahan Total,

kata yang mempunyai makna kini tidak lagi mempunyai arti satu
melainkan jauh dari arti asliny. Seperti, kata ceramah yang dulu bermakna
“cerewet”, sekarang bermakna “untaian mengenai suatu hal di muka orang
banyak”.

1. Medan Makna

Medan makna atau medan leksikal (semantic domain) ialah sebuah unsur
Leksikal yang dapat menjelaskan satu bagian dari suatu budaya atau realitas alam
semesta yang sama. Seperti:nama-nama planet, nama-nama warna, nama-nama perabot
rumah tangga. Dalam contoh diatas itu satu medan makna.

2. Medan Kolokasi

Kolokasi menonjol pada hubungan antara sintagmatik unsur-unsur leksikal.


Perhatikan kalimat berikut.

Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung ombak
dan tenggelam beserta segala isisnya.
Dapat dilihat pada kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam
ialah sebuah kata dalam satu kolokasi, satu tempat atau memiliki lingkungan yang sama,
yaitu lingkungan kelautan.

3. Medan Set

Kelompok medan set lebih kehubungan antara paradigmatik oleh karena itu, kata-
kata yang ada dalam satu kelompok set tersebut dapat digantikan. Sekelompok kaya yang
satu set biasanya memiliki kelas kata yang sama. Contohnya, kita dapat melihat
kelompok set kata remaja dan sejuk, seperti berikut ini.

Remaja Sejuk

Lansia Dingin

Dewasa Hangat

Anak-anak Terik

Bayi Dingin

4. Komponen Makna

Makna yang mempunyai setiap kata terdiri dari beberapa komponen makna yang
terbentuk dalam keseluruhan makna kata itu sendiri. Dalam komponen makna bisa
dianalisis, dibutiri, atau dijelaskan satu per satu sesuai dengan definisi yang ada. Seperti,
bisa dilakukan sebuah analisis komponen makna agar bisa mencari perbedaan setiap
bentuk-bentuk yang bersinonim. Perhatikan kata Ayah dan bapak ialah dua buah kata
yang bersinonim. Dalam dua kata yang bersinonim tersebut mempunyai makna tidak
akan sama persis dan terdapat perbedaan makna atau arti.

Kesesuaian Semantik dan Sintaktik

Dalam kesesuaian setidaknya suatu kalimat tidak hanya melihat dari masalah tata
bahasanya atau gramatikal, contohnya yang dilakukan dalam sintaksis. Kalimat sendiri harus
bisa menerima sisi semantik serta makna atau arti yang sesuai dalam suatu kalimat. Bisa kita
lihat contoh di bawah ini dan penjelasannya.

 Kambing yang Pak Wayan terlepas lagi


Ketidak kesetaraan pada kalimat di atas sebab ada kesalahan gramatikal,
seperti adanya konjungsi yang ada di antara kambing dan pak Wayan. Konjungsi
sendiri tidak dapat menggabungkan antara nomina dengan adjektiva.

 Kambing itu membaca komik

Pada kalimat di atas memiliki kesalahan karena tidak ada kesesuaian


semantik antara kambing yang sebagai pelakunya dengan kata membaca sebagai
perbuatan yang dilakukan oleh kambing.

Latihan

Perhatikan petunjuk dalam pengerjaan soal berikut.

1) Gunakan bahasa Indonesia yang mudah dan dapat dipahami untuk menjawab pertanyaan.

2) Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia
dalam menjawab pertanyaan.

3) Hindari plagiarisme ketika menjawab pertanyaan.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini agar lebih memahami materi mengenai Kajian
Makna dan analisnya!

1. Apakah setiap kata memiliki makna leksikal? Coba jelaskan!


2. Betulkah pernyataan yang menyatakan bahwa makna leksikal adalah makna seperti yang
terdapat dalam kamus! Jelaskan!
3. Betulkah bahwa makna gramatikal sama dengan makna kontekstual, makna situasional
dan makna struktural? Jelaskan!
4. Betulkah kata-kata yang termasuk kategori preposisi dan konjungsi tidak memiliki
makna? Jelaskan!
5. Coba bandingkan konsep mengenai makna referensial dan makna leksikal! Adakah
persamaan atau perbedaannya? Jelaskan!
Rangkuman

1. Makna adalah kata yang memiliki arti dari sebuah pembicaraan, hingga kata tersebut
nantinya akan memiliki arti yang spesifik yang berbeda dengan kata-kata lainnya.
Disamping itu, tentu saja kata yang diucapkan dapat difahami secara jelas.
2. Jenis makna

 Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, dalam artian maknanya sesuai
dengan apa yang kita amati, atau makna sebagaimana adanya. Makna leksikal
sering juga dikatakan sebagai makna dalam kamus.
 Makna Gramatikal merupakan makna yang tercipta kala sesuatu proses
gramatikal sudah mencerna kata yang mempunyai makna. Makna gramatikal
kerap kali diucap sebai makna yang bisa berubah- ubah tergantung dengan
konteks yang dipakainya katanya.
 Makna kontekstual adalah suatu makna yang akan timbul tergantung dengan
konteksnya.
 Makna referensial dan makna non referensial merupakan makna yang wajib
berkaitan dengan rujukan (referensi) ataupun sumber acuan. Maksudnya bila
suatu kata tidak ber- referen ataupun beracuan, hingga kata tersebut tidak
dikatakan bermakna.
 Makna Denotatif serta Konotatif, makna denotatif merupakan makna asli, makna
asal, ataupun arti sesungguhnya yang dipunyai suatu leksem. Dengan kata lain arti
denotatif merupakan arti yang pengertiannya objektif serta apa adanya.

Lain halnya dengan makna konotatif, makna konotatif ialah suatu makna berbeda
yang ditambahkan ke dalam makna denotatif dan berhubungan dengan nilai rasa
dari setiap orang yang memakai kata tersebut.

Kedua kata itu bersinonim, tetapi memiliki makna positif atau negative.

 Makna konseptual dan makna asosiatif sebuah leksem atau kata, yang memiliki
makna konseptual yang terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Makana
konseptual sebenarnya memiliki persamaan makna dengan makna referensial,
makna denotatif, dan makna leksikal

Sementara itu, makna asosiatif adalah perbandingan dari Makana konseptual,


Makana asosiatif memiliki Makna leksem atau kata yang berkenaan adanya
adanya hubungan kata itu dengan suatu yang yng berada di luar bahasa

 Makna Kata dan Makna Istilah Setiap leksem atau kata memiliki makna dan
makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotatif, atau
makna konseptual.

 Peribahasa dan makna idiom. Makna peribahasa ialah makna yang dapat di
telusuri atau di lacak makna unsur" nya karena asosiasi antara makna aslinya
dengan makna peribahasa, sedangkan makna idiom ialah suatu ujaran yang
maknanya tidak dapat dilacak atau di ramalkan dari makna unsur" nya baik secara
gramatikal maupun leksikal

Referensi:

Aminudin. (2000). Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Chaer, Abdul. (2015). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dhanawaty, N.M., Satyawati, M.S., Widarsini, N.P.N. (2017). Pengantar linguistik umum.
Denpasar: Pustaka Larasan.

Keraf, Gorys . (1982). Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.

Kridalaksanan, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Tarigan, Henry Guntur. (1985). Pengajaran Semantik. Penerbit : Angkasa Bandung.

Tugas/Lembar Kerja

Nama:

Kelas:

Teori: Kajian Makna dan Analisnya


Tujuan

 Dapat memahami hakikat makna, jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna.

 Dapat mendeskripsikan serta dapat membedakan antara makna leksikal dan makna yang
lainnya.

Tabel kerja

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah setiap kata memiliki makna


leksikal? Coba jelaskan!

2. Betulkah pernyataan yang menyatakan


bahwa makna leksikal adalah makna
seperti yang terdapat dalam kamus!
Jelaskan!

3. Betulkah bahwa makna gramatikal


sama dengan makna kontekstual,
makna situasional dan makna
struktural? Jelaskan!
4. Betulkah kata-kata yang termasuk
kategori preposisi dan konjungsi tidak
memiliki makna? Jelaskan!
5. Coba bandingkan konsep mengenai
makna referensial dan makna leksikal!
Adakah persamaan atau perbedaannya?
Jelaskan!

Tes Formatif

Pilihlah salah satu jawaban dari setiap soal berikut ini!

1. Seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan


satu bagian dari kebudayaan atau realitas alam semesta yang sama. Dari penjelasan diatas
memiliki pengertian dari....
a. Makna leksikal
b. Medan Makna
c. Relasi makna
d. Jenis makna
2. Sinonim atau disebut juga sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya
kesamaan makna antara suatu ujaran dengan ujaran yang lainnya. Contohnya adalah kata
benar dan betul. Meskipun begitu, sinonim sebetulnya tidak memiliki makna yang sama
persis karena dipengaruhi oleh faktor.....
a. Waktu, Cuaca, perkembangan zaman
b. Kegiatan, waktu, cuaca
c. Sosial, kegiatan, makan leksikal
d. Waktu, keformalan, sosial
3. Manakah pengertian makna menurut Hornby (dalam Pateda, 1989, hlm. 45).....
a. Mengemukakan bahwa makna ialah apa yang kita artikan atau maknai atau
apa yang kita maksud.
b. Mengungkapkan bahwa makna merupakan suatu pertautan atau balas berbalas
yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata).
c. Makna merupakan arti atau maksud tertentu dari suatu kata yang dimaksud
pembicara sehingga membuat kata tersebut memiliki arti spesifik atau berbeda
dengan kata-kata yang lain dan dapat dipahami sebagai suatu hal yang sedang
disampaikan atau dibicarakan.
d. Makna kata ialah salah satu bidang kajian utama yang selalu dibahas dalam
ilmu semantik. Maka dari itu, perlu untuk memahaminya adalah hal yang
krusial.
4. Manakah yang termasuk kedalam jenis makna......
a. Makna sebenarnya
b. Relasi maksa
c. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
d. Komponen Makna
5. Pilih salah satu jenis perubahan makna....
a. Perubahan cuaca
b. Perubahan Meyempit
c. Perubahan Gramatikal
d. Perubahan polisemi
6. Makna yang sesuai dengan hasil indra atau makna yang sungguh-sungguh nyata
adalah?...
a. Makna gramatikal
b. Makna referensial
c. Makna denotatif
d. Makna leksikal
7. Makna gramatikal apa yang ada pada konstruksi “sate Madura”?....
a. Asal bahan
b. Asal tempat
c. Nama dari makanan
d. Nama tempat
8. Perhatikan kalimat berikut:
 “Tadi saya lihat pak Ahmad duduk di sini, sekarang dia kemana?” Tanya pak
Rasyid kepada mahasiswa itu.
 “Kami di sini memang bertindak tegas terhadap para penjahat itu.”Kata Gubernur
DKI Jakarta kepada para wartawan dari luar negeri itu.
Contoh dari makna apakah kalimat tersebut?...
a. Makna konseptual
b. Makna referensial
c. Makna non-referensial
d. Makna istilah
9. Kalimat berikut ini yang mengandung makna denotasi adalah….
a. Kemarin malam aku makan nasi goreng
b. Usia masih muda tapi kenyang makan garam kehidupan
c. Kepala desa terpilih tidak melakukan kampanye hitam
d. Pahlawan revolusi gugur mempertahankan NKRI
10. Makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata
itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Kalimat tersebut adalah pengertian dari
makna….
a. Makna konseptual
b. Makna denotatif
c. Makna referensial
d. Makna asosiatif

Kunci Jawaban:

1. B 6. D

2. D 7. B

3. A 8. C

4. C 9. A

5. B 10. D

Umpan balik/Tindak Lanjut

Setelah membaca dan memahami teori serta sudah menyelesaikan tes formatif yang sediakan,
anda sapat membandingkan jawaban Anda dengan jawaban di akhir diskusi. Jika Anda dapat
menjawab minimal 80% soal tes formatif dengan benar, maka Anda dapat menyatakan bahwa
Anda telah berhasil memahami dan menguasai teori tersebut. Semangat dan silakan pelajari
Teori berikutnya pada materi yang terkait secara semantik atau terkait Kajian Makna dan
Analisnya Sebaliknya, jika jawaban benar Anda kurang dari 80%, lihatlah kembali uraian teori
yang terdapat pada subunit yang dijelaskan, paling pokoknya pada bagian-bagian yang belum
Anda pahami dan kuasai dengan baik. Semoga uraian teori yang terlampir ini bermanfaat untuk
banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai