Disusun Oleh :
Kelas 3B / Kelompok 6
A. Hakikat Makna
Makna kata ialah salah satu yang mengkaji ilmu yang selalu ada pada ilmu semantik.
Maka dari itu, perlu untuk mengerti dalm hal yang krusial. Hornby (dalam Pateda, 1989,
hlm. 45) mengemukakan makna ialah sebuah arti atau memaknai sebuah kata. Aminuddin
(1988, hlm. 53) menyatakan teori makna yaitu yang mempunyai hubungan dalam satu
bahasa dengan bahasa dunia luar yang telah ditentukan bersama oleh para pemakai atau
pengguna bahasa kemudian bisa saling dimengerti maknanya dalam berkomunikasi.
Bisa ditarik simpulan makna sendiri mempunyai arti atau maksud tertentu dari suatu
kata yang ditujukan si pembicara maka dari itu membuat kata tersebut mempunyai makna
atau arti yang berbeda dengan kata-kata yang lain dan dapat dipahami sebagai suatu hal yang
sedang disampaikan atau dibicarakan. Tetapi, tidak berlalu di situ saja, makna sendiri
mempunyai beragam arti berbeda-beda oleh sebab itu, dapat kita jumpai beberapa jenis
makna yang berbeda-beda dalam setiap kata yang diucapkan.
B. Jenis Makna
Pada jenis Bahasa yang banyak dipakai dalam setiap kegiatan masyarakat yang terus
selalu menyebabkan makna atau pendapat arti yang berbeda-beda. Kemungkinan dapat
terjadi karena ada jenis makna tidak sama. Chaer (2013, hal: 61) berpendapat dalam jenis
makna yaitu ada makna leksikal, gramatikal, konstektual, referensial dan non referensial,
denotatif, konotatif, konseptual, asosiatif, kata, istilah, idiom, serta makna peribahasa.
1. Makna Leksikal
Makna leksikal ialah arti yang mempunyai atau terdapat di leksem meski
tidak memiliki konteks apapun (Dhanawaty dkk, 2017, hal: 89). Contohnya, leksem
kuda mempunyai arti leksikal “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”.
Kuda dapat diartikan sebagai binatang kuda, bukan seperti “Kuda Besi” yang
sebenarnya lebih kearah ke kereta api. Tetapi, makna leksikal merupakan sebuah arti
yang sesungguhnya.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal ialah suatu makna yang terdapat dalam ssatu proses
gramatikal yang mengolah kata yang mempunyai makna atau arti. Seperti, dalam
proses afiksasi terdapat imbuhan pada makma suatu kata. “Kuda” ketika diberi
imbuhan “ber-“ yang mempunyai makna yang berbeda-beda yaitu: mengendarai
kuda.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual ialah sebuah makna dalm leksem atau sebuah kata yang
terdapat dalam satu konteks (Dhanawaty dkk, 2017, hal: 90). Konteks yang berbeda,
suatu kata bisa mempunyai arti atau makna yang beda, karena agar lebih
memahaminya berikut penjelasan serta lihat contoh yang sudah disiapkan:
Pada Kedua contoh bisa kita lihat pada contoh yaitu dapat menemukan
sebuah makna yang berbeda yang sesuai dengan penerapan dan berbagai situasinya
(konteks). Jadi, kata kepala dalam ketiga contoh diatas memiliki makna berbeda
walau dalam kalimatnya ada kata kepala.
Dalam kata atau leksem dapat dinamai bermakna referensial jika ada referen
atau tujuannya. Dalam kata seperti kuda, merah, dan mobil ialah sebuah kata-kata
yang memiliki arti atau makna yang refensial oleh sebab itu ada titik atau tujuan.
Dalam kuda dapat berdiri sendiri dan memiliki makna juga, selain itu kata seperti
dan, atau, karena, tidak dapat berdiri dengan sendirinya karena memerlukan sebuah
kata yang referensial misalnya kuda agar memiliki makna. Begitupun sebaliknya,
kata-kata seperti dan, atau, karena, termasuk kata-kata yang memiliki makna
nonreferensial karena kata-kata itu tidak memiliki referen atau acuan atau tujuan.
Kata nonreferensial tidak dapat berdiri sendiri untuk memilih atau mempunyai
makna
Pada leksem atau sebuah kata yang mempunyai makna serta arti yang
mempunyai oleh kata ialah makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual.
Namun, ketika pemakaian makna kata tersebut dapat menjadi jelas kalau kata
tersebut ada pada konteks. Oleh sebab itu, bisa disimlulam bahwa makna ini kata
yang masih memiliki sifat umum, kasar, dan tidak jelas.
Idiom merupakan suatu ucapan yang dapat dikatakan tidak bisa dirumuskan
bahwa sebuah makna unsur-unsurnya, baik dalam leksikal ataupun dalam gramatikal
(Dhanawaty dkk, 2017, Hal. 92). Seperti dalam “menjual gigi” tidak memiliki makna
“gigi yang dijual”, memiliki makna “tertawa sangat keras”. Sehingga, makna
peribahasa sendiri bisa lebih lanjut untuk dipahami dan dipelajari atau juga bisa
dilacak dari makna unsur-unsurnya karena asosiasi mengenai makna aslinya dengan
maknanya sebagai peribahasa. Contohnya, peribahasa “seperti anjing dengan kucing”
yang memiliki makna “dua orang yang tidak pernah bisa akur”.
C. Relasi Makna
Relasi makna ialah hubungan mengenai semantik yang ada dalam satuan bahasa
yang satu dan yang lainnya. Terdapat beberapa relasi makna sebagai berikut.
1. Sinonim
Sinonim atau bisa dikatakan sinonimi merupakan gabungan semantik yang
memberikan fakta mengenai kemiripan makna dengan suatu ucapan dan ucapan yang
lainnya. Perhatikan kata benar dan betul. Meskipun seperti itu, sinonim sebenarnya
tidak mempunyai arti yang sama disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: waktu,
tempat dan wilayah, keformalan, sosial, kegiatan, nuansa makna.
2. Antonim
antonim yang bersifat relatif atau bergradasi, seperti besar dan kecil,
3. Polisemi
Sebuah kata disebut polisemi ketika kata tersebut mempunyai sebuah arti banyak
atau lebih dari satu. Contohnya kata kepala yang mempunyai beberapa arti atau
makna yaitu: (1) bagian tubuh manusia, (2) ketua atau pemimpin, (3) sesuatu yang
berada di sebelah atas (kepala surat).
4. Homonimia
Homonimi atau homonim ialah dua kata yang terdapat kebetulan sama namun,
hanya mempunyai makna yang berbeda disebabkan oleh adanya bentuk lain.
Perhatikan kata pacar yang bermakna “inai” dan pacar yang bermakna “kekasih”.
Terdapat dua jenis homonimi yaitu homofon dan homograf. Homograf terpacu pada
sebuah ucapan yang sama ejaannya, sedangkan ketika cara mengucapkannya itu
tidak sama. Perhatikan kata / təras/ yang bermakna “inti” dan /teras/ yang bermakna
bagian “serambi rumah”. Sebaliknya, Homofon memiliki kesamaan bunyi (fon),
sehingga kata pacar “inai” dan pacar “kekasih” termasuk homofoni.
Hiponimi atau hiponim ialah suatu ilmu semantik yang saling berpegangan erat
antara sebuah bentuk ucapan yang tercakup pada sebuah makna dalam ujaran atau
ucapan yang lain (Dhanawaty dkk, 2017, hal: 94). Perhatikan kata merpati dan kata
burung. Dapat dipahami dalam kata merpati yaitu burung, tetapi burung tidak
mempunyai makna yang hanya merpati, bisa juga tekukur, perkutut, kepodang, dan
sebagainya. Merpati ialah contoh hiponim dari burung. Kemudian, burung yang
mempunyai “turunan jenis” lainnya dapat dinamai hipernim. Karena, dapat
disebutkan merpati, tekukur, perkutut, dan kepodang merupakan suatu hiponim dari
hipernim “burung”. Hiponimi yaitu sebuah usaha agar bisa membuat klasifikasi pada
suatu konsep yang generik menjadi spesifik.
6. Ambiguiti/Ketaksaan
Ambiguiti, ambiguitas atau ketaksaan ialah suatu alasan dari kegandaan makna
yang berakibat tafsiran gramatikal yang mempunyai makna berbeda. Hal tersebut
dapat terjadi pada bahasa tulis dan kemungkinan dalam bahasa tulis unsur
suprasegmental (ekspresi) tidak bisa jelaskan dengan jelas. Perhatikan contoh
berikut, bagaimana bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi
“buku sejarah itu baru terbit” atau “buku itu berisi sejarah zaman baru”.
7. Redundansi
D. Perubahan Makna
Bahasa ialah suatu hal yang “hidup” dan akam selalu ada perubahan. Dalam
Perubahan makna bisa terdapat salah satu faktor penyebabnya. Kemungkinan bisa terjadi
karena beberapa faktor. Berikut diantaranya:
Pertukaran tanggapan indra. Seperti rasa pedas biasanya hanya dirasakan oleh
indra perasa (lidah) kini ditanggap oleh telinga seperti “ujaran sangat pedas”.
Adanya asosiasi. Adanya sebuah hubungan mengenai ujaran yang satu dengan
yang lainnya. Jadi, bila disebut ujaran maka artinya ialah suatu hal lain yang
bersamaan dengan ujaran tersebut. Seperti kata amplop sebenarnya bermakna
“sampul surat”, tetapi amplop menjadi bermakna “uang sogok” dalam kalimat
“Beri saja amplop, agar urusannya cepat selesai”.
a. Perubahan Meluas,
Kata baju yang awalnya mempunyai arti pakaian atasan, tetapi sekarang
membuat arti lain, yang bisa dikatakan bukan hanya baju, termasuk celana, sepatu,
dasi, bahkan topi. Sama halnya dalam sebuah kalimat “murid-murid sekolah kini
kembali mengenakan baju seragamnya”.
b. Perubahan Menyempit,
Suatu kata yang mempunyai makna yang sangat familiar, tetapi sekarang
mempunyai arti lain dan menjadi sangat khusus. Perhatikan kata sarjana, dulu
bermakna “orang cerdik”, namun kini hanya memiliki asrti “lulusan perguruan
tinggi” saja.
c. Perubahan Total,
kata yang mempunyai makna kini tidak lagi mempunyai arti satu
melainkan jauh dari arti asliny. Seperti, kata ceramah yang dulu bermakna
“cerewet”, sekarang bermakna “untaian mengenai suatu hal di muka orang
banyak”.
1. Medan Makna
Medan makna atau medan leksikal (semantic domain) ialah sebuah unsur
Leksikal yang dapat menjelaskan satu bagian dari suatu budaya atau realitas alam
semesta yang sama. Seperti:nama-nama planet, nama-nama warna, nama-nama perabot
rumah tangga. Dalam contoh diatas itu satu medan makna.
2. Medan Kolokasi
Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung ombak
dan tenggelam beserta segala isisnya.
Dapat dilihat pada kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam
ialah sebuah kata dalam satu kolokasi, satu tempat atau memiliki lingkungan yang sama,
yaitu lingkungan kelautan.
3. Medan Set
Kelompok medan set lebih kehubungan antara paradigmatik oleh karena itu, kata-
kata yang ada dalam satu kelompok set tersebut dapat digantikan. Sekelompok kaya yang
satu set biasanya memiliki kelas kata yang sama. Contohnya, kita dapat melihat
kelompok set kata remaja dan sejuk, seperti berikut ini.
Remaja Sejuk
Lansia Dingin
Dewasa Hangat
Anak-anak Terik
Bayi Dingin
4. Komponen Makna
Makna yang mempunyai setiap kata terdiri dari beberapa komponen makna yang
terbentuk dalam keseluruhan makna kata itu sendiri. Dalam komponen makna bisa
dianalisis, dibutiri, atau dijelaskan satu per satu sesuai dengan definisi yang ada. Seperti,
bisa dilakukan sebuah analisis komponen makna agar bisa mencari perbedaan setiap
bentuk-bentuk yang bersinonim. Perhatikan kata Ayah dan bapak ialah dua buah kata
yang bersinonim. Dalam dua kata yang bersinonim tersebut mempunyai makna tidak
akan sama persis dan terdapat perbedaan makna atau arti.
Dalam kesesuaian setidaknya suatu kalimat tidak hanya melihat dari masalah tata
bahasanya atau gramatikal, contohnya yang dilakukan dalam sintaksis. Kalimat sendiri harus
bisa menerima sisi semantik serta makna atau arti yang sesuai dalam suatu kalimat. Bisa kita
lihat contoh di bawah ini dan penjelasannya.
Latihan
1) Gunakan bahasa Indonesia yang mudah dan dapat dipahami untuk menjawab pertanyaan.
2) Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia
dalam menjawab pertanyaan.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini agar lebih memahami materi mengenai Kajian
Makna dan analisnya!
1. Makna adalah kata yang memiliki arti dari sebuah pembicaraan, hingga kata tersebut
nantinya akan memiliki arti yang spesifik yang berbeda dengan kata-kata lainnya.
Disamping itu, tentu saja kata yang diucapkan dapat difahami secara jelas.
2. Jenis makna
Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, dalam artian maknanya sesuai
dengan apa yang kita amati, atau makna sebagaimana adanya. Makna leksikal
sering juga dikatakan sebagai makna dalam kamus.
Makna Gramatikal merupakan makna yang tercipta kala sesuatu proses
gramatikal sudah mencerna kata yang mempunyai makna. Makna gramatikal
kerap kali diucap sebai makna yang bisa berubah- ubah tergantung dengan
konteks yang dipakainya katanya.
Makna kontekstual adalah suatu makna yang akan timbul tergantung dengan
konteksnya.
Makna referensial dan makna non referensial merupakan makna yang wajib
berkaitan dengan rujukan (referensi) ataupun sumber acuan. Maksudnya bila
suatu kata tidak ber- referen ataupun beracuan, hingga kata tersebut tidak
dikatakan bermakna.
Makna Denotatif serta Konotatif, makna denotatif merupakan makna asli, makna
asal, ataupun arti sesungguhnya yang dipunyai suatu leksem. Dengan kata lain arti
denotatif merupakan arti yang pengertiannya objektif serta apa adanya.
Lain halnya dengan makna konotatif, makna konotatif ialah suatu makna berbeda
yang ditambahkan ke dalam makna denotatif dan berhubungan dengan nilai rasa
dari setiap orang yang memakai kata tersebut.
Kedua kata itu bersinonim, tetapi memiliki makna positif atau negative.
Makna konseptual dan makna asosiatif sebuah leksem atau kata, yang memiliki
makna konseptual yang terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Makana
konseptual sebenarnya memiliki persamaan makna dengan makna referensial,
makna denotatif, dan makna leksikal
Makna Kata dan Makna Istilah Setiap leksem atau kata memiliki makna dan
makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotatif, atau
makna konseptual.
Peribahasa dan makna idiom. Makna peribahasa ialah makna yang dapat di
telusuri atau di lacak makna unsur" nya karena asosiasi antara makna aslinya
dengan makna peribahasa, sedangkan makna idiom ialah suatu ujaran yang
maknanya tidak dapat dilacak atau di ramalkan dari makna unsur" nya baik secara
gramatikal maupun leksikal
Referensi:
Aminudin. (2000). Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Chaer, Abdul. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Dhanawaty, N.M., Satyawati, M.S., Widarsini, N.P.N. (2017). Pengantar linguistik umum.
Denpasar: Pustaka Larasan.
Kridalaksanan, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tugas/Lembar Kerja
Nama:
Kelas:
Dapat memahami hakikat makna, jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna.
Dapat mendeskripsikan serta dapat membedakan antara makna leksikal dan makna yang
lainnya.
Tabel kerja
Tes Formatif
Kunci Jawaban:
1. B 6. D
2. D 7. B
3. A 8. C
4. C 9. A
5. B 10. D
Setelah membaca dan memahami teori serta sudah menyelesaikan tes formatif yang sediakan,
anda sapat membandingkan jawaban Anda dengan jawaban di akhir diskusi. Jika Anda dapat
menjawab minimal 80% soal tes formatif dengan benar, maka Anda dapat menyatakan bahwa
Anda telah berhasil memahami dan menguasai teori tersebut. Semangat dan silakan pelajari
Teori berikutnya pada materi yang terkait secara semantik atau terkait Kajian Makna dan
Analisnya Sebaliknya, jika jawaban benar Anda kurang dari 80%, lihatlah kembali uraian teori
yang terdapat pada subunit yang dijelaskan, paling pokoknya pada bagian-bagian yang belum
Anda pahami dan kuasai dengan baik. Semoga uraian teori yang terlampir ini bermanfaat untuk
banyak orang.