Anda di halaman 1dari 7

T

BAB II

PEMBAHASAAN

A. Hakikat sematik

Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna atau arti. Semantik sebagai
salah satu cabang linguistik memiliki kedudukan yang sama dengan cabang-cabang ilmu
bahasa lainnya. Semantik memiliki status yang sama dengan fonologi, morfologi, dan
sintaksis.

Secara etimologis, kata semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema yang berarti
tanda. Dalam hal ini, ahli bahasa (linguis) menggunakannya untuk merujuk pada bagian
linguistik yang mempelajari makna. Pada tahun 1883, seorang ahli bahasa Prancis bernama
Michel Breal pertama kali menggunakan istilah "semantik" pada penelitiannya.

Semantik (dari Bahasa Yunani: Semantikos , Memberikan tanda, penting, dari kata sema,
tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu
bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan Kata lain,semantik adalah pembelajaran
tentang makna. Semantik Biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis,pembentukan
simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana,serta pragmatik,penggunaan praktis
simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.

Dalam linguistik, itu adalah kajian tentang interpretasi tanda- tanda atau simbol yang
digunakandalam agen atau masyarakat dalam keadaan tertentu dan konteks.[3] Dalam
Pandangan ini, suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan proxemics memiliki semantik konten
(bermakna), Dan masing-masing terdiri dari beberapa cabang kajian. Dalam Bahasa tertulis,
hal -Hal seperti struktur ayat dan tanda baca menanggung konten semantik, bentuk lain dari
bahasa menanggung konten semantik lainnya

Menurut Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313) Semantik


adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan
proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.

A. Jenis jenis makna

Menurut Chaer (2015, hlm. 6-11) terdapat empat jenis semantik yang dibedakan
berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa yang menjadi objek penelitiannya, empat jenis
semantik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna lambang kebahasaan. Istilah leksikal berasal dari kata
'leksikon' yang berarti kamus. Sehingga makna lekskal berarti sebagai makna yang terdapat di
dalam kamus. Jadi makna leksikal adalah makna yang tertulis di dalam kamus dan bisa
berdiri sendiri tanpa melihat konteksnya lebih dahulu.

Contohnya adalah kursi yang memiliki arti sebagai tempat duduk berkaki empat dan
bersandaran.

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna kata yang timbul dikarenakan gramatika atau tata bahasa
dalam bahasa Indonesia. Misalnya seperti komposisi, proses afiksasi, dan reduplikasi.

Contohnya kata 'lapang' memiliki arti lebar atau luas. Jika diletakkan pada sebuah kalimat
maka akan memiliki arti yang berbeda.

Pada kalimat 'Dino harus berlapang dada dalam menghadapi masalah.' Makna gramatikal
kata 'lapang' berubah arti menjadi bersabar.

3. Makna Denotatif

Makna denotatif merupakan makna yang mengandung arti yang sebenarnya. Makna denotatif
mengacu pada literatur atau kamus.

Contohnya pada kalimat di bawah ini. Bunga sudah tumbuh di taman.' Kata 'bunga' memiliki arti
sebenarnya, yaitu merupakan bagian tumbuhan yang memiliki kelopak dan menjadi buah.

4. Makna Konotatif

Makna konotatif berlainan dengan makna denotatif. Makna konotatif merupakan makna
yang mengandung nilai emosi tertentu sehingga menjadi kiasan yang dapat bermakna sebagai
sikap sosial, perspektif, dan nilai tertentu.

Contohnya pada kalimat 'Mereka berusaha berebut kursi pemilu'. Kata 'kursi' memiliki arti
atau kiasan dari jabatan atau kekuasaan.

5. Makna Referensi

Makna referensial merupakan makna kata yang didasari oleh referensi atau acuan dari
suatu kata dalam kondisi yang sebenarnya. Jadi, makna referensial lebih kepada kata yang
didasari oleh suatu acuan.

Contohnya, “Saya besok sore pergi ke Bandung bersama keluarga,” kata Irwan pada Ali.
Nah, kata saya dalam kalimat tersebut merujuk pada Irwan yang sedang berbicara kepada Ali.
6. Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks (Dhanawaty dkk, 2017, hlm. 90). Dalam konteks yang berbeda, suatu kata dapat
memiliki makna yang berbeda pula. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.

1. Rambut di kepala kakek belum ada yang putih


2. Nomor teleponnya ada pada kepala surat dinas itu.
3. Sebagai kepala sekolah seharusnya ia menegur guru itu.

Ketiga contoh di atas memunculkan makna yang berbeda berkenaan sesuai dengan
penepatan dan berbagai situasinya (konteks).

7.  Makna Asosiatif

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya
kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci, kata merah berasosiasi dengan berani.

B. Relasi Makna

Relasi makna adalah salah satu topik yang dibahas dalam bidang semantik. Di sini,
hubungan kata, frasa, bahkan kalimat yang saling berhubungan dapat mencerminkan
perluasan, persamaan, pertentangan, dan ketercakupan makna. Dalam Pesona Bahasa:
Langkah Awal Memahami Linguistik (2005: 116), Darmojuwono membagi relasi makna ke
dalam lima jenis sebagai berikut:

1. Homonimi

Definisi homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama, dilafalkan sama, atau
ditulis dan dilafalkan sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.Contohnya adalah hak asasi
dan hak sepatu. Meski keduanya sama-sama menggunakan kata 'hak', namun hak pada kata
hak asasi memiliki arti yang berbeda dengan makna hak pada kata hak sepatu.

2. Polisemi

Anda mungkin juga menyukai