Anda di halaman 1dari 4

MAKNA LEKSIKAL

Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna diartikan sebagai arti atau
pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Sementara menurut
Yendra dalam Mengenal Ilmu Bahasa (2018), makna adalah hasil hubungan antara
bahasa dengan dunia luar, penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para
pemakai, serta perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
sehingga dapat saling dimengerti. Ahli bahasa mengklasifikasikan jenis-jenis makna
dengan berbagai teori dan sudut pandang. Ada yang menggolongkannya ke dalam tiga
jenis, ada yang sampai menjadi 29 jenis makna kata. Namun dari beberapa jenis
makna tersebut memiliki kesamaan dan dasar yang sama. Makna dibedakan menjadi
dua, yaitu makna linguistik dan makna sosial. Makna sosial bersifat kontekstual.
Pembahasannya dapat meluas pada latar belakang budaya, adat, atau kultur dalam
pemakaian bahasa. Sedangkan makna linguistik adalah makna yang biasa kita
temukan dalam pelajaran bahasa Indonesia. Makna linguistik dibagi menjadi dua jenis,
yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis
makna kata dan contohnya. Baca juga: Perbedaan Sinonim dan Antonim Makna
Leksikal Makna leksikal disebut juga makna yang terdapat dalam kamus. Makna
leksikal ialah makna lambang kebahasaan yang bersifat dasar. Makna jenis ini merujuk
pada arti sebenarnya dari suatu bentuk kebahasaan, yang dapat berdiri sendiri tanpa
melihat konteks. Prosedur pemaknaan atau komponen makna leksikal adalah sebagai
berikut:

1. Penamaan (naming) atau penyebutan (labeling): menggunakan lambang yang


berwujud satu kata berdasrkan pengalaman dan pengetahuan seseorang.
2. 2Parafrasa: menganalisis komponen makna lebih terperinci dengan melihat
deskripsinya.
3. Mendefinisikan (definition): pengembangan dari parafrasa untuk menjelaskan
makna agar lebih rinci.
4. Mengklasifikasikan (classified): menhubungkan dengan kelas kata. Kelas
tersebut dapat berupa cirinya.
Para ahli bahasa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal. Satu simbol
dapat mewakili lebih dari satu bahkan memiliki padanan kata yang sangat beragam.
Maka, makna leksikal dibagi menjadi lima jenis, yaitu: Sinonim Sinonim disebut juga
persamaan kata. Kata yang secara leksikon (yang tertera dalam kamus) berbeda tetapi
memiliki kedekatan atau persamaan makna. Contohnya: Laki-laki – pria – cowok –
jantan – jaka Perempuan – wanita – gadis – betina – dara Rendah – pendek – bawah
Tinggi – jangkung – atas – luhur     Antonim Antonim disebut juga lawan kata. Kata
yang secara leksikon memiliki makna yang berbeda atau bertolak belakang. Contohnya:
Gelap – terang Tebal – tipis Kuat – lemah Panas – dingin H

Homonim
Homonim disebut juga persamaan bunyi. Kata yang secara leksikon memiliki bunyi dan
bentuk yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contohnya: Kata bulan
memiliki bunyi dan bentuk yang sama tetapi maknanya dapat berbeda. Bulan dapat
diartikan sebagai satelit alami yang mengitari bumi, tampak bersinar pada malam hari
karena pantulan sinar matahari. Namun kata bulan merujuk pada satuan penanggalan.
Kata jarak berarti ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat. Namun
jarak juga dapat merujup pada tanaman perdu dengan bahasa latin Ricinus communis.

Hiponim
Hiponim Hiponim merupakan kata yang secara leksikon mewakili himpunan atau
kelompok kata tertentu. Kata yang memiliki makna hiponim mewakili banyak hal, yang
mengakibatkan generalisasi. Contohnya: Leksikon buah dapat mewakili kata lain seperti
mangga, pisang, jeruk, melon, jambu, semangka, dan sejenisnya. Leksikon unggas
dapat mewakili kata lain seperti ayam, burung, merpati, parkit, jalak, kalkun, itik, bebek,
angsa, dan sejenisnya.

Meronim
Meronim Meronim ialah kata yang secara leksikon merupakan bagian yang mewakili
sesuatu secara keseluruhan. Maksudnya, jenis makna kata tersebut dapat mewakili
makna lain yang lebih menyeluruh. Contohnya: Leksikon halaman, merupakan meronim
dari kata buku. Leksikon jari, merupakan meronim dari kata tangan. Leksikon pintu,
merupakan meronim dari rumah.

Makna Gramatikal
Makna Gramatikal Makna gramatikal adalah makna kata yang ditimbulkan setelah
dihubungkan dengan kalimat. Fungsi kalimat sebagai satuan kebahasaan
memunculkan makna gramatikal pada sebuah kata. Jenis makna kata ini terjadi akibat
adanya afikasi (imbuhan), reduplikasi (pengulangan kata), komposisi, pembentukan
frasa, klausa, serta kalimat. Maka makna gramatikal disebut juga hubungan intra
bahasa karena berkaitan dengan satuan bahasa lainnya dan maknanya tidak dapat
berdiri sendiri. Berdasarkan struktur kebahasaan dan hubungan antarkalimat, makna
gramatikal dikelompokan sebagai berikut:

- Parafrasa Disebut juga makna yang sepadan. Jenis makna kata ini mengungkapkan tataran
makna gramatikal tanpa menghilangkan makna leksikal. Contohnya:
Saya adalah anak tunggal. Kalimat tersebut setara dengan makna “saya tidak memiliki
saudara kandung”.
Dian selalu datang tepat waktu. Kalimat tersebut setara dengan makna “Dian tidak pernah
datang terlambat”

- Entailmen Makna yang terjadi akibat proses pembentukan dan hubungan dengan makna
lainnya. Suatu makna dapat menyimpulkan makna lain yang berhubungan. Contohnya
:Roni sekarang tidak bekerja. Kalimat tersebut berkaitan dengan makna lain seperti “Roni
pengangguran”.
Dia kuliah di Yogyakarta. Kalimat tersebut berkaitan dengan makna lain seperti “dia
adalah seorang mahasiswa”.

- Praanggapan Disebut juga presuppotition. Makna kata yang ditimbulkan dari asumsi atau
anggapan. Contohnya:
Orang berkacamata pasti pintar.
Semua orang kaya rupawan
Orang Indonesia ramah.

- Kontradiksi Makna kata yang menimbulkan pertentangan. Makna kata yang satu bertolak
belakang dengan makna kata yang lainnya. Contohnya:
Orang miskin yang punya banyak mobil.
Kesedihan itu membuatnya bahagia

- Tautologi Makna yang memuat pernyataan sebenar-benarnya sesuai keadaan sebenarnya


tanpa diubah. Jenis makna ini berkaitan dengan fakta atau keadaan yang nyata. Contohnya:
Ibu saya seorang wanita.
Bola jatuh ke bawah.

- Inkonsistensi Makna kata yang tidak selaras antara analogi dan objek yang dianalogikan.
Ketidakselarasan tersebut terjadi akibat makna kata yang tidak sepadan atau timpang.
Contohnya:
Kakak merasa lebih tua dari adik. Kalimat tersebut menjadi timpang karena kakak
memang diartikan saudara yang lebih tua dari adik.
Mahasiswa lebih pintar dari anak SD. Kalimat ini inkonsisten karena membandingkan
kedua hal yang tidak sepadan. Tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggi bedanya sangat
jauh.
,
- Anomali Makna yang menimbulkan penyimpangan atau kelainan karena tidak dapat
diterima secara umum. Dari sudut pandang gramatikal, relasi makna anomali dipandang
tidak logis.sehingga tidak dapat melahirkan.
Contohnya:
Ayahku melahirkan. Kalimat di atas masuk dalam makna anomali karena ayah merupakan
sosok berjenis kelamin laki-laki. Umumnya laki-laki tidak memiliki rahim
Anak yatim itu tinggal bersama ayahnya di rumah. Kalimat di atas masuk dalam makna
anomali yatim merujuk pada orang yang tidak memiliki ayah karena ditinggal mati
- Ambigu Makna yang kabur atau mengandung interpretasi dan multitafsir. Makna yang
ditangkap seseorang dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Maka ambigu disebut juga
makna ganda. Contohnya
Saya makan dengan ikan. Kalimat di atas dapat bermakna “saya makan menggunakan
lauk ikan”, tetapi dapat juga diartikan sebagai “saya makan bersama dengan ikan”.
Dia bawa motor. Kalimat di atas dapat bermakna “dia mengendarai motor”, tetapi juga
dapat diartikan sebagai “dia mengangkat motor

Anda mungkin juga menyukai