0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
256 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas hubungan semantik dengan berbagai ilmu lain seperti filsafat, psikologi, semiotik, pragmatik, sosiologi, tata bahasa, leksikon, dan idiomatik. Semantik berkaitan erat dengan ilmu-ilmu tersebut karena menelaah makna bahasa dalam berbagai aspek.
Dokumen tersebut membahas hubungan semantik dengan berbagai ilmu lain seperti filsafat, psikologi, semiotik, pragmatik, sosiologi, tata bahasa, leksikon, dan idiomatik. Semantik berkaitan erat dengan ilmu-ilmu tersebut karena menelaah makna bahasa dalam berbagai aspek.
Dokumen tersebut membahas hubungan semantik dengan berbagai ilmu lain seperti filsafat, psikologi, semiotik, pragmatik, sosiologi, tata bahasa, leksikon, dan idiomatik. Semantik berkaitan erat dengan ilmu-ilmu tersebut karena menelaah makna bahasa dalam berbagai aspek.
A. Hubungan Semantik dengan Ilmu Filsafat dan Psikologi
1. Hubungan Semantik dengan Ilmu Filsafat Filsafat adalah pengetahuan yang menelaah sesuatu yang istimewa. Filsafat istimewa karena filsafat tidak dapat diuraikan dengan ilmu pengetahuan biasa, sebaliknya filsafat memerlukan ilmu pengetahuan tentang hukum dan kaidah berpikir yang logika. Oleh yang demikian logika dalam disiplin ilmu filsafat memerlukan cara berpikir yang tepat untuk mencapai ketepatan makna dalam ilmu filsafat tersebut. Filsafat yang tidak mempunyai makna menjadi tidak berarti. Contohnya: “Biar saya menertawakan diri saya sebelum orang lain menertawakan diri saya” membawa semantik atau memiliki makna semantik “Kesadaran sendiri atau muhasabah diri” perlu dipahami pendengar maupun penutur filsafat tersebut supaya ia bermakna apabila diujarkan.
2. Hubungan Semantik dengan Psikologi
Psikologi adalah ilmu jiwa yang mengkaji hakikat dan gerak-gerik jiwa. Hal ini bermakna tingkah laku manusia mempunyai makna. Makna yang dimaksudkan adalah tentang kebermaknaan kata atau ujaran dalam bahasa. Contohnya perkataan “Makan!” berbeda dengan “Makanlah…” Deretan bunyi dan susunan huruf dalam perkataan tersebut menghasilkan pemahaman makna yang berbeda oleh seseorang dalam situasi yang berbeda. Situasi yang berbeda tersebut melambangkan paksaan dan permintaan penuturnya. Hal ini bertepatan dengan pendapat ahli psikologi yang menyatakan bahwa makna wujud berdasarkan rangsangan atau tindak balas.
B. Hubungan Semantik dengan Semiotik dan Pragmatik
1. Hubungan Semantik dengan Semiotik Semiotik semantik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan arti yang disampaikan. Dalam bahasa, semiotik semantik merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh penuturnya dan disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali suatu hasil persepsi oleh pendengarnya. Perwujudan makna suatu bahasa dapat dikatakan berhasil jika makna atau arti yang ingin disampaikan oleh penutur melalui kalimatnya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pendengarnya jika ekspresi yang disampaikan penuturnya sama dengan persepsi pendengarnya. Contohnya, sebuah ambulan yang meluncur di jalan raya yang membunyikan sirine dengan lampu merah berputar-putar, menandakan ada orang celaka yang dilarikan ke rumah sakit. Tafsiran tanda ini berbeda jika sirine itu berasal dari mobil polisi yang melaju di depan rombongan pembesar, karena sirine itu menandakan bahwa ada pembesar yang lewat. Begitupula sirine yang disertai lampu merah berputar-putar berbeda tafsirannya jika hal itu berasal dari mobil pemadam kebakaran.
2. Hubungan Semantik dengan Pragmatik
Pragmatik yaitu kata yang tidak sebenarnya tetapi mengandung arti. Pragmatik lebih menuju ke ujaran seseorang. Semantik dan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang sama-sama menelaah makna-makna satuan lingual. Hanya saja semantik mempelajari arti harifah dari sebuah ide, sedangkan pragmatik adalah makna tersirat dari ide yang diberikan. Dengan kata lain, semantk mempelajari makna secara internal, yaitu makna literal dan terpisah dari situasi, penutur, dan penuturnya. Makna literal adalah arti kata sebenarnya. Akan tetapi, pragmatik mempelajari makna secara eksternal, yaitu berhubungan langsung dengan penutur atau pemakai bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara semantik dan pragmatik memiliki hubungan yang saling melengkapi (komplementer).
C. Hubungan Semantik dengan Sosiologi
Sosiologi adalah bidang ilmu yang mengkaji kelompok masyarakat yang lebih luas dalam perkembangan ekonomi dan sosial yang heterogen. Sosial dan budaya suatu masyarakat yang semakin berkembang menyebabkan makna bahasa dalam suatu masyarakat semakin berkembang. Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan sering dijumpai dalam kenyataan masyarakat dalam menggunakan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu yang dapat menandai identitas maupun kelompok penuturnya. Contoh kata “cewek” dan “wanita”. Kata “cewek” lebih identik dengan remaja ataupun anak-anak muda, sedangkan kata “wanita” terkesan lebih sopan diucapkan dan identik dengan orangtua yang mengedepankan kesopanan dalam bertutur.
D. Hubungan Semantik dengan Ilmu Tata bahasa
Ilmu bahasa terdiri dari empat tataran, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dari keempat cabang ilmu tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu tata bahasa (gramatika) atau struktur bahasa dan di luar gramatika atau di luar struktur bahasa. Cabang ilmu bahasa yang mencakup tata bahasa atau struktur bahasa (gramatika) adalah morfologi dan kata, sedangkan satuan sintaksis yaitu kata, frasa, kalusa, dan kalimat, jelas ada maknanya (Chaer, 2002:9). Oleh karena itu, pada tataran ini masalah-masalah semantik atau yang disebut semantik gramatikal, objek studinya adalah makna gramatikal dari tataran tersebut. Semnatik yang berhubungan dengan sintaksis disedut dengan semantik sintaktikal. Dalam semnatik sintaktikal objek yang menjadi studinya adalah fungsi gramatikal, kategori gramatikal, dan peran gramatikal. - Fungsi gramatikal yaitu S+P+O+K - Kategori gramatika yaitu nomina (Kata benda), verba (kata kerja), dan adjektiva (kata sifat)
- Peran gramatikal yaitu:
a. Peran agentif (sebagai pelaku) b. Peran pasien (Sebagai penderita) c. Peran objek (sebagai sasaran) d. Peran benefaktif (sebagai kegiatan), melakukan sesuatu pekerjaan terhadap orang lain. e. Peran lokatif a (sebagai tempat lokasi) f. Peran insturmental (sebagai alat) Contohnya: udin menjaga adiknya dirumah sakit Di rumah Kalimat udin menjaga adiknya sakit Fungsi S P O K Ketegori nomina Verba nomina Nomina Peran agentif benefaktif pasien lokatif
E. Hubungan Semantik dengan Leksikon
Leksikon adalah kekayaan tat yang dimiliki suatu bahasa, komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakain kata dalam bahasa. Makna leksikal diartikan sebagai maknayang sesuai dengan acuanya, makna yang sesuai dengan hasil observasi panca indra atau makna rill. Dengan demikian makna leksikal adalah manka yang bersifat leksikon/leksem/kata. Untuk menyelidiki manka yang terdapat pada leksem-leksem bahasadiperlukannya semnatik dan ilmu leksikon ini saling berhubungan atau terkait.
F. Hubungan Semantik dengan Idiomatik
Idiomatik atau idiom adalah sekelompok kata yang mankanya tidak dapat dicari dari makna kata-kata unsurnya. Menurut Crystal (1985: 152), idiom atau idiomatik adalah istilah yang digunakandalam grammer dan lexicology yang merujuk pada serangkaian kata yang terbatas secara semantik dan sintaksis, sehingga hanya berfungsi sebgai satuan tunggal.Suwandi (2008:96) mengatakan bahwa makna idiomatikal adalah makna sebuah kata, frasa atau juga kalimat yang menyimpang dari makna leksis maupun makna gramatikal kata, frasa atau kalimat tersebut. Untuk itulah dalam ilmu idiomatikal ini semantik memiliki hubungan yang sangat erat, sebab semantik adalah studi tentang makna. Contohnya tangan kanan atau orang kepercayaan, gigit jari atau kecewa, gulung tikat atau bangkrut, meja hijau atau pengadilan.