Anda di halaman 1dari 4

BAB III

HUBUNGAN SEMANTIK DENGAN ILMU LAINNYA

A. Hubungan Semantik dengan Ilmu Filsafat dan Psikologi


1. Hubungan Semantik dengan Ilmu Filsafat
Filsafat adalah pengetahuan yang menelaah sesuatu yang istimewa. Filsafat istimewa
karena filsafat tidak dapat diuraikan dengan ilmu pengetahuan biasa, sebaliknya filsafat
memerlukan ilmu pengetahuan tentang hukum dan kaidah berpikir yang logika. Oleh yang
demikian logika dalam disiplin ilmu filsafat memerlukan cara berpikir yang tepat untuk
mencapai ketepatan makna dalam ilmu filsafat tersebut. Filsafat yang tidak mempunyai
makna menjadi tidak berarti. Contohnya: “Biar saya menertawakan diri saya sebelum
orang lain menertawakan diri saya” membawa semantik atau memiliki makna semantik
“Kesadaran sendiri atau muhasabah diri” perlu dipahami pendengar maupun penutur
filsafat tersebut supaya ia bermakna apabila diujarkan.

2. Hubungan Semantik dengan Psikologi


Psikologi adalah ilmu jiwa yang mengkaji hakikat dan gerak-gerik jiwa. Hal ini
bermakna tingkah laku manusia mempunyai makna. Makna yang dimaksudkan adalah
tentang kebermaknaan kata atau ujaran dalam bahasa. Contohnya perkataan “Makan!”
berbeda dengan “Makanlah…” Deretan bunyi dan susunan huruf dalam perkataan tersebut
menghasilkan pemahaman makna yang berbeda oleh seseorang dalam situasi yang
berbeda. Situasi yang berbeda tersebut melambangkan paksaan dan permintaan
penuturnya. Hal ini bertepatan dengan pendapat ahli psikologi yang menyatakan bahwa
makna wujud berdasarkan rangsangan atau tindak balas.

B. Hubungan Semantik dengan Semiotik dan Pragmatik


1. Hubungan Semantik dengan Semiotik
Semiotik semantik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan arti yang
disampaikan. Dalam bahasa, semiotik semantik merupakan perwujudan makna yang ingin
disampaikan oleh penuturnya dan disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut
akan dimaknai kembali suatu hasil persepsi oleh pendengarnya. Perwujudan makna suatu
bahasa dapat dikatakan berhasil jika makna atau arti yang ingin disampaikan oleh penutur
melalui kalimatnya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pendengarnya jika
ekspresi yang disampaikan penuturnya sama dengan persepsi pendengarnya.
Contohnya, sebuah ambulan yang meluncur di jalan raya yang membunyikan sirine
dengan lampu merah berputar-putar, menandakan ada orang celaka yang dilarikan ke
rumah sakit. Tafsiran tanda ini berbeda jika sirine itu berasal dari mobil polisi yang melaju
di depan rombongan pembesar, karena sirine itu menandakan bahwa ada pembesar yang
lewat. Begitupula sirine yang disertai lampu merah berputar-putar berbeda tafsirannya jika
hal itu berasal dari mobil pemadam kebakaran.

2. Hubungan Semantik dengan Pragmatik


Pragmatik yaitu kata yang tidak sebenarnya tetapi mengandung arti. Pragmatik lebih
menuju ke ujaran seseorang. Semantik dan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
sama-sama menelaah makna-makna satuan lingual. Hanya saja semantik mempelajari arti
harifah dari sebuah ide, sedangkan pragmatik adalah makna tersirat dari ide yang
diberikan. Dengan kata lain, semantk mempelajari makna secara internal, yaitu makna
literal dan terpisah dari situasi, penutur, dan penuturnya. Makna literal adalah arti kata
sebenarnya. Akan tetapi, pragmatik mempelajari makna secara eksternal, yaitu
berhubungan langsung dengan penutur atau pemakai bahasa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa antara semantik dan pragmatik memiliki hubungan yang saling
melengkapi (komplementer).

C. Hubungan Semantik dengan Sosiologi


Sosiologi adalah bidang ilmu yang mengkaji kelompok masyarakat yang lebih luas
dalam perkembangan ekonomi dan sosial yang heterogen. Sosial dan budaya suatu
masyarakat yang semakin berkembang menyebabkan makna bahasa dalam suatu
masyarakat semakin berkembang. Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan
sering dijumpai dalam kenyataan masyarakat dalam menggunakan kata tertentu untuk
mengatakan sesuatu yang dapat menandai identitas maupun kelompok penuturnya.
Contoh kata “cewek” dan “wanita”. Kata “cewek” lebih identik dengan remaja ataupun
anak-anak muda, sedangkan kata “wanita” terkesan lebih sopan diucapkan dan identik
dengan orangtua yang mengedepankan kesopanan dalam bertutur.

D. Hubungan Semantik dengan Ilmu Tata bahasa


Ilmu bahasa terdiri dari empat tataran, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Dari keempat cabang ilmu tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu tata bahasa (gramatika) atau struktur bahasa dan di luar gramatika atau di luar
struktur bahasa. Cabang ilmu bahasa yang mencakup tata bahasa atau struktur bahasa
(gramatika) adalah morfologi dan kata, sedangkan satuan sintaksis yaitu kata, frasa,
kalusa, dan kalimat, jelas ada maknanya (Chaer, 2002:9). Oleh karena itu, pada tataran ini
masalah-masalah semantik atau yang disebut semantik gramatikal, objek studinya adalah
makna gramatikal dari tataran tersebut.
Semnatik yang berhubungan dengan sintaksis disedut dengan semantik sintaktikal.
Dalam semnatik sintaktikal objek yang menjadi studinya adalah fungsi gramatikal,
kategori gramatikal, dan peran gramatikal.
- Fungsi gramatikal yaitu S+P+O+K
- Kategori gramatika yaitu nomina (Kata benda), verba (kata kerja), dan adjektiva (kata
sifat)

- Peran gramatikal yaitu:


a. Peran agentif (sebagai pelaku)
b. Peran pasien (Sebagai penderita)
c. Peran objek (sebagai sasaran)
d. Peran benefaktif (sebagai kegiatan), melakukan sesuatu pekerjaan terhadap orang
lain.
e. Peran lokatif a (sebagai tempat lokasi)
f. Peran insturmental (sebagai alat)
Contohnya: udin menjaga adiknya dirumah sakit
Di rumah
Kalimat udin menjaga adiknya
sakit
Fungsi S P O K
Ketegori nomina Verba nomina Nomina
Peran agentif benefaktif pasien lokatif

E. Hubungan Semantik dengan Leksikon


Leksikon adalah kekayaan tat yang dimiliki suatu bahasa, komponen bahasa yang
memuat semua informasi tentang makna dan pemakain kata dalam bahasa. Makna
leksikal diartikan sebagai maknayang sesuai dengan acuanya, makna yang sesuai dengan
hasil observasi panca indra atau makna rill. Dengan demikian makna leksikal adalah
manka yang bersifat leksikon/leksem/kata. Untuk menyelidiki manka yang terdapat pada
leksem-leksem bahasadiperlukannya semnatik dan ilmu leksikon ini saling berhubungan
atau terkait.

F. Hubungan Semantik dengan Idiomatik


Idiomatik atau idiom adalah sekelompok kata yang mankanya tidak dapat dicari dari
makna kata-kata unsurnya. Menurut Crystal (1985: 152), idiom atau idiomatik adalah
istilah yang digunakandalam grammer dan lexicology yang merujuk pada serangkaian
kata yang terbatas secara semantik dan sintaksis, sehingga hanya berfungsi sebgai satuan
tunggal.Suwandi (2008:96) mengatakan bahwa makna idiomatikal adalah makna sebuah
kata, frasa atau juga kalimat yang menyimpang dari makna leksis maupun makna
gramatikal kata, frasa atau kalimat tersebut. Untuk itulah dalam ilmu idiomatikal ini
semantik memiliki hubungan yang sangat erat, sebab semantik adalah studi tentang
makna.
Contohnya tangan kanan atau orang kepercayaan, gigit jari atau kecewa, gulung tikat
atau bangkrut, meja hijau atau pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai