Anda di halaman 1dari 8

Nama : Shifa Latifatul Adhawia

Nim : 2101417035

Rombel : 01

SEMANTIK

1. Pengertian Semantik

Kata semantik dalam bahasa inggris yaitu semantics yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu sema yang merupakan kata benda dan berarti “tanda” atau “lambang”, sedangkan
verbanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud
dengan tanda dan lambang disini yaitu seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand De
Saussure. Yaitu komponen yang mengartikan (signifian) yang berwujud bentuk-bentuk bunyi
bahasa dan komponen yang diartikan, atau makna komponen yang pertama (signifie).

Contohnya pada kata gelas. Yang jika ditampilkan dalam bentuk ortografis <gelas>
dan terdiri atas komponen signifian, yang berupa runtutan fonem /g/, /e/, /l/, /a/, /s/ dan
komponen signifienya berupa konsep atau makna tempat untuk minum, berbentuk tabung
terbuat dari kaca dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka kata semantik disepakati sebagai bidang studi
dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu semantik
juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti.

2. Jenis-Jenis Semantik

Sebelum mengetahui tentang jenis-jenis semantik, kita perlu mengingat bahwa objek
yang dikaji dalam semantik yaitu makna bahasa, dan lebih tepatnya lagi yaitu makna dari
satuan-satuan bahasa seperti kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Sedangkan dalam
bahasa sendiri memiliki tataran-tataran yaitu tata bahasa (gramatikal), fonologi, fonetik,
leksikon.

Namun tidak semua dari tataran-tataran tersebut mengandung masalah semantik.


Fonologi dan fonetik tidak termasuk dalam kajian semantik. Sedangkan yang termasuk dalam
kajian semantik yaitu tata bahasa (gramatikal) dan leksikon. Jadi jenis semantik ada dua yaitu
semantik gramatikal dan semantik leksikon.

a. Semantik gramatikal

Semantik gramatikal mempunyai ciri yaitu dapat dibuktikan dengan paradigma dalam
bahasa yaitu, deret kata yang memiliki ciri bentuk, ciri makna, dan ciri valensi yang sama,
dibuktikan dengan hubungan paradigmatik (hubungan-hubungan dalam sebuah tuturan yang
sama namun tidak sejenis bentuknya secara vertikal), karena berhubungan dengan makna
kembali yaitu semantik adalah ilmu tentang makna dan hubungan paradigmatik dapat
membuat makna berubah.

Dalam semantik gramatikal mengkaji tentang sintaksis dan morfologi. Morfologi


adalah cabang dari linguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta proses-proses
pembentukannya. Sedangkan sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata
dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, kalimat.

 Proses Gramatikal Morfologi


- Afiksasi ialah proses pengimbuhan suatu bunyi yang ditambahkan dalam sebuah
kata, baik itu di awal, tengah, maupun akhir.

Bawa = ter + bawa = terbawa = ketidaksengajaan

Ter + D “ketidaksengajaan”

Terlempar “ketidaksengajaan”

Terambil “ketidaksengajaan”

Terjatuh “ketidaksengajaan”

valensinya dapat dikaitkan dengan kata “telah”

- Reduplikasi ialah proses pengulangan kata atau unsur kata.

Rumput-rumput = Banyak dan Bervariasi

R+D = Banyak dan Bervariasi


Bola-Bola = Banyak dan Bervariasi

Lampu-lampu = Banyak dan Bervariasi

- Komposisi ialah proses pembentukan kata majemuk atau kompositum

D + D = Bahan Asal

Susu sapi = bahan asal

Sate kelinci = bahan asal

Soto ayam = bahan asal

 Proses Sintaksis Gramatikal

Pada tataran sintaksis juga terdapat masalah semantik karena semua satuan sintaksis
yaitu kata, frase, klausa dan kalimat memiliki makna dan di dalam proses penyusunan satuan-
satuan itu pun lahir juga makna-makna baru yang juga di sebut makna gramatikal, sebab
sintaksis juga berada dalam lingkup gramatika.

Dalam studi sintaksis, lazim juga dikemukakan adanya sub tataran yang disebut
fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Yang dimaksud dengan fungsi
sintaksis adalah bagian-bagian dari struktur sintaksis yang tidak lazim disebut subjek,
predikat, objek dan keterangan. Kategori sintaksis yaitu ajektiva, verba, nomina dan adverbia.
Peran sintaksis yaitu pelaku atau tindakan.

- Doni memancing ikan

(Pelaku) (Tindakan) (Sasaran)

- Dita memasak kue

(Pelaku) (Tindakan) (Sasaran)

Memiliki ciri bentuk dan ciri makna yang sama = paradigmatik


b. Semantik leksikon

Dalam semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari
bahasa tersebut. Leksem didefinisikan sebagai satuan bebas gramatikal terkecil. Oleh karena
itu makna yang ada dalam leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Makna leksikal adalah
makna yang sesuai refrain sebenarnya. Jadi Semua kata termasuk semantik leksikal. Namun
Jika sebuah kata telah mengalami perubahan makna, maka kata tersebut berubah menjadi
semantik gramatikal. Sebagai satuan semantik, leksem dapat berupa sebuah kata seperti kata
kipas, sapi, mandi. Sedangkan kata yang mengalami perubahan makna menjadi makna
gramatikal contohnya;

- Tangan : anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari
pergelangan sampai ujung jari (makna leksikal)
- Panjang tangan : suka mencuri atau mencopet (makna gramatikal)

3. Satuan – satuan bermakna dan yang menyatakan makna


 Morfem

Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Dalam bahasa ada
bentuk (kata) yang dapat dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil yang kemudian
dapat dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang jika dipotong
lagi tidak mempunyai makna.

Misalnya dalam kata membawakan dapat dipotong sebagai

Mem-bawakan

Bawa-kan

Jika bawa dipotong lagi, maka ba- dan wa- masing-masing tidak mempunyai makna.
Bentuk seperti mem-, bawa-, kan- disebut morfem. Mem-, dan kan- termasuk kedalam
morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna, karena makna
morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem lainnya.
Sedangkan bawa- termasuk morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri dari segi makna tanpa
harus dihubungkan dengan morfem yang lain, pada dasarnya semua kata dasar tergolong
dalam morfem bebas.
 Kata

Menurut para tata bahasawan, kata diberi pengertian yaitu satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan
mempunyai satu arti. Menurut Bloofield batasan kata sendiri yakni kata adalah satuan bebas
terkecil tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu sudah bersifat final.

Sedangkan batasan kata yang umum kita jumpai yaitu bahwa kata merupakan bentuk
yang ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan keluar
mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap
kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah serta tidak
dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain contohnya; kata /k/e/r/t/a/s/ urutan itu tidak dapat
diubah menjadi /r/e/k/t/a/s/ . Dan setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat dalam
sebuah kalimat atau dapat pula diisi atau diganti dengan kata lain atau dapat pula dipisahkan
dari kata lainnya. Contohnya dalam kalimat;

Ibu membeli sayur di pasar

Di pasar ibu membeli sayur

 Klitik

Satuan yang memiliki makna leksikal, tetapi tidak bisa disendirikan atau selalu
melekat pada satuan lain. Dari segi maknanya klitik seperti kata, sedang dari segi
distribusinya seperti morfem. Makna klitik sama dengan makna kata, distribusi klitik sama
dengan distribusi morfem. Karena adanya makna leksikal klitik termasuk kata, namun karena
ketidakmandiriannya klitik mirip morfem afiks, bedanya morfem afiks secara sendirian tidak
memiliki makna. Contohnya dalam kata abnormal = ab + normal = tidak sesuai dengan
keadaan yang biasa, klitik ab- sendiri memiliki makna tidak.

 Leksem

Leksem merupakan satuan leksikal yang merupakan abstraksi kata-kata dalam paradigma
infleksional. Leksem adalah kata dasar yang mendasari berbagai bentuk kata. Leksem ditulis
dalam huruf kapital agar tampak bedanya dengan penulisan kata. Misalnya menampar,
ditampar, tertampar dapat diperoleh leksem TAMPAR.

 Frasa

Frasa merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Bisa dilihat
bahwa frase pasti terdiri lebih dari satu kata, dan pembentuk frase harus berupa morfem
bebas, bukan morfem terikat. Contohnya; buku baru

Berbeda dengan kata yang tidak bisa diselipi apa-apa, maka hubungan antara kata
yang satu dengan kata yang lain di dalam frase cukup longgar, sehingga ada kemungkinan
diselipi unsur lain. Contohnya; lagu cinta dapat dislipi kata lagu tentang cinta

 Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runrunan kata-kata berkonstruksi predikatif,


dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Selain fungsi predikat, fungsi
sujek juga dapat dikatakan wajib harus ada dalam klausa ini. Contohnya Dita makan
merupakan sebuah klausa, karena Dita sebagai pengisi fungsi subjek, dan makan sebagai
pengisi fungsi predikat.

 Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat di ucapkan dengan suara naik
turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi kesenyapan. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.),
tanda tanya (?), atau tanda seru (!). selain itu di dalamnya disertakan pula tanda baca koma
(,), titik dua (:), tanda pisah (-) dan spasi. Kalimat yang baik dan benar memiliki ciri-ciri
tertentu, salah satunya yaitu mengandung unsur-unsur seprti subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K). Contohnya; Sabina memasak ikan di dapur

 Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarrki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang tertinggi dan
terbesar maka di dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh yang
bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa
keraguan apapun.

Di dalam sebuah wacana harus tercipta sebuah kekohesian atau keserasian antara
unsur-unsur yang ada agar dapat memenuhi persyaratan gramatikal. Karena apabila isi
wacana tersebut kohesif maka akan terciptalah kekoheresian yaitu isi wacana yang bagus dan
benar.

Contoh; Sarah dan mawar pergi ke Apotik, dia membeli obat. Wacana tersebut tidak
kohesif, karena kata ganti dia tidak jelas mengacu pada siapa, apakah pada Sarah atau
Mawar, sedangkan yang benar adalah kata ganti dia diubah menjadi kata ganti mereka. Maka
dapat disimpulkan bahwa wacana tersebut tidaklah koherens.

Sedangkan contoh wacana yang benar sebagai berikut: Sekarang jarang sekali terjadi
hujan, orang-orang sedang merasa kesulitan mencari air. Air menjadi barang yang sangat
langka dan berharga. Untuk mendapatkannya para warga harus membeli atau berlangganan
PDAM.

Dari wacana singkat di atas pada kalimat ke 3 ada kata ganti nya yang jelas mengacu kepada
air, dan kalimat ke 3 merupakan kesimpulan terhadap pernyataan kalimat 1 dan 2. Wacana
tersebut koherens.
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Semantik

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Aminuddin. 2008. Semantik (Pengantar Studi Tentang Makna). Bandung: Penerbit Sinar
Baru Algensindo Bandung

Djajasudarma, TF. 2009. Semantk 1 Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: Refika
Aditama

Bahan Ajar Morfologi

Bahan Ajar Linguistik

Anda mungkin juga menyukai