Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ilham Bayu Priambodho

NIM : 2222220073
Kelas : 1C
Dosen Pengampu : Odien Rosidin., S.Pd., M.Hum

CABANG LINGUISTIK MIKRO II (SINTAKSIS DAN SIMANTIK)

Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “suntattein”, yang dibentuk dari
kata “sun” yang berarti ‘dengan’ dan “tattein” yang berarti ‘menempatkan’. Istilah
“suntattein” secara etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi
kalimat (Verhaar, 1992:70, Suhardi, 2008:31—32). Kata sintaksis dalam bahasa
Indonesia merupakan serapan dari bahasa Belanda, syntaxis, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah syntax (Ramlan, 1987:21; Pateda, 1994:85).
Selanjutnya, Arifin dan Junaiyah (2008:1) menyatakan bahwa sintaksis adalah
cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech),
dan unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa,
dan kalimat. Dari pelbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk frasa, klausa, dan
kalimat dengan satuan terkecilnya berupa bentuk bebas, yaitu kata (Sukini, 2010:2
—3).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, sintaksis dapat diberi pengertian sebagai
salah satu cabang linguistik mikro yang mengkaji hal ihwal atau tata bentuk
kalimat sebuah bahasa dengan unit analisis berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat.
Adapun ciri-ciri sintaksis adalah
 salah satu cabang linguistik mikro;
 kajiannya bersifat formal linguistik;
 unit analisisnya mulai dari kata (satuan terkecil) sampai dengan kalimat
(satuan terbesar);
 membicarakan pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau dengan
satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa;
 ruang lingkup kajian sintaksis meliputi: kata, frasa, klausa, dan kalimat.
Dalam ranah kajian bahasa, sintaksis memiliki relasi dengan cabang linguistik
mikro yang lain. Dalam konteks itu, bahasa memiliki tiga subsistem, yaitu
 fonologi,
 gramatikal, dan
 Leksikon.
Alat-alat Sintaksis
Alat sintaksis merupakan alat yang mengatur unsur-unsur bahasa sehingga
terbentuk satuan bahasa yang disebut kalimat. Alat-alat sintaksis terdiri atas
urutan, bentuk kata, intonasi, dan partikel atau kata tugas.
Bentuk Kata
Bentuk kata sebagai alat sintaksis biasanya diperlihatkan oleh afiks. Dalam
konteks itu, afiks-afiks itu memperlihatkan makna gramatikal yang beragam
bergantung pada bahasanya. Makna gramatikal itu, antara lain jumlah, orang,
jenis, kala, aspek, modus, pasif, diatesis, dan sebagainya.
Intonasi
Dalam praktik bahasa tulis, intonasi secara kurang sempurna dinyatakan oleh
pemakaian huruf dan tanda baca. Intonasi dkipakai untuk menjelaskan amanat
yang hendak disampaikan. Dalam konteks itu, intonasi berperan menentukan
makna dan modus kalimat, yakni deklaratif, interogatif, imperatif, dan ekslamatif.
Partikel atau Kata Tugas
Partikel atau kata tugas sebagai salah satu alat sintaksis mempunyai ciri-ciri yang
membedakannya dengan kategori kata yang lain. Partikel atau kata tugas memiliki
beberapa ciri, yaitu
jumlahnya terbatas;
keanggotaannya tertutup;
tidak memiliki arti leksikal
tidak mengalami proses morfologis;
terdapat dalam semua wacana;
dikuasai dengan cara dihafal
Unit Analisis atau Satuan Sintaksis
Setiap cabang linguistik (ilmu bahasa) memiliki satuan analisis/ unit
analisis/satuan gramatikal yang dikaji. Begitupun dengan sintaksis.Satuan yang
dikaji di dalam sintaksis adalah kata, frasa, klausa, dan kalimat.
Kata
Kata dapat digolongkan atas dua jenis besar, yaitu partikel dan kata
penuh. Partikel adalah kata yang jumlahnya terbatas, biasanya tidak
mengalami proses morfologis, bermakna gramatikal, dan dikuasai
dengan cara dihafal. Contoh partikel dalam bahasa Indonesia adalah di,
ke, dari, yang, dan pada. Adapun kata penuh memiliki ciri yang
berlawanan dengan partikel, yang terutama adalah maknanya bersifat
leksikal. Kata penuh dapat dibedakan menjadi: nomina, verba,
adjektiva, adverbia, preposisi, konjungsi, numeralia, dan lain-lain. adil
(frasa) dalam ketidakadilan (kata)
Kata dianggap sebagai satuan bahasa yang mandiri, bebas, dan memiliki arti yang
utuh, serta lengkap. Kata dapat dibentuk dari satu morfem yang disebut sebagai
kata monomorfemis atau dibentuk lebih dari satu morfem yang disebut kata
polimorfemis. Kata yang berwujud satu morfem disebut sebagai kata dasar atau
morfem sederhana (simple morpheme), sedangkan kata yang berwujud lebih dari
satu morfem disebut morfem kompleks (complex morpheme). Kata dasar
merupakan kata yang belum mengalami perubahan bentuk asal sehingga
konstruksinya hanya memiliki satu morfem, misalnya jatuh, cinta, datang, pergi,
dan mati. Sementara kata kompleks, misalnya kata berimbuhan merupakan kata
jadian yang memiliki lebih dari satu morfem (morfem bebas dan morfem terikat).
Frasa
Satuan yang secara hierarkis berada di atas kata adalah frasa. Frasa dapat
dikelompokkan berdasarkan (a) sistem distribusi unsurunsurnya; (b) kesamaan
distribusinya dengan kata.Berdasarkan sistem distribusi, frasa dapat
dikelompokkan menjadi:
 frasa endosentrik dan
 frasa eksosentrik
Frasa Endosentrik
Frasa yang berdistribusi sama dengan salah satu unsurnya atau dengan semua
unsurnya. Frasa endosentrik terbagi menjadi frasa endosentrik atributif, frasa
endosentrik koordinatif, dan frasa endosentrik apositif.
1) Frasa Endosentrik Atributif
Frasa endosentrik atributif merupakan frasa yang memiliki unsur inti dan unsur
atribut. Frasa endosentrik atributif berdistribusi sama dengan salah satu unsurnya,.
2) Frasa Endosentrik Koordinatif
Frasa endosentrik koordinatif merupakan frasa yang semua unsurnya bisa
berdistribusi sama dengan frasa yang bersangkutan.
3) Frasa Endosentrik Apositif
Kata apositif berasal dari “aposisi” yang berarti ‘ungkapan yang
menerangkan atau memberikan keterangan tentang ungkapan sebelumnya’.
Dalam frasa endesontrik apositif ada unsur yang diterangkan atau unsur
utama (D) dan ada unsur yang menerangkan (M). Kedudukan unsur tersebut
dapat berdistribusi sama dengan frasa yang bersangkutan.
Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik memiliki sistem distribusi yang berbeda dengan frasa
endosentrik. Frasa eksosentrik tidak memiliki sistem distribusi yang sama, baik
dengan salah satu maupun dengan semua unsurnya. Dengan perkataan lain, dapat
dikemukakan bahwa frasa eksosentris adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya
tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan komponen-komponennya.
Frasa ini mempunyai dua komponen, yaitu (1) bagian “perangkai” berupa
preposisi atau partikel, seperti si, para, dan kaum; (2) bagian “sumbu” berupa kata
atau kelompok kata.
Frasa Eksosentrik Direktif
Frasa ini terdiri atas unsur preposisi atau kata depan dan kata benda, atau kata
sifat. Pada frasa eksosentris direktif atau frasa preposisional, perilaku keseluruhan
frasa tidak sama dengan komponen-komponenn pembentuknya, baik dengan
preposisinya maupun dengan sumbunya.
Frasa Eksosentrik Nondirektif
Ada dua jenis frasa eksosentrik nondirektif, yaitu frasa yang seluruhnya tidak
berperilaku sama dengan bagian-bagiannya dan frasa yang seluruhnya berperilaku
sama dengan salah satu bagiannya, yaitu dengan sumbunya.
Klausa
Satuan yang berada di atas frasa adalah klausa, yakni satuan gramatikal yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek,
pelengkap, atau keterangan maupun tidak, dan berpotensi menjadi kalimat.
Berdasarkan kategori kata atau frasa pengisi predikat, klausa dapat
diklasifikasikan atas lima jenis, yaitu

 klausa nominal,
 klausa verbal,
 klausa adjektival,
 klausa bilangan,
 klausa preposisional.

Klausa Nominal
Klausa nominal merupakan klausa yang berpredikat kata benda atau frasa nominal
Contoh: #anak itu siswa SMA Cendikia#
Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang berpredikat kata kerja atau frasa verbal. Klausa
verbal dapat diklasifikasikan lagi menjadi klausa verbal aktif, pasif, dan
kopulatif.
Klausa Verbal Aktif: klausa yang berpredikat kata kerja atau frasaverbal yang
berimbuhan ber- dan meng-. Subjek klausa melakukan pekerjaan tertentu
Klausa Verbal Pasif: klausa yang berpredikat kata kerja atau frasaverbal yang
berimbuhan di-, ter-, ke- + -an, dan berkata ganti pertama atau kedua. Subjek
klausa verbal pasif lazimnya dikenai pekerjaan tertentu.
Klausa Kopulatif
Klausa yang berpredikat kopula tergolong klausa verbal. Kopula (copula) ialah
kata kerja gabung. Yang termasuk kata kerja gabung adalah kata-kata ialah,
adalah, merupakan, dan menjadi.
Klausa Adjektival
Klausa adjektival adalah klausa yang berpredikat kata sifat, kata keadaan, atau
frasa adjectival.contoh: keadaannya sangatlah buruk.
Klausa Bilangan
Klausa bilangan adalah klausa yang berpredikat kata bilangan atau frasa
bilangan.contoh:saya punya dua rumah.
Klausa Preposisional
Klausa preposisional adalah klausa yang berpredikat preposisi atau frasa
preposisional.contoh:Rendi ke masjid

Kalimat
Satuan tertinggi yang dikaji di dalam sintaksis adalah kalimat. Alisjahbana
menyatakan bahwa kalimat adalah (1) satuan bentuk bahasa terkecil yang
mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap dan (2) satuan kumpulan kata terkecil
yang mengandung pengertian yang lengkap. Ungkapan yang mengandung pikiran
yang lengkap adalah ciri khas pendapat kaum tradisonal. Landasannya adalah isi
bahasa atau filsafat. Dalam ungkapan terdapat pelbagai macam pesan, yaitu
pernyataan, pertanyaan, perintah, atau seruan.
Adapun definisi kalimat menurut Kridalaksana (1993:92) adalah (1) satuan bahasa
yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
ataupun potensial terdiri atas klausa, (2) klausa bebas yang menjadi bagian
kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal,
seruan, salam, dan sebagainya, (3) satuan gramatikal yang terdiri atas satu atau
lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai
satu satuan.
JENIS KALIMAT DITINJAU DARI BENTUK SINTAKTISNYA
Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat berita yang lazim disebut kalimat deklaratif ialah kalimat yang berisi
pernyataan atau pemberitaan dari pembicara atau penulis tentang sesuatu kepada
pembaca atau pendengar. Kalimat jenis ini bertujuan agar pendengar atau
pembaca mengetahui apa yang ditulis atau diucapkannya.
Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat perintah atau kalimat imperatif ialah kalimat yang isinya berupa perintah
dari pembicara kepada pihak lain. Tujuan kalimat perintah adalah adanya respons
tindakan yang dilakukan oleh lawan bicara.contoh; pergi dari sini
BEBERAPA JENIS KALIMAT PERINTAH BERDASARKAN ISINYA
Kalimat Ajakan
Kalimat ajakan merupakan kalimat perintah yang isinya mengajak pihak lain
untuk melakukan sesuatu bersama-sama dengan pembicara. Kalimat jenis ini
memiliki ciri sebagai berikut: (1) sering menggunakan kata ganti “kita”; (2)
intonasi perintahnya sangat lemah; (3) lazim pula digunakan kata-kata tambahan
untuk mengajak, seperti mari, ayo, yang kadang-kadang berpartikel –lah. Contoh:
mari kita bermain bola
Kalimat Larangan
Kalimat larangan merupakan kalimat perintah yang isinya melarang pihak lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat jenis ini memiliki ciri lazimnya menggunakan
kata-kata penanda larangan, seperti jangan, dilarang, terlarang, tidak boleh, dan
tidak dibenarkan. Contoh: JANGANLAH SERING MENGELUH.
sediakan.

Kalimat Imbauan
Kalimat imbauan merupakan jenis kalimat perintah untuk melakukan tindakan
tertentu. Nada atau sikap pembicara kiranya paling lemah dibandingkan dengan
jenis kalimat perintah lainnya. Intonasinya mirip dengan intonasi pernyataan.
Kata-kata khasnya adalah imbauan, mengimbau, dan diimbau. Contoh:
Demikian imbauan kami untuk menindaklanjuti keputusan rapat ini.
Peserta diimbau untuk mengikuti pembekalan pada hari Sabtu.
Imbaulah mereka untuk tidak mengobrol di depan ruang kuliah ini.
Beliau mengimbau kita agar mau memerhatikan saran yang disampaikan penguji.

Semantik
Kajian, telaah, atau analisis makna lazim disebut “semantik” (semantics).
Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics. Kata
semantik berasal dari bahasa Yunani sema (nomina) ‘tanda’ atau ‘lambang’, yang
verbanya semaino ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Para ahli menggunakan
istilah semantik untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna.
Dengan perkataan lain, semantik adalah salah satu bidang linguistik yang
mempelajari makna atau arti, asal-usul, pemakaian, perubahan, dan
perkembangannya. Istilah semantik baru muncul pada tahun 1894 yang dikenal
melalui American Philological Association dalam sebuah artikel yang berjudul
Reflected Meaning: A; point in semantics
Sebagai istilah, kata semantik digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang dengan hal-hal
yang ditandainya, yang disebut makna atau arti. Tanda atau lambang ini
dimaksudkan sebagai tanda linguistik (Prancis: signe linguistique). Menurut
Ferdinand de Saussure (1916), tanda bahasa itu meliputi signifiant ‘penanda’ dan
signified ‘petanda’. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang
menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain dan
pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh sebab itu, semantik
mencakup makna-makna kata, perkembangan, dan perubahannya. Mulyono
(1964:1) secara lebih terperinci menjelaskan bahwa semantik adalah cabang
linguistik yang bertugas menelaah makna kata, bagaimana mulanya kata,
bagaimana perkembangannya, dan apa sebab terjadi perubahan makna dalam
sejarah bahasa (Suwandi, 2008:9).
Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa
(Darmojuwono, 2005:116). Sementara itu, Kridalaksana (1993:193) menyatakan,
“Semantik merupakan (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan
makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; (2) sistem dan
peneyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.”

Anda mungkin juga menyukai