Anda di halaman 1dari 20

SINTAKSIS DAN PENGAJARAN BAHASA

OLEH KELOMPOK 4:

1. Tenri Awaru (F012221004)


2. Ayu Pratiwi Hidayat (F012221007)
3. Wa Ode Nur Rahma Raden (F012221013)
4. Yuspani Amelia J (F01222102)
5. Annisa Dian Hardiyanti (F012221015)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGUISTIK

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
I. Pendahuluan

Sintaksis dan pentingnya dalam pengajaran Bahasa

Sintaksis merupakan bidang kajian kebahasaan yang penting dan sudah seharusnya

dikuasai oleh kita semua sebagai calon tenaga pendidik, terutama untuk mahasiswa Program

Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan tentunya sebagai seorang pendidik harus

memiliki kompetensi terkait segala ilmu kebahasaan, salah satunya adalah terkait frasa, klausa

dan kalimat. Kemampuan serta pemahaman mahasiswa dalam bidang ilmu sintaksis, tentunya

akan mempermudah mahasiswa dalam menyusun kata menjadi gabungan kata untuk membentuk

frasa, klausa dan kalimat sehingga tersusun baik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh

Parera (2009:4) bahwa penguasaan akan dasar-dasar sintaksis sebuah bahasa akan menjadi titik

awal dan titik tolak untuk meneliti fenomena bahasa yang khas dan menarik pada tataran

sintaksis sebuah Bahasa.

Seperti yang diuraikan di atas, pembelajaran sintaksis merupakan bagian dari pembelajaran

bahasa yang objek kajiannya adalah frasa, klausa, dan kalimat. Frasa sendiri adalah hubungan

kata-kata yang membentuk satuan gramatik yang tidak menyebabkan fungsi subjek dan predikat.

Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas subjek, predikat baik disertai objek,

pelengkap dan keterangan maupun tidak. Kalimat merupakan satuan gramatik yang di dalamnya

terdapat jeda panjang yang disertai nada akhir, baik turun maupun naik. Jadi, frasa adalah objek

kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.

Morfologi dan sintaksis merupakan studi linguistik yang berkaitan, morfologi berkaitan

dengan struktur kata, dan sintaksis berkaitan dengan struktur kalimat. Morfologi akan mengkaji

kata, dan sintaksis akan mengkaji frase, kalusa dan kalimat. Morfem merupakan objek terkecil
dari kajian morfologi dan kata objek terbesar, sedangkan frase merupakan objek terkecil dari

kajian sintaksis dan kalimat objek terbesarnya. Maka dari itu morfologi dan sintaksis saling

berkaitan, terdapat persamaan dalam pembentukannya, frase terdiri atas gabungan kata, yang

mana kata tersebut juga merupakan objek kajian dari morfologi.

Wacana dan sintaksis merupakan studi linguistik yang berkaitan pula. Wacana mempunyai

unsur yang berupa kalimat-kalimat. Kita ketahui bersama bahwasannya di dalam kalimat

tentunya terdapat klausa atau frase yang merupakan gabungan dari sebuah kata. Jadi, wacana

merupakan satuan bahasa yang tertinggi kedudukannya. Frase, klausa dan kalimat termasuk ke

dalam kajian sintaksis, oleh karena itu wacana dan sintaksis sangat berhubungan erat.

II. Pengertian Sintaksis

a. Defenisi Sintaksis menurut beberapa Ahli

 Menurut Abdul Chaer, Sintaksis adalah tatanan linguistik umum yang membicarakan

kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsure lain sebagai suatu ujaran.

 Menurut Ramlan, Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang

membicarakan seluk beluk wacana, klaimat, klausa, dan frasa.

 Menurut Verhaar, Sintaksis adalah menyelidiki semua hubungan antar kelompok

kata atau antar frasa dalam suatu sintaksis itu. Sintaksis mempelajari hubungan

gramatika di luar batas kata, tapi di dalam satuan yang disebut kalimat.

 Menurut Kridalaksana, Sintaksis adalah:

(1) pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan

yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam Bahasa
(2) subsistem bahasa yang mencangkup hal tersebut (sering dianggap bagian dari

gramatika; bagian lain adalah morfologi)

(3) cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut.

b. Hubungan sintaksis dengan Tata Bahasa :

↗FONOLOGI→FONETIK

↘FONEMIK

LINGUISTIK →TATA BAHASA→MORFOLOGI

↘SINTAKSIS

↘ SEMANTIK

 Morfologi (Kata)

Morfologi menyangkut struktur internal kata. Struktur atau bentuk terkecil kata yang

bermakna disebut dengan morfem. Morfem sendiri terbagi atas 2 yakni morfem bebas dan
formen terikat. Proses pembentukan kata atau morfen dapat disebut sebagai leksem. Contohnya

kata duduki. Duduki terdapat dua morfem

Contoh : duduki→ duduk (i) = duduk merupakan morfem dasar dan (i) merupakan mprefem

sufiks

 Sintaksis ( kata + kata)

Sintaksis mengkaji susunan kata-kata di dalam kalimat. Yang mana dalam tataran Bahasa

Indonesia terdapat Subyek, predikat, obyek, dan ketrangan. Sintaksis berurusan dengan struktur

antar-kata-kata tersebut yang menjadi sebuah system tata Bahasa.

c. Komponen-komponen sintaksis :

 Kata sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis,

penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-

bagian dari satuan sintaksis. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan

adanya dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang

secara leksikal mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses

morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan.

Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia,

dan numeralia. Misalnya mesjid memiliki makna tempat ibadah orang Islam. Sedangkan

kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami

proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak dapat

berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah katakata kategori preposisi dan

konjungsi. Misalnya dan tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai tugas
sintaksis untuk menggabungkan menambah dua buah konstituen. Kata-kata yang

termasuk kata penuh mempunyai kebebasan yang mutlak, atau hampir mutlak sehingga

dapat menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan kata tugas mempunyai

kebebasan yang terbatas, selalu terikat dengan kata yang ada di belakangnya (untuk

preposisi), atau yang berada di depannya (untuk posposisi), dan dengan kata-kata yang

dirangkaikannya (untuk konjungsi).

 Frasa

Frasa lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang

bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak

berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata

yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

Adapun jenis-jenis frase adalah:

(1) Frasa Eksosentrik Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak

mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase eksosentris

biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau disebut frase preposisional

( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen

keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non

direktif (komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan

komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau

verba).

(2) Frasa Endosentrik Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau

komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya,

salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase ini


disebut juga frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan

inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau

hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu komponennya,

yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen

lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan. Dilihat

dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal (frase endosentrik yang intinya

berupa nomina atau pronomina maka frase ini dapat menggantikan kedudukan kata

nominal sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis), frase verbal (frase endosentrik yang

intinya berupa kata verba, maka dapat menggantikan kedudukan kata verbal dalam

sintaksis), frase ajektifa (frase edosentrik yang intinya berupa kata ajektiv), frase

numeralia (frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral).

(3) Frasa Koordinatif Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri

dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat

dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase koordinatif tidak menggunakan konjungsi

secara eksplisit disebut frase parataksis.

(4) Frasa Apositif Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling

merujuk sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan. Perluasan

Frase Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi tambahan

komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan. Dalam

bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara lain karena pertama,

untuk menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali,

biasanya diterangkan secara leksikal. Faktor kedua, bahwa pengungkapan konsep kala,

modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas tidak dinyatakan dengan afiks
seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan dinyatakan dengan unsur leksikal. Dan

faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci dalam suatu

konsep, terutama untuk konsep nomina.

 Klausa

Klausa Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.

Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi

sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa

berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis

wajib, yaitu subjek dan predikat. Frase dan kata juga mempunyai potensi untuk menjadi

kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final; tetapi hanya sebagai kalimat minor, bukan

kalimat mayor; sedangkan klausa berpotensi menjadi kalimat mayor.

Berdasarkan strukturnya klausa dibedakan klausa bebas ( klausa yang mempunyai unsur-

unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat; dan mempunyai

potensi menjadi kalimat mayor) dan klausa terikat (klausa yang unsurnya tidak lengkap,

mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja).

Klausa terikat diawali dengan konjungsi subordinatif dikenal dengan klausa subordinatif

atau klausa bawahan, sedangkan klausa lain yang hadir dalam kalimat majemuk disebut

klausa atasan atau klausa utama. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi

predikatnya dapat di bedakan: klausa verbal (klausa yang predikatnya berkategori verba).

Sesuai dengan adanya tipe verba, dikenal adanya (1) klausa transitif (klausa yang

predikatnya berupa verba transitif); (2) klausa intransitif (klausa yang predikatnya berupa

verba intransitif); (3) klausa refleksif (klausa yang predikatnya berupa verba refleksif);
(4) klausa resiprokal (klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal. Klausa nominal

(klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal). Klausa ajektifal (klausa

yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase). Klausa adverbial

(klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi). Klausa numeral

(klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia).

 Kalimat

Pengertian Kalimat Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan

kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai

“Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam

kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa

kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa

klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

Sehingga disimpulkan, bahwa yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah

konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungsi hanya ada kalau diperlukan.

Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu intonasi deklaratif, yang

dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam

bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis

dilambangkan dengan tanda seru.

Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti Kalimat inti, biasa juga disebut kalimat dasar, adalah

kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral,

dan afirmatif. Misalnya: FN + FV + FN + FN : Nenek membacakan kakek komik Ket :

FN=Frase Nominal (diisi sebuah kata nominal); FV=Frase Verbal; FA=Frase Ajektifa;
FNum=Frase Numeral; FP=Frase Preposisi. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat

noninti dengan berbagai proses transformasi: KALIMAT INTI + PROSES

TRANSFORMASI = KALIMAT NONINTI Ket : Proses Transformasi antara lain

transformasi pemasifan, transformasi pengingkaran, transformasi penanyaan,

transformasi pemerintahan, transformasi pengonversian, transformasi pelepasan,

transformasi penambahan.

(1) Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya

mempunyai satu klausa. Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdapat lebih

dari satu klausa. Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa dalam kalimat,

dibedakan: (1) kalimat majemuk koordinatif/ kalimat majemuk setara yaitu kalimat

majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang

sederajat. Secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan biasanya unsur

yang sama disenyawakan atau dirapatkan sehingga disebut kalimat majemuk rapatan.

(2) Kalimat majemuk subordinatif dalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-

klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan dan yang

lain disebut klausa bawahan. Kedua klausa itu dihubungkan dengan konjungsi

subordinatif. Proses terbentuknya kalimat ini dapat dilihat dari dua sudut bertentangan.

Pertama, dipandang sebagai hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih,

dimana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan dan yang lain disebut klausa

bawahan. Pandangan kedua, konstruksi kalimat subordinatif dianggap sebagai hasil

proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya.


(3) Kalimat majemuk kompleks yaitu kalimat majemuk yang terdiri dari tiga klausa atau

lebih, dimana ada yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan

secara subordinatif. Jadi, kalimat ini merupakan campuran dari kalimat majemuk

koordinatif dan subordinatif sehingga disebut juga kalimat majemuk campuran.

III. Fungsi Sintaksis dalam Pengajaran Bahasa

 Mengetahui fungsi sintaksis dalam pembentukan kalimat yang benar dan efektif

Sintaksis perlu dipelajari karena ilmu ini membahas tata bentuk kalimat yang merupakan

kesatuan bahasa terkecil yang lengkap dan berhubungan dengan unsur bahasa lain yang

ada keterkaitannya dengan unsur pembentuk kalimat. Sintaksis memberi pembelajaran

terperinci mengenai kaidah pengabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar

yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem supra segmental

(intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya.

Dalam hal ini, sintaksis dalam pengajaran bahasa, mengkaji beberapa aspek, yaitu:

Fungsi, Kategori dan Peran

1. Fungsi sintaksis meliputi: subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

2. Kategori sintaksis adalah bentuk-bentuk tertentu yang mengisi fungsi sintaksis untuk

menggambarkan perbedaan kelas kata yang digunakan dalam membentuk suatu

kalimat, seperti: nomina, pronomina, verba, adjektiva, adverbial, preposisi, dan

konjungsi.

3. Peran sintaksis adalah makna semantis tertentu yang mengisi fungsi sintaksis. Peran

tersebut mencakup makna semantis, yakni: aktif, pasif, statif, posesif, pelaku,
penerima, dan lain-lain. Contohnya adalah bagaimana sintaksis membedakan kalimat

aktif dan pasif.

 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar

Sama seperti semua cabang ilmu linguistik yang dipelajari, seperti fonologi, morfologi,

semantik, pragmatik, sintaksis juga demikian mengakaji kaidah-kaidah bahasa demi

mengingkatkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar

IV. Strategi Pengajaran Sintaksis

 Strategi pengajaran sintaksis yang efektif, misalnya penggunaan model

kalimat, analisis struktur kalimat, atau penggunaan diagram pohon sintaksis

- Model kalimat

a. Kalimat berdasarkan unsurnya, yaitu kalimat lengkap dan tidak lengkap

b. Kalimat berdasarkan jumlah frasa, yaitu kalimat tunggal yang meliputi nominal dan

verbal. Kalimat majemuk yang meliputi majemuk setara, majemuk bertingkatan,

majemuk campuran dan majemuk rapatan

c. Kalimat berdasarkan subjek, kalimat aktif yang meliputi aktif transitif dan aktif

intransitif. Kalimat pasif yang meliputi pasif biasa dan pasif zero

d. Kalimat berdasarkan cara penyajian yang meliputi kalimat melepas, kalimat klimaks,

kalimat berimbang

e. Kalimat berdasarkan pola subyek dan predikat yang meliputi kalimat versi dan kalimat

inversi
- Analisis struktur kalimat

Struktur kalimat tunggal

a. Menentukan struktur kalimat yang berstruktur S-P

b. Menentukan struktur kalimat yang berstruktur S-P-O

c. Menentukan struktur kalimat yang berstruktur S-P-Pel.

d. Menentukan struktur kalimat yang berstruktur S-P-O1-O2

e. Menentukan struktur kalimat yang berstruktur S-P-K

f. Menentukan struktur kalimat yang berstruktur S-P-O-K

g. Menentukan struktur kalimat yang berstruktur S-P-Pel.-K

h. Menentukan struktur kalimat yang tidak berklausa

Struktur kalimat mejemuk setara

a. Menentukan unsur pembentuk kalimat majemuk

b. Menentukan ciri-ciri kalimat majemuk setara

c. Menemukan hubungan makna antar klausa dalam kalimat majemuk setara

Struktur kalimat majemuk bertingkat

a. Menjelaskan struktur kalimat majemuk bertingkat

b. Menemukan ciri-ciri kalimat majemuk bertingkat

c. Menemukan hubungan makna antar klausa dalam kalimat majemuk bertingkat

 Penggunaan teknologi dalam pengajaran sintaksis

Fase Fonologis yakni usia 0-2 tahun, 2) Fase Sintaksis yakni usia 2-7 tahun, 3) Fase

Semantik yakni usia 7-11 tahun), (Kurniati & Nuryani, 2020). Pada saat kanak-kanak sedang

memeroleh bahasa pertamanya terdapat dua proses, yakni proses komspetensi dan proses
performansi. Selanjutnya kanak-kanak sesudah memeroleh bahasa pertamanya, kemudian

mereka akan mengalami perkembangan baik dari segi fonologis,

sintaksis dan semantik sesuai usia mereka (Purnomo, 2019). Bahasa kanak-kanak dapat

dikembangan melalui imitasi dari sekitarnya atau menirukan suatu

model sehingga bahasa kanak-kanak bisa menjadi berkembang. (Isna, 2019). Demikian

halnya, peran teknologi dalam pengajaran bahasa yang meliputi materi-materi secara rinci

seperti pengajaran materi sintaksis peran teknologi dalam proses pembelajannya adalah

memfasilitasi terbentuknya hubungan secara kolaboratif dan membangun makna dalam

konteks yang lebih mudah dipahami, sehingga kaidah-kaidah bahasa dan hal kecil seperti

materi sintaksis bagaimanapun dapat diberikan.

Adapun teknologi e-Learning (Pembelajaran berbasis elektronik) yang cukup efektif

dalam pengajaran bahasa, khususnya materi sintaksis, seperti:

 E- Learning

E-learning adalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan yang diberikan secara online

melalui komputer atau perangkat digital lainnya. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk

dapat melakukan eLearning adalah Internet, Mengembangkan multimedia, peralatan, dan

Learning Management System.

 Big data

Penyimpanan yang besar menjadi suatu tuntutan dari masyarakat saat ini. Hal ini

merupakan dampak dari semakin banyaknya pengguna internet dan meningkatnya

penggunaan komputer, handphone dan alat digital lainnya. Jika sebelumnya penyimpanan

data dilakukan menggunakan alat seperti flashdisk atau memory card yang memiliki
kapasitas 5–100 Gb. Saat ini, kita dapat menggunakan penyimpanan di awan (Cloud)

yang memiliki kapasitas 1 Tb bahkan unlimited.

 Learning analytics (analisis pembelajaran)

Pengukuran, pengumpulan, analisis dan pelaporan data tentang peserta didik dan

pembelajaran, bertujuan untuk memahami dan mengoptimalkan proses pembelajaran

serta lingkungan sekolah. Dengan menggunakan berbagai informasi yang ada di sekolah

seperti karakter siswa, cara guru mengajar, kesulitan materi pelajaran, kepemimpinan

kepala sekolah, dan lain-lain. Analisis ini dilakukan untuk dapat menentukan langkah

selanjutnya agar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

V. Contoh Kasus

Studi kasus pengajaran sintaksis di kelas

Contoh Studi Kasus Pengajaran Sintaksis dalam Bahasa Mandarin

Penggunaan 了

 李老师今年 50 岁了。

Guru Li tahun ini sudah berusia 50 tahun

S P

N N N Pron Adv V Num N

FN FN FAdv FN
 我们已经到了火车站。

Kami sudah sampai di stasiun kereta

S P K

N Adv V Prep N N

FAdv FPrep

 大家影响了。

Semua orang sudah terpengaruh

S P

Num N Adv V

FN FV

Penempatan Keterangan Tempat

Dalam bahasa Mandarin, keterangan tempat selalu berada di belakang subjek.

 Salah :

我学习在学校。(Saya belajar di sekolah)

我 学习 在学校

S P K
 Benar :

我在学校学习。(Saya di sekolah belajar)

我 在学校 学习

S K P

Penggunaan metode pengajaran sintaksis dalam pembelajaran bahasa asing

1. Analisis Pola Kalimat menggunakan Garis dan Warna

2. Brainstrom

3. Ceramah

4. Dikte

5. Tanya jawab

6. Kerja kelompok

7. Penugasan

VI. Kesimpulan

 Pentingnya sintaksis dalam pengajaran bahasa.

Sintaksis merupakan bidang kajian kebahasaan yang penting dan sudah seharusnya

dikuasai oleh kita semua sebagai calon tenaga pendidik, terutama untuk mahasiswa Program

Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan tentunya sebagai seorang pendidik harus

memiliki kompetensi terkait segala ilmu kebahasaan, salah satunya adalah terkait frasa, klausa
dan kalimat. Kemampuan serta pemahaman mahasiswa dalam bidang ilmu sintaksis, tentunya

akan mempermudah mahasiswa dalam menyusun kata menjadi gabungan kata untuk membentuk

frasa, klausa dan kalimat sehingga tersusun baik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh

Parera (2009:4) bahwa penguasaan akan dasar-dasar sintaksis sebuah bahasa akan menjadi titik

awal dan titik tolak untuk meneliti fenomena bahasa yang khas dan menarik pada tataran

sintaksis sebuah bahasa.

Namun hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, kemampuan mahasiswa

sebagai calon pendidik di masa depan, terbilang kurang memadai. Seperti halnya mahasiswa

yang masih mengalami kesulitan menyusun kalimat, padahal bagi setiap individu kegiatan

menulis telah menjadi sebuah kebutuhan, seperti halnya sebagai penunjang kompetensi

mahasiswa dalam penyusunan karya tulis ilmiah, maupun skripsi.

Stryker dan Tarigan (1989:21) mengatakan bahwa syntax in the studi of the patterns by

which words are combined to make sentences. Artinya, sintaksis adalah telaah mengenai pola-

pola yang diperlukan sebagai sarana untuk menghubung-hubungkan kata menjadi kalimat.

Seperti yang diuraikan di atas, pembelajaran sintaksis merupakan bagian dari

pembelajaran bahasa yang objek kajiannya adalah frasa, klausa, dan kalimat. Frasa sendiri adalah

hubungan kata-kata yang membentuk satuan gramatik yang tidak menyebabkan fungsi subjek

dan predikat. Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas subjek, predikat baik

disertai objek, pelengkap dan keterangan maupun tidak. Kalimat merupakan satuan gramatik

yang di dalamnya terdapat jeda panjang yang disertai nada akhir, baik turun maupun naik. Jadi,

frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.

Belajar sintaksis itu penting tanpa mempelajari sintaksis kita tidak memiliki kemampuan
pemahaman yang memadai terkait kajian sintaksis. Tanpa mempelajari sintaksis kita sebagai

mahasiswa sulit menyusun kata menjadi gabungan kata untuk membentuk frasa, klausa dan

kalimat yang tersusun sistematis. Pembelajaran sintaksis sangatlah berguna untuk menunjang

kompetensi kita dalam menulis.

 Tantangan dan Peluang dimasa depan untuk pengajaran sintaksis.

Tantangan

Hambatan utama dalam pembelajaran daring adalah sumber daya manusia (guru) dan

sarana dan Prasarana.. Menurut guru, tantangan terhadap pelaksanaan pembelajaran online

adalah sulit membuat anak memahami materi, sulit untuk memberikan materi atau tugas dengan

kemampuan siswa, sulit untuk memberikan tanggapan atau feedback terhadap hasil kerja siswa,

sulit untuk bekerjasama dan berkolaborasi dengan guru lain, mengeluarkan uang lebih banyak

(pulsa atau internet dalam menyiapkan pembealjaran serta waktu dan tenaga lebih banyak dalam

menyiapkan pembelajaran.

Hambatan utama di masa depan dalam pengajaran sintaksis adalah sumber daya manusia

(gurul) dan sarana Prasarana. Tantangan terhadap kegiatan pengajaran sintaksis yaitu:

- Sumber daya manusia : tantangan terhadap guru dan siswa yang masih kurang

pengetahuannya terhadap kecanggihan tekhnologi.

- Sarana dan prasarana : dalam hal ini, kurangnya fasilitas yang mendukung proses

belajar-mengajar.

- Dampak penggunaan Bahasa gaul yang mengakibatkan banyak kesalahan dalam

penulisan kalimat.
- Sumber belajar pada blog-blog atau website yang masih kurang dalam hal penulisan

kalimatnya sehingga berdampak bagi siswa yang membacanya.

- Kamus online yang masih perlu diperbaharui dalam penerjamahan kalimat.

Dalam pembelajaran di era new normal belum ada solusi yang terbukti untuk

menggeneralisasika bagaimana cara pembelajaran yang baik. Tetapi kita harus bisa membuat

rancangan program pembelajaran yaitu: bangunlah percakapan dengan murid dalam proses

pembelajaran, ambillah inisiatif dalam menggunakan media atau metode pembelajaran, ciptakan

kesepakatan dan noma baru,serta ciptakan perilaku dan kebiasaan baru

Peluang

Peluang dari pembelajaran daring dalam pengajaran sintaksis. Guru dituntut untuk lebih

menguasai teknologi dan bisa menyesuaikan dengan keadaan apapun. Untuk itu rekomendasi

yang harus dilakukan adalah membangun kemitraan antara orang tua, guru dan stakeholder

secara berkelanjutan. Serta perlu adanya evaluasi terhadap proses pembelajaran daring agar

tujuan dan hasilnya bisa tercapai secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai