Nurhidayah A.Tahama
nurtahama@gmail.com
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
Abstrak
Fokus utama penelitian adalah frasa nominal bahasa Buol. Berdasarkan hal tersebut,
rumusan masalah penelitian ini ialah frasa nominal apa saja yang terdapat dalam
bahasa Buol dan bagaimana pola frasa tersebut? Adapun tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan frasa nominal bahasa Buol dan pola frasa tersebut. Langkah yang
ditempuh dalam penelitian ini diawali dengan tahap pengumpulan data. Dalam
kegiatan pengumpulan data ini peneliti meminta informan menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan frasa nominal bahasa Buol, sekaligus merekam dan mencatat tuturan
informan tersebut. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan metode
baca markah dan metode distribusional dengan teknik perluas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa frasa nominal bahasa Buol meliputi frasa nominal yang atributif
dan frasa nominal yang koordinatif. Frasa nominal yang atributif memiliki pola (1)
hulu-tambahan, (2) tambahan-hulu, (3) tambahan-hulu-tambahan. Frasa nominal yang
koordinatif memiliki pola multihulu
PENDAHULUAN
Konsep strukturalisme memandang bahwa setiap bahasa memiliki struktur tertentu sesuai
dengan ciri yang melekat pada pada bahasa tersebut. Konsep strukturalisme juga memandang
bahwa satuan bahasa tertata secara hierarkial dari satuan terendah sampai satuan yang paling
tinggi. Satuan bahasa secara hierarkial meliputi morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat.
Berdasarkan konsep tersebut, morfem dipandang sebagai satuan terendah atau paling bawah,
sedangkan kalimat merupakan satuan tertinggi dan terbesar di atas satuan lainnya.
Dalam kajian struktur bahasa, frasamerupakan salah satu satuan sintaksis disamping satuan-
satuan lainnya. Frasadipahami sebagai kelompok kata yang tidakmemiliki unsur predikat.
Frasa juga diartikansebagai satuan gramatikal yang bersifatnopredikatif atau gabungan kata
yangmengisi salah satu fungsi sintaksis di dalamkalimat (Chaer, 2003:222). Sementara
itu,Verhaar (1998:291) menjelaskan bahwa frasamerupakan bagian fungsional dari
tuturanyang lebih panjang.Frasa dipandang sebagaisatuan lingual yang terdiri atas dua kata
ataulebih yang tidak memiliki ciri klausa. Ciriklausa yang penting adalah hadirnyakonstituen
yang berfungsi sebagai predikatdalam konstruksi sintaksis.
Frasa dalam satuan sintaksis merupakan komponen yang penting dalam membangun
kalimat. Frasa merupakan konstituen kalimat yang dapat menduduki fungsi-fungsi yaitu
fungsi subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Sebagai konstituen kalimat, frasa dibangun
oleh kata- kata yang memiliki berbagai kategori atau kelas. Kategori atau kelas kata itu
menentukan jenis frasa yang terbentuk dengan melihat distribusi atau letakposisinya dengan
satuan lingual lainnya.Berdasarkanhaltersebutdenganmemperhatikan distribusi secara
semantisdapat diketahui satuan yang inti, pusat, dansatuan yang menjadi bawahan
atautambahan. Dalam frasa nominal, misalnya,satuan lingual berkategori nomina
(disingkatN) menempati posisi sebagai inti, pusat,hulu (disingkat H) dan kelas
adjektif(disingkat A) menempati unsur bawahan,keterangan, atau tambahan (disingkat
T).Pentingnya penelitian ini dilakukanberkaitan dengan dua hal, yaitu bentuk danfungsi frasa
nominal bahasa Buol.
Berdasarkan hal pertama, frasa nominal bahasa Buol memiliki bentuk yang beragam
sehingga memerlukan analisis yang cermat untuk mendeskripsikannya. Dengan keragaman
yang demikian, diperlukan suatu presedur dan kerangka analisis yang tepat untuk memerikan
pola-pola atau sistem frasa nominal dalam bahasa tersebut. Berdasarkan hal kedua, frasa
nominal tersebut menempati posisi sebagai subjek, objek, dan keterangan.Berdasarkan hal-
hal yang telahdikemukakan tersebut, masalah penelitian iniadalah bagaimanakah struktur
frasa nominalbahasa Buol. Mengacu pada masalahtersebut, tujan penelitian adalah
untukmendeskrisikan struktur frasa nominalbahasa Buol. Struktur frasa nominal
yangdimaksud berkaitan dengan bentuk atau polayang membangun frasa tersebut
denganmelihat distribusi nomina sebagai inti.Kategori nomina dalam frasa nominal
dapatberdistribusi dengan kelas kata lain terutamadengan adjektiva dalam frasa nominal
yangatrbutif. Di samping itu, kelas naomina dapatpula berdistribusi dengan nomina lain
dalamfrasa nominal yang apaositif dan koordinatif.
KERANGKA TEORI
a. Hakikat Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang merupakan konstituen atau unsur kalimat.
Kelompok kata yang dimaksud di sini adalah satuan lingual yang tidak memiliki ciri
klausa berupa subjek (S) dan predikat (P). Dapat juga dikatakan bahwa frasa adalah
kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.
Bagian fungsional mengandung pengertian bahwa bagian ini berfungsi sebagai
konstituen di dalam konstituen yang lebih panjang (Verhaar, 1996:191). Dalam
konstruksi kalimat, misalnya, frasa dapatmenduduki fungsi sebagai subjek,
predikat,objek, dan keterangan.Hal ini sejalan denganpandangan Sukesti (2002:21)
denganmenujukkan perbedaan fungsi pelengkapdengan fungsi objek bahwa fungsi
objek danpelengkap dapat berupa frasa nominal. Halyang sama juga dikemukakan
oleh Putrayasa(2010:3) bahwa kelompok kata yangmenduduki fungsi di dalam
kalimatmerupakan frasa.Frasa secara umum dapat dibedakanatas dua tipe, yaitu (1)
frasa endosentrik dan(2) frasa eksosentrik. Frasa endosentrikmerupakan frasa yang
mempunyai distribusiyang sama dengam unsurnya, baik semuaunsurnya maupun
salah satu dari unsurnya.Sementara itu, frasa eksosentrik merupakanfrasa yang tidak
mempunyai distribusi yangsama dengan semua unsurnya (Ramlan,2001:142). Frasa
eksosentrik biasa jugadisebut frasa preposisional yaitu frasa yangmemiliki konstituen
berupa preposisi dannomina yang menunjukkan tempat. Dengandemikian, frasa
eksosentrik atau frasapreposisional memiliki pola yang terdiri atasperangkai yang
berisi preposisi dan aksisyang berisi nomina. Pada tataran kalimatatau klausa, frasa
preposisi dapat mengisifungsi keterangan terutama keterangan tempat.
Frasaendosentrik sebagaimanadijelaskan di atas merupakan frasa
memilikiunsur yang berdistribusi paralel. Frasa jenisini memiliki tiga tipe, yaitu (1)
frasaendosentrik yang atributif, (2) frasaendosentrik yang koordinatif, dan (3)
frasaendosentrik yang apositif. Frasa endosentrikyang atributif merupakan frasa yang
terdiriatas unsur-unsur yang tidak setara. Frasaendosentrik jenis ini memilik unsur-
unsuryang tidak paralel antara unsur yang satudengan unsur lainnya. Artinya,
terdapatunsur yang menjadi inti atau pusat dan unsurlainnya menjadi tambahan atau
unsurbawahan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya,terdapat frasa seperti meja baru,
lapanganbesar, kursipanjang, dan sebagainya. Unsur-unsur meja, lapangan, dan kursi
merupakanunsur inti atau pusat, sedangkan unsur-unsurbaru, besar, dan panjang
merupakanunsur tambahan atau bawahan.Berbeda dengan frasa endosentrikyang
atributif, frasa endosentrik yangkoordinatif merupakan frasa endosentrikyang
memiliki unsur-unsur yang sama yangberdistribusi paralel. Dengan demikian,dalam
frasa endosentrik jenis ini tidakterdapat unsur menjadi tambahan atau unsurbawahan.
Semua unsur nomina dalam frasaini merupakan unsur inti yang dapatdihubungkan
oleh konjungsi koordinatifseperti dan atau atau dan dapat pula tanpakonjungsi
tersebut. Dalam bahasa Indonesia,misalnya, terdapat kelompok kata sepertilaki-laki
dan perempuan, rumah dan gedung,pisau dan parang, suami istri, kuliah ataubekerja,
duduk atau berdiri, dan sebagainya.Semua unsur tersebut berdistribusi paralelatau
merupakan inti atau pusat dan tidakterdapat unsur tambahan atau bawahan.Jenis frasa
endosentrik berikutnyaialah frasa endosentrik yang apositif. Frasaendosentrik yang
apositif adalah frasaendosentrik yang unsur-unsurnya dapatsaling menggantikan.
Secara semantik tidakada unsur yang dipentingkan karena semuaunsurnya sama.
Dalam bahasa Indonesia,misalnya, frasa Tomy, anak Pak Hartomerupakan contoh
frasa endosentrik yangapositif. Dalam frasa tersebut, unsur PakHarto sama dengan
unsur Tomy. Oleh karenaitu, unsur Pak Harto dapat menggantikanunsur Tomy. Hal
yang membedakan frasaendosentrik yang apositif dengan tipekoordinatif adalah
bahwa unsur-unsurnyatidak dapat dihubungkan dengan konjungsidan dan atau,
sedangkan dalam frasaendosentrik yang koordinatif dapatdihubungkan dengan
konjungsi tersebut.Dalam kaitannya dengan frasa endosentrikyang atributif terdapat
inti dan unsur lainnyamenjadi unsur bawahan atau tambahan,sedangkan frasa
endosentrik yang apositiftidak mempunyai unsur yang dipentingkansecara semantik
karena semua unsrnya sama(lihat Ramlan, 2001:144).Frasa sebagai satuan sintaksis
perludibedakan dengan satuan lingual lain yangjuga merupakan gabungan kata
ataukelompok kata seperti klausa dan komposisi.Dalam kaitannya dengan klausa,
frasamerupakan kelompok kata atau gabungankata yang tidak yang tidak
mengandungunsur predikat. Frasa merupakan kelompokkata yang tidak diukur
berdasarkanberdasarkan kriteria subjek dan predikat.Sementara itu, klausa merupakan
satuangramatik yang minimal terdiri atas subjekdan predikat. Dengan demikian,
dapatdikatakan bahwa klausa merupakan satuangramatik yang terdiri atas subjek (S)
danpredikat (P) dan dapat disertai objek (O),keterangan, dan pelengkap yang
tidakdisertai intonasi akhir.Dalam kaitannya dengan komposisi,frasa merupakan
satuan gramatik yangunsur-unsurnya memiliki hubungan yanglonggar atau renggang.
Kadar keeratanhubungan antarunsurnya agak renggangsehingga dapat dimasuki
ataudiantarai olehunsur lain. Dalam satuan ayah ibu dan anakmalas, misalnya, di
antara kedua unsurnyadapat disisipkan unsur lain di tengahnyamenjadi ayah dan ibu
dan anak yang malas.Hal yang demikian tidak dapat diterapkanpada komposisi atau
kata majemuk. Satuangramatik rumah sakit dan sapu tangan,misalnya, di antara kedua
unsurnya tidakdapat disisipkan unsur lain.
b. Frasa Nomina
Nomina merupakan istilah teknisdalam kajian linguistik, mengacu padasatuan lingual
yang menyatakan benda atauyang dibendakan. Nomina yang biasa jugadisbut kata
benda dapat dilihat dari tiga halsebagai berikut. Pertama, nomina dilihat darisegi
semantik. Berdasarkan hal ini,nominamerupakan kata yang merujuk padabenda,
manusia, hewan, dan konsep. Satuan-satuan lingual seperti kuda, kursi,
pedagang,kemanusiaan, dapat dikategorikan sebagainomina. Kedua, nomina dilihat
dari segisintaksis. Ditinjau dari segi sintaksis, nominamemiliki ciri-ciri sebagai
berikut. Pertama,nomina dapat menduduki fungsi subjek,predikat, objek, dan
keterangan terutamapada kalimat atau klausa yang berpredikatverba.Kedua, nomina
tidak dapat didahuluioleh kata tidak, tetapi dengan kata bukan.Misalnya bukan meja,
bukan guru, bukanpohon, dan sebagainya. Ketiga, dari segidistribusinya, nomina
dapat diikuti olehadjektiva, seperti rusak pada satuan mejarusak, putih seperti pada
satuan baju putih,pintar seperti pada satuan anak pintar, malaspada satuan anak malas,
dan sebagainya(lihat Alwi dkk., 2003:213).Seperti yang telah dijelaskan di atasbahwa
frasa adalah kelompok kata yangmerupakan konstituen kalimat. Kelompokkata itu
memiliki unsur atau satuan lingualyang menjadi inti dan satuan lingual
lainnyamenjadi keterangan atau tambahan. Dengandemikian, frasa nominal dapat
diartikansebagai kelompok kata yang terdapat nominasebagai intinya. Mengacu pada
pengertianfrasa seperti yang telah dinyatakan di atas,dapat dijelaskan bahwa frasa
nominalmerupakan frasa yang memiliki distribusiyang sama dengan kata nomina.
METODE PENELITIAN
Data dalam penelitian ini berupatuturan atau lisan yang bersumber dariinforman yang
telah dipilih berdasarkankriteria tertentu. Salah satu kriteria informan,yaitu dapat
berbahasa Buol dengan fasih.Penelitian ini di dilaksanakan di DesaLunguto,
Kecamatan Palele Barat,Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah.Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Januari 2016 sampai dengan April 2016.Pengumpulan data
dilakukan denganmeminta informan menjawab pertanyaanyang berkaitan dengan
frasa nominal bahasaBuol. Tuturan informan itu direkam dengan alat perekam yang
telah disiapkan. Selain merekam, peneliti juga mencatat hal-halyang berkaitan dengan
data tersebut.Selanjutnya, data yang terkumpul dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
Data yang termasuk nomina dipisahkan dengan datayang bukan nominal. Data yang
termasuk kategori nominal dan yang berkaitan dengan nominal ditetapkan sebagai
data penelitian,sedangkan data yang bukan nominal atau yang tidak berkaitan dengan
nominal tidak digunakan sebagai data penelitian. Selanjutnya,data yang terpilih
dikelompokkan berdasarkan struktur frasanominal.Kegiatan yang dilakukan
selanjutnyaialah menganalisis data. Kegiatan analisisdata dilakukan dengan
menggunakan metodebaca markah (lihat Sudaryanto, 1993:98),yakni melihat
langsung pemarkah-pemarkah dalam frasa nominal. Dalam konteks frasanominal,
pemarkah tersebut akan dilihat distribusinya dengan satuan lingual lain terutama
dengan adjektiva. Untuk lebih mengkongkretkan pelaksanaan analisis,peneliti juga
melengkapinya dengan teknikperluas, yakni memperluas satuan lingual yang
berkategori nominal dengan satuanl ainnya, baik perluasan ke depan maupun
perluasan ke belakang atau perluasan ke kiri dan ke kanan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yangdilakukan, dapat dismpulkan bahwa
frasanominal bahasa Buol meliputi (1) frasanominal yang atributif dan (2) frasa
nominalyang koordinatif. Frasa nominal yangatributif memiliki pola (1) hulu-
tambahan(H-T), (2) tambahan-hulu (T-H), dan (3)tambahan, hulu, tambahan (T-H-T).
Frasanominal yang berpola hulu-tambahan (H-T)berisi nomina sebagai hulu (H)
diikutiadjektiva sebagai tambahan (T).
Frasanominal tambahan-hulu (T-H) berisiadjektiva sebagai tambahan (T)
mendahuluinomina sebagai hulu (H). Selanjutnya, frasanominal atrinutif yang berpola
T, H, T berisiadjektiva sebagai tambahan (T) berada padaposisi awal, kemudian
nomina sebagai hulu(H) berada di tangah, dan adjektiva sebagaitambahan (T)
berikutnya menempati posisiakhir.Frasa nominal yang koordinatifmemiliki struktur
atau pola multihulu (H-H).Frasa nominal yang koordinatif unsur-unsurnya memiliki
hubungan setara yangdihubungkan oleh konjungsi koordinatifagu‘dan’ dan iyo ‘atau’.
Kedua nomina yangmenjadi hulu (H) dihubungkan olehkonjungsi tersebut. Kehadiran
konjungsikooodinatif tersebut bersifat wajib dalam membentuk frasa nominal yang
koordinatif.
DAFTAR PUSTAKA