Anda di halaman 1dari 11

FRASA NOMINAL BAHASA BUOL

THE NOUN PHRASE OF BUOL LANGUAGE

Ali Karim
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

Abstract
The main focus of the research is noun phrase in Buol language. This research aims to
describe the noun phrase in Buol language and its patterns. The research’s objectives
is to describe the noun phrases and its patterns in Buol language. Steps to be taken in
this study begins with data collection. In obtaining data, researchers used
questionnaire related to the noun phrase. Recording technique and notes-taking are
used in this method. The data were analyzed by using read-marker method and
distributional method in expand technique. The result shows that the noun phrase in
Buol language includes attributive noun phrase and coordinative noun phrase. The
Attributive noun phrase has some patterns: (1) stem-modifier, (2) modifier-stem, (3)
modifier-stem-modifier. While the coordinative noun phrase has a single pattern, that
is multistem pattern.

Keywords: noun phrases, patterns, attributive, coordinative

Abstrak
Fokus utama penelitian adalah frasa nominal bahasa Buol. Berdasarkan hal tersebut,
rumusan masalah penelitian ini ialah frasa nominal apa saja yang terdapat dalam
bahasa Buol dan bagaimana pola frasa tersebut? Adapun tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan frasa nominal bahasa Buol dan pola frasa tersebut. Langkah yang
ditempuh dalam penelitian ini diawali dengan tahap pengumpulan data. Dalam
kegiatan pengumpulan data ini peneliti meminta informan menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan frasa nominal bahasa Buol, sekaligus merekam dan mencatat tuturan
informan tersebut. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan metode
baca markah dan metode distribusional dengan teknik perluas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa frasa nominal bahasa Buol meliputi frasa nominal yang atributif
dan frasa nominal yang koordinatif. Frasa nominal yang atributif memiliki pola (1)
hulu-tambahan, (2) tambahan-hulu, (3) tambahan-hulu-tambahan. Frasa nominal yang
koordinatif memiliki pola multihulu.

Kata Kunci: frasa nominal, pola, atributif, koordinatif

PENDAHULUAN sampai satuan yang paling tinggi. Satuan


Konsep strukturalisme memandang bahasa secara hierarkial meliputi morfem,
bahwa setiap bahasa memiliki struktur kata, frasa, klausa, dan kalimat. berdasarkan
tertentu sesuai dengan ciri yang melekat pada konsep tersebut, morfem dipandang sebagai
pada bahasa tersebut. Konsep strukturalisme satuan terendah atau paling bawah,
juga memandang bahwa satuan bahasa sedangkan kalimat merupakan satuan
tertata secara hierarkial dari satuan terendah tertinggi dan terbesar di atas satuan lainnya.
Dalam kajian struktur bahasa, frasa Berdasarkan hal pertama, frasa nominal
merupakan salah satu satuan sintaksis di bahasa Buol memiliki bentuk yang beragam
samping satuan-satuan lainnya. Frasa sehingga memerlukan analisis yang cermat
dipahami sebagai kelompok kata yang tidak untuk mendeskripsikannya. Dengan
memiliki unsur predikat. Frasa juga diartikan keragaman yang demikian, diperlukan suatu
sebagai satuan gramatikal yang bersifat presedur dan kerangka analisis yang tepat
nopredikatif atau gabungan kata yang untuk memerikan pola-pola atau sistem frasa
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam nominal dalam bahasa tersebut. Berdasarkan
kalimat (Chaer, 2003:222). Sementara itu, hal kedua, frasa nominal tersebut menempati
Verhaar (1998:291) menjelaskan bahwa frasa posisi sebagai subjek, objek, dan keterangan.
merupakan bagian fungsional dari tuturan Berdasarkan hal-hal yang telah
yang lebih panjang.Frasa dipandang sebagai dikemukakan tersebut, masalah penelitian ini
satuan lingual yang terdiri atas dua kata atau adalah bagaimanakah struktur frasa nominal
lebih yang tidak memiliki ciri klausa. Ciri bahasa Buol. Mengacu pada masalah
klausa yang penting adalah hadirnya tersebut, tujan penelitian adalah untuk
konstituen yang berfungsi sebagai predikat mendeskrisikan struktur frasa nominal
dalam konstruksi sintaksis. bahasa Buol. Struktur frasa nominal yang
Frasa dalam satuan sintaksis dimaksud berkaitan dengan bentuk atau pola
merupakan komponen yang penting dalam yang membangun frasa tersebut dengan
membangun kalimat. Frasa merupakan melihat distribusi nomina sebagai inti.
konstituen kalimat yang dapat menduduki Kategori nomina dalam frasa nominal dapat
fungsi-fungsi yaitu fungsi subjek, objek, berdistribusi dengan kelas kata lain terutama
pelengkap, dan keterangan. Sebagai dengan adjektiva dalam frasa nominal yang
konstituen kalimat, frasa dibangun oleh kata- atrbutif. Di samping itu, kelas naomina dapat
kata yang memiliki berbagai kategori atau pula berdistribusi dengan nomina lain dalam
kelas. Kategori atau kelas kata itu frasa nominal yang apaositif dan koordinatif.
menentukan jenis frasa yang terbentuk
dengan melihat distribusi atau letak KERANGKA TEORI
posisinya dengan satuan lingual lainnya. a. Hakikat Frasa
Berdasarkan hal tersebut dengan Frasa adalah kelompok kata yang
memperhatikan distribusi secara semantis merupakan konstituen atau unsur kalimat.
dapat diketahui satuan yang inti, pusat, dan Kelompok kata yang dimaksud di sini adalah
satuan yang menjadi bawahan atau satuan lingual yang tidak memiliki ciri
tambahan. Dalam frasa nominal, misalnya, klausa berupa subjek (S) dan predikat (P).
satuan lingual berkategori nomina (disingkat Dapat juga dikatakan bahwa frasa adalah
N) menempati posisi sebagai inti, pusat, kelompok kata yang merupakan bagian
hulu (disingkat H) dan kelas adjektif fungsional dari tuturan yang lebih panjang.
(disingkat A) menempati unsur bawahan, Bagian fungsional mengandung pengertian
keterangan, atau tambahan (disingkat T). bahwa bagian ini berfungsi sebagai
Pentingnya penelitian ini dilakukan konstituen di dalam konstituen yang lebih
berkaitan dengan dua hal, yaitu bentuk dan panjang (Verhaar, 1996:191). Dalam
fungsi frasa nominal bahasa Buol. konstruksi kalimat, misalnya, frasa dapat
menduduki fungsi sebagai subjek, predikat, unsur yang menjadi inti atau pusat dan unsur
objek, dan keterangan.Hal ini sejalan dengan lainnya menjadi tambahan atau unsur
pandangan Sukesti (2002:21) dengan bawahan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya,
menujukkan perbedaan fungsi pelengkap terdapat frasa seperti meja baru, lapangan
dengan fungsi objek bahwa fungsi objek dan besar, kursipanjang, dan sebagainya. Unsur-
pelengkap dapat berupa frasa nominal. Hal unsur meja, lapangan, dan kursi merupakan
yang sama juga dikemukakan oleh Putrayasa unsur inti atau pusat, sedangkan unsur-
(2010:3) bahwa kelompok kata yang unsurbaru, besar, dan panjang merupakan
menduduki fungsi di dalam kalimat unsur tambahan atau bawahan.
merupakan frasa. Berbeda dengan frasa endosentrik
Frasa secara umum dapat dibedakan yang atributif, frasa endosentrik yang
atas dua tipe, yaitu (1) frasa endosentrik dan koordinatif merupakan frasa endosentrik
(2) frasa eksosentrik. Frasa endosentrik yang memiliki unsur-unsur yang sama yang
merupakan frasa yang mempunyai distribusi berdistribusi paralel. Dengan demikian,
yang sama dengam unsurnya, baik semua dalam frasa endosentrik jenis ini tidak
unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. terdapat unsur menjadi tambahan atau unsur
Sementara itu, frasa eksosentrik merupakan bawahan. Semua unsur nomina dalam frasa
frasa yang tidak mempunyai distribusi yang ini merupakan unsur inti yang dapat
sama dengan semua unsurnya (Ramlan, dihubungkan oleh konjungsi koordinatif
2001:142). Frasa eksosentrik biasa juga seperti dan atau atau dan dapat pula tanpa
disebut frasa preposisional yaitu frasa yang konjungsi tersebut. Dalam bahasa Indonesia,
memiliki konstituen berupa preposisi dan misalnya, terdapat kelompok kata seperti
nomina yang menunjukkan tempat. Dengan laki-laki dan perempuan, rumah dan gedung,
demikian, frasa eksosentrik atau frasa pisau dan parang, suami istri, kuliah atau
preposisional memiliki pola yang terdiri atas bekerja, duduk atau berdiri, dan sebagainya.
perangkai yang berisi preposisi dan aksis Semua unsur tersebut berdistribusi paralel
yang berisi nomina. Pada tataran kalimat atau merupakan inti atau pusat dan tidak
atau klausa, frasa preposisi dapat mengisi terdapat unsur tambahan atau bawahan.
fungsi keterangan terutama keterangan Jenis frasa endosentrik berikutnya
tempat. ialah frasa endosentrik yang apositif. Frasa
Frasa endosentrik sebagaimana endosentrik yang apositif adalah frasa
dijelaskan di atas merupakan frasa memiliki endosentrik yang unsur-unsurnya dapat
unsur yang berdistribusi paralel. Frasa jenis saling menggantikan. Secara semantik tidak
ini memiliki tiga tipe, yaitu (1) frasa ada unsur yang dipentingkan karena semua
endosentrik yang atributif, (2) frasa unsurnya sama. Dalam bahasa Indonesia,
endosentrik yang koordinatif, dan (3) frasa misalnya, frasa Tomy, anak Pak Harto
endosentrik yang apositif. Frasa endosentrik merupakan contoh frasa endosentrik yang
yang atributif merupakan frasa yang terdiri apositif. Dalam frasa tersebut, unsur Pak
atas unsur-unsur yang tidak setara. Frasa Harto sama dengan unsur Tomy. Oleh karena
endosentrik jenis ini memilik unsur-unsur itu, unsur Pak Harto dapat menggantikan
yang tidak paralel antara unsur yang satu unsur Tomy. Hal yang membedakan frasa
dengan unsur lainnya. Artinya, terdapat endosentrik yang apositif dengan tipe
koordinatif adalah bahwa unsur-unsurnya gramatik rumah sakit dan sapu tangan,
tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi misalnya, di antara kedua unsurnya tidak
dan dan atau, sedangkan dalam frasa dapat disisipkan unsur lain.
endosentrik yang koordinatif dapat
dihubungkan dengan konjungsi tersebut. b. Frasa Nominal
Dalam kaitannya dengan frasa endosentrik Nomina merupakan istilah teknis
yang atributif terdapat inti dan unsur lainnya dalam kajian linguistik, mengacu pada
menjadi unsur bawahan atau tambahan, satuan lingual yang menyatakan benda atau
sedangkan frasa endosentrik yang apositif yang dibendakan. Nomina yang biasa juga
tidak mempunyai unsur yang dipentingkan disbut kata benda dapat dilihat dari tiga hal
secara semantik karena semua unsrnya sama sebagai berikut. Pertama, nomina dilihat dari
(lihat Ramlan, 2001:144). segi semantik. Berdasarkan hal ini,
Frasa sebagai satuan sintaksis perlu nominamerupakan kata yang merujuk pada
dibedakan dengan satuan lingual lain yang benda, manusia, hewan, dan konsep. Satuan-
juga merupakan gabungan kata atau satuan lingual seperti kuda, kursi, pedagang,
kelompok kata seperti klausa dan komposisi. kemanusiaan, dapat dikategorikan sebagai
Dalam kaitannya dengan klausa, frasa nomina. Kedua, nomina dilihat dari segi
merupakan kelompok kata atau gabungan sintaksis. Ditinjau dari segi sintaksis, nomina
kata yang tidak yang tidak mengandung memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama,
unsur predikat. Frasa merupakan kelompok nomina dapat menduduki fungsi subjek,
kata yang tidak diukur berdasarkan predikat, objek, dan keterangan terutama
berdasarkan kriteria subjek dan predikat. pada kalimat atau klausa yang berpredikat
Sementara itu, klausa merupakan satuan verba.Kedua, nomina tidak dapat didahului
gramatik yang minimal terdiri atas subjek oleh kata tidak, tetapi dengan kata bukan.
dan predikat. Dengan demikian, dapat Misalnya bukan meja, bukan guru, bukan
dikatakan bahwa klausa merupakan satuan pohon, dan sebagainya. Ketiga, dari segi
gramatik yang terdiri atas subjek (S) dan distribusinya, nomina dapat diikuti oleh
predikat (P) dan dapat disertai objek (O), adjektiva, seperti rusak pada satuan meja
keterangan, dan pelengkap yang tidak rusak, putih seperti pada satuan baju putih,
disertai intonasi akhir. pintar seperti pada satuan anak pintar, malas
Dalam kaitannya dengan komposisi, pada satuan anak malas, dan sebagainya
frasa merupakan satuan gramatik yang (lihat Alwi dkk., 2003:213).
unsur-unsurnya memiliki hubungan yang Seperti yang telah dijelaskan di atas
longgar atau renggang. Kadar keeratan bahwa frasa adalah kelompok kata yang
hubungan antarunsurnya agak renggang merupakan konstituen kalimat. Kelompok
sehingga dapat dimasuki ataudiantarai oleh kata itu memiliki unsur atau satuan lingual
unsur lain. Dalam satuan ayah ibu dan anak yang menjadi inti dan satuan lingual lainnya
malas, misalnya, di antara kedua unsurnya menjadi keterangan atau tambahan. Dengan
dapat disisipkan unsur lain di tengahnya demikian, frasa nominal dapat diartikan
menjadi ayah dan ibu dan anak yang malas. sebagai kelompok kata yang terdapat nomina
Hal yang demikian tidak dapat diterapkan sebagai intinya. Mengacu pada pengertian
pada komposisi atau kata majemuk. Satuan frasa seperti yang telah dinyatakan di atas,
dapat dijelaskan bahwa frasa nominal terutama dengan adjektiva. Untuk lebih
merupakan frasa yang memiliki distribusi mengkongkretkan pelaksanaan analisis,
yang sama dengan kata nomina. peneliti juga melengkapinya dengan teknik
perluas, yakni memperluas satuan lingual
METODE PENELITIAN yang berkategori nominal dengan satuan
Data dalam penelitian ini berupa lainnya, baik perluasan ke depan maupun
tuturan atau lisan yang bersumber dari perluasan ke belakang atau perluasan ke kiri
informan yang telah dipilih berdasarkan dan ke kanan.
kriteria tertentu. Salah satu kriteria informan,
yaitu dapat berbahasa Buol dengan fasih. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini di dilaksanakan di Desa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Lunguto, Kecamatan Palele Barat, frasanominal dalam bahasa Buol meliputi
Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. frasa nominal yang atributif dan frasa
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari nominal yang koordinatif. Frasa nominal
2016 sampai dengan April 2016. yang atributif memiliki pola (1) hulu-
Pengumpulan data dilakukan dengan tmbahan (H-T), (2) tambahan-hulu (T-H),
meminta informan menjawab pertanyaan dan (3) tambahan-hulu-tambahan (T-H-T).
yang berkaitan dengan frasa nominal bahasa Frasa yang koordinatif memiliki pola hulu-
Buol. Tuturan informan itu direkam dengan hulu atau multihulu (H-H). Unsur-unsur
alat perekam yang telah disiapkan. Selain frasa nominal bahasa Buol (kecuali
merekam, peneliti juga mencatat hal-hal multihulu) terdiri atas nomina sebagai hulu
yang berkaitan dengan data tersebut. atau pusat (H) dan adjektiva sebagai
Selanjutnya, data yang terkumpul dipilih tambahan atau bawahan (T). Adjektiva di
berdasarkan kriteria tertentu. Data yang sini meliputi semua kata yang menjadi
termasuk nomina dipisahkan dengan data tambahan atau keterangan (modifier) dalam
yang bukan nominal. Data yang termasuk frasa nominal, yaitu kata sifat, kata
kategori nominal dan yang berkaitan dengan penunjuk, kata bilangan, kata sandang, dan
nominal ditetapkan sebagai data penelitian, kata negasi bukan (Bloomfield, 1964:120).
sedangkan data yang bukan nominal atau
yang tidak berkaitan dengan nominal tidak a. Frasa Nominal Hulu Tambahan (H-T)
digunakan sebagai data penelitian. Frasa nominal yang berpola hulu
Selanjutnya, data yang terpilih tambahan (H-T) adalah jenis frasa nominal
dikelompokkan berdasarkan struktur frasa yang terdiri atas nomina sebagai inti atau
nominal. hulu (H) mendahului adjektiva sebagai
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya tambahan (T). Dengan kata lain,
ialah menganalisis data. Kegiatan analisis konstituennya terdiri atas nomina sebagai
data dilakukan dengan menggunakan metode hulu dan adjektiva sebagai tambahan
baca markah (lihat Sudaryanto, 1993:98), mengikuti nomina. Hasil penelitian
yakni melihat langsung pemarkah-pemarkah menujukkan bahawa frasa nominal jenis ini
dalam frasa nominal. Dalam konteks frasa dapat dilihat pada data berikut ini.
nominal, pemarkah tersebut akan dilihat
distribusinya dengan satuan lingual lain
bimi moputik kadera kundia’
‘kambing putih’ ‘kursi ini’

manuk moitom gua a tia


‘ayam hitam’ ‘kebun di sini’

sapi moelam Frasa nominal yang berpola H-T


‘sapi merah’ dalam bahasa Buol ada pula yang memiliki
tambahan adjektiva yang menyatakan
Dari data tersebut terlihat bahwa kuantitas. Adjektiva jenis ini merupakan
adjektiva yang menjadi tambahan (T) yang adjektiva yang menyatakan jumlah.
menerangkan nomina adalah ajektiva yang
menyatakan warna atau berupa warna. Selain tau moyavung
itu, terdapat pula adjektiva yang menjadi ‘orang banyak’
tambahan berupa nominal berjenis sifat atau
berupa kata sifat, seperti pada data berikut banggo koopat
ini. ‘bangku keempat’
tau motape
‘orang malas’ bole partama
‘rumah pertama’
taaditi mopani
‘anak pintar’ Frasa nominal selanjutnya adalah frasa
yang menyatakan kepemilikan (posesif).
tau morata Adjektiva yang menjadi tambahan dalam
‘orang nakal’ frasa ini berupa adjektiva yang menyatakan
posesif seperti pada data berikut.
tayadun mokatam
‘mangga asam’ bole nilo
‘rumah mereka’
Data tersebut menujukkan bahwa frasa
nominal yang berpola hulu tambahan (H-T) wangu nami
terdiri atas nominal sebagai inti atau hulu (H) ‘perahu kami’
dan adjektiva sebagai tambahan (T).
Adjektiva yang berperan sebagai tambahan gua noto
itu merupakan adjektiva yang berjenis kata ‘kebun kita’
sifat. Selain itu, terdapat pula adjektiva
penujuk sebagai tambahan (T) seperti b. Frasa Nominal Tambahan Hulu (T-H)
terlihat pada data berikut ini. Frasa nominal yang ditemukan dalam
bahasa Buol ada pula yang berpola
bole kundoo tambahan-hulu (T-H). Frasa nominal jenis
‘rumah itu’ ini terdiri atas ajektiva sebagai tambahan (T)
mendahului nomina sebagai inti atau hulu
(H). hal itu dapat dilihat pada data berikut moyavung bimi
ini. ‘banyak kambing’

ti guru mokurang gongo


‘si guru’ ‘sedikit kayu

ti Ahmad’ Dari data tersrebut dapat dilihat bahwa


‘si Ahmad’ frasa nominal yang berpola T-H terdiri atas
adjektiva kuntitas sebagai tambahan (T)
ti imam mendahului nomina sebagai hulu (H), inti
‘si imam’ atau pusat.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa c. Frasa Nominal Tambahan, Hulu,
adjektiva yang menjadi tambahan atau Tambahan (T-H-T)
menerangkan nomina adalah adjektiva yang Frasa nominal bahasa Buol yang
berjenis kata sandang (artikel). Selain itu, ditemukan dalam penelitian ini ada pula yang
ada pula jenis adjektiva yang berupa negasi berpola tambahan-hulu-tambahan (T-H-T).
atau kata-kata penyangkalan seperti pada Frasa nominal jenis ini memiliki dua slot
data berikut. tambahan yang berisi dua adjektiva dan
nominal. Adjektiva yang pertama berposisi
diila manuk di depan nomina dan adjektiva berikutnya
‘bukan ayam’ terletak di belakang nomina. Realisasinya
dapat dilihat pada data berikut ini.
diila wangu
‘bukan perahu’ teetu manuk moitom
‘satu ayam hitam’
diauon boyo
‘tidak ada ikan’ opat sapi moputik
‘empat sapi putih’
Selain tambahan yang berupa adjektiva
yang menyatakan penyangkalan, terdapat moyavung bimimoelam
pula adjektiva kuantitas menjadi tambahan ‘banyak kambing merah’
(T) yang mendahuli nomina sebagai hulunya
(H). hal itu dapat dilihat pada data berikut Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
ini. posisi adjektiva terletak di depan dan di
duia boyo belakang nomina atau sebelum dan sesudah
‘dua ikan’ nomina. Adjektiva yang menjadi tambahan
nomina itu merupakan adjektiva kuantitatif
onom koyobu dan warna. Selain itu, terdapat pula adjektiva
‘enam kerbau’ lain yang menjadi tambahan nominal seperti
pada data berikut ini.
diila boyo doka terdapat frasa nominal multi hulu seperti
‘bukan ikan besar’ pada data berikut ini.

diila wangu didik manuk agu bibik


‘bukan perahu kecil’ ‘ayam dan itik’

diauon kadera mopanggat kadera agu meja


‘tidak ada kursi tinggi’ ‘kursi dan meja’

Dari data tersebut dapat dilihat wangu agu bute


distribusi adjektiva yang menjadi tambahan ‘perahu dan dayung’
nominal berupa adjektiva penyangkalan
disertai adjektiva yang menyatakan ukuran. pito agu poduk
Distribusinya memiliki urutan adjektiva ‘pisau dan parang’
penyangkalan, nomina, dan adjektiva yang
menyatakan ukuran. Selain itu, terdapat pula bugot agu binde
frasa nominal dengan distribusi seperti pada ‘beras dan jagung’
data berikut ini.
Data tersebut menujukkan frasa
ti guru mopani nominal yang terdiri atas dua nomina sebagai
‘si guru cerdas’ inti atau hulu (H) yang dihubungkan oleh
konjungsi koordinatif agu ‘dan’ yang dapat
ti imam mokoyog dipadankan dengan konjungsi dan dalam
‘si imam yang rajin’ bahasa Indonesia. Selain konjungsi tersebut,
konjungsi lain yang dapat menghubungkan
taa diti motape kedua nomina ialah konjungsi iyo ‘atau’,
‘si anak malas’ seperti pada data berikut ini.

Dari data tersebut dapat dilihat galaang iyo ngande-ngande


distribusi satuan lingual yang membentuk ‘gelang atau anting’
frasa nominal dengan urutan adjektiva
berupa artikel, nomina, dan adjektiva kata bodu iyo puyuka
sifat. ‘baju atau celana’

d. Frasa Nominal Multi Hulu (H-H) peet iyo songgo


Frasa nominal multi hulu merupakan ‘topi atau songkok’
frasa nominal yang koordinatif. Frasa
nominal jenis ini memiliki dua nominal Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
sebagai inti atau hulu (H) yang dihubungkan konjungsi iyo ‘atau’ yang menghubungkan
oleh konjunsi koordinatif. Hasil penelitian kedua nominamembentuk frasa nominal
menunjukkan bahwa dalam bahasa Buol yang koordinatif. Konjungsi koordinatif jenis
ini dalam bahasa Buol menyatakan makna
pilihan. Dengan kata lain, hubungan makna (Sukamto, 2008:71). Kata-kata penunjuk
yang terkandung dalam frasa nominal yang (demonstratif) merupakan kata-kata yang
menggunakan konjungsi tersebut berupa menunjuk nomina atau menunjuk kata
makna pilihan atau alternatif. benda. Dalam kontruksi farase nominal,
Berdasarkan data hasil penelitian kata-kata ini menjadi tambahan nomina atau
seperti yang telah dipaparkan tersebut, menerangkan nomina. Setiap kata yang
diketahui bahwanominadalam frasa nominal menjadi tambahan atau menerangkan nomina
berdistribusi dengan adjektiva. Distribusi dipandang sebagai adjektiva.
nominal berdasarkan letaknya ada yang Frasa nominal bahasa Buol yang
terletak di depan adjektiva dan ada pula yang berpola hulu-tambahan (H-T) disertai pula
terletak di belakang. Dalam hal frasa oleh adjektiva yang menyatakan kuantitas
nominal yang koordinatif, letak nomina sebagai tambahan (T). Adjektiva jenis ini
terdapat di depan dan belakang yang dalam bahasa Buol seperti moyavung
dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. ‘banyak’ dalam frasa tau moyavung ‘orang
Tipe frasa nominal seperti ini dikenal sebagai banyak’ koopat ‘keempat’ dalam frasa bole
frasa nominal multi hulu (H-H). koopat ‘rumah keempat’ kadera kopitu
Berdasarkan hasil analisis yang ‘kusrsi ketujuh’ dan sebagainya. Selanjutnya,
dilakukan, tipe frasa nominal dalam bahasa ditemukan pula adjektiva yang menyatakan
Buol dapat dijelaskan sebagai berikut. kepemilikan atau lazim dikenal dengan
Pertama, frasanominalhulu-tambahan istilah posesif. Kata-kata posesif atau yang
(H:N+T:A). Frasa nominal tipe ini berisi menyatakan milik menjadi tambahan nomina
nomina sebagai hulu, inti, pusat, (H) dan dalam konstruksi frasa nominal. Adjektiva
adjektiva sebagai tambahan (T) atau jenis dapat dilihat seperti pada bole nilo
keterangan. Nomina sebagai inti atau hulu ‘rumah mereka’ wangu nami ‘perahu kami’
(H) terletak di depan atau mendahului gua noto kebun kita’.
adjektiva. Adjektiva yang menduduki fungsi Kedua, frasa nominal yang berpola
tambahan atau keterangan ini berupa tambahan-hulu (T:A+H:N). Frasa nominal
adjektiva atributif (modoka ‘besar’ modidik jenis ini berisi adjektiva sebagai tambahan
‘kecil’ motape ‘malas’ mokoyog ‘rajin’ (T) dan nomina sebagai hulunya
mopani ‘pandai’moputik ‘putih’ moitom (H).Adjektiva yang menjadi tambahan (T)
‘hitam’). Ramlan (2001:143) menjelaskan mendahului nomina sebagai hulu (H).
bahwa frasa semacam ini merupakan frasa Adjektiva sebgai tambahan yang ditemukan
endosentrik yang atributif. berupa adjektiva artikel (kata sandang) ti ‘si’
Adjektiva lainnya yang menjadi yang umumnya digunakan untuk mengacu
tambahan nomina dalam frasa nominal ialah pada nama orang, gelar, dan jabatan, seperti
adjektiva penunjuk. Kata-kata penunjuk dalam satuan Ti Ahmaddumongaan ‘Si
dalam bahasa Buol antara lain kundoo ‘itu’ Ahmad sedang makan’, Ti guru dumongajar
seperti pada frasa bole kundoo ‘rumah itu’ ‘Si guru sedang mengajar’, dan sebagainya.
kundia ‘ini’ seperti pada frasa kadera kundia Adjektiva seperti itu bersifat wajib manakala
‘kursi ini’, dan sebagainya. Kata-kata berkaitan dengan nama orang dan jabatan.
penujuk seperti pada contoh tersebut dikenal Selain itu, adjektiva yang menjadi tambahan
juga dengan istilah pronomina demostratif (T) dalam frasa nominal berupa kata negasi
diila ‘bukan’dan kuantitas seperti moyavung menjadi *ti ina ti uma ‘ayah ibu’ seperti
‘banyak’, mokurang ‘sedikit’, dan dalam bahasa Indonesia.
sebagainya. Kata-kata tersebut dipandang
sebagai adjektiva karena menjadi tambahan SIMPULAN
nomina atau menerangkan nomina. Berdasarkan hasil analisis data yang
Ketiga, frasa nominal yang berpola dilakukan, dapat dismpulkan bahwa frasa
tambahan-hulu-tambahan (T:A+H:N+T:A). nominal bahasa Buol meliputi (1) frasa
frasa nominal jenis ini meiliki unsur atau nominal yang atributif dan (2) frasa nominal
konstituen adjektiva yang berfungsi sebagai yang koordinatif. Frasa nominal yang
tambahan (T), hulu (H) yang berisi nomina, atributif memiliki pola (1) hulu-tambahan
dan tambahan (T) yang berisi adjektiva. (H-T), (2) tambahan-hulu (T-H), dan (3)
Adjektiva yang berfungsi sebagai tambahan tambahan, hulu, tambahan (T-H-T). Frasa
(T) terletak di depan atau mendahului nominal yang berpola hulu-tambahan (H-T)
nomina berupa bilangan (kuantitas), berisi nomina sebagai hulu (H) diikuti
penyangkalan diila ‘bukan’, adjektiva berupa adjektiva sebagai tambahan (T). Frasa
kata sandang (artikel). Adjektiva yang nominal tambahan-hulu (T-H) berisi
berfungsi sebagai tambahan berikutnya (T) adjektiva sebagai tambahan (T) mendahului
adalah adjektiva warna moputik ‘putih’ nomina sebagai hulu (H). Selanjutnya, frasa
moelam ‘merah’ ukuran modoka ‘besar’ nominal atrinutif yang berpola T, H, T berisi
modidik ‘kecil’. adjektiva sebagai tambahan (T) berada pada
Keempat, frasa nominal yang berpola posisi awal, kemudian nomina sebagai hulu
hulu-hulu atau multihulu (H-H) yang dapat (H) berada di tangah, dan adjektiva sebagai
dirumuskan dengan H:N+konj.+H:N. Frasa tambahan (T) berikutnya menempati posisi
nominal jenis memiliki konstituen hulu yang akhir.
berisi dua nomina sebagai hulu (H) yang Frasa nominal yang koordinatif
dihubungkan oleh konjungsi (Konj.). Frasa memiliki struktur atau pola multihulu (H-H).
yang demikian dapat pula disebut sebagai Frasa nominal yang koordinatif unsur-
frasa endosentrik yang koordinatif (Ramlan, unsurnya memiliki hubungan setara yang
2001:142). Frasa yang demikian dalam dihubungkan oleh konjungsi koordinatifagu
bahasa Buol memerlukan kehadiran ‘dan’ dan iyo ‘atau’. Kedua nomina yang
konjungsi di antara kedua nomina yang menjadi hulu (H) dihubungkan oleh
membentuk frasa tersebut. Jadi, kehadiran konjungsi tersebut. Kehadiran konjungsi
konjungsi koordinatif agu ‘dan’ dan iyo kooodinatif tersebut bersifat wajib dalam
‘atau’ bersifat wajib seperti pada satuan ti membentuk frasa nominal yang koordinatif.
umaaguti ina ‘si ayah dan si ibu’ (ayah dan
ibu), manuk iyo boyo ‘ayam atau ikan’.
Satuan-satuan tersebut tidak dapat dibentuk
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 2003. Tata
bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Bloomfield, Leonard. 1964. Language. New York: Rinehart and Winston, INC.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Putrayasa. 2010. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, danPeran. Bandung: Refika Aditama.

Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: Karyono


Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analsis Bahasa: PengantarPenelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sukamto, Endriati Katharina. 2008. The Demonstratives in Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia: A Kritical Analysis. Dalam Jurnal Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah
Masyarakat Linguistik Indonesia: 69-74: Jakarta.

Sukesti, Restu. 2002. Verba Berpelengkap dalam Bahasa Indonesia. Dalam Linguistik
Indonesia:Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia: 21-33. Jakarta.

Verhaar, JWM. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai