Anda di halaman 1dari 8

Makna Pengisi Subjek Pada Klausa Bahasa Melayu Bengkulu

Nadya Ramadhanty
Fakultas Ilmu Budaya, Univeristas Gadjah Mada
nadianthy@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna pengisi subjek yang ada pada
klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna pengisi subjek merupakan makna yang
menjelaskan bagaimana subjek itu berperan dalam sebuah klausa. Bahasa Melayu
Bengkulu sebagai salah satu bahasa daerah yang dirasa perlu untuk dilakukan kajian
mengenai kaidah sintaksis yang ada didalamnya, khususnya pada kajian mengenai
klausa. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari tuturan informan serta
didikung oleh beberapa studi pustaka yang dilakukan oleh peniliti dengan
mengumpulkan beberapa informasi terkait tuturan klausa yang ada pada buku sintaksis
Bahasa Melayu Bengkulu ataupun artikel terkait topik penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat beberapa makna pengisi subjek yang ada pada klausa
Bahasa Melayu Bengkulu yaitu, ‘makna pelaku’, ‘makna alat’, ‘makna sebab’, ‘makna
penderita’, ‘makna hasil’, ‘makna tempat’, ‘makna penerima’, ‘makna pengalaman’,
‘makna dikenal’, dan ‘makna terjumlah’. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian lainnya serta dalam pemakaian Bahasa Melayu Bengkulu.
Kata kunci: sintaksis, klausa, makna pengisi subjek, bahasa melayu bengkulu

PENDAHULUAN
Dalam sebuah Bahasa yang merupakan sebuah media yang digunakan oleh
manusia untuk berkomunikasi serta bekerja sama, terdapat sebuah atura, pola, atau
kaidah-kaidah tertentu yang mengatur bagaimana Bahasa tersebut di bentuk dan
digunakan. Aturan atau kaidah ini terdapat dalam seluruh aspek yang ada dalam sebuah
Bahasa, baik dalam aspek tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata bentuk kalimat.
Secara linguistik, ilmu yang mempelajari tentang tata bentuk kalimat adalah sintaksis.
Ramlan (1976) menyatakan bahswa sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang
membicarakan struktur frase dan kalimat. Kata ‘sintaksi’ berasal dari bahasa Yunani
dimana sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan. Secara
etimologis ini berarti sintaksis adalah menempatkan Bersama-sama kata-kata yang
kemudian menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi
kalimat (Verhaar, 1994).
Selain itu, Oka dan Suparno (1994) juga menyebutkan bahwa sintaksis adalah
salah satu bagian dari gramatika objek kajian frase dan kalimat dari berbagai segi. Chaer
(2009) menyebutkan bahwa dalam sebuah kalimat, setiap unsur memiliki peran masing-
masing. Peran-peran yang dimiliki oleh pengisi fungsi P dalam bahasa Indonesia selain
peran tindakan juga terdapat peran proses, kejadian, keadaan, pemilikan, identitas,
kuantitas. Peran-peran yang ada pada S atau O sebagai berikut, yakni peran pelaku,
sasaran, hasil, penanggap, pengguna, penyerta, sumber, jangkauan, ukuran. Peran-peran
yang ada pada fungsi keterangan adalah sebagai berikut, Peran alat, tempat, waktu, asal,
kemungkinan atau keharusan.
Dalam pembelajaran sintaksis, klausa merupakan salah satu objek penting yang
menjadi tinjauan. Menurut Alwi (2003), klausa adalah sebuah satuan sintaksis yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi. Pada hakikatnya,
klausa merupakan kelompok kata, namun hanya salah satu unsur inti sebuah klausa
berfungsi sebagai predikat. Wibawa dkk (2004) mengemukakan bahwa klausa adalah
rangkaian kata yang sudah menjelaskan salah satu gagasan atau salah satu bab. Suatu
konstruksi yang memiliki unsur S dan P sudah bisa disebut klausa, baik diikuti oleh
fungsi-fungsi yang lain (objek, pelengkap dan keterangan) ataupun tidak. Jadi pada
hakikatnya unsur yang harus ada dalam klausa adalah S dan P dan apabila ada
konstruksi yang dimunculkan hanya P, dan mengalami pelesapan S atau tetap disebut
klausa. Hal ini disebabkan klausa tersebut sebenarnya memiliki S yang mungkin sudah
disebut dalam klausa sebelumnya. Klausa mempunyai potensi sebagai kalimat tunggal
karena tempat klausa dalam tataran sintaksis adalah di dalam kalimat. Klausa
merupakan sebuah konstruksi ketatabahasaan yang dikembangkan menjadi kalimat.
Dengan demikian, klausa dapat pula sebagai kalimat dasar.
Sama halnya menurut Kridalaksana (1993) yang menyatakan bahwa k lausa
didefinisikan sebagai satuan gramatika yang terdiri atas unsur subjek (S) dan predikat (P)
disertai objek (O) dan keterangan (K) dan memiliki potensi untuk menjadi kalimat.
Klausdapat dikategorikan berdasarkan (i) unsur, intinya, (ii) ada tidaknya kata negatif yang
secara gramatikal menegatifkan predikat, (iii) kategori kata atau frasa yang menduduki
fungsi predikat, (iv) potensinya untuk menjadi kalimat, (v) fungsinya pada kalimat. Ramlan
(2005) mengemukakan secara rinci bahwa penganalisisan klausa dapat dilakykana
berdasarkan tiga dasar yaitu, 1) berdasarkan fungsi unsur-unsurnya; 2) berdasarkan kategori
kata atau frasa yang menjadi unsurnya; dan 3) berdasarkan makna unsur-unsurnya. Klausa
yang terdiri dari makna-makna tentunya menjadi makna unsur pengisi suatu fungsi yang
berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain. Istilah makna
yang digunakan merupakan istilah semantik unsur-unsur satuan grammatik, baik berupa
klausa maupun frase. Makna juga bersifat rasional atau relasional yang dimana maksudnya
makna suatu unsur satuan grammatik ditentukan berdasarkan hubungannya dengan unsur
yang lain. Penelitian ini akan berfokus pada makna pengisi pada unsur subjek (S) yang ada
pada sebuah klausa. Subjek atau pokok klausa adalah unsur utama dalam sebuah klausa.
Subjek menentukan kejelasan dalam makna klausa. Penempatan subjek yang tidak tepat
dapat mengaburkan makna sebuah klausa. Terdapat beberapa fungsi subjek dalam sebuah
klausa yaitu dapat membentuk sebuah kalimat dasar, luas, tunggal dan majemuk; dapat
memperjelas makna; dapat menjadi pokok pikiran; dapat menegaskan atau menfokuskan
makna; dapat memperjelas pikiran ungkapan; serta dapat membentuk kesatuan pikiran
(Widjono, 2011).
Penelitian mengenai klausa juga dapat dilihat dalam penelitian Pomalingo, dkk.
(2015) yang berjudul “Relasi Subjek dan Predikat dalam Klausa Bahasa Gorontalo”.
Dalam bahasa Gorontalo, subjek dapat berupa nomina kata penunjuk, dan subjek yang
berupa jawaban atas pertanyaan apa dan siapa. Sementara itu, predikat dapat berupa verba
dan kata-kata aspek atau modalitas. Penelitian lainnya yang berjudul “Klausa Adverbial
Temporal Bahasa Jawa (Kajian Struktur dan Semantik)” yang dilakukan oleh Suwanto
dan Indratmo (2006). Penelitian ini mengkaji struktur, distribusi serta fungsi dan makna
klausa adverbial temporal bahasa Jawa. Penelitian ini lebih khusus membahas klausa
adverbial temporal dengan memperhatikan tingkat tingkat tutur dalm bahasa Jawa, yaitu
ngoko, krama, maupun ngokokrama. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Kasni (2012)
yang berjudul “Strategi Penggabungan Klausa Bahasa Sumba Dialek Waijewa”.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggabungan klausa secara subordinatif (struktur
subordinatif) bahasa Sumba dialek Waijewa (BSDW) dibedakan menjadi tiga, yaitu (1)
struktur yang terdiri atas klausa relatif, (2) klausa pelengkap, dan (3) klausa keterangan.
Setelah meninjau penelitian sebelumnya, maka dilihat belum ada penelitian mengenai
makna klausa khususnya makna pengisi subjek dalam Bahasa Melayu Bengkulu. Oleh
karena itu, peneliti bertujuan untuk menganalisa bagaimana makna pengisi subjek yang
ada dalam Bahasa Melayu Bengkulu.

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yang berdasar pada fenomena atau fakta yang ada pada lapangan dan secara
nyata hidup pada penuturnya sehingga hasil yang didapatkan adalah bahasa yang
memiliki sifat pemaparan yang apa adanya (Sudaryanto, 1993). Selain itu, Bogdan dan
Taylor (2011) juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisa.
Penelitian ini berusaha menjelaskan makna yang mengisi unsur subjek yang ada pada
klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal
dari para informan yang merupakan penutur asli Bahasa Melayu Bengkulu. Data yang
berupa klausa dicatat untuk kemudian dilakukan klasifikasi dan analisa strukturnya
berdasarkan kenyataan yang ada terkait klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Penguatan
data yang didaptkan dari informan juga dilakukan dengan menggunakan studi Pustaka
dimana mengumpulkan berbagai informasi mengenai klausa Bahasa Melayu Bengkulu
melalui buku-buku sintaksis Bahasa Melayu Bengkulu. Di samping itu, penulis juga
menggunakan metode simak libat cakap dalam penyediaan data (Mahsun, 2005),
metode ini berhubungan dengan terlibatnya seorang peneliti dalam suatu dialog dengan
seorang informan untuk memperoleh data. Penulis menggunakan metode ini untuk
memastikan bahwa data yang diperoleh dengan menggunakan metode refleksif-
introspektif masih digunakan oleh masyarakat penutur Bahasa Melayu Bengkulu.
Analisis data dilakukan menggunakan teknik induktif (Sugiyono, 2008) yaitu melalui
reduksi, klasifikasi, dan deskripsi.

ANALISA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa makna pengisi subjek yang ada pada
klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Penelitian ini hanya berfokus pada pengisi subjek
yang merupakan suatu unsur pokok dalam sebuah klausa ataupun kalimat. Subjek
memiliki fungsi penting untuk menentukan kejelasan makna sebuah klausa atau kalimat.
Subjek bisa terletak pada awal klausa atau di depan predikat, namun bisa juga berada di
awal predikat atau di belakang objek. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat
mengaburkan makna kalimat. Dalam konstruksi tertentu letak subjek dapat
dipertukarkan dengan predikat dan bila dipertukarkan dengan predikat tidak
mengacaukan makna struktural makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat
berfungsi (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat
majemuk, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4)
menegaskan/memfokuskan makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6)
membentuk kesatuan pikiran (Widjono, 2011). Setelah data dikumpulkan dan
diklasifikasikan, maka terdapat beberapa makna yang mengisi unsur subjek dalam
klausa Bahasa Melayu Bengkulu yaitu sebagai berikut.
1. Pengisi S yang menyatakan makna ‘pelaku’
Penggunaan makna ‘pelaku’ merupakan salah satu yang terdapat pada unsur subjek
dalam klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘pelaku’ yang dimaksud adalah
yang melakukan perbuatan yang juga dinyatakan oleh predikat dalam sebuah klausa
untuk menjawab siapa yang melakukan perbuatan oleh makna pengisi predikat.
Dalam Bahasa Melayu Bengkulu terdapat beberapa contoh makna ‘pelaku’ yang
menjadi pengisi subjek, yaitu:
- Tobo lanang lagi main suruk-surukan (Para lelaki sedang bermain petak umpet)
- Sayo tadi nangkok tikus (Saya tadi menangkap tikus)
- Nyo buek kue ulang tahun (Dia membuat kue ulang tahun
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘pelaku’. Kata lanang, sayo, dan, nyo berfungsi sebagai subjek yang memiliki
makna pelaku yang menerangkan siapa yang melakukan sebuah perbuatan dalam
klausa tersebut.
2. Pengisi S yang menyatakan makan alat
Penggunaan makna ‘alat’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek dalam
klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘alat’ yang dimaksud adalah sebuah benda
atau objek yang digunakan untuk melakukan sebuah perbuatan yang terdapat pada
makna pengisi predikat dalam sebuha klausa. Dalam Bahasa Melayu Bengkulu
terdapat beberapa contoh makna ‘alat’ yang menjadi pengisi subjek, yaitu:
- Traktor tuh lagi mbajak sawah (Traktor itu sedang membajak sawah)
- Kapal nyo nyebrang bawak ikan (Kapal dia menyebrang membawa ikan)
- Kudo besak tuh lagi narik delman (Kuda besar itu sedang menarik delman)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘alat’. Kata traktor, kapal dan kudo merupakan sebuah benda atau objek yang
digunakan untuk melakukan sebuah perbuatan yang menjadi pengisi predikat dalam
klausa tersebut.
3. Pengisi S yang menyatakan makna penderita
Penggunaan makna ‘penderita’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek
dalam klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘penderita’ yang dimaksud adalah
untuk memberikan jawaban atas apa dan siapa yang menderita atau mengalami
sesuatu akibat sebuah perbuatan yang dinyatakan pada makna pengisi predikat.
Dalam Bahasa Melayu Bengkulu terdapat beberapa contoh makna ‘penderita’ yang
menjadi pengisi subjek, yaitu:
- Mobil gaek tuh meledak (Mobil orang tua itu meledak)
- Buku sayo dicabik kek adek sayo (Buku saya disobek oleh adik saya)
- Maling tuh diikek kek tali (Maling itu diikat oleh tali)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘penderita’. Kata mobil, buku sayo, dan maling merupakan orang atau benda yang
menerima sebab atau menderita akibat dari perbuatan yang menjadi pengisi
predikat dalam klausa tersebut.
4. Pengisi S yang menyatakan makna sebab
Penggunaan makna ‘sebab’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek
dalam klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘sebab’ yang dimaksud adalah
untuk menerangkan suatu hal atau suatu peristiwa yang menyebabkan sebuah
perbuatan yang dinyatakan pada pengisi predikat. Dalam Bahasa Melayu Bengkulu
terdapat beberapa contoh makna ‘sebab’ yang menjadi pengisi subjek, yaitu:
- Banjir tuh ngancurkan jembatan (Banjir itu menghancurkan jembatan)
- Api unggunnyo mbakar tenda-tenda kemah (Api unggunnya membakar tenda
kemah)
- Gempo tuh ngeretaki dinding rumah sayo (Gempa itu membuat retak dinding
rumah saya)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘sebab’. Kata banjir, api unggun, dan gempo merupakan suatu hal atau peristiwa
yang menyebabkan terjadinya perbuatan yang menjadi pengisi predikat klausa
tersebut.
5. Pengisi S yang menyatakan makna hasil
Penggunaan makna ‘hasil’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek dalam
klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘hasil’ yang dimaksud adalah suatu hal
akhir yang didapatkan atas perbuatan yang dinyatakan pada pengisi predikat.
Dalam Bahasa Melayu Bengkulu terdapat beberapa contoh makna ‘sebab’ yang
menjadi pengisi subjek, yaitu:
- Kue ulang tahun ko dibuek kek sayo (Kue ulang tahun ini dibuat oleh saya)
- Kursi ko dirakit dewek kek nyo (Kursi ini dirakit sendiri oleh dia)
- Kopi nyo diracik kek abang sayo (Kopinya diracik oleh kakak saya)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘hasil’. Kata kue ulang tahun, kursi, dan kopi merupakan hasil yang didapatkan atas
perbuatan yang menjadi pengisi predikat klausa tersebut.
6. Pengisi S yang menyatakan makna tempat
Penggunaan makna ‘tempat’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek
dalam klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘tempat’ yang dimaksud adalah
lokasi atau tempat kejadian dimana sebuah perbuatan yang dinyatakan pada pengisi
predikat. Dalam Bahasa Melayu Bengkulu, terdapat beberapa contoh makna
‘tempat’ yang menjadi pengisi subjek, yaitu:
- Benteng malborough rami dikunjungi wisatawan (Benteng malborough ramai
dikunjungi oleh wisatawan)
- Pantai Panjang tempeknyo ado di Kota Bengkulu (Pantai Panjang tempatnya
ada di Kota Bengkulu)
- Taman rumah sayo di tanami kek bungo-bungoan (Taman rumah saya di tanami
dengan bunga-bunga)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘tempat’. Kata benteng malborought, pantai Panjang, dan taman rumah sayo
merupakan lokasi dari perbuatan yang merupakan pengisi predikat klausa tersebut.
7. Pengisi S yang menyatakan makna penerima
Penggunaan makna ‘penerima’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek
dalam klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘penerima’ yang dimaksud adalah
yang menerima peruntukan, kegunaan, atau faedah dari perbuatan yang dinyatakan
pada pengisi predikit. Dalam Bahasa Melayu Bengkulu, terdapat beberapa contoh
makna ‘penerima’ yang menjadi pengisi subjek, yaitu:
- sayo dikasih hadiah kek kawan sayo (Saya dikasih hadiah oleh teman saya)
- kawan sayo setiap minggu dikirimi surek dari metenyo yang jauh (Teman say
setiap minggu dikirimi surat oleh pacarnya yang jauh)
- nyo dapek oleh-oleh dari luar neger (Dia mendapatkan oleh-oleh dari luar
negeri)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘penerima’. Kata sayo, kawan sayo, dan nyo merupakan merupakan orang yang
menerima suatu perbuatan yang merupakan pengisi predikat klausa tersebut.
8. Pengisi S yang menyatakan makna pengalaman
Penggunaan makna ‘pengalaman’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur
subjek dalam klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘pengalaman’ yang
dimaksud adalah yang menyatakan makna dari sebuah keadaan baik jasmani
ataupun rohani yang dinyatakan pada pengisi predikat. Dalam Bahasa Melayu
Bengkulu, terdapat beberapa contoh makna ‘pengalaman’ yang menjadi pengisi
subjek, yaitu:
- Jembatan besak tuh roboh kenai banjir (Jembatan besar itu roboh terkena
banjir)
- Motornyo mogok di tengah jalan (Motornya mogok di tengah jalan)
- Halaman rumah sayo kotor nian (Halaman rumah saya kotor sekali)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘pengalaman’. Kata jembatan besak, motornyo, dan halaman rumah sayo
merupakan hal atau objek yang mengalami suatu keadaan dari perbuatan yang
merupakan pengisi predikat klausa tersebut.
9. Pengisi S yang menyatakan makna dikenal
Penggunaan makna ‘dikenal’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek
dalam klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘dikenal’ yang dimaksud adalah
suatu tanda pengenal atau sebuah identitas yang menyebabkan orang atau benda
tersebut mudah untuk dikenali. Dalam Bahasa Melayu Bengkulu, terdapat beberapa
contoh makna ‘dikenal’ yang menjadi pengisi subjek, yaitu:
- Abang sayo guru (Kakak laki-laki saya adalah seorang guru)
- Anak-anak di lampu merah tadi mahasiwa kampus sayo (Anak-anak yang ada
di lampu merah tadi adalah mahasiswa kampus saya)
- Kawan sayo pegawai istana presiden (Kawan saya adalah pegawai istana
presiden)
Pada ketiga contoh klausa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘dikenal’. Kata abang sayo, anak-anak, dan kawan sayo merupakan orang yang
dijelaskan oleh pengisi predikat klausa tersebut agar mudah dikenali.
10. Pengisi S yang menyatakan makna terjumlah
Penggunaan makan ‘terjumlah’ adalah salah satu yang terdapat pada unsur subjek
suatu tanda klausa Bahasa Melayu Bengkulu. Makna ‘terjumlah’ yahg dimaksud
adalah yang menyatakan jumlah atau banyaknya dari apa yang dinyatakan pada
subjek. Dalam Bahasa Melayu Bengkulu, terdapat beberapa contoh makna
‘terjumlah’ yang menjadi pengisi subjek, yaitu:
- anak orang tuh sebele orang (Anak orang itu sebelas orang)
- metenyo duo orang (Pacarnya dua orang)
- mobil antiknyo ado sepulu bua (Mobil antiknya ada sepuluh buah)
Pada ketiga contoh kalusa diatas, terdapat subjek yang memiliki makna sebagai
‘terjumlah’. Kata anak orang, metenyo, dan mobil antiknyo merupakan hal atau
objek yang dijelaskan jumlah atau kuantitasnya pada klausa tersebut.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai makna makna pengisi subjek pada
klausa Bahasa Melayu Bengkulu, maka dapat disimpulkan bahwa subjek yang
merupakan salah satu unsur utama dalam sebuah klausa memiliki makna pengisi yang
dapat menjadi penjelasan terhadap makna dari keseluruhan klausa. Dalam Bahasa
Melayu Bengkulu, makna pengisi subjek yang terdapat pada klausa yaitu ‘makna
pelaku’, ‘makna alat’, ‘makna sebab’, ‘makna penderita’, ‘makna hasil’, ‘makna
tempat’, ‘makna penerima’, ‘makna pengalaman’, ‘makna dikenal’, dan ‘makna
terjumlah’. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti-peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa terkait makna pengisi suatu unsur
klausa pada Bahasa tertentu. Selain itu juga, penelitian ini diharap mampu untuk
membantu melestarikan serta memperkenalkan Bahasa Melayu Bengkulu melalui
berbagai kajian mengenai bahasa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). ANALISIS KONTRASTIF KLAUSA VERBAL BAHASA
ARAB DAN BAHASA INDONESIA SERTA IMPLIKASINYA DALAM
PENGAJARAN NAHWU. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 11(2), 217.
https://doi.org/10.14421/ajbs.2012.11203
D, F. (2016). KLASIFIKASI DAN ANALISIS KLAUSA BAHASA CULAMBATU
(The Clause Classification and Analysis of Culambatu Language). KANDAI,
12(2), 187–204.
Afnan Arummi, B. S. (2017). KLAUSA VERBAL DALAM CERPEN UCHIBBUKA
KAL-MĀ´I KARYA LĪNA KĪLANĪ: (ANALISIS SINTAKSIS) [Universitas Sebelas
Maret]. https://jurnal.uns.ac.id/cmes/article/view/11724
Aridawati, I. A. P. (2015). TIPE KLAUSA DAN PERILAKU UNSURNYA DALAM
BAHASA SASAK. Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 27(2), 171–183.
Demon, Y. (2017). STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI
SINTAKSIS BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA. Universitas
Udayana.
Diningsih, C. A. (2016). ANALISIS HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM
KALIMAT MAJEMUK SETARA PADA KARANGAN MAHASISWA [Thesis].
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Ekaristianto, F. B. H., & Purnanto, D. (2019). KLAUSA RELATIF BAHASA
INDONESIA: Sebuah Pendekatan Tipologi Sintaksis. Seminar Nasional
Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS) 2019, 216–226.
Kasni, N. W. (2016). KLAUSA KETERANGAN DALAM BAHASA SUMBA
DIALEK WAIJEWA (BSDW). RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, 2(1), 95–109.
Mayasari, D. (2017). Fungsi dan Peran Sintaksis Bahasa Indonesia dalam Rubrik
Deteksi Harian Jawa Pos. SASTRANESIA, 5(3), 1–9.
Mayasari, D., & Ardhana, N. R. (2018). Publikasi Bentuk Fungsi dan Kategori
SintaksisTuturan Masyarakat Manduro sebagai Pendukung Perkembangan
Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
2(1), 54–63. https://doi.org/10.31004/obsesi.v2i1.7
Nurtriputra, I. (2016). TIPE KLAUSA PADA TAJUK RENCANA KOMPAS.
DEIKSIS, 8(1), 86–101.
Putri, R. (2020). STRUKTUR KLAUSA DASAR BAHASA INDONESIA DALAM
SURAT KABAR REPUBLIKA. IMLAH: Islamic Manuscript of Linguistics and
Humanity, 2(1), 12–21.
Rosadi, N. (2018). Proposisi dalam Rancag Si Pitung (Struktur, Makna Predikator, dan
Peran Argumen). DEIKSIS, 10(2), 149–166.
https://doi.org/10.30998/deiksis.v10i02.2343
Syahroni, Abd. W., & Harsono, H. (2019). Aplikasi Penentuan Kategori dan Fungsi
Sintaksis Kalimat Bahasa Indonesia. InfoTekJar (Jurnal Nasional Informatika
dan Teknologi Jaringan), 4(1), 12–20.
https://doi.org/10.30743/infotekjar.v4i1.1537
Vatimah. (2012). KLAUSA NOMINAL BERBAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA
LODANG TAHUN 2011 [Thesis]. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyuni, R. T. (2019). ANALISIS POLA, FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN
SINTAKSIS PADA KALIMAT TUNGGAL DALAM SURAT KABAR HARIAN
KOMPAS SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI SMPANALISIS POLA, FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN
SINTAKSIS PADA KALIMAT TUNGGAL DALAM SURAT KABAR HARIAN
KOMPAS SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI SMP [Thesis]. IKIP PGRI BOJONEGORO.
Wulan, W. (2013). Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra [Thesis]. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Zuliana, I. L. (2017). KLAUSA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK HAMPARAN
PERAK [Thesis]. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Anda mungkin juga menyukai