Disusun oleh:
Oleh:
Kelompok 1
Arlin (220001301044 )
Utari Purwaningsi (220001301042)
Yuni Paliling (220001301043)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Klausa Sematan” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Johar Amir, M.Hum..
selaku dosen pengampu mata kuliah morfosintaksis atas pengetahuan baru
yang kami dapatkan melalui penulisan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
memberikan sumbangan pemikiran dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalusa Sematan ................................................................. 6
B. Bentuk Klausa Sematan ...................................................................... 8
C. Ciri-Ciri Klausa Sematan ..................................................................... 9
D. Tipe Klausa Sematan............................................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Salah satu satuan sintaksis yaitu klausa. Klausa menurut Silitonga (dalam
Sasangka, 2016:7) adalah satuan gramatikal (konstituen) yang terdiri atas sebuah
predikat yang dapat disertai subjek, objek, pelengkap, ataupun keterangan. Ia
menegaskan bahwa hanya klausa digunakan dalam kaitannya dengan pembicaraan
kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Klausa sematan merupakan klausa
yang diselipkan ke dalam kalimat dan memberikan modifikasi kepada salah satu
bagian kalimat itu tanpa mengubah struktur dasarnya (Kridalaksana, dalam
Sasangka, 2016:10).
Sedangkan semantik yang juga merupakan komponen atau cabang ilmu
bahasa yang meneelah tentang makna bahasa. Hal ini senada dengan pendapat
Chaer (2009:2) bahwa semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang
mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Makna merupakan aspek penting dalam
sebuah bahasa karena makna maka sebuah komunikasi dapat terjadi dengan lancar
dan saling mengerti. Semantik dengan objeknya yaitu makna, berada di seluruh atau
di semua komponen, yaitu berada di dalam komponen fonologi, morfologi dan
sintaksis. Jadi, dapat dikatakan bahwa sintaksis dan semantik merupakan
komponen bahasa yang tidak bisa dipisahkan. Kridalaksana (1976:35-36)
mengemukakan bahwa struktur semantis dan struktur sintaksis bersifat homogen.
Kalau sintaksis akan diteliti, semantik juga harus diselidiki karena keduanya
adalah satu. Keduanya seharusnya diselidiki bersama-sama (sekaligus). Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan semantis atau makna dari salah satu
satuan sintaksis yaitu klausa sematan dalam bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, makarumusan masalah
dalam makalah ini adalah.
1. Apa yang dimaksud dengan klausa sematan?
2. Bagaimanakah Bentuk Klausa Sematan?
3. Bagaimanakah Ciri-Ciri Klausa Sematan?
4. Bagaimanakah Tipe Klausa Sematan?
5
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian klausa sematan.
2. Untuk mngetahuai bentuk klausa sematan .
3. Untuk mengetahui ciri-ciri klausa sematan.
4. Untuk mengetahui tipe klausa sematan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
subordinatif dan klausa relatif. Klausa subordinatif dapat menduduki fungsi
sintaksis tertentu dan dapat diubah-ubah letaknya sesuai dengan fungsi sintaksis
yang disandangnya, sedangkan klausa relatif tidak dapat menduduki fungsi sintaksis
tertentu. Klausa ini hanya menjadi atribut dalam frasa nominal sehingga letaknya
tetap dan tidak dapat diubah-ubah (Sasangka, 2016:8-9).
Beralih pada klausa sematan, Samsuri (dalam Sasangka, 2016) menyebut
klausa sematan dengan istilah klausa relatif. Menurutnya, klausa relatif adalah
kalimat dasar yang menjadi kalimat pemadu dalam kalimat rumit, yang subjeknya
berubah menjadi partikel yang karena identik dengan sebuah frasa nominal (FN) itu.
Berbeda dengan Samsuri, Kridalaksana (dalam Sasangka, 2016) membedakan
antara klausa sematan dan klausa relatif. Klausa sematan atau klausa parentetis
(embedded clause) merupakan klausa yang diselipkan ke dalam kalimat dan
memberikan modifikasi kepada salah satu bagian kalimat itu tanpa mengubah
struktur dasarnya, sedangkan klausa relatif (relative clause) merupakan klausa
terikat yang diawali oleh pronomina relatif yang dan menurut Silitonga (dalam
Sasangka, 2016) klausa relatif tidak dapat berfungsi sebagai subjek atau objek sebab
klausa itu hanya menerangkan nomina atau frasa nominal.
Sejalan dengan Kridalaksana dan Silitonga di atas, Alwi et al. (dalam
Sasangka, 2016) menyatakan bahwa klausa yang ... yang digunakan untuk
memperluas klausa utama disebut klausa sematan. Klausa sematan berfungsi
sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu.
Dalam bahasa Indonesia, klausa sematan dintandai oleh pronomina relatif
yang ... yang menempel pada nomina atau frasa nominal yang berada di sebelah
kirinya. Tanpa nomina atau frasa nominal yang mendahului, konstituen yang +
verba, yang + nomina, yang + adjektiva, yang + numeralia tidak dapat disebut
sebagai klausa sematan. Klausa sematan tidak dapat berfungsi sebagai inti frasa
nominal, tetapi hanya berfungsi sebagai atribut atau pewatas frasa nominal sebab
klausa sematan hanya merupakan sematan atau sisipan (Sasangka, 2016:12)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
klausa sematan adalah suatu klausa yang ditandai oleh pemakaian pronomina relatif
yang ... yang diselipkan ke dalam frase nominal untuk memperluas klausa utama
(dalam suatu kalimat), sehingga menjadi bagian integral frase tersebut dan
8
memberikan modifikasi kepada salah satu bagian kalimat itu tanpa mengubah
struktur dasarnya dan sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu.
(2) Di dalam pertemuan itu, DPR hanya berfungsi sebagai fasilitator yang
berupaya mempertemukan kedua pihak agar pemogokan tidak berlannjut
dan perusahaan tidak menanggung rugi.
Semua semua bentuk klausa sematan di atas, baik kluasa sematan restriktif,
maupun klausa takrestriktif; baik yang berfungsi sebagai pewatas maupun yang
berfungsi sebagai atribut frasa nominal; serta baik klausa sematan itu berfungsi
sebagai pewatas subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan akan
dibahas dalam makalah ini.
9
C. Ciri Klausa Sematan
1. Berfungsi sebagai atribut dalam frasa nominal
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa klausa sematan adalah klausa yang
disematkan dalam frasa nominal yang menduduki fungsi sintaksis tertentu dan
menjadi bagian integral frasa tersebut. Ciri pertama klausa sematan sebagai
atribut dalam frasa nominal tampak pada contoh berikut.
(1) Akhirnya Srinil yang cantik itu harus dirawat di rumah sakitjiwa.
(2) Makalah ini merupakan hasil penelitian yang saya lakukan
pada tahun 1996.
(3) Dalam persidangan pagi tadi, wanita dari Sukoharjo itu menjadi
tertuduh yang dijatuhi hukuman mati.
Konstituen yang cantik pada frasa nominal Srinil yang cantik itu dalam
kalimat (1) di atas merupakan klausa sematan yang berfungsi sebagai atribut
nomina di sebelah kirinya, yaitu Srinil. Konstituen yang saya lakukan pada
frasa nominal hasil penelitian yang saya lakukan dalam kalimat (2) di atas juga
merupakan klausa sematan yang berfunsi sebagai atribut nomina di sebelah
kirinya, yaitu hasil penelitian. Demikian pula yang dijatuhi hukuman mati
dalam kalimat (3) juga merupakan klausa sematan yang berfungsi sebagai
atribut nomina di sebelah kirinya, yaitu tertuduh. Butir tertuduh pada
kalimat (3) di atas bukan merupakan kata kerja, melainkan kata benda. Kata
tertuduh sebagai kata benda yang bermakna ‘orang yang dituduh’ sering
digunakan dalam ragam hukum. Amatilah diagram pohon berikut.
10
2. Mempunyai letak yang tegar
Klausa sematan mempunyai letak yang tegar, artinya klausa tersebut tidak
dapat diubah-ubah posisinya. Ciri kedua klausa sematan yang mempunyai letak
yang tegar tersebut tampak pada contoh berikut.
(1) Srinil yang sedang menari itu tiba-tiba pingsan di atas panggung.
(2) Yang sedang menari Srinil itu tiba-tiba pingsan di atas panggung.
Konstituen yang sedang menari pada Srinil yang sedang menari itu tiba-
tiba pingsan di atas panggung pada (1) merupakan klausa sematan dan
berfungsi sebagai atribut frasa nominal, sedangkan yang menari pada (2) setelah
diubah letaknya ke depan, kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak
berterima. Hal itu membuktikan bahwa klausa sematan tidak dapat diubah-ubah
letaknya. Klausa itu harus selalu menempel di sebelah kanan nomina dan
menjadi pewatas atau atribut pada frasa nominal itu.
3. Menggunakan relator yang
Ciri ketiga dari klausa sematan adalah digunakannya pronomina yang
sebagai penghubung, tanpa pronomina yang, nomina yang telah disebut
sebelumnya, tidak bisa dihubungkan dengan klausa relatif. Ciri ketiga ini
tampak pada contoh berikut.
11
D. Tipe Klausa Sematan
Sasangka (2016:261) mengklasifikasi tipe klausa sematan berdasarkan jumlah
predikatnya menjadi dua, yaitu (1) klausa sematan berpredikat satu (tunggal) dan (2)
klausa sematan berpredikat lebih dari satu. Kedua hal tersebut akan diuraikan
berikut ini.
1. Tipe Klausa Sematan Berpredikat Satu (Tunggal)
Berdasarkan jenis predikatnya, klausa sematan berpredikat tunggal dalam
bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu klauasa sematan
yang bertipe (1) yang + verba/frasa verbal, (2) yang + nomina/frasa nominal,
(3) yang + adjektiva/frasa adjektiva, (4) yang + frasa preposisional, dan (5)
yang +numerilia/frasa numeral. Kelima tipe klausa tersebut dibicarakan dalam
uraian berikut.
a. Klausa Sematan Bertipe yang + verba/frasa verbal
Data klausa sematan bertipe yang + verba / frasa verbal
jumlahnya sangat melimpah. Amatilah beberapa data berikut.
12
Klausa sekurang-kurangnya terdiri atas predikat dan dalam bahasa
tulis klausa sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
Sehubungan dengan itu, jika berada, sedang dimasak, sedang duduk,
terdapat dan diproduksi menjadi predikat klausa relatif kalimat (1-5) di atas,
konstituen yang menjadi subjek klausa relatif tersebut adalah relator yang,
yaitu yang yang mendahului verba yang berfungsi sebagai predikat klausa
relatif. Pemunculan relator yang pada kalimat tersebut merupakan suatu
keharusan sebab prinsip yang terdapat dalam transformasi adalah sebagai
berikut. Jika subjek dasar kalimat sematan dan subjek kalimat matriks (induk
kalimat) itu sama, salah satu harus dilesapkan dan jika kedua klausa tersebut
dipadukan melalui penyematan, konstituen yang dilesapkan itu harus diganti
dengan pronomina persona yang. Akibatnya, kalimat dasar yang disematkan
dalam kalimat matriks berubah fungsinya menjadi atribut salah satu fungsi
sintaksis kalimat matriks. Sehubungan dengan itu, kalimat (6-10) di atas
dapat diuraikan menjadi sebagai berikut.
(1) a. Perusahaan asing menunda investasi karena ketidakpastian hukum
dan ketiadaan jaminan kemanan.
b. Perusahaan asing berada di Indonesia.
(2) a. Ramuan itu akan digunakan sebagai obat penghancur batu ginjal.
b. Ramuan sedang dimasak.
(3) a. Bocah-bocah Afganistan itu sedang menyaksikan anggota milisi
Taliban
b. Bocah-bocah Afganistan sedang duduk di jalan.
(4) a. Jumlah virus HIV akan cepat menyebar ke seluruh tubuh dalam
waktu yang relatif pendek.
b. Jumlah virus HIV terdapat dalam diri si penderita.
(5) a. Air mineral ini bersumber dari air gunung bukan dari sumur artetis
seperti dugaan kebanyakn orang.
b. Air mineral diproduksi perusahaan.
13
Untuk memperjelas uraian di atas perhatikanlah diagram pohonseperti
yang tampak berikut ini.
Klausa sematan bertipe yang + verba ini tidak hanya dapat menjadi
atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek, tetapi juga dapat
menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai predikat, objek,
pelengkap, dan/ atau keterangan. Kalimat (6-10) di atas merupakan contoh
subjek yang berupa frasa nominal yang beratribut klausa yang + verbal,
sedangkan frasa nominal beratribut klausa yang + verbal yang menduduki
fungsi selain subjek tampak pada beberapa uraian berikut ini.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa klausa sematan
yang menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek cenderung
berbentuk klausa relatif restriktif karena klausa sematan tersebut berfungsi
sebagai pembatas, yaitu sebagai identifikasi anteseden yang berada di
sebelah kirinnya.
14
1) Predikat Berupa Frasa Nominal Beratribut Klausa Sematan yang +
Verba
Klausa sematan dalam bahasa Indonesia dapat menjadi keterangan
predikat, tetapi syaratnya predikat itu harus berupa nomina atau frasa
nominal sehingga klausa sematan tersebut tetap menjadi atribut nomina
yang berada di sebelah kirinya. Perhatikan beberapa contoh berikut.
15
Karena ada dua unsur yang sama- yaitu Pak Karjo, Budi, dan
anggota FPP–salah satu unsur yang sama itu wajib dielipskan dan
diganti dengan relator yang sehingga Pak Karjo pada kemakanakan Pak
Karjo pada klausa utama berfungsi sebagai atribut frasa nominal yang
berfungsi sebagai predikat, dalam klausa sematan, Pak Karjo yang
disulih dengan yang berfungsi sebagai subjek Budi pada orang tua Budi
yang pada klausa utama berfungsi sebagai atribut frasa nominal yang
berfungsi sebagai predikat, dalam klausa sematan, Budi yang disulih
dengan yang berfungsi sebagai subjek. Demikian pula konstituen
anggota FPP yang pada klausa utama berfungsi sebagai predikat
nomina. Pada klausa sematan, anggota FPP yang disulih dengan yang
berfungsi sebagai subjek. Jika contoh (3) di atas dibuatkan diagram
pohon, diagram itu tampak sebagai berikut.
16
2) Objek Berupa Frasa Nominal Beratribut Klausa Sematan yang +
Verba
Objek yang berupa frasa nominal yang beratribut klausa sematan
yang + verba dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.
Karena ada dua unsur yang sama – yaitu sebuah ponsel pada (1),
empat hal pada (2), dan Srinil pada (3) salah satu unsur yang sama itu
wajib dielipskan dan diganti dengan relator yang sehingga sebuah ponsel
yang semula berfungsi sebagai objek pada klausa utama, pada klausa
sematan sebuah ponsel itun yang kemudia disulih dengan yang,
berfungsi sebagai subjek; empat hal yang semula berfungsi sebagai objek
pada klausa utama, pada klausa sematan empat hal itu, yang kemudian
disulih dengan yang, berfungsi sebagai subjek. Demikian pula konstituen
17
Srinil yang pada klausa utama berfungsi sebagai objek, pada klausa
sematan Srinil, yang kemudian disulih dengan yang, berfungsi sebagai
subjek. Salah satu contoh kalimat (3) di atas jika dibuatkan diagram
pohon tampak seperti berikut.
18
(1) Dia menganggap Tuti wanita brengsek yang tidak mempunyai
pendirian.
(2) Suparno perneah dipukul orang gila yang sedang duduk di tengah
jalan itu.
(3) Pak Surdiyono menghadiahi anak buahnya batu cincin yangdibeli
di Banjar Baru, Banjarmasin.
19
sematan konstituen itu disulih dengan yang dan berfungsi sebagai subjek.
Jika salah satu contoh tersebut dibuatkan diagram pohon akan tampak
seperti berikut.
20
(1) Bapak dan ibu akan datang pada hari Ahad yang bertepatan dengan
ulang tahunku.
(2) Tamu undangan akan dihibur dengan musik campur sari
yang didatangkan dari Surakarta.
(3) Pasukan Mujahid Indonesia memasuki Afganistan melalui kota
Kandhahar yang dikenal sebagai daerah tak bertuan.
21
b. Klausa Sematan Bertipe yang + nomina/frasa nominal
Klausa sematan bertipe yang + nomina/frasa nominal dapatdilihat
pada data berikut.
(1) Permadi yang paranormal itu paling aktif memberikan sumbang saran
dalam setiap sidang antarfaksi di MPR.
(2) Karena sudah tidak tahan, istrinya yang pemboros itu akhirnya
diceraikannya.
(3) Robet Sirait yang pemborong komputer itu harus berurusandengan polisi.
(4) Gogon yang pelawak Sri Mulat itu kemarin mengobati orang sakit di
Blok M Plaza.
(5) Hang Tuah yang pahlawan dari tanah melayu itu pernah menghadap
Raja Majapahit.
22
(1) a. Permadi itu paling aktif memberikan sumbangan saran
dalam setiap sidang antarfaksi di MPR.
b. Permadi (itu) paranormal.
(2) a. Karena sudah tidak tahan, istrinya itu akhirnya
diceraikannya.
b. Istrinya (itu) pemboros.
(3) a. Robet Sirait itu harus berurusan dengan polisi.
b. Robet Sirait (itu) pemborong komputer.
(4) a. Gogon itu kemarin mengobati orang sakit di Blok M
b Plaza.
b. Gogon itu pelawak Sri Mulat.
(5) a. Hang Tuah itu pernah menghadap Raja Majapahit.
b. Hang Tuah itu pahlawan dari tanah Melayu.
Klausa sematan bertipe yang + nomina ini tidak hanya dapat menjadi
atribut frasa nomina yang berfungsi sebagai subjek, tetapi juga dapat
menjadi atribut frasa nomina yang berfungsi sebagai objek. Kalimat (1-5) di
atas merupakan contoh subjek yang berupa frasa nomina yang beratribut
klausa sematan yang + nomina, sedangkan frasa nominal beratribut klausa
yang + nomina yangmenduduki fungsi objek tampak pada contoh berikut.,
23
(6) Bu Warni sedang memarahi anaknya yang pemabok.
(7) Pak Samego akan menitipkan putrinya yang pemalu itu kepondok
pesantren.
(8) Menteri Kesehatan menelepon Mandra yang pelawak ituuntuk
berkampanye imunisasi lewat TVRI.
Tampak bahwa yang pemabok pada (6), yang pemalu pada (7), dan
yang pelawak pada (8) merupakan klausa sematan yang bertipe yang +
nomina yang berfungsi sebagai atribut frasa nominal dan frasa nominal itu
berfungsi sebagai objek. Sementara itu, predikat pada klausa sematan dalam
kalimat (6-8) di atas semuanya juga berupa nomina, yaitu pemabok pada (6),
pemalu pada (7), dan pelawak pada (8).
Klausa sematan yang bertipe yang + nomina tampaknya hanya dapat
menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek atau objek,
sedangkan fungsi lain, seperti predikat, pelengkap, atau keterangan tidak
dapat dilekati klausa tipe ini. Cermatilah beberapa contoh berikut.
(9) a. *Wanita itu guru tari yang guru musik.
b. *Lelaki itu pegawai negeri yang pengojek.
(10) a. *Darniyar memberi kekasihnya sepatu yang kulit.
b. *Anaknya terserempet mobil yang sedan.
(11) a. *Mertuanya baru saja pulang dari Solo yang kota kerajaan.
b. *Santiko pergi ke Bogor yang kota hujan.
24
c. Klausa Sematan Bertipe yang + adjektiva/frasa adjektival
Klausa sematan bertipe yang + adjektiva/ frasa adjektival dapat
dilihat pada beberapa data berikut.
(1) Wanita yang galak itu kemarin terpeleset ketika akanmenaiki tangga
kantor.
(2) Lukisan Affandi yang indah itu akan dilelang di PasarSeni, Ancol.
(3) Sepatu fantofel yang bagus itu buatan Tanggulangi,Sidoarjo bukan
buatan Cibaduyut, Bandung.
(4) Buah yang masih kecil ini bias rusak jika terkena hujan terus
menerus.
(5) Jual beli barang yang belum jelas itu dilarang oleh ajaran agama kami..
Tampak bahwa konstituen yang galak pada kalimat (1), yang indah
pada kalimat (2), yang bagus pada kalimat (3), yang masih kecil pada
kalimat (4), dan yang belum jelas pada kalimat (5) merupakan klausa
sematan yang menjadi atribut nomina atau frasa nominal di sebelah kirinya.
Sementara itu, butir galak (1), indah (2), bagus (3), masih kecil (4), dan
belum jelas (5) merupakan adjektival yang berfungsi sebagai predikat dalam
klausa sematan tersebut, sedangkan yang menjadi subjek klausa sematan
pada contoh di atas adalah sama dengan subjek dalam klausa utama. Karena
sama, subjek pada klausa sematan tersebut disulih dengan relator yang.
Pemunculan relator yang pada kalimat tersebut juga merupakan suatu
keharusan sebab jika terdapat unsur yang sama antar kalimat sematan dan
kalimat utama atau kalimat matriks, salah satu unsur yang sama itu harus
dilesapkan. Jika kedua klausa tersebut dipadukan melalui penyematan,
konstituen yang dilesapkan itu harus diganti dengan pronominal persona
yang. Akibatnya, kalimat yang disematkan dalam kalimat yang lain itu
berubah fungsinya menjadi atribut. Untuk memperjelas uraian di atas,
berikut disajikan diagram pohon dari salah satu contoh di atas.
25
Klausa sematan bertipe yang + adjektiva ini tidak hanya dapat menjadi
atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek, tetapi juga dapat
menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai predikat, objek,
pelengkap, dan/atau keterangan. Kalimat (1-5) di atas merupakan contoh
subjek yang berupa frasa nominal yang beratribut klausa sematan yang +
adjektiva, sedangkan frasa nominal beratribut klausa yang + adjektiva yang
menduduki fungsi lain akan diuraikan berikut ini.
Berdasarkan analisis terhadap beberapa contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa klausa sematan yang + adjectival yang menjadi atribut
frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek cenderung berbentuk klausa
relative restriktif karena klausa sematan tersebut berfungsi sebagai pembatas
anteseden yang berada di sebelah kirinya.
1) Predikat Berupa Frasa Nominal Beratribut Klausa Sematan yang
+ adjektiva
Di bawah ini disajikan beberapa data kalimat yang predikatnya
berupa frasa nominal yang beratribut klausa sematan yang + adjektiva.
(1) Ayahnya itu dalang wayang kulit yang sangat terkenal.
(2) Hartini ini karyawan Pemda DKI yang paling santun.
(3) Dahulu Amran Halim itu kepala Pusat Bahasa yang
bersahaja.
Tampak bahwa konstituen yang sangat terkenal pada (1), yang
paling santun pada (2), dan yang bersahaja pada (3) merupakan klausa
sematan yang menjadi atribut nomina atau frasa nominal. Atribut dalam
suatu frasa biasanya juga berfungsi sebagai pewatas sehingga klausa
26
sematan pada (1) mewatasi frasa nominal wayang kulit, klausa sematan
pada (2) mewatasi frasa nominal Pemda DKI, dan klausa semata pada (3)
mewatasi nomina kepala Pusat Bahasa. Nomina atau frasa nominal
berpewatas klausa sematan itu di dalam ketiga kalimat tersebut berfungsi
sebagaipredikat.
Sementara itu, predikat klausa sematan itu sendiri berupa adjektiva
atau frasa adjectival, yaitu sangat terkenal, paling santun, dan bersahaja,
sedangkan subjek pada klausa sematan berupa relator yang. Relator
yang muncul sebagai pengganti unsur yang sama, yaitu dalang wayang
kulit, Pemda DKI, dan kepala Pusat Bahasa. Salah satu unsur yang sama
itu wajib dielipskan dan diganti dengan relator yang sehingga dalang
wayang kulit, Pemda DKI, dan kepala Pusat Bahasa yang pada mulanya
berfungsi sebagai predikat dalam klausa utama, berubah fungsi menjadi
subjek dalama klausa sematan tersebut dapat berfungsi sebagai subjek.
Kalimat (1a–1b) sampai dengan (3a–3b) di atas sebenarnya terdiri atas
kalimat berikut.
27
Berdasarkan analisis terhadap beberapa contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa klausa sematan yang + adjektiva/frasa adjektival
yang menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai predikat
cenderung berbentuk klausa relative takrestriktif karena klausa sematan
tersebut berfungsi sebagai keterangan tambahan pada nomina atau frasa
nominal yang berada di sebelah kirinya.
2) Objek berupa frasa nominal beratribut klausa sematan yang +
adjektiva
Di bawah ini disajikan beberapa kalimat yang objeknya berupa
frasa nomina yang beratribut klausa sematan yang + adjektiva.
28
disimpulkan bahwa klausa sematan yang + adjektiva/frasa adjektival
yang menjadi atribut frasa nomina yang berfungsi sebagi objek
cenderung berbentuk klausa relative takrestriktif karena klausa
sematan tersebut berfungsi sebagai keterangan tambahan pada nomina
atau frasa nominal yang berada di sebelah kirinya.
3) Pelengkap Berupa Frasa Nominal Beratribut Klausa Sematan yang
+ adjektiva
Dibawah ini disajikan beberapa data kalimat yang ojeknya
berupa frasa nominal beratribut klausa sematan yang + adjektiva.
(1) Sepuluh tahun lagi Indonesia akan menjadi Negara yang paling
miskin jika krisis multidimensi ini tidak segera di atasi.
(2) Indonesia termasuk Negara miskin yang rendah pendapatan
perkapitannya.
(3) (Bapakmu menuduh Pah Suparto lurah yang korup.
29
Berdasarkan analisis terhadap beberapa contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa klausa sematan yang + adjektiva/frasa adjektival
yang menjadi atribut frasa nomina yang berfungsi sebagai pelengkap
dapat berbentuk klausa relatif restriktif seperti contoh (1) dan dapat pula
berbentuk klausa sematan takresrektif seperti contoh (2) dan (3). Hal ini
disebabkan klausa sematan pada (1) menjadi pewatas nomina di sebelah
kirinya, sedangkan klausa sematan pada (2) dan (3) menjadi keterangan
tambahan pada nomina yang berada di sebelah kirinya.
4) Keterangan Berupa Frasa Nominal Beratribut KlausaSematan yang
+ adjektiva
Keterangan dalam bahasa Indonesia yang berupa frasa nominal
yang beratribut klausa sematan yang + adjektiva dapat dilihat pada
beberapa contoh berikut.
(1) Dengan komputer yang paling canggih, virus HIV dapat dideteksi
secara cepat.
(2) Di tanah lapang yang luas rumput tampak kering sepanjang musim
kemarau.
(3) Penduduk segera diungsikan ke daerah Purworejo yanglebih aman.
Tampak bahwa yang paling canggih pada (1), yang luas pada
(2), dan yang lebih aman pada (3) merupakan klausa sematan. Klausa sematan
pada (1) mewatasi nomina komputer, klausa sematan pada (2) mewatasi nomina
30
tanah lapang, dan klausa sematan pada (3) mewatasi nomina daerah
Purworejo. Nomina berpewatas klausa sematan itu kemudian bergabung
dengan preposisi dan membentuk frasa preposisional. Di dalam frasa
preposisional, nomina beratribut klausa sematan tadi menjadi poros preposisinya
menjadi perangkai. Frasa preposisi itulah yang kemudian berfungsi sebagai
keterangan.
Sementara itu, predikat dalam klausa sematan di atas semuanya
berupa adjektiva atau frasa adjektival, yaitu paling canggih, luas, dan
lebih aman, sedangkan yang menjadi subjek klausa sematan pada contoh
di atas adalah sama dengan poros dalam frasa preposisional karena
terdapat unsur yang sama, subjek pada klausa sematan tersebut disulih
dengan relator yang. Pemunculan relator yang pada kalimat tersebut
merupakan suatu keharusan sebab selain berfungsi sebagai subjek dalam
klausa sematan, yang juga berfungsi sebagai penghubung antara klausa
utama dan klausa sematan. Untuk mempermudah pemahaman, bagan
berikut
31
sebelah kirinya, sedangkan klausa sematan pada (3) menjadi
keterangan tambahan pada nomina yang berada di sebelah kirinya.
32
Klausa sematan bertipe yang + frasa preposisional ini tidak hanya
dapat menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek, tetapi
juga dapat menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai predikat,
objek, pelengkap, dan / atau keterangan. Kalimat (1-5) di atas merupakan
contoh subjek yang berupa frasa nominal yang beratribut klausa sematan
yang + frasa preposisional, sedangkan frasa nominal berartribut klausa yang
+ frasa preposisional yang menduduki fungsi lain akan diuraikan sebagai
berikut ini.
Berdasarkan analisis terhadap beberapa contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa klausa sematan yang + frasa preposisional yang menjadi
atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek cenderung bebentuk
klausa relative restriktif karena klausa sematan tersebut menjadi pewatas
nomina di sebelah kirinya.
1) Predikat Berupa Frasa Nominal Beratribut Klausa Sematan yang
+ frasa preposisional.
Predikat dalam bahasa Indonesia yang berupa prasa nominal yang
beratribut klausa sematan yang + frasa preposisional dapat dilihat pada
beberapa contoh berikut.
(1) Jumiyati dan Ronaldo ini cucu Pak Jayus yang dari
Jakarta.
33
(2) Suprihono itu karyawan teladan yang dari Medan,
sedangkan karyawan teladan masih dalam perjalanan.
(3) Ponsel ini pemberian kakaknya yang di Menteng.
Tampak bahwa yang dari Jakarta pada (1), yang dari Medan
pada (2), dan yang di Menteng pada (3) merupakan klausa sematan yang
bertipe yang + frasa preposisional. Klausa-klausa sematan tersebut
berfungsi sebagai atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai predikat.
Atribut dalam suatu frasa biasanya juga sekaligus mewatasi konstituen
yang menjadi inti frasa. Oleh karena itu, tidak aneh jika atribut yang
berupa klausa sematan pada (1) mewatasi cucu Pak Jayus, klausa
sematan pada (2) mewatasi karyawan teladan, dan klausa sematan pada
(3) mewatasi pemberian kakaknya.
Predikat klausa sematan dalam (1-3) di atas semuanya berupa prasa
preposisional, yaitu dari Jakarta, dari Medan, dan di Menteng.
Sementara itu, yang menjadi subjek klausa sematan pada contoh di atas
adalah sama dengan predikat dalam klausa utama. Karena terdapat unsur
yang sama, subjek pada klausa sematan tersebut disulih dengan relator
yang. Pemunculan relator yang pada kalimat tesebut selain berfungsi
sebagai penghubung antara klausa utama dan klausa sematan. Untuk
mempermudah pemahaman, bagan berikut diharapkan dapat
memperjelas uraiandi atas.
34
Berdasarkan analisis terhadap beberapa contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa klausa sematan yang + frasa preposisional yang
menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai predikat dapat
berbentuk klausa relatif takrestriktif seperti contoh (1) dan (3)serta dapat
pula bebentuk klausa sematan reskriktif seperti contoh (2). Hal itu
disebabkan klausa sematan pada (1) dan (3) menjadi keterangan
tambahan pada nomina di sebelah kirinya, sedangkan klausa sematan
pada (2) menjadi pewatas nomina di sebelah kirinya.
2) Objek Berupa Frasa Nominal Beratribut Klausa Sematan yang +
frasa preposisional.
Objek dalam kalimat bahasa Indonesia yang berrupa frasa nominal
yang beratribut klausa sematan yang + frasa preposisional dapat dilihat
pada beberapa contoh berikut.
(1) Si Mahmud akan menjual printer Epson LX 800 yang di atas
meja itu.
(2) Waluyo akan menyerahkan buku yang di dalam dus ini kepada
perpustakaan, sedangkan yang di dalam fail akan diberikan
kepada Pak Umar.
(3) Direktur Coca Cola akan menandatangani surat-surat
yang di dalam tas ini di depan notaris.
Tampak bahwa yang di atas meja pada (1), yang di dalam dus
pada (2), dan yang di dalam tas pada (3) merupakan klausa sematan yang
bertipe yang + frasa preposisional. Klausa-klausa sematan tersebut
berfungsi sebagai atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai objek.
Atribut dalam frasa biasanya juga sekaligus , mewatasi konstituen yang
menjadi inti frasa. Oleh karena itu, tidak aneh jika atribut yang berupa
klausa sematan pada (2) mewatasi buku dan klausa sematan pada
(3) mewatasi surat-surat.
Predikat klausa sematan dalam (1-3) di atas semuanya berupa frasa
preposisional, yaitu di atas meja, di dalam tas, dan di dalam tas.
Sementara itu, yang menjadi subjek klausa sematan pada contoh di atas
adalah sama dengan objek dalam klausa utama. Karena terdapat unsur
yang sama, subjekn pada klausa sematan tersebut disulih dengan relator
yang. Pemunculan relator yang pada kalimat tersebut selain berfungsi
35
sebagai subjek dalam klausa relative, juga berfungsi sebagai penghubung
antara klausa utama dan kalusa sematan. Untuk mempermudah
pemahaman, bagan berikut diharapkan memperjelas uraian di atas.
36
(3) Daryanti diharapkan adik-adiknya yang di Sumedang
pulang ke kampung.
Tampaknya bahwa yang di Solo pada (1), yang di Semarang pada
(2), dan yang di Sumedang pada (3) merupakan klausa sematan yang bertipe
yang + frasa preposisional. Klausa-klausa sematan tersebut berfungsi sebagai
atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai pelengkap. Atribut dalam frasa
biasanya jugasekaligus mewatasi konstituen yang menjadi inti frasa. Oleh karena
itu, tidak aneh jika atribut yang berupa klausa sematan pada (1) mewatasi tulang
punggung keluarganya, klausa sematan pada 27) mewatasi ibunya, dan klausa
sematan pada (3) mewatasi adik-adiknya.
Predikat klausa sematan dalam (1-3) di atas semuanya berupa frasa
preposisional, yaitu di Solo, di Semarang, dan di Sumedang. Sementara
itu, yang menjadi subjek klausa sematan pada contoh di atas adalah sama
dengan pelengkap dalam klausa utama. Karena terdapat unsur yang sama,
subjek pada klausa sematan tersebut disulih dengan relator yang.
Pemunculan relator yang pada kalimat tersebut selain berfungsi sebagai
subjek dalam klausa sematan, juga berfungsi sebagai penghubung antara
klausa utama dan klausa sematan. Untuk mempermudah pemahaman,
bagan berikut diharapkan dapat memperjelas uraian di atas.
Berdasarkan analisis terhadap beberapa contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa klausa sematan yang + frasa preposisional yang
menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai pelengkap cenderung
berbentuk klausa relative takreskriptif karena klausa tersebut menjadi
keterangan tambahan pada nomina di sebelah kirinya.
Klausa sematan yang bertipe yang + farasa preposisional yang
menjadi atribut frasa nominal yang berfungsi sebagai subjek, predikat,
objek, dan pelengkap, sedangkan fungsi keterangan tidak dapat dilekati
klausa relative tipe ini. Cermatilah beberapa contoh berikut.
(4) *Badan Bahasa berada di Rawamangun yang di samping
kampus UNJ.
(5) *Maryani akan datang besok pagai yang dari
Jatinegara.
(6) *Rumah orang tuanya menghadap ke utara yang di Pekalongan.
(2) a1. Lingkungan yang bersih seperti ini menggambarkan ciri hidup
orang bermain.
a2. Lingkungan yang rapi seperti ini menggambarkan cirihidup
orang beriman
b1. Tubuh yang kokoh itu suatu saat akan mati dan dibalut kain
kafan.
b2. Tubuh yang kuat itu suatu saat akan mati dan dibalut kain
kafan.
Klausa sematan koordinatif tipe ini juga dapat menjadi atribut frasa nominal
yang berfungsi sebagai objek. Berikut disajikan beberapa contoh.
(3) a. Yayasan Tunas Bangsa akan mendirikan gedung yang besar dan
megah di daerah Bulak Kapal.
b. Lelaki itu telah lama merindukan gadis yang cantik dan
lemah lembut.
Tampak bahwa yang besar dan megah pada (3a) dan yang cantik dan lemah
lembut pada (3b) merupakan klausa sematan yang bertipe yang + klausa
koordinatif. klausa sematan koordinatif tersebut berfungsi sebagai atribut frasa
nominal yang berfungsi sebagai objek. Atribut yang berupa klausa sematan pada
(3a) dan (3b) mewatasi nomina di sebelah kirinya, yaitu mewatasi gedung dan
gadis.
Predikat klausa sematan koordinatif dalam (3a-3b) di atas semuanya berupa frasa
adjektival, yaitu besar dan megah serta cantik dan lemah lembut. Sementara itu yang
menjadi subjek klausa sematan pada contoh di atas adalah sama dengan objek dalam pada
klausa sematan disulih dengan relator yang. Pemunculan relator yang pada kalimat
tersebut selain berfungsi sebagai penghubung antara klausa utama dan klausa sematan.
Kalimat (3a) dan (3b) sebenarnya merupakan gabungan kalimat berikut.
Tampak bahwa yang baik dan bijaksana pada (5a) dan yang aman dan tertib
pada (5b) merupakan klausa sematan yang bertipe yang + klausa koordinatif.
klausa sematan koordinatif tersebut berfungsisebagai pelengkap. Atribut dalam
frasa biasanya juga sekaligus mewatasi konstituen yang menjadi inti frasa. Oleh
karena itu, tidak aneh jika atribut yang berupa klausa sematan pada (5a) dan (5b)
pemimpin dan masyarakat. Predikat klausa semtan koordinatif dalam (5a-5b) di
atas semuanya berupa adjektiva, yaitu baik dan bijaksana serta aman dan tertib.
Sementara itu, yang menjadi subjek klausa sematan pada contoh di atas adalah
sama dengan pelengkap dan klausa subordinatif pada (5a) dan sama dalam pelengkap
kalausa utama. Karena terdapat unsur yang sama, subjek pada klausa sematan tersebut
disulih dengan relator yang. Pemunculan relator yang pada kalimat tersebut selain
berfungsi sebagai penghubung antara klausa utama dan klausa sematan. Kalimat (5a) dan
(5b) sebenarnya merupakan gabungan kalimat berikut.
(6) a1. Agar kelak menjadi pemimpin yang baik, saudara harus
bersungguh – sungguh dalam menuntut ilmu.
a2. Agar kelak menjadi pemimpin yang bijaksana, saudara harus
bersungguh – sungguh dalam menuntut ilmu.
b1. Masyarakat yang telah terbiasa berdisiplin akan menjadi
masyarakat yang aman.
b2. Masyarakat yang telah terbiasa berdisiplin akan menjadi
masyarakat yang tertib.
Untuk mempermudah pemahaman, bagan berikut di harapkan
dapat memperjelas uraian di atas.
A. Kesimpulan
Klausa sematan yang merupakan klausa yang ditandai dengan pronomina relatif
yang ... yang diselipkan ke dalam frase nominal untuk memperluas klausa utama (dalam
suatu kalimat), sehingga menjadi bagian integral frase tersebut dan memberikan
modifikasi kepada salah satu bagian kalimat itu tanpa mengubah struktur dasarnya dan
sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu. Berdasarkan bentuknya, klausa sematan
dibagi menjadi dua. Pertama klausa sematan yang berfungsi sebagai pewatas (restriktif).
Kedua, klausa sematan yang berfungsi sebagai atribut atau penjelas (takrestriktif) Klausa
sematan memiliki tiga ciri yaitu (1) berfungsi sebagai atribut dalam frasa nominal (2)
mempunyai letak yang tegar (3) menggunakan relator yang. Sementara itu, tipe-tipe
klausa sematan secara garis besar dibagi menjadi empat bagian yaitu (1) klausa sematan
berpredikat satu (tungal) (2) tipe klausa sematan berpredikat lebih dari satu (jamak), (3)
klausa sematan pada klausa koordinatif dan (4) klausa sematan pada klausa
subkoordinatif. Demikian yang menjadi garis besar dari materi klausa sematan.
B. Saran
Klausa sematan ini menarik, sebab tidak banyak dipelajari di strata satu dan juga
dikaji secara umum di dalam kajian sintaksis. Kajian tentang klausa sematan ini menjadi
kajian yang mengarahkan pembaca untuk menjadi ahli bahasa terutama di dalam kajian
tata bahasa. Meski demikian, tidak banyak penelitian yang berkaitan dengan klausa
sematan, termasuk referensi pendukung terkiat dengan materi ini. Maka dari itu,
disarankan kepada pembaca untuk bisa menggeluiti lebih dalam terkait dengan materi
klausa sematan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Edisi Kedua. Jakarta: Depdikbud.
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2016. Klausa Sematan dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Azzagrafika.