Disusun Oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Elen Nurjanahm M.Pd. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Morfologi yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Konsep Dasar Satuan Gramatik ..................................................................................... 2
B. Bentuk Tunggal Dan Bentuk Kompleks ........................................................................ 3
C. Bentuk Asal Dan Bentuk Dasar ..................................................................................... 5
D. Unsur Bawahan Langsung ............................................................................................. 7
E. Morfem, Morf, Alomorf, Dan Kata ............................................................................... 8
BAB III................................................................................................................................. 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gramatikal menurut (Harimurti Kridalaksana 2001: 66) adalah subsistem dalam organisasi
bahasa di mana satuan-satuan kebahasaannya bergabung untuk membentuk satuan satuan yang
lebih besar. Sementara (Burhan Nurgiyantoro 2009: 200) mengartikan istilah gramatikal sama
halnya dengan istilah struktur atau struktur bahasa. Penguasaan struktur bahasa dan kosakata
merupakan prasyarat melakukan tindakan berbahasa. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat
ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi Gramatikal adalah kecakapan atau
aturan-aturan dalam bahasa yang meliputi fonologi, (pengucapan/system bunyi), morfologi
(system tata bahasa, kaidah pembentukan kata), sintaksis (hubungan antara kata dengan kata
dalam frasa, klausa.
Struktur gramatikal dalam linguistic adalah unsur-unsur pembentuk bahasa, baik unsur
segmental maupun unsur suprasegmental. Unsur segmental berwujud fonem, morfem, kata,
frasa, klausa. Sedangkan unsur suprasegmental berupa nada, tekanan, intonasi, dan jeda.
Unsur-unsur pembentuk bahasa tersebut di atas membentuk suatu kesatuan yang sistematis,
dan dikaji dalam cabang linguistik yang relevan. Sedangkan unsur - unsur yang berupa fonem,
morfem, kata, frasa, klausa biasa disebut sebagai tataran gramatikal. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai konsep dasar satuan gramatikal dalam sistem morfologi bahasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep dasar satuan gramatikal?
2. Bagaimana bentuk tunggal dan bentuk kompleks?
3. Bagaimana bentuk asal dan bentuk dasar?
4. Apa itu unsur bawahan langsung?
5. Apa itu morfem, morf, alomorf, dan kata?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar satuan gramatikal.
2. Untuk mengetahui bentuk tunggal dan bentuk kompleks.
3. Untuk mengetahui bentuk asal dan bentuk dasar.
4. Untuk mengetahui unsur bawahan langsung.
5. Untuk mengetahui morfem, morf, alomorf, dan kata.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh makna gramatikal dapat ditemukan dalam kata berimbuhan. Misalnya, makna
gramatikal berkuda, yang berasal dari kata kuda. kata kuda bisa dimaknai secara leksikal
sebagai hewan berkaki 4 dan memiliki Sepatu yang biasa disebut sebagai Sepatu kuda. Namun,
setalah mengalami proses gramtikalisasi berupa pemberian imbuhan ber- artinya berubah.
Makna gramatikal dari berkuda menjadi ‘mengendari kuda’.
Contoh makan gramatikal lainnya terdapat pada kata yang mengalami pengulangan
atau pemajemukan. Misalnya, kata hati, yang memiliki makna leksikal ‘organ tubuh manusia’.
Akan tetapi, saat ditambahkan dengan bentuk jamak berupa pengulangan, hati-hati, makna
gramatikalnya berupa menjadi ‘perlahan untuk mencegah kesalahan atau kecelakaan yang
dapat terjadi’. Makna gramatikal dapat berubah-ubah sesuai proses gramatikalnya yang terjadi
saat kata-kata atau frasa digabungkan dalam konteks terterntu.
Contoh makna gramatikal dalam bahasa Indonesia ‘mayat itu dikebumikan’. Kata bumi
dalam kalimat “bumi itu bulat” memiliki makna leksikal yang mengacu kepada pengertian dari
bentuk bumi. Namun, saat kata bumi digabungkan dengan prefiks di-, ke-, dan sufiks -an yang
2
memebnetuk kata dikebumikan, makna gramatikalnya menjadi ‘mayat tersebut telah dikubur
didalam tanah’
Makna leksikal adalah makna asli dari unsur bahasa sseperti kata-kata atau leksem yang
digunakan sebagai lambang untuk menggambarkan benda, peristiwa, objek, atau konsep
tertentu. Makna ini bisa ditemukan dalam kamus leksikon. Proses memahaminya juga bisa
dilakukan secara langsung, tidak tergantung pada konteks pengunaanya. Conotoh makna
leksikal dapat dengan mudah ditemukan dalam kamus.
Contoh makna leksikal, makna leksikal dari kata kucing berdasarkan KBBI adalah
‘binatang yang rupanya seperti harimau kecil, biasa dipiara orang’. Makna tersebut merujuk
pada gambaran umum tentang hewan kucing.
Contoh penggunaan kata kucing yang memiliki makna leksikal bisa disimak sebagai berikut:
Dua contoh kaliamat diatas memiliki makana leksikal kucing yakni sebagai hewan
peliharaan. Lain halnya jika kita menggunakan menempatkan kata kucing dalam kalimat “Nasi
kucing”. Kata kucing dalam kalimat tersebut tidak bisa dimaknai secara leksikal. Kucing dalam
konteks tersebut memiliki makana figuratif (kiasa) setelah dipasangkan dengan kata nasi, yakni
‘nasi dengan porsi sedikit.
Contoh: sepeda, bersepeda, bersepeda keluar kota, ia membeli sepeda, dan sebagainya.
Satuan-satuan yang mengandung arti baik arti leksis maupun gramatis, seperti tersebut di atas
di sini disebut bentuk linguistik atau disingkat bentuk. Bentuk linguistik atau bentuk itu
mungkin berupa morfem, misalnya ber-, -ke, -ke-an, -wan, maha, -jalan, akan, rumah,
datang, sedang, baca, baru, mungkin berupa kata, misalnya, rumah, membawa, kelupaan,
diketahui, lemparlembing, mereka, dari.
3
Bentuk linguistik yang tidak terdiri dari bentuk-bentuk yang lebih kecil lagi, seperti
kuda dan sebagainya, disebut bentuk tunggal, sedangkan bentuk linguistik yang terdiri dari
bentuk-bentuknya yang lebih kecil lagi seperti berkuda yang terdiri dari ber- dan kuda disebut
bentuk kompleks (Ramlan, 1978:7-8). Contoh lain ter-, ke, ber-ku merupakan bentuk tunggal
karena tidak terdiiri dari bentuk-bentuk yang lebih kecil lagi, sedangkan membaca, buku baru,
ia pergi kepasar merupakan bentuk kompleks karena terdiri dari atas bentuk-bentuk yang lebih
kecil, yakni meN-, baca, buku, baru, ia, pergi, ke dan pasar
Dari pengertian konsep dasar satuan gramatik bahwa Satuan gramatik yang tidak dapat
dipecah atau dibagi lagi menjadi satuan gramatik yang lebih kecil disebut satuan gramatik
tunggal atau bentuk tunggal dan satuan gramatik yang dapat dibagi atau di pecah lagi menjadi
satuan gramatik yang lebih kecil disebut satuan gramatik kompleks atau bentuk kompleks.
Contoh: kata “kemanusiaan” disebut kompleks karena satuan gramatika tersebut dapat
dibagi menjadi satuan gramatika lain yang lebih kecil, yakni ber- dan perikemanusiaan Satuan
gramatik perikemanusiaan juga masih disebut bentuk kompleks karena satuan gramatik ini
masih dapat dibagi lagi menjadi satuan gramatik lain yang lebih kecil, yaitu peri- dan
kemanusiaan. Satuan gramatik kemanusiaan juga masih disebut bentuk kompleks karena
satuan gramatik ini masih dapat dibagi lagi menjadi satuan gramatik lain yang lebih kecil, yaitu
ke-an dan manusia. Tetapi, satuan gramatik ber-, peri, ke-an, dan manusia sudah tidak dapat
dibagi lagi menjadi satuan
4
ke-an tidak adil <= Bentuk kompleks
Di dalam kata turunan hanya akan ada satu bentuk asal yang merupakan asal dari
pembentukan kata tersebut. Bentuk asal tersebut merupakan bentuk terkecil yang menjadi asal
bentukan bagi bentuk yang tingkatnya lebih tinggi. Bentuk asal tidak dapat diuraikan menjadi
bentuk yang lebih kecil lagi dan bentuknya dapat berupa morfem dasar (MD) atau juga berupa
morfem pangkal (MP). Beberapa contoh bentuk asal:
Di dalam kata turunan hanya ada satu bentuk asal, sedangkan bentuk dasar bisa lebih
dari satu. Dapat dikatakan bahwa bentuk dasar ialah bentuk yang satu tingkat lebih rendah dari
bentuk kompleks yang ada di atasnya. Untuk memperjelas penentuan bentuk dasar yang telah
ditemukan. Bentuk dasar dapat disajikan dengan bentuk diagram pohon sebagai berikut,contoh:
5
Memperdagangkan
Dagang -kan
Contoh 2: mencubiti
(bentuk asal)
Kata mencubit dibentuk atau berasal dari kata cubit dan mendapat prefiks meN-
sehingga menjadi mencubit. Sementara itu, kata mencubiti terbentuk dari kata bentuk asal cubit
yang mendapat prefiks meN- dan ditambahi oleh sufiks -i. dengan kata lain, bentuk asal dari
kata mencubiti adalah cubit, sedangkan bentuk dasarnya adalah mencubit.
6
D. Unsur Bawahan Langsung
Suatu kata ada yang berupa bentuk tunggal dan ada yang berupa bentuk kompleks. Kata
yang berupa bentuk tunggal ialah kata yang sudah tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan
gramatik yang lebih kecil. Sementara itu, kata yang berupa bentuk kompleks ialah kata yang
masih dapat dibagi lagi menjadi satuan gramatik lain yang lebih kecil.
Kata yang dapat dibagi lagi menjadi satuan gramatik yang lebih kecil itu tentu
mempunyai unsur dan unsur bawahan langsung. Unsur ialah satuan gramatik terkecil yang
menjadi bagian satuan gramatik tertentu. Unsur ini berupa bentuk tunggal, yaitu satuan
gramatik yang tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan gramatik lain yang lebih kecil. Sementara
itu, unsur bawahan langsung ialah satuan gramatik yang secara langsung menjadi bagian dari
satuan gramatik setingkat diatasnya. Untuk memperjelas konsep unsur dan unsur bawahan
langsung ini disajikan kata dalam kalimat berikut.
Dari kedua kalimat tersebut dapat dikemukakan bahwa makna kalimat (07) sama
dengan makna kalimat (08) meskipun terjadi perbedaan bentuk satuan gramatik membuat
untuk dan membuatkan. Hal ini menunjukkan bahwa makna satuan gramatik membuat untuk
sama dengan membuatkan. Dengan demikian, tampak bahwa kata membuatkan dibentuk dari
membuat ditambah afiks -kan yang berarti 'untuk'. Dengan kata lain, membuat dan -kan
merupakan unsur bawahan langsung membuatkan karena berada setingkat lebih rendah
daripada membuatkan. Selanjutnya, bentukan membuat dibentuk dengan bentuk dasar buat
yang ditambah dengan afiks meN- , buat, dan -kan. Dengan demikian, meN- , buat, dan -kan
merupakan unsur membuatkan. Untuk memperjelaskan konsep ini disajikan bagan sebagai
berikut.
7
Membuatkan
Kata disusun oleh satu atau beberapa morfem. Kata yang disusun dengan satu morfem
disebut monomorfemis, sedangkan kata yang disusun oleh lebih dari satu morfem disebut
polimorfemis. Misalnya dalam kalimat “Rini memasak nasi” terdapat satu polimorfemis pada
kata “memasak” yang jika dipecah menjadi “me-masak” dan dua monomorfemis pada kata
“Rini” dan“nasi”. Penggolongan kata menjadi monomorfemis dan polimorfemis sejatinya
hanya terletak pada jumlah satuan morfem yang menyusun kata tersebut (Kushartanti, 2007).
Selain dapat berdiri sendiri secara morfologis, ada beberapa kata yang dapat berdiri
sendiri secara morfologis juga memenuhi syarat berdiri sendiri secara sintaksis. Artinya, satuan
8
gramatik tersebut dapat digolongkan sebagai kata sekaligus dalam tuturannya dapat disebut
sebagai kalimat misalnya kata sepeda. Kata sepeda dapat menjadi kata dan kalimat ketika
digunakan untuk menjawab pertanyaan “naik apa kamu ke sini?”. Menjawab pertanyaan
tersebut dengan kata sepeda sudah dapat disebut kalimat karena menjelaskan kendaraan yang
dinaiki oleh seseorang untuk sampai ke suatu tempat.
Morfem adalah bentuk bahasa terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil, misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian itu tidak
dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal ataupun makna
gramatikal. Demikian juga me- dan -kan tidak dapat kita bagi menjadi bagian yang lebih kecil
(Badudu, 1985). Jadi, morfem adalah satuan bahasa terkecil yang tidak dapat dibagi lagi dan
mempunyai makna gramatikal atau makna leksikal. Morfem didasarkan pada kebebasan,
keutuhan, dan maknanya diklasifikasikan sebagai berikut.
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam
pertuturan, dengan kata lain, morfem bebas dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat.
Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan
morfem lain untuk membentuk ujaran.
Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh yang susunannya tidak
terbagi. Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari bagian-bagian terpisah. Secara
teknis, morfem terbagi adalah morfem yang perwujudannya diantarai oleh unsur lain.
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Morfem
suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan,
nada, durasi.
9
Contoh morfem segmental (lihat /l-/i-/h-/a-/t/)
Contoh morfem suprasegmetal (tekanan, nada. durasi)
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur-
unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar. Misalnya, hubungan morfem dan
morfem dalam kata, kata dan kata dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam kalimat.
Sedangkan morfem yang memiliki makna leksikal adalah morfem yang memiliki makna kata
sebagai lambang benda.
Satuan gramatik morfem masih termasuk abstraksi dalam tatanan bahasa. Sedangkan
realisasi dari morfem berwujud morf yang mempunyai keterkaitan makna. Realisasi morfem
berwujud morf dapat dibentuk dari satu morf ataupun lebih dari satu morf. Sebagai contoh
morfem {jalan}, {lari},{pelan}, {cepat}. Masing-masing morfem tersebut hanya memiliki satu
bentuk morf, yaitu jalan, lari, pelan, cepat. Berbeda dengan morfem {ber-} yang memiliki
bentuk morf menjadi {ber-}, {be-}, dan {bel-}.
Alomorf adalah bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfum yang sama. yang
merupakan perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem (Chaer, 1994).
Dengan kata lain, alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi
mewakili fungsi dan makna yang sama. Dan dapat disimpulkan bahwa alomorf adalah nama
untuk bentuk tersebut jika sudah diketahui status morfemnya. Contoh: morfem ber ( ber,be,
dan bel ), morfem me ( me,men,mem,meng,meny ) dua morfem tersebut sudah di ketahui
statusnya.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya, satuan gramatik merupakan unsur penting dalam pembentukan sebuah
bahasa yang memiliki makna. Satuan gramatik memiliki makna gramatikal dan makna leksikal
yang menjadi konsep dasar satuan gramatik. Satuan gramatik yang memiliki makna disusun
oleh berbagai bentuk-bentuk linguistik, yaitu bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk-
bentuk tersebutlah yang dapat membangun bahasa itu sendiri. Bahasa secara morfologi
dibangun oleh berbagai unsur-unsur yang saling terkait. Terdapat unsur bawahan langsung
yang menjadi unsur awal suatu satuan gramatik secara morfologis. Lebih lanjutnya, satuan
gramatik dibentuk oleh morfem, morf, alomorf, dan kata yang saling berkaitan satu sama
lainnya.
11
Daftar Pustaka
12