Anda di halaman 1dari 27

FRASA,

KLUSA dan
KALIMAT

Nur Sariasih
TUGAS

FRASA, KLAUSA dan KALIMAT

Oleh :
Nama : Nur Sariasih
NIM : 202001020024

Dosen Pengempu

Dr.Ni Wayan Sumitri, M.Si

Mata Kuliah

Sintaksis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga pada
kesempatan ini kami bisa menyusun makalah yang berjudul Frasa, Klausa dan Kalimat.
Kami menyusun makalah ini untuk melengkapi tugas mata kuliah SINTAKSIS yang telah di
berikan oleh dosen mata kuliah SINTAKSIS sebagai dosen pengampu kami. Makalah ini
masih banyak kekurangan, sehingga kami berharap akan ada kritik dan saran yang
nantinya di sampaikan kepada kami agar kami lebih sempurna dalam menyusun makalah-
makalah berikutnya. Walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan tetapi semoga
makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.

Denpasar, 3 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................1
a. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….1
c. Tujuan…………………………………………………………………………………………1
d. Manfaat………………………………………………………………………………………1
Bab II Pembahasan............................................................................................2
A. Frasa……………………………………………………………………………………………………2
B. Klausa………………………………………………………………………………………………….14
C. Kalimat………………………………………………………………………………………………..18
Bab III Penutup....................................................................................................22
a. Kesimpulan………………………………………………………………………………….22
b. Saran…………………………………………………………………………………………..22
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………..23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan manusia didalam
berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk
komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini
tentunya membutuhkan ketrampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan sebuah
komunikasi yang efektif dan efektif dan efesiensi dalam berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh
ketrampilan berbahasa khususnya ketrampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan
untuk berkomunikasi.

Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusunan
kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya
terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga petinglah pemahaman mengenai
sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur bahasa
Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.Setiap bahasa mempunyai sistem-sistem yang
khusus untuk mengikat kata-kata atau kelompok-kelompok kata ke dalam suatu gerak yang dinamis.

Oleh karena itu tidap dapat dibenarkan untuk menyusun tata kalimat suatu bahasa dengan
menerangkan begitu saja sintaksis bahasa lain, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli tata bahasa
lama. Sintaksis suatu bahasa haruslah merupakan perumusan dari berbagai macam gejala susun
peluk kata-kata dalam suatu bahasa..Bagi guru sekolah dasar, memiliki ketrampilan berbahasa
merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompentensi siswa-siswanya dalam berkomunikasi,
pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan
dasar. Untuk itulah dalam makalah ini kami membahasa mengenai sintaksis beserta strukturinternal
kalimatnya yang berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana Frasa itu?
2. Bagaimana Klausa itu?
3. Bagaimana Kalimat itu?

C.    Tujuan

1. Untuk Mengetahui Frasa
2. Untuk Mengetahui Klausa
3. Untuk Mengetahui Kalimat

D.           Manfaat

1. Mampu mengetahui dan memahami makalah dan ciri-ciri serta syarat- syarat
dalam makalah.
2. Mengetahui belajar memahami masalah dan mencari solusi.
3. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk diimplentasikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Frasa

1. Definisi Frasa
Frasa atau frase dapat didefinisikan sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih. Hal
ini sebagaimana yang dikemukakan Kreaf (1984:138) bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang
terdiri dari dua kata atau lebih kedua kata tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah
satunya saja berupa inti. Namun, satu hal perlu dipahami berkaitan dengan frasa ini adalah masing-
masing kata yang membentuk konstruksi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Ramlan (1987:153) dalam bukunya berjudul, lmu Bahasa Indonesia:Sintaksis  mendefinisikan frasa
sebagai satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi unsur
klausa. Sementara yang dimaksud Ramlan tidak melampaui batas fungsi klausa adalah tidak
melampaui batas fungsinya di dalam kalimat, apakak sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap,
atau keterangan. Jika sudah melewati batas fungsi tersebut, dia tidal lagi tergolong frasa, mungkin
sudah masuk sebagai klausa atau kalimat.

Tokoh linguistik lain seperti Pateda (1988:89) dalam bukunya berjudul, Linguatik (Sebuah
Pengantar)  mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih. Frasa
lebih kecil dari klausa, diantara kata-kata tersebutterdapat hubungan. Definisi yang lebih dikemukan
Pateda ini lebih memfokuskan bahwa frasa lebih kecil dari klausa. Dengan demikian, frasa tidak
mungkin dapat menggantikan klausa di dalam kalimat karena tidak atau belum memenuhi syarat
sebagai klausa.
Selanjutnya Parera (1988:32) dalam bukunya berjudul, Pengantar Linguistik Umum Bidang Sintaksis
Seri C  merumuskan kata frasa sebagai suatu kontruksi yang dapat dibentuk dua kata atau lebih, baik
dalam bentuk pola dasar kalimat, maupun tidak. Suatu frasa minimal terdiri dua anggota
pembentuk, yaitu bagian frasa terdekat atau langsung yang membentuk frasa itu sendiri. Rumusan
yang dikemukakan oleh Parera ini lebih menekaknkan bahwa frasa dibangun atas dua kata atau
lebih. Dua tau lebih kata tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat.

Lain pula Traingan (1983:50) dalam bukunya berjudul Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Sintaksis
merumuskan frasa sebagai satuan linguistik yang secara pontesial merupakan gabungan dua kata
atau lebih atau tidak mempunyai ciri-ciri sebagai klausa. Rumusan yang dikemukakan Taringan
hampir sama dengan yang dikemukakan ahli terdahulu, yaitu frasa dibangun atas beberapa atas
beberapa kata (dua atau lebih) kemudian belum memenuhi syarat sebagai klausa.

Rumusan tentang frasa juga dapat dijumpai pada sumber lain yang menyatakan frasa sebagai kata
yang membentuk satu kesatuan dan menduduki satu fungsi gramatikal dalam kalimat. Frasa tidak
bersifat predikat dan tidak mempunyai predikat (hi-in facebook.com,  27 Oktober 2009). Bertolak
dari beberapa rumusan yang telah dikemukakan para ahli linguistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata. Sebagai kelompok kata, frasa biasanya dibangun
atas dua kata atau lebih. Selanjutnya, bangun yang dibentuk dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi, baik sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun  keterangan.

2
2.      Ciri-ciri Frasa

Mengingat antara frasa dan kata majemuk memiliki kesamaan, yaitu sama- sama dibangun atas
beberapa kata maka untuk dapat membedakan keduanya perlu diketahui ciri-ciri dasar yang
terdapat pada frasa itu sendiri. Ciri-ciri yang melekat pada frasa sebetulnya telah tersirat pada
beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli. Ciri-ciri yang dimaksud, diantaranya:

a. Frasa terdiri dua kata atau lebih;


b. Frasa belum melampaui batas fungsi (SPOK);
c. Frasa belum memenuhi syarat sebagai klausa;
d. Frasa lebih kecil dari pada klausa.        

Bedasarkan ciri-ciri yang melekat pada frasa tersebut maka frasa memiliki kesamaan dengan kata
majemuk. Frasa dan kata majemuk sama-sama dibangun oleh dua kata atau lebih. Jika demikian, apa
pula yang membedakan frasa dengan kata majemuk? Perbedaan yang melekat pada keduanya
sebagaimana terlihatdalam tabel berikut ini.

No. Sudut Pandang Frasa Kata Majemuk

1. Struktur Susunannya dapat dibalikkan Susunannya     tidak dapat dibalikkan

2. Bisa diulang Sebagian morfemnya dapat diulang Sebagian morfemnya tidak


dapat diulang, harus diulang seluruhnya.

3. Jenis morfemnya Terdiri dari morfem bebas Bisa salah satu konstituennya


seluruhnya. berupa morfem terikat.

Ciri yang melekat pada frasa ternyata juga dimiliki oleh idiom jika frasa dibangun atas dua atau lebih
kata, idiom jga demikian. Maka, apa perbedaan antara frasa dan idiom? Perbedaan frasa, kata
majemuk, dan idiom sebagaimana dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

3
No. Sudut Pandang Frasa Kata Majemuk Idiom

1. Struktur Susunanya dapat diubah Susunanya tidak Susunanya tidak dapat


dapat diubah diubah

2. Jika diulang Sebagian morfemnya Sebagian Sebagian morfemnya


dapat diulang morfemnya                            tidak dapat diulang
tidak dapat diulang. Jika
diulang harus diulang
seluruhnya

3. Jenis morfem Terdiri dari morfem Bisa     salah     satu Kedua konstituennya


bebas seluruhnya konstitennya berupa morfem bebas
berupa morfem terkait

4. Makna Tidak membentuk Membentuk makna baru Membentuk makna


makna baru denotatif
konotatif

Bedasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa idiom sama dengan kata majemuk, tetapi kata
majemuk belum tentu sama dengan idiom. Persamaan idiom dengan kata majemuk karena
keduanya sama-sama membentuk makna makna baru. Keduanya juga memiliki perbedaan, kata
majemuk cenderung membentuk maknakonotatif. Inilah yang menjadi perbedaan mendasar
sehingga keduanya tidak sama (berbeda).
Contoh:
a. Dia tinggal di rumah batu  itu
b. Amrin dirawat di rumah  sakit
c. Rumah tangga-nya berjalan akur-akur saja
Rumah batu mengandung makna rumah tersebut terbuat dari bahan dasar batu-batuan. Rumah
sakit mengandung makna rumah tempat merawat orang sakit. Sementara rumah tangga
mengandung makna keluarga. Dengan demikian, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa jika sebuah
kempok kata memiliki makna yang tersusun dari sebuah kata pembentuknya, kata yang dibentuknya
tersebut adalah frasa. Jika makna gabungan kelompok kata tersebut ditentukannya oleh satu
katanya, gabungan tersebut disebut kata majemuk. Namun, jika makna kedua kelompok kata
tersebut jauh dari kata pembentuknya, gabungan kata tersebut disebut indiom. Bandingkan pula
kata-kata, seperti gedung tinggi, naik haji, dan panjang tangan.

3.  Jenis Jenis Frasa


Jenis-jenis frasa dapat dikelompokkan atas berapa kelompok. Pertama, berdasarkan kelas kata.
Kedua berdasarkan unsur inti.

A. Berdasarkan Kelas Kata


 Berdasarkan kelas kata yang menduduki frasa maka frasa dibedakan menjadi dua golongan , yaitu
frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik juga dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu frasa endosentrik atributif dan frasa endosentrik koordinatif ( parera, 1988: 33-40).

4
1. Frasa Endosentrik
a) Frasa Endosentrik Atributif
Frasa endosentrik atributif adalah sejenis frasa yang salah satu katanya merupakan atribut.
Berdasarkan letak atau posisi atribut ( A ) di dalam frasa maka parera ( 1988: 34 ) mengelompokkan
frasa menjadi empat kelompok sebagai berikut :
 Atribut mendahului pusat: AX Contoh :
a. Ani membca buku setiap  hari
b. Matahari hampir  terbenam di ufuk barat
c. Pak budi tidak  datang pada pertemuan kemarin.
d. Saya mohon bapak dapat memberikan sepatah  kata pada acara besok
e. Ayah mengirimkan uang untuk biaya kuliah anaknya setiap  bulan.
 Pusat di depan, atribut di belakang: XA Conntoh:
a. Indonesia memiliki beberapa gunung berapi  yang masih aktif.
b. Kewajiban kita  adalah memberikan bantuan semampunya.
c. Saya sudah siapkan uang pemmbayar utang  setiap bulan.
d. Pabrik pupuk Cilacap  terdapat dipulau jawa.
e. Universitas Maritim Raja Ali Haji memiliki beberapa orang guru besar luar. biasa.

 Atribut terpisah/terbagi: AXA Contoh:


a. Ibu telah menyiapkan sebuah  mangga yang masak  untuk kami
b. Tiga orang  mahasiswa Indonesia  berhasil diterima di Universitas Bonn Jerman.
c. Saran yang anda berikan sangat  baik.
d. Ia libur kerja setiap  hari Jumat.
e. Dia mencari sebuah buku kesukaanya.

 Atribut dan pusat terpisah: XAX Contoh:


a. He did  not go.
b. She can  never go.
*pola XAX belum dijumpai didala bahaasa Indonesia.

 Atribut mana suka: AX atau XA Contoh:


a. Pendengar sekalian  dimana sekalian dimana saja berada atau sekalian pendengar
dimana saja berada.
b. Dia berpaling ke orang lain  atau dia berpaling kelain orang.
b)  Frasa Endosentrik Koordinatif
Frasa endosentrik koordinatif adalah frasa yang memiliki dua kata dan berasal dari kelas yang sama.
Berdasarkan kelas kata dan berasal dari kelas yang sama. Berdasarkan kelas kata yang mengiringinya
tersebut, parera (1983: 36) mengelompokkan frasa endosentrik koordinatf menjadi empat
kelompok.
1. Penambahan (Adiktif)
Kedudukan anggota pembentuk sama, yaitu yang satu tidak tergantung yang lain.
Contoh:
a. Baju itu terlihat putih lagi  bersih.
b. Jadilah orang yang berilmu lagi  beriman!
c. Cobalah kamu berdiri serta mengedepankan tangan!
2. Penggabungan Contoh:
a. Upacara tersebut diikuti pemuda dan  pemudi kampung ini.
5
b. Pekerjaan tersebut membutuhkan keahliaan dan  kemahiran.
c. Samakah menurut Saudara lembu dan  kerbau?
d. Perbanyaklah latihan membaca dan  menulis!
3. Pemisahan/Pilihan Contoh:
a. Tuhan tidak membedakan kaya atau  miskin umat-Nya.
b. Datanglah dua atau  tiga orang kesini.
c. Keduanya, baik adik maupun  kakak sama dimata ayah.
d. Kebenran berita itu, entrah ya, entah tidak.
4. Perwalian (Aposisi)

Konstruksi aposisi/perwalian adalah sebuah konstruksi endosentris dan masuk akal untuk
menganggapnya sebagai konstruksi atributif, akan tetapi sulit mencari pusat konstruksinya.

Contoh:
a. Pabrik itu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
b. Buku itu ditulis Prof. Dr . M. Moelijono
c. Beliau termasuk kelompok cendekiawan Muslim Indonesia
d. Pak Rahmad, Adik Buk Bejo menjadi lurah Desa Bestari

2. Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik adalah suatu konnstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi berdistribusi
tidak mengikuti salaah satu unsur pembentuknya, ahli lain mendefinisikan frasa eksosentrik dengan
sebutan frasa yang tidak memiliki unsur inti. Biasanya frasa eksosentrik ini mengisi unsur keterangan
dalam kalimat. Parera (1988: 40) mengelompokkan jenis frasa eksosentrik
Sumber lain menyatakan bahwa frasa eksosentrik adalah frasa yang unsur- unsurnya terdiri atas
kelas kata keterangan. Selanjutnya, frasa eksosentrik juga diterjemahkan sebagai gabungan dua kata
atau lebih yang menunjukkan kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata satu (atau
lebih) unsur pembenttuknya ( hi-in facebook corn:27 Oktober 2009).
Contoh:
a.       dari sekolah                        ( kata keterangan:asal)
b.      di kampus                            (keterangan:tempat)
c.       ke rumah                              (keterangan:tujuan)

B. Berdasarkan Inti Kata

Pengelompokan jenis frasa berdasarkan unsur inti yang membangun frasa tersebut sama dengan
pengelompokan atas kelas katanya diatas. Perbedaan hanya dilihat dari ada tidak unsur inti didalam
frasa tersebut. Jika memiliki inti, dikelompokkan kedalam eksosentrik. Pengelopokan frasa
berdasarkan intinya masing-masing ahli berdrda sudut pandang.
Bandingkan pandangan Verhaat,Tarigan, Ramlan, dan Alwi berikut ini!

 J.M.W Verhaar
a. Frasa Endosentrik
Frasa endosntrik adalah frasa yang berdistribusi paralel dengan pusatnya.
Contoh:
Kata gedung  berdistribusi pararel dengan frasa, “ gedung yang tinggi itu’’.

6
b. Frasa Eksosentrik
Frsa eksosentrik adalah frasa yang berdistribusi komplementer dengan pusatnya.
Contoh:
Frasa gedung yang tinggi itu tidak dapat di disubsitusikan dengan kata gedung sebab
berdistribusi komplementer(1993: 113).
 Hendry Guntur Tarigan
Tarigan(1983: 50-62) membagi frasa atas dua kelompok, yaitu frasa
a. Frasa Ekosentris
Frasa Ekosentris yang tidak memiliki hulu, tidak memiliki pusat attau non- beaded atau
non centered. Jenis frasa eksosentris dibedakan menjadi tiga, yaitu frasa preposisi, frasa
posposisi, dan frasa preposisi.
 Frasa preposisi
Frasa preposisi adalah frasa yang penghubungnya terletak di depan. Contoh:
a. Di rumah
b. Ke kampus
c. Dari kantor

 Frasa posposisi
Frasa posposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi dibagian belakang.
Contoh:
a. The soldier gived it to me (penanda S)
b. I saw a soildier. (penanda S)
 Frasa preposposisi
a. Frasa eksosentrik preposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi di
bagian depan dan dibagian belakang.
Contoh:
- dari  depan sana
- yang  jahat laku
b.  Frasa Endosentris
Frasa endosentrik adalah frasa yang berhulu atau berputar atau frasa yang mempunyai
fungsi sama dengan hulungnya berdasarkan unsur hulunnya, frasa endosentri dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu frasa endosentri beraneka hulu dan frasa endosentrik
modifikatif.

Frasa endosentri berneka hulu


Frasa beraneka hulu adalah frasa yang memeiliki hulu lebih dari satu.Tarigan
mengkafuikasikan frasa beraneka hulu menjadi dua jenis, yaitu frasa koordinatif dan
frasa apositif.
o Frasa koordinatif
1) Koordinatif nominal
Frasa koordinati nominal adalah gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe
niominal.
Contoh:
-  keerbau, sapi, dan kambing irtu dijualnya dengan harga murah.
-  dia dan kamu tidak mempunyai hubunngan darah
2) Koordinatif verbal
Frasa koordinati verbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan dua atau lebih
7
bentuk verbal.
- Kami berembuk dan berunding selama dua jam
- Mereka bernyanyi dan menari gembira.
3) Koordinatif adjectival
Frasa koordinatif adjectival adalah frasa yang terdiri dari gabungan dua atau
lebih frasa atau kata yang bertipeadjektiva.
Contoh;
- Ia rajin, tabah, lagi gagah.
4) Koordinatif adverbal
Frasa koordinatif adverbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan dua atau
lebih frasa atau kata yang bertipe adverbial (keterangan).
Contoh;
- pemudah itu berjalan dengan tergesah-gesah dan cepat sekali
- pikir dahulu baik-baik dan masak-masak sebelum berbuat!
o Frasa Endosentrik Apositif
Frasa endosentrik apositif adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi
yang sama dan pada umumnya bersifat nominal.
Contoh:
- Pak ahmad, tukangpangkasitu, dipukuli orang kemarin.

Frasa endosentrik modifikatif
a. Endosentrik modikatif nominal
Frasa endosentrik modikatif nominal adalah frasa yang hulunya berupa kata benda atau
nominal.
Contoh:
- Orang kuat harus melindungi orang lemah.
- Saya lebih suka kopi manis dari pada kopi pahit
b. Endosentris modikatif verbal
Frasa endosentrik modikatif verbal adalah frasa yang hulunya berupa kata kerja atau verbal.
Contoh;
- Saya akan pergi nanti sore ke rumah ali.s
- Adik sedang belajar dikamar.
c. Endosentrik modikatif abjektifal
Frasa endosentrik modikatif abjektival adalah frasa yang hulunya berupa kata keadaan atau
abjektifal.
Contoh:
- Harga mobil itu terlalu mahal
d. Endisentris modifikatif adverbial
Frasa endosentrik modifikatif adalah frasa yang hulunya berupa kata keterangan atau
adverbial.
Contoh:
- Nanti malam ada pertemuan antar pemuda.
- Dia pulang kemarin pagi ke rumah (Tarigan, 1983: 50-62)

 M. Ramlan
Ramlan(1987:155) mengelompokan frasa menjadi dua golongan yaitu frasa endosentrik dan
frasa eksosentrik. Keduanya di bedakan berdasarkan distribusi kata.
8
a. Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang yang memiliki distribusi sama dengan unsurnya, baik
dengan salah satu unsure maupun semua unsur.
 Endosentrik koodirnatif
Frasa endosentrik koodirnatif memiliki unsur-unsur yang setara. Setaraannya tersebut dapat
dibuktikan dengan kemungkinan unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan kata
penghubung dan atau.
Contoh:
- Suami istri
- Ayah ibu.
 Endosentrik atributif
Frasa endosentrik atributif terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Oleh sebabitu, unsur-
unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dana tau.
Contoh:
- Mobil baru
- Orang itu
- Sedangbelajar
- Malam ini
- Sangat bangga
- Sekolah impres
 Endosentik apositif
Frasa endosentrik apositif adalah frasa yang salah satu unsurnya dapat mengantikan.
Contoh:
- Susi, anak pak ahmad telah menjadi dokter.
- Susi telah menjadi dokter
*Susi= unsur pusat (UP) Anak pak ahmad= (AP)

b. Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh:
-  Di perpustakan
-  Dari rumah
-  Kekampus.
Selain bedasarkan distribusi kata, Ramlan juga membedakan frasa atas jenis kata yang menduduki
frasa tersebut.hasilnya, Ramlan mengelompokkan frasa menjadi lima kelompok, yaitu (a) frasa
nominal, (b) frasa verbal, (c) frasa bilangan, (d) frasa keterangan, dan (e) frasa depan. Berikut
penjelasan dari masing-masing kelompok.
a. Frasa Nominal
Contoh :
- Baju baru
- Rumah baru
- Gadis cantik
Kemudian secara kategori, frasa nominal(N) dapat:
 N diikuti N Contoh :
- Pekarangan rumah( Atr+UP)
- Ayah ibu (UP+UP)
 N diikuti bilangan
9
Adalah N sebagai UP sementara bilangan sebagai Atr.
Contoh:
- Dua orang petani (Atr+ UP)
- Telur tiga petak (UP+ Atr)
- Sarung sepuluh helai (UP +Atr)
 N diikuti keterangan
N sebagai UP danketerangan sebagai Atr Contoh:
- Koran kemarin pagi
- Orang tadi siang
- Cerita kemarin
 N dikuti frasa depan
N sebagai UP dan frasa sebagai Atr.
Contoh:
- Beras dari bandung

- Kiriman utuk adik
- Kereta apa ke surabaya
 N didahului bilangan
N sebagai UP dan bilangan sebagai Atr.
Contoh:
- Dua kertas kerja
- Lima kodi kain batik
- Sepuluh ekor ayam
 N didahului kata sandang
N sebagai UP dan kata sandang sebagai Atr.
Contoh:
- Si ahmad
- Sang pangeran
 Kata yang  diikuti N
Kata yang  sebagai Atr dan N sebagai Atr.
Contoh:
- Yang ini
- Yang itu
- Yang baik
 Kata yang  diikuti verba
Kata yang  sebagai Atr dan sebagai Verba sebagai UP. Contoh:
- Yang akan mengajar
- Yang sangat menderita
- Yang tidak naik kelas
- Yang terpandai
- Yang berjilbab
 Kata yang  diikuti kata bilangan
Kata yang  sebagai Atr dan bilangan sebagai Atr Contoh:
- Yang dua
- Yang tiga buah
- Yang kelima puluh
 Kata yang  diikuti kata keterangan
10
Kata yang  sebagai Atr dan keterangan sebagai Atr.
Contoh:
- Yang kemarin sore
-  Yang sekarang
 Kata yang  diikuti frasa depan
Kata yang  sebagai Atr dan frasa depan sebagai Atr.
Contoh:
- yang dari jakarta
- yang ke medan
selain bedasarkan kategorial. Ramlan juga membagi frasa berdasarkan makna unsur-
unsurnya sebagai berikut.
(1) Hubungan penjumlahan
Contoh:
- Suami dan istri usai
- Penanaman modsl asing dan pembangunan
(2) Hubungan kesamaan
Contoh:
- Bapak Soeharto, Presiden RI
- Kakak saya, Ahmad
(3) Hubungan pemilihan
Contoh:
- Ayah ayau ibu
- Dua atau tiga
(4) Hubungan penerang
Contoh:
- buku baru
- acara terakhir
(5) hubungan pembatas
Contoh:
- Beras jawa
- Gedung sekolah
(6) Hubungan penentu atau penunjuk
Contoh:
- Perkarangan luas itu
- Pembangunan ini
(7) Hubungan penjumlahan
Contoh:
- Dua buah buku
- Dua puluh lima liter
- Lima kiligram beras
(8) Hubungan sebutan
Contoh:
- Bapak Mentri
- Haji basuki
- Letkol Darusman

11
b. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang mempunyai golongan distribusi yang sama dengan kata verbal.
Contoh:
-  Dua orang mahasiswa sedang membaca  buku di perpustakaan.
Frasa sedang membaca  mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal membaca. Sementara
kata membaca  termasuk golongan verbal. Contoh lain, yaitu:
- Akan pergi
- Duduk lagi
- Sudah datang
Dilihat dari aspek hubungan makna anatrunsur dalam frasa verbal maka frasa verbal dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
 Hubungan penjumlahan Contoh:
- Hitam lagi kelam
- Bersih lagi suci
 Hubungan pemilihan Contoh:
- Besar atau kecil
- Gemuk atau kurus
- Duduk atau berdiri
- Tua muda
- Kaya miskin
 Hubungan ragam Contoh:
- Mungkin sedang makan
- Mau membaca
- Dapat dihukum
- Harus datang
*ragam= sika pembicara terhadap peristiwa
 Hubungan negatif Contoh:
- Tidak memperhatikan
- Belum selesai
- Bukan belajar
 Hubungan aspek Contoh:
- Akan pergi
- Akan lari
- Akan dijual
 Hubungan tingkat Contoh:
- Kurang cakap
- Amat pandai
- Sangat kuat
- Terlalu kurus
- Gemul dekali
c. Frasa bilangan Contoh:
- Lima helai celana
- Satu ikat lidi
- segelas air
d. Frasa keterangan Contoh:
- Kemarin sore
- Esok pagi
- Siang ini

12
e. Frasa depan Contoh:
- Disebuah desa
- Ke lantai atas
- Dari rumah teman.
 Hasan Alwi
Alwi (1998:157) dalam bukunya berjudul, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia  mengelompokkan
frasa menjadi beberapa kelompok, yaitu (a) nomina, (b) verba, (c) pronomina, (d) adjektiva dan (e)
adverbia.
a. Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang dibentuk dari kata benda (nomina).
Contoh:
- Baju merah
- Rumah mewah
- Yang dijual ditoko
b. Frasa verba
Frasa verba adalah frasa yang dibentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan
tidak merupakan klausa. Jenis frasa ini dikelompokkkan menjadi beberapa macam, sebagi berikut.
 Frasa Verba Endosentrik Stributif (VEA)
VEA adalah frasa yang berinti dari golongan verba, dikuti pewatas, apakah ia terletak di depan
atau dibelakang. Salah satu kelompok kata dapat menduduki sebagai pewatas depan
adalah akan, harus, dapat, boleh, suka ingin, dan mau.
Contoh:
- Akan pergi
- Boleh pergi
- Mau datang
- Harus datang
- Ingin makan
 Frasa Verba Endosentrik Koordinatif (VEK)
VEK adalah frasa yang terdiri atas dua verba yang digabung dengan kata penghuung dan, atau.
Contoh:
- Menangis dan meratapi nasibnya
- Mengakui atau mengingkari janji
c. Frasa Pronomina
Frasa pronomina adalah frasa yang daapat dibentuk dengan cara : Penambahan numeralia kolektif
Contoh:
- Mereka berdua
- Kami sekalian
- Kamu semua
 Penambahan kata penunjuk Contoh:
- Kamu itu
- Mereka itu
 Penambahan kata sendiri
Contoh:
- Saya sendiri
- Mereka sendirian

13
 Penambahan klausa dengan yang
Contoh:
- Mereka yang  tidak hadir
 Penambahan frasa nomina yang berfungsi apositif Contoh:
- Kami, bangsa Indonesia
- Kami, para Pemuda Indonesia
d. Frasa Numeralia Contoh:
- Dua ekor
- Lima orang
- Tiga lembar
e. Frasa Ajektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang menyatakan keadaan dapat diterangkan dengan kata sudah,
harus,  dan dapat.
Contoh:
- Sudah tenang
- Sudah harus tenang
- Harus cepat sembuh
- Akan mahal
f. Frasa Adverbia
Frasa adverbia adalah frasa yang dibentuk dari frasa adjektiva dengan cara menambahkan kata
penghubung dengan  atau mengulanginya.
Contoh:
- Dengan gembira
- Dengan baik
- Cepat-cepat
- Selambat-lambatnya (Moelino, 1988:127-222)

B. Klausa

1. Definisi Klausa
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan klausa. Ramlan
(1981:62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari predikat (P), baik
diikuti oleh unsur subjek (S), objek (S), pelengkap (Pel.) keterangan (K), maupun tidak.Selanjutnya
Tarigan (1998:21) mendefinisikan klausa sebagai kelompok kata yang hanya mengandung satu
predikat (P). Kemudian, Parera (1988:21) mendefinisikan klausa sebagai sebuah kalimat yang hanya
memenuhi salah satu pola dasar kalimat inti dengan satu atau lebih unsur pusat (UP). Selanjutnya
Keraf (1984:138) mendefinisikan klausa sebagai suatu kontruksi yang didalamnya terdapat beberapa
kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan subjek,
predikat,objek, dan keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung subjek dan
predikat.

2. Ciri-ciri Klausa
Ciri-ciri yang dimiliki sebuah klausa sudah terkandung dari beberapa rumusan makna klausa yang
dikemukakan para ahli linguistic di atas.Ciri-ciri yang dimaksud antara lain:
a. Merupakan kelompok kata
b. Memiliki unsur predikat
14
c. Satu klausa memiliki satu predikat.

3. Jenis Jenis Klausa


Berkaitan dengan jenis-jenis klausa para ahli mengelompokan beberapa jenis, diantaranya adalah
sebagai berikut :

 Jos Daniel Parere


Parera mengelompokan jenis klausa atas dua, yaitu klausa final dan klausa nonfinal.

a. Klausa Final
Klausa final adalah klausa yang baik secara suprasegmental maupun secara segmental dapat
menjadi klausa yang berdiri sendiri atau klausa swasta.

Contoh:
- Anak itu melempari anjing. (1 klausa final)
- Saya memarahi dia. (1 klausa final)
b. Klausa Non Final
Klausa non final adalah adalah klausa yang, baik secara segmental maupun suprasegmental tidak
dapat berdiri sendiri. Klausa nonfinal memiliki satu persyaratan, yaitu memenuhi PDKI (Pola Dasar
Kalimat Indonesia) atau berbentuk kata kerja finit, tetapi ia tidak dapat berdiri sendiri tanpa
dihilangkan ciri segmental atau suprasegmental yang mengikatnya.
Contoh :
- Agar tujuanya tercapai
- Tidak terjadi gangguan (Paren, 1988:22-23)
Sebuah klausa non final dapat menjadi klausa final. Caranya dengan menghilangkan unsur pengikat
yang ada didalamnya.
Contoh :
- Tujuannya tercapai
- Tidak terjadi gangguan.

 M. Ramlan
Ramlan mengelompokan jenis klausa menjadi tiga, yaitu berdasarkan (a) struktur interen, (b) ada
tidaknya kata negative, (c) dan berdasarkan jenis kata yang menduduki P.
a. Berdasarkan Struktur Interen
 Klausa lengkap
1). Subjek (S) terletak didepan predikat (P).
Contoh :
- Badan orang itu besar
- Mereka menulis.
Subjek Predikat
Badan orang itu sangat besar
Mereka menulis

2). Subjek terletak di belakang predikat


Contoh :
- Sangat besar badanya.

15
- Masuklah dia ke ruangan.

Predikat Subjek
Sangat besar badanya
Masuklah dia

 Klausa tak lengkap
Klausa tak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsue S, tetapi memiliki unsur P yan di
ikuti oleh O dan K.
Contoh :
- Sedang bermain-main
- Menulis surat.

Subjek Predikat
- Sedang bermain
- menulis

b. Berdasarkan Kata Negatif
Berdasarkan ada tidaknya kata negative yang secara gramatikal menegatifkan predikat, dibagi
menjadi dua bentuk.
 Klausa positif
Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata negative
Contoh :
- Para korban gunung berapi diliputi rasa duka.
- Ia teman baik saya.
 Klausa Negatif
Klausa yang memiliki kata-kata negative yang secara gramatikal mengaktifkan P. Kata-kata
negatif tersebut seperti :tidak, tak, tiada, bukan, belum,  dan jangan.
Contoh :
- Ia tidak jadi dating.
- Tiada hari tanpa membaca
- Jangan mencoret-coret dinding.

c. Berdasarkan kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi Predikat


 Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa golongan N.
Contoh :
- Ia guru SD
- Ayah petani
- Yang dibeli orang itu adalah sepeda
- Mereka itu karyawan kami
 Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa golongan V.
16
Contoh :
- Ani membaca buku.
- Saya menulis surat.
- Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.

Klausa verbal dibagi lagi atas jenis kata pada predikat.


1) Klausa verbal adjektif
Klausa verbal adjektif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari golongan V yang
ternmasuk golongan kata sifat atau berunsur pusat kata sifat.
Contoh :
- Udaranya panas sekali
- Anaknya pandai-pandai
2) Klausa verbal intransitif
Klausa verbal intransitif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari kata verbal yang
termasuk golongan kata kata kerja intransitif atau terdiri dari frasa verbal yang unsur
pusatnya berupa kata kerja intransitif .
Contoh :
- Burung-burung bertebrangan di atas permukaan air.
- Anak-anak sedang bermain di teras belakang.
3) Klausa verbal aktif
Klausa verbal aktif adalah klausa yang unsur predikatnya terdiri dari kata verbal yamg
termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri dari kata verbal yang unsuer pusatnya
berupa kata kerja transitif.
Contoh :
- Amir menghirup kopinya.
- Ahmad sedang membaca novel.
4) Klausa verbal pasif
Klausa verbal pasif adalah klausa yang terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata
kerja pasif.
Contoh :
- Saya sesalkan keputusan ini.
- Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5) Klausa verbal reflektif
Klausa verbal reflektif adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja reflektif
(perbuatanya).
Contoh :
- Mereka sedang mengasingkan diri.
- Anak-anak itu menyembunyikan diri.
6) Klausa verbal resiprokal
Klausa verbal resiprokal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja yang termasuk
golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan.
Contoh :
- Mereka saling memukul.
- Anak itu selalu ejek-mengejek.
 Klausa Bilangan
Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa yang bergolongan
bilangan.
17
Contoh
- Roda mobil itu enam.
- Anaknya dua orang.
- Kerbau petai itu dua ekor.
 Klausa depan
Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari frasa depan, yaitu frasa yang diawali
kata depan sebagai penanda.
Contoh :
- Sayur itu dari desa.
- Pegawai itu ke kantor setiap hari.

C. Kalimat 
1. Pengertian Kalimat

Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti
oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Pengertian
tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1982:72) bahwa “kalimat adalah
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
dan potensial terdiri dari klausa.
Selain pendapat tersebut, dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa
kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh
secara kebahasaan. Dalam wujud lisan,  kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri
oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau
asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2. Jenis Jenis Kalimat
Dari segi bentuk, kalimat dapat dikelompokkan atas dua jenis: (a) kalimat tunggal dan (b)
kalimat majemuk.
a). Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang
hanya terdiri atas satu klausa.
Contoh :
- Dia pergi.
- Dia melempar mangga.
- Ahmad pergi ke pasar kemarin sore.

Jenis kalimat tunggal terdiri atas empat macam, yakni kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat
ajektival dan kalimat preposisional (Depdikbud, 1988). Kelima jenis kalimat tunggal tersebut adalah
sebagai berikut :
 Kalimat nominal
Yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda.Misalnya:
- Ibuku petani sawah
- Ayahku pegawai kantor pajak.
- Kakakku tukang kayu.
 Kalimat verbal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja/ verbal.
Kalimat verbal terdiri atas lima macam yakni kalimat verbal intransitif, ekatransitif,
18
 dwitransitif, semitransitif, dan pasif
(1) Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang prediktnya tidak memerlukan objek, misalya :
- Pak desa belum pergi  ke kantor
- Ibunya sedang berenang  di kolam
- Adik-adikku telah belajat  matematika.
(1) Kalimat ekatransitif, yakni kalimat tunggal yag predikatnya hanya memerlukan objek tanpa
diikuti pelengkap. Misalnya :
- Saya makan nasi goreng
- Ibu mencuci  pakaian
(2) Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan
pelengkap, misalnya :
- Ali membelikan adiknya baju  tadi malam
- Nurhani memasakkan nasi suaminya  kemarin.
- Suwarni mendengakan neneknya bicara  di kamar
(3) Kalimat semi transitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semi transitif, misalnya :
- Alimuddin kehilangan uang milyaran  kemarin
- Rumah Pak Desa kemasukan  pencuri.
- Ibu Aminah kedatangan tamu  dari Jakarta
(5) Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan
di- ,  misalnya:
- Rumah itu dibeli  oleh Pak Alimin Syahid.
- Motor itu dijual  oleh Toko Mandala.
- Persoalan itu telah diselesaikan  oleh Camat Makassar
 Kalimat ajektival yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau
ajektival, misalnya:
- Buku bahasa Inggrisku sangat  tebal,
- Rumahku besar  sekali
- Keluarga itu sangat sopan dan  bijaksana
 Kalimat preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau
preposisi, misalnya:
- Tempat tinggalnya di  Makasar
- Beras ciliwung itu dari  Sidrap
- Wesel pos ini untuk Miranda

Di samping itu, Menurut (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat
dikelompokkan atas empat macam, yakni:
1) Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu peristiwa atau
kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain.Misalnya:
- Ali pergi ke Jakarta kemarin.
-  Jalan itu sangat licin
- Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.
2) Kalimat tanya.
Kalimat tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang di
dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri:
a. mengunakan intonasi tanya,
b. menggunakan kata tanya,
c. menggunakan partikel -kah.
Misalnya, seperti berikut.
19
- Ibu datang?
- Kapan Ibu datang?
- Akankah ibu datang?
Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dapat dikelompokkan menurut sifatnya,
sebagai berikut :
a) Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa.  Misalnya :
- Apa yang kamu cari di sini?
- Untuk apa kamu bekerja siang dan malamTentang apa yang masih belum jelas bagimu?
b) Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa.  Misalnya : Siapa yang kaucari
kemarin sore?
- Dengan siapa Anda pergi ke Jakarta?
- Untuk siapa Anda bekerja keras selama ini?
c) Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak.  Misalnya :
- Berapa buku yang Anda perlukan bulandepan?
- Berapa banyak uang yang akan kaupinjam sekarang?
d) Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana,  Misalnya:
- Mana yang kausenangi, membeli baju atau celana?
- Yang mana kau pilih , belajar di Unhas atau di UNM?
e) Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana. Misalnya :
- Di mana engkau akan tiggal bulan depan?
- Ke mana Dia akan pergi merantau?
- Dari mana Amin pergi baru sekarang kelihatan
f)  Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila.  Misalnya:
- Bila dia selesai studinya di UGM?
- Kapan Kamarudin menjadi dosen IPS di UNJ?
- Bila mana Hamid menyelesaikan pembangunan rumahnya?
g) Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa.  Misalnya:
- Mengapa Anda tidak mau menjadi guru?
- Apa sebabanya Anda jarang pergi ke kampung halamannya?
- Akibat apa yang ditimbulkan jika malas belajar di masa muda?

Kalimat tanya terdiri atas tiga macam :


(a) Kalimat tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
(b) Kalimat tanya retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi
tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk
menarik perhatian pendengar.
(c)  kalimat yang senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh,
misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka  sekarang?”

3) Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
Misalnya :
- Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
- Pergilah ke sekolah!
- Carilah pekerjaan apa saja, yang penting halal.
Kalimat Perintah Mempunyai Beberapa Jenis :
1) Suruhan Misalnya :
20
- Pergi dari sini!
- Makan obat dahulu baru ke sekolah!
2) Permintaan.
Misalnya :
- Tolong bawa surat ini ke kantor pos!
- Bisakah Anda buatkan lukisan pemandangan!
- Mohon buatkan meja kayu!
3) Memperkenankan Misalnya :
- Masuklah ke dalam kalau Anda perlu!
- Silakan keluarlah jika ada yang mau dibeli!
- Disilakan berangkat dahulu!
4) Ajakan Misalnya:
- Marilah kita istirahat sejenak!
- Mari kita bekerja sama-sama!
- Ayo kita makan sama-sama!
5) Larangan Misalnya :
- Jangan pergi hari ini!
- Tidak boleh pergi pada tengah malam!
- Jangan pergi ke pasar
6) Bujukan Misalnya :
- Tidurlah ibu menjagamu, sayang!
- Makan bersama neneklah, nanti saya yang jaga di luar!
7) Harapan Misalnya:
- Mudah-mudahan Anda selamat sampai di tujuan!
- Semoga Anda sehat wal’afiat!
- Semoga Anda sukses selalu!

4) Kalimat seru
Seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan
sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva
(Depdikbud, 1988).
Contoh :
- Alangkah bebasnya pergaulan mereka!
- Bukan main bodohnya anak itu!
- Sungguh cerdas anak itu!

b) Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat, misalnya:
SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak
kalimat (menerangkan). Contoh:
-  Saya minum teh  dan bapak minum kopi.  (majemuk setara)
-  Kami sedang makan  ketika paman datang kemarin. (majemuk bertingkat)
-  Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para
artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida.  (majemuk campuran)

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut bahwasannya frasa sendiri adalah kesatuan yang lebih besar dari kata
dan lebih kecil dari kalimat. Frase dilihat dari segi hubungan distribusi unsur-unsurnya terdiri atas
frase edosentrik (atributif, koordinatif, apositif) dan ekosentrik; frase dilihat dari segi kategori
katanya tersdiri atas empat macam frase nominal, verbal, ajektival, numerial, fromina. Klausa dilihat
dari segi kata yang menduduki predikat terdiri atas klausa verbal (ajektif, intranstif, aktif, pasif dan
resiprokal), dan klausa depan.

Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas kalimat tunggal dan
kalimat majemuk kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni kalimait nominal, kalimat verbal,
(intransitif, ekstransitif, dwritansitif, semi transitif, pasif) kalimat ajektival, kalimat preposisional. Dan
kalimat tunggal ditinjau dari segi maknanya terdiri atas kalimat berita, tanya, dan kalimat seru.
Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas dua jenis, yakni kalimat majemuk setara (pejumlahan
pertentang, pemilihan, sebab), kalimat majemuk bertingkat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan oleh kerena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca.

22

Daftar Pustaka
Guntur, Hendry Taringan. 1983. Prinsip-Prinsip Sintaksis.  Bandung: Angkasa.

Keraf, Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia.  Ende-Flores: Nusa Indah.

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C. V. Karyono. Verhaar, J. W. M.


19983. Pengantar Lingustik.  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Alwi, Hasan. (Ed). 1998. Tata Bahasa Bahasa Indonesia.  Jakarta: Balai Pustaka. Moeliono, Anton M.
1988. Tata baku Bahasa Indonesia.  Jakaerta: Balai Pustaka. Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu
Sintaksis Bahasa Indonesia.Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Rosdiana. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: UniversitasTerbuka.

23

Anda mungkin juga menyukai